34
3. Pemerintahan
Secara administratif wilayah Kabupaten Semarang pada tahun 2003 terbagi dalam 17 kecamatan, wilayah tersebut terdiri dari 207 desa, 28
kelurahan, 1.513 Rukun Warga RW dan 6.203 Rukun Tetangga RT. Sedangkan jumlah prasarana desa sampai tahun 2003 mancapai 526 buah
yang terdiri dari prasarana perhubungan 311 buah, pendidikan dan kesehatan sebanyak 48 buah, perekonomian sebanyak 26 buah, sosial sebanyak 141
buah. Untuk jumlah Pegawai Negeri Sipil PNS di lingkungan pemerintahan
Kabupaten Semarang keadaan Desember 2003 sebanyak 10.062 orang. Jumlah pegawai menurut pendidikan yang ditamatkan adalah tamat tidak
tamat SD sebanyak 553 orang 5,50 persen, SLTP sebanyak 490 orang 4,87 persen, SMU sebanyak 3.045 orang 30,26 persen, Diploma Sarmud
sebanyak 3.499 orang 34,77 persen, Sarjana Strata-1 sebanyak 2.409 orang 23.94 persen dan Sarjana Strata-2 sebanyak 66 orang 0,66 persen.
Berdasarkan data dari Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang pada tahun 2003 telah membuat akta PPAT sebanyak 3.577 buah, sebagian besar
merupakan hak milik 86,89 persen dan hak bangunan 13,11 persen.
4. Sosial
Penduduk di Kabupaten Semarang yang bersekolah secara umum mengalami fluktuasi selama periode 1999-2003. Sarana pendidikan seperti
35
sekolah dan tenaga pendidik merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan pendidikan.
Kesehatan merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai sangat
diperlukan dalam upaya peningkatan status kesehatan dan gizi masyarakat. Fasilitas kesehatan yang dimaksud meliputi Rumah Sakit Umum, Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan, BKIA dan Rumah Bersalin. Jumlah sarana kesehatan di Kabupaten Semarang sebagian besar tidak mengalami
perubahan bila dibanding dengan tahun sebelumnya, sarana kesehatan yang mengalami perubahan adalah Balai Pengobatan mengalami penurunan sebesar
20 persen. Sedangkan jumlah tenaga medis yang ada juga mengalami penurunan untuk jumlah dokter, dokter gigi, perawat umum, bidan, sedang
jumlah perawat tidak mengalami perubahan.
5. Pertanian
Pertanian tanaman pangan memilik luas panen dan produksi tanaman padi di Kabupaten Semarang tahun 2003 mengalami penurunan dibanding
tahun sebelumnya. Menurunnya luas panen padi berpengaruh terhadap produksi padi, sedangkan untuk penurunannya luas panen padi turun sebesar
8,40 persen dan produksi padi turun 14,94 persen dari tahun sebelumnya. Secara umum luas panen dan produksi tanaman palawija di Kabupaten
Semarang pada tahun 2003 juga mengalami pernurunan dibanding keadaan
36
sebelumnya. Untuk luas panen jagung turun sebesar 1,69 persen sedang produksi juga turun sebesar 5,24 persen dari tahun sebelumnya. Luas panen
produksi ketela pohon turun 11,60 persen dan 34,04 persen, luas panen dan produksi kedelai juga mengalami penurunan sedangkan di sisi lain ketela
rambat dan kacang tanah mengalami peningkatan baik produksi maupun luas panen. Produksi beberapa tanaman sayuran lombok, kubis, ketimun, bawang
putih, tomat, buncis, sawi, terong, labu siam, bayam, kacng panjang, seledri, kentang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, untuk produksi
bawang merah, bawang daun, wortel, petai, melinjo dan kangkung mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Beberapa produksi buah-buahan rambutan,
durian, jambu air, jambu biji, sawo, pepaya, pisang, manggis, sirsat, salak, sukun, kelengkeng juga mengalami penurunan dibanding tahun 2002
sedangkan produksi alpukat, mangga, duku, jeruk, melinjo, nanas dan sukun mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2002.
Tabel 1. Populasi Ternak Kecil Pada Tahun 2003 Tahun Babi Kambing
Domba Kelinci
2002 43.794 117.641 123.436
26.715 2003 47.255 128.839
138.891 26.757
Dari tabel 1, populasi ternak kecil tahun 2003 baik babi, kambing, domba, kelinci mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.
37
Untuk populasi ternak besar pada tahun 2003 baik kuda, sapi potong, sapi perah maupun kerbau mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2002.
Produksi daging sapi, ayam buras, kambing, domba dan ayam ras mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya dan untuk produksi susu sapi, telur
ayam dan telur itik juga mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Populasi perikanan pada tahun 2003 produksinya tercatat 1.615,037
ton yang terdiri dari 573,20 ton perikanan darat kolam, karamba, mina padi dan 1.041,837 ton perairan umum rawa, sungai, genangan lainnya,
dibanding tahun sebelumnya produksi perikanan tahun 2003 mengalami peningkatan sebesar 7,297 persen.
Luas tanaman perkebunan rakyat sebagian besar mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya, kecuali unutk rosela, tembakau,
jahe, aren, kapuk, kelapa dalam, jambu, mete, tebu, panili dan cengkeh. Sedangkan produksi perkebunan rakyat sebagian besar tanaman mengalami
peningkatan kecuali kopi, kapuk, panili, guala kristal, jahe, rosela dan tembakau mengalami penurunan produksi dibangding tahun 2002.
Sedangkan dalam kehutanan menurut fungsinya dibagi menjadi hutan produksi, hutan lindung, hutan wisata dan hutan suaka. Luas hutan produksi
pada tahun 2003 sebesar 6.916,1 Ha atau 29,74 persen dari jumlah hutan keseluruhan, luas hutan rakyat pada thun 2003 sebesar 12.865 Ha atau 55,31
persen dari jumlah hutan keseluruhan sedangkan hutan lindung luasnya
38
sebesar 3.276,90 Ha atau 14,09 persen dan hutan wisata sebesar 182,17 Ha atau 0,78 persen dari jumlah hutan seluruhnya.
6.
Perdagangan
Pasar berfungsi sebagai salah satu sarana yang berperan dalam penyaluran barang. Sebagai tempat penyaluran barang pada tahun 2003 di
Kabupaten Semarang terdapat 3 pusat perbelanjaan, pasar umum sebanyak 42 buah, pasar hewan 4 buah, dan lain-lain 1 buah. Bila dibandingkan dengan
tahun sebelumnya terdapat 3 pusat perbelanjaan yang belum ada pada tahun 2002, jumlah pasar umum mengalami penurunan sedang pasar hewan tetap.
Sedangkan untuk koperasi yang sering disebut soko guru perekonomian Indonesia, semakin menunjukkan perannya dalam
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Jumlah koperasi di Kabupaten Semarang pada tahun 2002 sebanyak 137 unit dengan jumlah anggota 93.842 orang,
jumlah koperasi ini terbagi dalam 14 KUD dan 123 non KUD. Aktivitas koperasi khususnya KUD bila dibanding tahun 2001 pada umumnya
mengalami peningkatan natara lain dalam pembinaan pengusaha kecil dan pengadaan pangan, sedang untuk penyaluran pupuk mengalami penurunan
sebesar 2.6 persen.
39
7. Perkembangan Struktur PDRB Kabupaten Semarang
Perkembangan struktur PDRB Kabupaten Semarang dilihat kontribusi tiap sektornya, sektor industri masih tetap menempati urutan pertama. Seperti
tahun-tahun sebelumnya bahwa walaupun krisis masih terasa namun struktur perekonomian Kabupaten Semarang masih didominasi oleh sektor industri. Di
samping itu urutan kontribusi masing-masing sektor atas dasar harga berlaku tidak terjadi pergeseran dari tahun lalu. Struktur PDRB Kabupaten Semarang
tahun 1999-2003 atas dasar harga berlaku masih sama yaitu didominasi oleh empat sektor yaitu sektor industri, pertanian, perdagangan dan jasa-jasa
dengan kontribusi masing-masing di atas 10 persen. Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 2 Perkembangan Struktur PDRB Kabupaten Semarang
Atas dasar harga berlaku di atas 10 persen
No Sektor Ekonomi
Kontribusi persen 1999 2000 2001 2002 2003
1 Industri 41,46
40,89 41,49 40,7 41,48 2
Pertanian 21,09
21,83 20,26 20,59 19,08 3
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa
Akomodasi 18,05
17,84 18,01 17,89 17,95 4
Jasa-jasa 10,54
10,84 11,34 11,36 11,58 Jumlah
91,14 91,4
91,1 90,54
90,09 Sumber: Data BPS, 1999-2003 yang sudah diolah
40
Tabel. 3 Perkembangan Struktur PDRB Kabupaten Semarang
Atas dasar harga berlaku di bawah 10 persen
No Sektor Ekonomi
Kontribusi persen 1999 2000 2001 2002 2003
1 Lembaga
keuangan 3,38 3,71 3,73 3,89 3,82
2 Angkutan dan Komunikasi
2,33 2,43
2,52 2,66
2,91 3
Konstruksi 1,57 1,33 1,42 1,53 1,55
4 Listrik
0,91 0,95 1,06 1,21 1,46 5
Penggalian 0,22 0,18 0,17 0,17 0,17
Jumlah 8,41 8,6 8,9 9,46 9,91
Sumber: Data BPS, 1999-2003 yang sudah diolah
Dari tabel 2 dan tabel 3, jika melihat perkembangan PDRB Kabupaten Semarang mulai tahun 1999-2003, sektor industri, pertanian, perdagangan,
Jasa-jasa sampai dengan 2003 masih paling tinggi perkembangannya dibandingkan 5 sektor lainnya. Tapi pada sektor industri mengalami naik
turun, sedangkan pada sektor pertanian mengalami penurunan dari tahun ketahun. Untuk sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi
mengalami kecenderungan menurun sedangkan pada sektor jasa-jasa perkembangannya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun walaupun
peningkatannya relatif kecil. Pada sektor ekonomi yang sumbangan persentase untuk PDRB dibawah 10 persen juga terjadi peningkatan walaupun
peningkatannya relatif stabil dan kecil. Sedangkan kenaikan dan penurunan PDRB Kabupaten Semarang disebabkan oleh besarnya kontribusi sektor
unggulan didaerah tersebut.
41
Tabel. 4 Hasil Perhitungan Rata-rata LQ Tahun 1999-2003
Sumber; Data BPS, 1999-2003 yang sudah diolah Keterangan: T; Tinggi, SR; Sangat Rendah, R; Rendah
Dari tabel 4, sektor yang memiliki potensi untuk dikembangkan di Kabupaten Semarang dengan hasil perhitungan koefisien LQ 1 adalah
sektor industri, sektor listrik dan air, sektor jasa-jasa dan sektor lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Keempat sektor tersebut berpotensi
untuk dikembangkan karena sektor tersebut merupakan sektor unggulan bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang. Sedangkan sektor pertanian,
sektor penggalian, sektor konstruksi, sektor perdagangan, rumah makan dan LQ
No Sektor 1999 2000 2001 2002 2003
Potensi Sektor
1 Pertanian 0,84
R 0,85
R 0,83
R 0,88
R 0,89
R Kurang 2 Penggalian
0,22 SR
0,19 SR
0,18 SR
0,18 SR
0,17 SR Kurang
3 Industri 1,42
T 1,43
T 1,42
T 1,37
T 1,37
T Berpotensi 4 Listrik, Gas dan Air
1,41 T
1,29 T
1,39 T
1,2 T
1,25 T Berpotensi
5 Konstruksi 0,4
SR 0,33
SR 0,36
SR 0,4
SR 0,39
SR Kurang 6
Perdagangan, Rumah makan dan Jasa Akom
0,79 R
0,76 R
0,75 R
0,75 R
0,43 SR Kurang
7 Angkutan dan Komunikasi 0,57
R 0,55
R 0,55
R 0,53
R 0,51
R Kurang 8
Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa perush
1,05 T
1,01 T
1,02 T
1,05 T
1,03 T Berpotensi
9 Jasa-jasa 1,11
T 1,25
T 1,34
T 1,34
T 1,36
T Berpotensi
42
jasa akomodasi, sektor angkutan dan komunikasi memiliki koefisien LQ 1, yang berarti sektor tersebut kurang berpotensi untuk dikembangkan. Hal ini
disebabkan karena sektor tersebut bukan merupakan sektor unggulan bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang.
Tabel. 5 Hasil Perhitungan Differential Shift Dj Tahun 1999-2003
Sumber; Data BPS, 1999-2003 yang sudah diolah Keterangan: P; Pertumbuhan, L; Lambat, C; Cepat
Hasil perhitungan analisis shift share di Kabupaten Semarang seperti pada tabel 5 di atas. Tahun 1999-2000 Kabupaten Semarang memiliki nilai
komponen DJ 0 adalah pada sektor pertanian, sektor penggalian, sektor industri, sektor listrik gas dan air, sektor konstruksi, sektor perdagangan dan
jasa akomodasi, sektor angkutan dan komunikasi, sektor lembaga keuangan
Dj
No
Sektor 1999-2000 P
2000-2001 P
2001-2002 P
2002-2003 P
1 Pertanian -14.841.807
L -30.186.201
L 31.814.406 C
3.868.775,3 C
2 Penggalian
-927.408,1 L -544.755,94
L -35.224,02 L -377.140,6
L 3 Industri
-37.008.255 L
-31.291.988 L
-77.231.067 L -20.628.812
L 4 Listrik, Gas dan Air
-3.594.786 L
1.789.007,79 C
-7.694.470 L
1.755.324,4 C
5 Konstruksi -9.951.767
L 3.233.370,78 C
4.337.195,4 C -2.347.471
L 6
Perdagangan, Rumah makan dan
Jasa Akom -32.763.231
L -20.235.012
L -13.449.473
L -3.12E+08
L 7
Angkutan dan Komunikasi
-4.455.220 L
-2.080.204,6 L -5.775.291
L -4.431.366 L
8 Lembaga
Keuangan, Persewaan dan Jasa
perush -85.391.137
L -558.719,63 L 2.392.639,9
C -5.166.999 L
9 Jasa-jasa 24.016.529
C 18.534.907,1 C -9.150.129
L 3.000.429,9 C
43
dan jasa perusahaan di Kabupaten Semarang tergolong lambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada masing-masing sektor yang sama di Propinsi Jawa
Tengah. Sedangkan untuk nilai DJ 0 adalah pada sektor jasa-jasa, ini berarti bahwa sektor tersebut tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan
PDRB di Jawa Tengah. Sedangkan tahun 2000-2001 Kabupaten Semarang memiliki nilai
komponen DJ 0 adalah pada sektor pertanian, sektor penggalian, sektor industri, sektor perdagangan dan jasa akomodasi, sektor angkutan dan
komunikasi, sektor lembaga keuangan dan jasa perusahaan di Kabupaten Semarang tergolong lambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada masing-
masing sektor yang sama di Propinsi Jawa Tengah. Sedangkan untuk nilai DJ 0 adalah pada sektor listrik gas dan air, sektor konstruksi, sektor jasa-jasa,
ini berarti bahwa ketiga sektor tersebut tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB di Jawa Tengah. Tahun 2001-2002 Kabupaten
Semarang memiliki nilai komponen DJ 0 adalah pada sektor penggalian, sektor industri, sektor listrik gas dan air, sektor angkutan dan komunikasi,
sektor perdagangan rumah makan dan jasa akomodasi di Kabupaten Semarang tergolong lambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada masing-masing
sektor yang sama di Propinsi Jawa Tengah. Sedangkan untuk nilai DJ 0 adalah pada sektor pertanian, sektor konstruksi, sektor lembaga keuangan
persewaan dan jasa perusahaan, ini berarti bahwa ketiga sektor tersebut tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB di JawaTengah.
44
Pada tahun 2002-2003 Kabupaten Semarang memiliki nilai komponen DJ 0 adalah pada sektor penggalian, sektor industri, sektor konstruksi,
sektor angkutan dan komunikasi, sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi, sektor lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan di
Kabupaten Semarang tergolong lambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada masing-masing sektor yang sama di Propinsi Jawa Tengah. Sedangkan
untuk nilai DJ 0 adalah pada sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air, sektor jasa-jasa, ini berarti bahwa ketiga sektor tersebut tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB di Jawa Tengah. Kabupaten Semarang memiliki nilai P+DJ 0 selama tahun 1999-2003 selalu bertanda
negatif, ini berarti bahwa pertumbuhan PDRB di Kabupaten Semarang adalah lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB di Propinsi Jawa
Tengah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel. 6 berikut ini: Tabel 6.
Hasil Perhitungan P+DJ Tahun 1999-2003
No Tahun Ejt
Et Eo
Ejo P+DJ Pertumbuhan
1 1999-2000 2.770.364.036 117.782.925
101.509.194 2.479.185.866 -106.279.474
Lambat 2 2000-2001 3.146.855.431
136.131.480 117.782.925
2.770.364.036 -55.083.697 Lambat
3 2001-2002 3.555.861.862 156.418.300
136.131.480 3.146.855.431 -59.949.688
Lambat 4 2002-2003 3.916.833.266
173.852.789 156.418.300
3.555.861.862 -35.367.344 Lambat
Sumber: Data BPS, 1999-2003 sudah diolah Keterangan:Ejt:PDRB total Kab j akhir th
Et:PDRB Kab j akhir tahun Eo:PDRB Kab j awal tahun
Ejo:PDRB total Kab j awal th P+DJ: Pertumbuhan PDRB KabSemarang
45
8. Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung perkembangan sektor pertanian dan sektor industri di Kabupaten Semarang
a. Sektor pertanian
Berdasarkan hasil Koordinasi Pembangunan Usulan Program Kegiatan Kabupaten Semarang tahun 2005 ada beberapa faktor yang
menghambat perkembangan pada sektor pertanian yaitu; masih rendahnya produktivitas di mana belum tercapainya standar mutu produk pertanian
serta belum memiliki daya saing pemasaran yang kuat, keterbatasan informasi dan mekanisme pasar, rendahnya kualitas SDM pelaku
pertanian dalam penguasaan teknologi dan manajemen, terbatasnya kepemilikan luas lahan dan skala usaha, lemahnya kemitraan usaha antara
petani dengan pengusaha, lemahnya permodalan petani, berubahnya fungsi lahan pertanian ke non-pertanian yang tidak terkendali.
Sedangkan faktor mendukung dalam perkembangan pada sektor pertanian adalah tersedianya sumber daya alam yang subur sangat cocok
untuk usaha pertanian, tersedianya sumberdaya manusia dan kelembagaan pertanian untuk mengembangkan sektor pertanian, tersedianya komoditas
unggulan yang bisa dikembangkan, telah berkembangnya sentra produksi pertanian, tersedianya pemasaran produk pertanian di pasar Jetis
Ambarawa.
46
b. Sektor industri
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasubbag perencanaan Dinas Perindustrian Kabupaten Semarang, ada beberapa faktor yang
menghambat perkembangan pada sektor industri yaitu; stabilitas ekonomi yang belum memadai, pasar bebas, ketidakstabilan harga bahan baku,
kurangnya pola pembinaan, inovasi hasil produksi. Sedangkan faktor yang mendukung perkembangan pada sektor
industri antara lain; tersedianya kebijakan pemerintah dalam pengembangan industri, adanya pertumbuhan dan persebaran sentra di
pedesaan, dukungan infrastruktur yang memadai, terbukanya pola kemitraan usaha, tersedianya komoditas unggulan yang dapat
dikembangkan, berkembangnya aneka industri.
9. Sebaran distribusi pendapatan daerah Kabupaten Semarang