46
b. Sektor industri
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasubbag perencanaan Dinas Perindustrian Kabupaten Semarang, ada beberapa faktor yang
menghambat perkembangan pada sektor industri yaitu; stabilitas ekonomi yang belum memadai, pasar bebas, ketidakstabilan harga bahan baku,
kurangnya pola pembinaan, inovasi hasil produksi. Sedangkan faktor yang mendukung perkembangan pada sektor
industri antara lain; tersedianya kebijakan pemerintah dalam pengembangan industri, adanya pertumbuhan dan persebaran sentra di
pedesaan, dukungan infrastruktur yang memadai, terbukanya pola kemitraan usaha, tersedianya komoditas unggulan yang dapat
dikembangkan, berkembangnya aneka industri.
9. Sebaran distribusi pendapatan daerah Kabupaten Semarang
Hasil perhitungan rata-rata Indeks Williamson dengan dan tanpa mengikutkan sektor industri di Kabupaten Semarang tahun 1999-2003 adalah
pada tabel. 7 sebagai berikut:
47
Tabel. 7 Hasil Perhitungan Rata-rata Indeks Williamson dengan mengikutkan Sektor Industri
dan tanpa sektor industri Tahun 1999-2003
Sumber; Data BPS, Sudah diolah
Dari angka-angka Indeks Williamson pada tabel 7 diatas, maka dapat diketahui bahwa hasil pembangunan yang dilaksanakan di
Kabupaten Semarang dari tahun 1999-2003 menghasilkan sebaran distribusi pendapatan masyarakat yang relatif merata diantara kecamatan
yang ada di kabupaten Semarang. Hal ini terbukti dengan hasil
VW
No Kecamatan Rata-rata
Dengan Sektor Industri
Rata-rata Tanpa Sektor
Industri HT. Oshima
Taraf Ketimpangan
1 Getasan 0,064
0,035 Rendah
2 Tengaran 0,1
0,012 Rendah
3 Susukan 0,074
0,024 Rendah
4 Kaliwungu 0,012
0,003 Rendah
5 Suruh 0,092
0,01 Rendah
6 Pabelan 0,012
0,015 Rendah
7 Tuntang 0,072
0,016 Rendah
8 Banyubiru 0,085
0,016 Rendah
9 Jambu 0,091
0,032 Rendah
10 Sumowono 0,037
0,055 Rendah
11 Ambarawa 0,068
0,045 Rendah
12 Bawen 0,027
0,043 Rendah
13 Bringin 0.095
0.042 Rendah
14 Bancak 0.014
0.008 Rendah
15 Pringapus 0.089
0.045 Rendah
16 Bergas 0.308
0.015 Rendah
17 Ungaran 0.261
0.016 Rendah
48
perhitungan Indeks Williamson di Kabupaten Semarang yang kurang dari 0,50. Sedangkan hasil perhitungan tingkat ketimpangan distribusi
pendapatan dengan memasukkan sektor industri menurut masing-masing kecamatan di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada lampiran 14 sampai
dengan lampiran 18. Kecamatan Bergas dan Ungaran merupakan dua dari 17 kecamatan di Kabupaten Semarang yang memiliki rata-rata Indeks
Williamson dengan mengikutkan sektor industri sebesar 0,308 dan 0,261. Sedangkan 15 kecamatan lainnya memiliki rata-rata Indeks Williamson
kurang dari 0,1 Dengan mengeluarkan sektor industri dari perhitungan PDRB
Kabupaten Semarang, maka besarnya Indeks Williamson di Kabupaten Semarang lebih kecil daripada kita memasukkan sektor industri kedalam
perhitungan tersebut dan perhitungan tingkat ketimpangan distribusi pendapatan tanpa memasukkan sektor industri dapat dilihat pada lampiran
26 sampai dengan lampiran 30. Dari hasil perhitungan tanpa mengikutkan sektor industri terlihat bahwa ketimpangan yang terjadi lebih kecil bila
dibandingkan dengan perhitungan Indeks Williamson dengan memasukkan sektor industri kedalam PDRB. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pemerataan pendapatan per kapita pada sektor-sektor diluar industri juga menunjukkan adanya perbedaan pada tingkat daerah tetapi
perbedaan itu lebih kecil bila dibandingkan dengan memasukkan sektor industri.
49
B. Pembahasan 1. Perkembangan Struktur PDRB Kabupaten Semarang