27
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik di dalam pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi yaitu data yang diperoleh dari buku, laporan dan penerbitan
lainnya dan metode interviu wawancara yaitu teknik komunikasi secara langsung dari sumber yang akan diteliti mengenai faktor penghambat dan
pendukung pada sektor pertanian dan industri di Kabupaten Semarang.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a Analisis Location Quotion LQ
Analisis ini berfungsi untuk mengetahui sektor atau potensi yang dimiliki dan dapat dikembangkan di suatu daerah Suyatno, 2000:146.
LQ = XinYn XiY
Keterangan : LQ = Indeks Location Quotion
Xin = Nilai tambah sektor i di Kabupaten Semarang Yn = PDRB di Kabupaten Semarang
Xi = Nilai tambah sektor i di Propinsi Jawa Tengah Y = PDRB di Propinsi Jawa Tengah
28
Jika koefisien LQ 1, Kabupaten tersebut mempunyai potensi relatif dalam sektor i. Jika LQ 1, berarti daerah tersebut kurang
mempunyai potensi relatif dalam sektor i.
b Analisis Shift Share
Analisis shift share berfungsi untuk mengetahui sektor-sektor mana yang tumbuh secara cepat di suatu daerah Sitohang, 1993:95.
Gj = Ejt-Ejo = Nj + Pj + Dj
Nj = EjoEtEo-Ejo P+DJ = Ejt - EtEoEjo = Gj-Nj
Pj = {EitEio-EtEo}Eijo Dj = Eijt-EitEioEijo
= P+Dj-Pj Keterangan :
Gj = Pertumbuhan PDRB total Kabupaten Semarang Nj = Komponen national Share di Kabupaten Semarang
Pj = Komponen proportional shift Kabupaten Semarang Dj = Komponen differential shift Kabupaten Semarang
P+DJ = Pertumbuhan PDRB Kabupaten Semarang Ei = PDRB total Kabupaten Semarang
E = PDRB total di Propinsi Jawa Tengah
29
Ejt = PDRB total Kabupaten Semarang di akhir tahun Ejo = PDRB total Kabupaten Semarang di awal tahun
Eot = Periode awal atau akhir i = Subsektor pada PDRB
Jika nilai Dj 0, maka sektor i di Kabupaten j tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan sektor yang sama di Propinsi Jawa
Tengah. Demikian sebaliknya jika Dj 0, maka pertumbuhan sektor i di Kabupaten j adalah lambat. Jika nilai P+Dj 0, maka pertumbuhan
PDRB Kabupaten j lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB di Propinsi Jawa Tengah dan sebaliknya jika P+Dj 0, maka
pertumbuhan PDRB di Kabupaten j adalah lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB di Propinsi Jawa Tengah. Kedua teknik
analisis di atas digunakan untuk menghitung perkembangan struktur PDRB di Kabupaten Semarang.
c Indeks Williamson
Untuk mengetahui apakah terdapat pemerataan pendapatan di Kabupaten Semarang atau tidak, digunakan alat analisis Indeks
Williamson Kuncoro, 2003:127. VW =
∑{
Y
i ─
Y
}
² . F
i
n Y
Keterangan : VW = Nilai indeks Williamson
30
Y
i
= Pendapatan perkapita masing-masing kecamatan i Y = Pendapatan perkapita Kabupaten Semarang
F
i
= Jumlah penduduk masing-masing kecamatan i n = Jumlah penduduk Kabupaten Semarang
Hasil pengujian Indeks Williamson akan menunjukan nilai antara 0 sampai 1. Dengan semakin besar nilai Indeks Williamson, maka
semakin besar ketidakmerataan antar daerah dan sebaliknya semakin kecil nilai Indeks Williamson, maka tingkat ketidakmerataan antar
daerah juga akan semakin kecil. HT. Oshima dalam Sutawijaya, 2004:46 menetapkan sebuah
kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah ketimpangan dalam masyarakat ada pada ketimpangan taraf rendah, sedang, atau tinggi.
Untuk itu ditentukan kriteria sebagai berikut; ketimpangan taraf rendah bila indeks Williamson 0,35 , ketimpangan taraf sedang bila indeks
Williamson antara 0,35 – 0,50 dan ketimpangan taraf tinggi bila indeks Williamson 0,50. Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui
sebaran distribusi pendapatan di Kabupaten Semarang.
31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN