Peranan Guru dalam Proses Pembelajaran

15 Guru yang bertugas sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat harus mempersiapkan rencana awal pembelajaran, kemudian menyusun rencana lengkap sebagai persiapan pelaksanaan di lapangan. Selain itu guru juga dituntut memiliki motivasi untuk membelajarkan siswa, yaitu memiliki sikap tanggap serta kemampuan untuk mendorong motivasi dengan beberapa upaya pembelajaran. Ada 3 ciri kegiatan dalam pembelajaran, yaitu : a. Rencana, pemantauan ketenagaan, material dan prosedur yang merupakan unsur – unsur sistem pembelajaran dalam suatu rencana khusus. b. Saling ketergantungan antara unsur – unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. c. Tujuan sistem pembelajaran yang hendak dicapai. Berkaitan dengan ciri – ciri pembelajaran tersebut, pembelajaran mata pelajaran P-S Ekonomi juga tidak banyak berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Pembelajaran P-S Ekonomi juga menitikberatkan pada peserta didik, tujuan, prosedur kerja dan perkembangan psikologis siswanya.

B. Peranan Guru dalam Proses Pembelajaran

Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini menunjukkan betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan. 16 Demikian pula dalam upaya membelajarkan siswa, guru dituntut memiliki multi peran sehingga mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif. Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal, menurut Usman 2005: 9-11 peran guru yang paling dominan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Guru sebagai demonstrator Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah belajar. Ini berarti bahwa guru harus belajar terus menerus. Dengan cara demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis. Maksudnya agar apa yang disampaikannya itu betul-betul dimiliki oleh anak didik. b. Guru sebagai pengelola kelas Dalam peranannya sebagai pengelola kelas learning manager, guru hendaknya mampu mengelola kelas karena kelas merupakan lingkungan belajar yang perlu diorganisasi. Lingkungan yang baik ialah yang bersifat 17 menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan. c. Guru sebagai mediator dan fasilitator Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, metode, evaluasi, dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa. Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang kiranya berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar. d. Guru sebagai evaluator Dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau tidak, apakah materi yang diajarkan sudah dikuasai atau belum oleh siswa, apakah metode yang digunakan sudah cukup tepat. Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya ialah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk kelompok siswa yang pandai, 18 sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya jika dibandingkan dengan teman- temannya. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. C. Perkembangan Psikologi Siswa Proses pembelajaran tidak lepas dari faktor siswa sebagai pribadi yang sedang berkembang, baik fisik maupun psikis Hariyadi dkk, 1999. Secara fisik siswa SMP sedang dalam masa pertumbuhan menuju pematangan fisik baik secara anatomi maupun segi fungsionalnya. Secara psikis SMP sedang berkembang dalam rangka menuju pematangan emosionalnya. Oleh karena itu prinsip–prinsip psikologi juga tidak begitu saja diabaikan dalam proses 19 pembelajaran, agar nantinya sesuai dengan perkembangan kognitif psikologi siswa SMP tersebut. Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa usia siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bantarbolang berkisar antara 11 – 14 tahun. Piaget dalam Sarwono, 2002; Makmun, 2001 dan Dalyono, 2001 mengkategorikan usia 11- 14 tahun masuk pada tahap – tahap perkembangan kognitif, yaitu : a. Tahap Kongkret Operasional 7-11 tahun. Pada tahap ini anak sudah mampu membuat hubungan-hubungan yang lebih rumit melalui kegiatan mentalnya untuk mengoperasikan kaidah- kaidah logika meskipun masih terikat dengan obyek yang bersifat kongkret. Anak mulai berkurang rasa egosentrisnya dan lebih sosiosentris anak mulai membentuk peer group. Pada tahap ini anak mulai mengembangkan tiga macam operasi berpikir, yaitu : 1 Identitas : mengenali sesuatu 2 Negasi : mengingkari sesuatu 3 Resiprokasi : mencari hubungan timbal balik antara beberapa hal b. Tahap formal operasional 11 tahun – dewasa Tahap ini merupakan tahap puncak di mana anak mencapai kemampuan untuk berfikir sistematik. Pemikiran sistematis ini berlaku terhadap hal – hal abstrak dan menyusun hipotesis. Perilaku kognitif yang nampak antara lain : 20 1 Kemampuan dalam berfikir hipotetik-deduktif hypothetic deductive thinking 2 Kemampuan mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua atau lebih kemungkinan yang ada a combinational analysis 3 Kemampuan mengembangkan suatu proporsi atau dasar proporsi yang diketahui proportional thinking. 4 Kemampuan menarik generalisasi dan inferensasi dari berbagai kategori obyek yang beragam. Dilihat dari klasifikasi tahap perkembangan tersebut di atas, siswa usia 11-14 tahun mulai senang membentuk kelompok-kelompok sebaya peer group dalam menerima sesuatu hanya dengan memahaminya sebagaimana yang tampak sebagaimana kenyataan yang mereka alami saja. Cara berfikir individu kongkret belum menangkap yang abstrak meskipun sudah mulai nampak sistematis dan logis. Selain itu siswa usia 11-14 tahun sudah mampu berpikir secara hipotetik-deduktif dan mampu mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua atau lebih kemungkinan yang ada.

D. Dinamika Kelompok dalam Pembelajaran Group Learning

Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VII SMP NEGERI 1 PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 67

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA MATA PELAJARAN IPS EKONOMI KELAS VII D SMP NEGERI 3 DEMPET KABUPATEN DEMAK

0 6 136

MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN PS EKONOMI MATERI POKOK MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL DAN EKONOMI KELAS VII SMP NEGERI 3 BANTARBOLANG KABUPATEN PEMALANG TAHUN PELAJARAN

2 183 79

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN STRATEGI ROLE PLAYING TERHADAP PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI Efektifitas Penggunaan Strategi Role Playing Terhadap Pemahaman Siswapada Materi Perdagangan Antar Wilayah Mata Pelajaran IPS Kelas VII SMP Negeri 2 Kartasura.

0 2 12

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN STRATEGI ROLE PLAYING TERHADAP PEMAHAMAN SISWAPADA MATERI Efektifitas Penggunaan Strategi Role Playing Terhadap Pemahaman Siswapada Materi Perdagangan Antar Wilayah Mata Pelajaran IPS Kelas VII SMP Negeri 2 Kartasura.

0 5 16

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SMP NEGERI 1 SELESAI, TAHUN PELAJARAN 2013/2014.

0 2 19

Model Pembelajaran Role Playing pada Mata Pelajaran PS-Ekonomi Materi Pokok Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan Ekonomi Kelas VII SMP Negeri 3 Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2006/2007.

0 1 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN SOSIAL SISWA KELAS XI IPS2 SMANEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 0 16

PENGEMBANGAN GAME EDUKASI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DENGAN APLIKASI ROLE PLAYING GAME (RPG) MAKER XP UNTUK MATA PELAJARAN IPS SMP KELAS VII SUBTEMA INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN ALAM, SOSIAL,BUDAYA, DAN EKONOMI.

0 0 228

UPAYA PENGGUNAAN MEDIA FILM STRIP UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA SUB BAB MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL DAN MAKHLUK EKONOMI MATA PELAJARAN EKONOMI (PTK pada siswa Kelas VII MTs Al-Muntohir Kecamatan Sedong) - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 24