Dampak Kejadian Kehamilan Tidak Diinginkan

5.1.3 Dampak Kejadian Kehamilan Tidak Diinginkan

Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa dampak yang dirasakan oleh informan yang pertama adalah harus putus sekolah. Semua informan terpaksa harus meninggalkan bangku sekolah karena kasus kehamilan tidak diinginkan yang mereka alami namun ada satu diantara empat informan kembali melanjutkan pendidikan dengan pindah ke sekolah lain. Satu informan mengalami trauma karena mengalami kehamilan tidak diinginkan sehingga memutuskan untuk tidak berkomunikasi secara intensif dengan suaminya setelah melangsungkan pernikahan. Kemudian ada satu informan lain yang mengatakan bahwa ia pernah mendapat hinaan dari teman-teman di lingkungan rumah karena kehamilannya. Dua informan mengalami komplikasi selama persalinan seperti pendarahan dan tidak bisa melahirkan dengan proses normal sehingga terpaksa melalui proses operasi caesar serta berat badan bayi yang dilahirkan rendah. Selain itu dampak lain yang dirasakan informan adalah ketidaksiapan informan menjadi ibu. Dua informan mempercayakan orangtua untuk mengasuh dan merawat anaknya. Kehamilan remaja dapat menyebabkan terganggunya perencanaan masa depan remaja karena terpaksa meninggalkan sekolah. Cita-cita yang diimpikan akan terhambat atau bahkan mungkin tidak dapat tercapai. Sementara itu, kehamilan remaja juga mengakibatkan lahirnya anak yang tidak diinginkan sehingga akan berdampak pada kasing sayang ibu terhadap anak tersebut. Masa depan anak ini akan dapat mengalami hambatan yang menyedihkan karena kurangnya kualitas asuh dari ibunya yang masih remaja dan belum siap menjadi ibu. Perkembangan psikologis anak akan terganggu. Anak tersebut juga akantumbuh tanpa kasih sayang dan mengalami perlakuan penolakan dari orangtuanya. Selain itu, terdapat pula perlakuan yang kurang adil dari masyarakat atau institusi formal terhadap remaja perempuan. Sering kali dalam suatu kasus kehamilan di luar nikah yang tidak boleh melanjutkan sekolah adalah remaja perempuan. Sedangkan remaja laki-laki masih diperbolehkan melanjutkan sekolah. Pandangan negatif dari masyarakatpun cenderung lebih memberatkan perempuan dibandingkan laki-laki Kusmiran, 2014: 38.

5.1.4 Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas