Bayi Berat Lahir Rendah BBLR

kehilangan kehamilan spontan, Intrauterine Fetal Demise IUFD, Perkembangan janin terhambat PJT, Diabetes gestasional, Gangguan hipertensi pada kehamilan dan Pecah membran spontan Norwitz, Edusa Park 2005

2.2 Bayi Berat Lahir Rendah BBLR

2.2.1 Definisi dan Klasifikasi Menurut WHO, definisi dari berat bayi lahir rendah BBLR adalah bayi baru lahir yang mempunyai berat badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Tetapi BBLR dapat dibagi lebih jauh lagi yaitu; Very Low Birth Weight 1500 gram, dan Extremely Low Birth weight 1000 gram. Terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu umur kehamilan usia gestasi kurang dari 37 minggu dan perkembangan janin terhambat, dimana berat badan lahir bayi rendah dari semestinya meskipun umur kehamilannya telah cukup UNICEF, 2004. 2.2.2 Penyebab terjadinya BBLR Berdasarkan penyebabnya, BBLR dapa terjadi karena dua hal, yaitu Prematuritas dan Perkembangan janin terhambat PJT. 1. Prematuritas Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan. Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan maka makin tinggi morbiditas dan morta litasnya. WHO membagi kelompok bayi prematur dalam 3 kelompok : 1. Extremely preterm 28 minggu 2. Very preterm 32 minggu 3. Moderate to late preterm 32 sampai 37minggu WHO, 2012 Prematuritas metupakan komplikasi paling sering yang terjadi pada kehamilan kembar. Jika bayi kembar tidak mempunyai riwayat kelainan fetal atau Universitas Sumatera Utara twin-to-twin transfusion, maka bayi-bayi ini tidak akan memiliki perbedaan pada nilai Apgar, mortalitas perinatal, dan respiratory distress syndrome atau sindroma gangguan pernafasan. Kehamilan kembar memiliki resiko maternal yang lebih tinggi akan pecah membran prematur, atau premature rupture of membranes PROM, yang juga ada hubungannya dengan meningkatnya resiko neonatal akan sepsis. Resiko akan terjadinya hipoglikemia pada bayi kembar juga akan meningkat, tanpa berikatan dengan adanya perkembangan janin terhambat Hodson 2003 Beberapa penyakit maternal, kondisi, dan pengobatan medis berhubungan dengan PROM. Kelahiran prematur spontan umumnya timbul akibat kelahiran prematur atau pecahnya membran fetal secara spontan. Maka dari itu, indikasi prematur timbul saat kelahiran dilakukan dengan intervensi medis karena komplikasi kehamilan yang berbahaya. Behrman Butler, 2007 Akan tetapi, tidak ada perbedaan pada tumbuh kembang dari Bayi BBLR dengan bayi tunggal BBLR. Kedua macam bayi ini mengalami pertumbuhan terhambat pada 3 parameter: tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Dan pada umur ke-4, mereka bisa menyusul besar lingkar kepala dengan anak normal, tetapi tetap memiliki tinggi dan berat badan yang lebih kecil Chaudari et al. 1997 1. Kelahiran Prematur Spontan dan Underweight Rendahnya berat badan dan BMI Body Mass Index saat sebelum kehamilan dipercaya memiliki hubungan terhadap kelahiran prematur. Moutquin 2003 mengatakan bahwa wanita dengan BMI kurang dari 20 memiliki resiko hampir 4 kali lebih tinggi dari wanita yang lebih berat terhadap kelahiran prematur spontan. Rendahnya BMI juga dapat dihubungkan kontribusinya terhadap pertambahan berat bdana kehamilan y ang rendah, akan meningkatkan resiko kelahiran prematur. Dibandingkan dengan kehamilan normal BMI 19,8 - 26,0 dengan pertambahan berat badan saat kelahiran yang adekuat 0,5 -1,5 kgminggu, resiko terhadap kelahiran prematur dibawah minggu ke -37 akan meningkat 6 kali lipat terhadap ibu yg berat badan rendah BMI 19,8 dengan Universitas Sumatera Utara pertambahan berat badan yang rendah 0,5 kgminggu dan 3 kali lipat lebih tinggi daripada ibu dengan berat badan rendah dengan pertambahan berat badan kehamilan yang rendah F. Loos et al. 2005 Diagnosis A. Pemeriksaan Servikal  Pemeriksaan manual . Dilatasi serviks, pembukaan, konsistensi, posisi, dan stase dari serviks yang ditentukan dengan pemeriksaan manual berhubungan dengan meningkatnya kelahiran prematur. Akan tetapi, wal aupun hal-hal tadi digabungkan dan dinilai dengan cervical scores, akan memiliki sensitifitas yang rendah.  Evaluasi Sonografik . Panjang serviks yang diukur dengan menggunakan pemeriksaan endovaginal ultrasound juga memiliki hubungan dengan meningkatnya kelahiran prematur Behrman Butler 2007 2. Perkembangan Janin Terhambat PJT Perkembangan Janin terhambat atau PJT didefinisikan pada bayi dengan berat badan lahir dibawah 10 dari berat badan lahir yang sesuai dengan masa gestasinya. Kondisi ini pada u mumnya disebabkan oleh karena tidak adekuatnya sirkulasi antara ibu-anak, yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan neonatus. Vandenbosche Kirchner 1998 Terdapat bermacam yang dapat menyebabkan terjadinya PJT, tetapi dapat dibagi menjadi 2 bagian bes ar, yaitu faktor fetoplasenta dan faktor maternal uteroplasental. PJT juga dibagi menjadi 2 kategori, yaitu simetrik dan asimetrik. PJT simetrik adalah laju pertumbuhan terhambat yang sama pada kepala, abdomen, dan tulang panjang. Sedangkan PJT asimetrik adalah terdapatnya Universitas Sumatera Utara Sumber : www.medscape.com perbedaan laju pertumbuhan yang terhambat antara kepala dan tulang panjang dan abdomen. Vandenbosche Kirchner 1998 Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya PJT : 1. Twin-to-twin Syndrome TTTS TTTS merupakan kondisi spesifik yang hanya muncul pada kehamilan multipel yang monozigot monokorionik. Saat bayi kembar memiliki plasenta yang sama kembar monokorionik, pembuluh darah masing -masing fetus menjadi berhubungan dalam plasenta tersebut, s ehingga aliran darah mengalir terus menerus antar tiap bayi dan biasanya tidak akan menyebabkan gangguan kehamilan Murakoshi 2012 TTTS timbul jika terjadi ketidakseimbangan yang timbul dari aliran darah yang tidak proporsional antara 1 bayi dengan bayi yang lainnya. Jika kondisi berlanjut dan semakin parah, bengkak secara general akan muncul pada bayi yang menerima darah recipient, yang akhirnya bisa menuju gagal jantung dan Gambar 2.5. Grafik perbedaan pertumbuhan bayi tunggal dengan bayi kembar dalam kandungan Universitas Sumatera Utara hydrops fetalis. Polihidramnion juga dapat terjadi karena meningkatnya output urin pada fetus Murakoshi 2012 2. Abnormalitas dari Plasenta Struktur plasenta yang normal sangat penting bagi kehamilan, plasenta bertanggung jawab untuk transportasi nutrisi dan oksigen, pembuangan sisa -sisa zat metabolisme, perlindungan terhada p infeksi, merupakan modulasi dari sistem imun maternal, serta produksi hormon untuk kelangsungan kehamilan. Kelainan dari plasenta ini diantaranya : FGR, preeclampsia, placental abruption, dan kelainan insersi tali pusat. Baschat Hecher 2004 Pada bayi PJT, transfer antarplasenta oksigen, glukosa, dan asam amino menjadi terhambat dan respon insulin dari pankreas kepada glukosa menjadi terganggu. Keadaan hipoinsulinemia bahkan dapat memperparah transfer glukosa dari plasenta. Keadaan ini menyebabkan fet us dalam situasi dimana suplai oksigen dan substrat lain menurun, dan akhirnya metabolisme aerobik dan pertumbuhan jaringan menjadi terhambat juga. Baschat Hecher 2004 2.2.3 Komplikasi Salah satu komplikasi yang paling berbahaya dari bayi prematur dan BBLR adalah Respiratory Distress syndrome sindroma gangguan pernafasan . Etiologi yang paling sering dari penyakit ini adalah tachypnea transien dari bayi baru lahir, yang diakibatkan dari cairan paru2 yang berlebihan. Dan biasanya simtom timbul secara spontanitas. Respiratory distress syndrome dapat timbul pada bayi premature, yang diakibatkan defisiensi surfaktan dan anatomi par -paru yang belum matang Hermansen Lorah 2007 1. Transient Tachypnea TTN Transient tachypnea atau TTN terjadi akhibat hasil dari tidak komplitnya penyerapan kembali cairan dalam paru -paru pada bayi baru lahir. Prostaglandin dilepaskan sesaat setelah melahirkan mendilatasikan pembuluh limfe untuk Universitas Sumatera Utara menarik cairan paru-paru dan sirkulasi pulmonal meningkat saat pernafasan pertama. Jika proses ini tidak terjadi, TTN pada bayi baru lahir ini dapat terjadi. Beberapa faktor resiko TTN adalah: Asma maternal, jenis kelamin laki -laki, makrosomia, diabetes maternal, dan kelahiran sectio saecaria Guglani, Lakshminrushimha Ryan 200 8 2. Respiratory distress syndrome Keadaan ini juga disebut sebagai penyakit membran hyalin, yang merupakan pnyebab paling sering dari respiratory distress pada bayi prematur. Keadaan ini berkorelasi dengan ketidakmatangan struktural dan fungsional dari paru-paru. Memiliki patofisiologi yang kompleks, dimana sel alveoli tipe II memproduksi surfaktan yang sedikit, menyebabkan peningkatan tekanan permukaan alveolar. Keadaan ini bisa berlanjut menjadi atelektasis paru -paru dan menyebabkan konstriksi pembulu h darah pulmonal, hipoperfusi, dan iskemik jaringan paru-paru Tetapi peneliti telah menemukan solusi agar dapat mengurangi bahkan mengobati penyakit ini, yaitu dengan menggunakan terapi surfaktan. Terapi surfaktan dapat dibagi menjadi 2, yaitu surfaktan natural dan surfaktan sintetik. Dimana surfaktan natural merupakan obat yang diambil dari surfaktan hewan yang diekstrak dari paru -parunya, dengan tambahan produk DPPC dipalmitoyphosphatidylcholine. Sedangkan surfaktan sintetik yang berisi protein-protein sintetis dari surfaktan yang mirip dengan protein pada manusia Ma Cheng-Hwa Ma 2012 3. Infeksi Infeksi bakterial juga merupakan satu kemungkinan yang menyebabkan respiratory distress neonatal. Patogen yang dering yaitu streprococcus grup B GBS, staphylococcus aureus, dan streptococcus pneumoniae . Pneumonia dan sepsis mempunyai manifestasi yang bervariasi, termasuk tanda -tanda tipikal distress dan juga tidak stabilnya temperature. Faktor resiko dari pneumonia adalah Universitas Sumatera Utara membran yang ruptut dalam jan gka waktu lama, dan demam maternal Catlin et al. 2012 Tabel 2.2 Kondisi yang berhubungan dengan PJT Medical Maternal Infectious Chronic hypertension Preeclampsia Diabetes melitus Sistemic Lupus Erythematous Chronic Renal Disease Inflamatory bowel disease Severe hypoxic lung disease Smoking Alcohol use Cocaine use WarfarinCoumadin, Panwarfarin PhenytoinDilantin Malnutrition Prior history of pregnancy with Intrauterine groeth retardation Residing at altitude above 5,000 feet Syphilis Cytomegalovirus Toxoplasmosis Rubella Hepatitis B HSV-1 or HSV-2 HIV-1 Sumber : www.aafp.org Universitas Sumatera Utara

BAB 3 Kerangka Konsep dan Defenisi Operasional