Proses Implementasi Teknik Analisis Data
77 paling lambat 5 lima tahun, yakni selambat-lambatnya di tahun
anggaran 2008. Namun menurut Nasution dalam Ghulam:2014:13 karena
tidak adanya program pemerintah yang menyeluruh sehingga target waktu pelaksanaan itu tidak dapat dicapai oleh UU No. 17 Tahun
2003 yang menetapkan tenggat waktu penggantian sistem pembukuan dari basis kas ke basis akrual harus selesai pada Tahun Anggaran
2008. Karena target waktu itu tidak dapat dicapai, Pemerintah dan DPR menetapkan target waktu baru dan menyusun program yang
terpadu untuk
mewujudkannya. Target
penyusunan pedoman pelaksanaan Standar Akuntansi Pemerintah yang berbasis
akrual tersebut dapat dicapai di tahun 2010 dengan terbitnya PP No. 71 Tahun 2010 yang memuat SAP berbasis akrual sebagai pengganti
PP No. 24 Tahun 2005. Jadi jelas kita lihat bahwa akuntansi akrual merupakan sesuatu
yang telah dipersiapkan oleh pemerintah Indonesia yang memakan waktu yang lama, tentunya pemerintah Indonesia telah memikirkan
bagaimana proses implementasinya basis akrual agar mendukung sistem pemerintahan Indonesia.
Perubahan mendasar yang dipersiapkan adalah untuk secara bertahap akan menggantikan akuntansi yang berbasis kas dengan
akrual. Dalam sistem akuntansi berbasis akrual dapat diukur biaya pelayanan jasa pemerintahan, efisiensi serta kinerja Pemerintah.
78 Dalam sistem berbasis akrual juga dapat diketahui kewajiban
kontijensi Pemerintah karena dicatat komitmen atau hak maupun kewajiban kontijensi negara terutama untuk penerimaan maupun
pengeluaran yang
melampaui masa
satu tahun
anggaran. Anggaran berbasis akrual akan memungkinkan perencanaan anggaran
jangka panjang yang melebihi satu tahun anggaran. Seperti yang kita ketahui bahwa sitem akuntansi pemerintahan
di Indonesia memakai basis cash toward to accrual CTA. Perubahan basis akuntansi dari CTA menjadi akrual membawa dampak terhadap
perubahan tahapan pencatatan dan jenis laporan keuangan yang dihasilkan. Seiring dengan penerapan basis akrual untuk pelaporan
keuangan, penyusunan
anggaran tetap
dilakukan dengan
menggunakan basis kas. Hal ini berarti proses pelaporan penganggaran akan menghasilkan laporan realisasi anggaran yang
tetap mengunakan basis kas, sedangkan untuk pelaporan keuangan lainnya akan menggunakan basis akrual.
Proses Implementasi
Dalam rangka implementasi SAP berbasis akrual sebagaimana diamanatkan di dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, beberapa langkah yang telah dan akan dilakukan dalam rangka proses implementasi akuntansi berbasis akrual di Indonesia
adalah sebagai berikut:
79 Tahun 2010 :
- Mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan dengan
akuntansi berbasis akrual, -
Menyiapkan dan menetapkan SAP berbasis akrual, -
Menyiapkan Rencana Implementasi SAP berbasis akrual. Tahun 2011:
- Menyiapkan peraturan dan kebijakan untuk penerapan akuntansi
berbasis akrual, -
Menyusun proses bisnis dan sistem akuntansi untuk penerapan akuntansi berbasis akrual.
Tahun 2012: -
Mengembangkan Sistem Akuntansi dan pedoman yang akan digunakan dalam penerapan akuntansi berbasis akrual,
- Melaksanakan capacity building berupa training dan sosialisasi
SAP berbasis akrual kepada seluruh stakeholders yang terlibat, -
Mengembangkan teknologi
informasi termasuk
sistem aplikasi yang akan digunakan.
Tahun 2013: -
Melakukan uji coba implementasi Konsolidasi LK, penyempurnaan sistem dan capacity building,
- Penyusunan peraturan yang berkaitan.
80 Tahun 2014:
- Implementasi secara paralel penerapan basis CTA dan akrual dalam
Laporan Keuangan, tetapi Laporan Keuangan yang diberi opini oleh BPK adalah yang berbasis CTA,
- Konsolidasi Laporan KL dan BUN dengan basis akrual,
- Evaluasi dan finalisasi sistem yang akan digunakan.
Tahun 2015 : -
Penerapan implementasi penuh akuntansi berbasis akrual di Indonesia. Laporan Keuangan yang diberi opini adalah yang
berbasis akrual. Langkah-langkah proses implementasi tersebut dibuat
dengan berdasarkan berbagai pertimbangan yaitu : 1.
SAP berbasis kas menuju akrual telah disusun dengan mengacu pada beberapa referensi bertaraf internasional antara
lain IPSAS, Governmental Accounting Standards Board GASB, dan Government Finance Statistics GFS, sehingga
diharapkan SAP berbasis kas menuju akrual yang akan disesuaikan menjadi akrual sudah dapat diterima umum;
2. Mengurangi resistensi dari para pengguna SAP PP Nomor 24
Tahun 2005 terhadap perubahan basis akuntansi. Pengguna PP Nomor 24 Tahun 2005 masih dalam tahap pembelajaran dan
perlu waktu yang cukup lama untuk memahaminya sehingga
81 apabila SAP akrual berbeda jauh dengan SAP berbasis kas
menuju akrual akan menimbulkan resistensi; 3.
Penyusunan SAP berbasis akrual relatif menjadi lebih mudah karena sebagian dari PSAP berbasis kas menuju akrual telah
berbasis akrual sehingga hanya memerlukan penyesuaian beberapa PSAP berbasis akrual;
4. Penerapan SAP berbasis akrual yang disusun sesuai pola SAP
berbasis kas menuju akrual lebih mudah bagi para pengguna standar karena sudah disosialisasikan, dan para pengguna telah
memiliki pemahaman dan pengalaman terhadap SAP berbasis kas menuju akrual.
Dari point-point penting mulai tahun 2010 – 2015, dapat
kita simpulkan bahwa akuntansi akrual itu perubahannya adalah masalah laporan keuangan. Seperti yang kita ketahui bahwa laporan
keuangan itu merupakan komponen terpenting atas jalannya suatu perusahaan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel di bawah ini. Tabel
ini akan memperlihatkan perbandingan komponen laporan keuangan
antara basis kas menuju akrual dan basis akrual sebagai berikut:
Tabel 4.1 Perbandingan Komponen Laporan Keuangan Antara
Basis CTA Dan Basis Akrual
N O
KOMPONEN LK
BASIS CTA 2010-2014
BASIS AKRUAL MULAI- 2015
MANFAAT
1 .
Laporan Realisasi
Mencatat Transaksi
Mencatat Transaksi
Kas saja dengan non Memberikan informasi
realisasi dan anggaran
82
N O
KOMPONEN LK
BASIS CTA 2010-2014
BASIS AKRUAL MULAI- 2015
MANFAAT
Anggaran LRA
Kas dan Non Kas
kas dicatat pada LO entitas pelaporan
Bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam
mengevaluasi keputusan mengenai
alokasi sumber-sumber
daya ekonomi,
akuntabilitas dan
ketaatan entitas
pelaporan terhadap
anggaran 2
. Laporan
Operasional LO
Tidak ada Melaporkan
tentang kegiatan
operasional keuangan
yang tercerminkan
dalam pendapatan-LO, beban,
dan surplus defisit operasional dari suatu
entitas pelaporan Melaporkan transaksi
keuangan dari kegiatan non operasional dan
pos luar biasa yang merupakan transaksi di
luar tugas dan fungsi utama entitas.
Menyajikan ikhtisar Memberikan informasi
mengenai besarnya
beban yang
harus ditanggung
oleh Pemerintah
untuk menjalankan pelayanan
Menginformasikan mengenai
operasi keuangan
secara menyeluruh yag berguna
dalam mengevaluasi
kinerja pemerintah
dalam hal
efisiensi, efektivitas,
dan kehematan
perolehan dan penggunaan sumber
83
N O
KOMPONEN LK
BASIS CTA 2010-2014
BASIS AKRUAL MULAI- 2015
MANFAAT
sumber daya
ekonomi yang
menambah ekuitas dan penggunaannya
yang dikelola
oleh Pemerintah
Pusat Daerah untuk kegiatan penyelenggara
an pemerintahan
dalam satu
periode pelaporan.
daya ekonomi Mampu
mempredeksikan pendapatan-LO
yang akan
diterima untuk
mendanai kegiatan
pemerintah pusat dan daerah dalam periode
mendatang dengan cara menyajikan
laporan secara komprehensif
Menyediakan informasi mengenai
penurunan ekuitas
bila deficit
operasional, dan
peningkatan ekuitas bila surplus operasional.
3 .
Laporan Perubahan
Ekuitas LPE
Tidak Ada Menyajikan sekurang-
kurangnya : Pos-pos Ekuitas Awal,
Surplus Defisit-LO
pada periode
bersangkutan Koreksi-Koreksi yang
langsung menambah mengurangi ekuitas
Mampu memberikan
gambaran senyatanya
tentang posisi ekuitas entitas pelaporan
Memberikan ruang bagi adanya
koreksi atas
ekuitas sebagai dampak kumulatif
perubahan kebijakan akuntansi dan
84
N O
KOMPONEN LK
BASIS CTA 2010-2014
BASIS AKRUAL MULAI- 2015
MANFAAT
Ekuitas Akhir koreksi
kesalahan mendasar, seperti :
a. Koreksi
kesalahan mendasar
dari persediaan
yang terjadi pada periode-
periode sebelumnya b.
Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi
aset tetap.
4 .
Neraca Pada
Pos Ekuitas memuat
pos Diinvestasikan
dalam Aset
Lancar, Diinvestasikan
dalam Aset
Tetap, Cadangan
Piutang, dll
Satu Pos
Ekuitas Single Equity
Saldo Ekuitas berasal dari
Saldo Akhir
Ekuitas pada Laporan Perubahan
Ekuitas LPE
Memberikan informasi
mengenai posisi Asset, Kewajiban dan Ekuitas
entitas pelaporan
5 .
Catatan atas Laporan
Keuangan CaLK
Menyajikan penjelasan atas
LRA dan
Neraca Menyajikan penjelasan
atas LRA, LO, LPE dan Neraca
Menghindari adanya
kesalahpahaman pengguna laporan yang
disebabkan adanya
85
perpedaan persepsi atas informasi yang tersaji
dalam laporan Meningkatkan
transparansi laporan Sumber : Policy Brief Bagian Keuangan 2014
Kelima laporan keuangan diatas merupakan bagian dari laporan keuangan basis akrual. Menurut PSAP 01 paragraf 14 menyatakan bahwa
Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran budgetary reports dan laporan finansial,
sehingga seluruh komponen menjadi sebagai berikut: a Laporan Realisasi Anggaran;
b Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih; c Neraca;
d Laporan Operasional; e Laporan Arus Kas;
f Laporan Perubahan Ekuitas; g Catatan atas Laporan Keuangan.
Selanjutnya dijelaskan dalam PSAP 01 paragraf 15 : Komponen-
komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas pelaporan, kecuali:
a Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum;
86 b Laporan
Perubahan Saldo
Anggaran Lebih
yang hanya
disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan konsolidasiannya.
Laporan keuangan Basis Akrual memiliki kelebihan dibandingkan dengan menggunakan laporan keuangan Basis Kas Menuju Akrual Cash
Toward Acrual-CTA karena antara lain : -
Basis akrual dapat memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah;
- Basis akrual dapat menyajikan informasi yang sebenarnya mengenai hak
dan kewajiban pemerintah; -
Basis akrual bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa layanan, efisiensi dan pencapaian tujuan.
Dengan demikian, Laporan Keuangan yang dihasilkan dapat memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku kepentingan, baik para pengguna
maupun pemeriksa laporan keuangan pemerintah, yaitu dapat memberikan informasi yang lebih komprehensif, tidak hanya capaian realisasi anggaran,
namun juga kinerja pengelolaan keuangan Negara. Keunggulan lain Laporan Keuangan Berbasis Akrual diantaranya adalah :
- Lebih efektifnya pengambilan keputusan yang telah mendapatkan
informasi yang lebih komprehensif; -
Lebih efektifnya audit karena akuntansi akrual menyediakan catatan yang jelas dan koheren;
87 -
Meningkatkan pengendalian politik political control melalui pemahaman yang lebih baik atas dampak informasi keuangan terhadap kebijakan;
- Meminimalisasi risiko kesalahan dalam pembayaran.
Setelah membandingkan basis akrual dan basis kas menuju akrual, dalam proses penerapannya di Indonesia selanjutnya pengkonversian laporan
keuangan dari yang masih menggunakan basis CTA ke laporan keuangan berbasis akrual.
Dalam mempersiapkan Laporan Keuangan Berbasis Akrual dapat dilakukan dengan melakukan konversi dari Laporan Keuangan Berbasis kas
Menuju Akrual, dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1.
Konversi Neraca Konversi neraca CTA menjadi neraca akrual mutlak dibutuhkan
sebagai pondasi awal perubahan dari Akuntansi Berbasis Kas Menuju Akrual menjasi Akuntansi Berbasis Akrual. Langkah pertama adalah
menyesuaikan neraca tahun terakhir diimplementasikannya akuntansi kas menuju akrual menjadi neraca berbasis akrual. Neraca tanggal 31
Desember 2014 berbasis CTA dikonversi terlebih dahulu menjadi neraca berbasis akrual per 1 Januari 2015. Neraca yang dihasilkan oleh akuntansi
berbasis CTA secara umum dihasilkan dengan melakukan inventarisasi data-data berkaitan dengan aset, kewajiban dan ekuitas yang dimiliki
entitas. Di sisi lain, neraca akrual disusun melalui pencatatan transaksi dan memiliki hubungan dengan Laporan Operasional LO dan Laporan
Perubahan Ekuitas LPE.
88 Perbedaan yang jelas antara neraca CTA dan neraca akrual adalah
pada pos ekuitas. Ekuitas pada neraca CTA merupakan akun penyeimbang dari pos-pos aset dan kewajiban yang ditemukan pada tanggal pelaporan.
Misalnya Jika entitas pada tanggal pelaporan memiliki aset piutang maka pada ekuitas akan diseimbangkan dengan cadangan piutang, aset tetap
maka akan dimunculkan akun penyeimbang diinvestasikan dalam aset tetap. Sedangkan ekuitas pada neraca akrual berasal dari saldo ekuitas
akhir pada LPE. Dalam LPE akan tergambar perubahan dari saldo akun ekuitas awal, penambahan dan pengurangan dari LO dan koreksi-koreksi
atas ekuitas. Oleh karena itu konversi Neraca CTA menjadi Neraca Akrual
Awal dilakukan dengan menyesuaikan akun-akun ekuitas. Ekuitas yang terbagi-bagi
dalam akuntansi
CTA seperti
cadangan piutang,
diinvestasikan dalam aset tetap dan lain-lain disatukan ke dalam satu akun ekuitas. Setetelah neraca awal akrual tersusun maka perubahannya dalam
pos aset dan kewajiban dilakukan dengan pencatatan melalui transaksi penyesuaian dan koreksi, sedangkan akun ekuitas dihasilkan dari LPE.
2. Konversi LRA Selanjutnya adalah pada tanggal pelaporan dilakukan konversi
LRA menjadi LO. Konversi dilakukan secara global sehingga nantinya akan dihasilkan LO yang belum disesuaikan. Diawali dengan melakukan
konversi Pendapatan LRA menjadi Pendapatan LO. Konversi dilakukan
89 terhadap keseluruhan akun pendapatan-LRA tanpa memperhatikan apakah
memenuhi definisi dan prinsip pengakuan pendapatan LO. Selanjutnya adalah akun-akun belanja dikonversi menjadi akun-
akun beban kecuali akun-akun belanja modal. Sama halnya dengan pendapatan LRA, konversi belanja dilakukan tanpa memperhatikan
pengertian dan prinsip pengakuan beban, misalnya belanja pegawai dikonversi menjadi beban pegawai, belanja bunga menjadi beban bunga.
Konversi belanja barang dan jasa menjadi beban barang dan jasa dilakukan dengan sedikit berbeda. Harus dibedakan belanja-belanja barang
yang menghasilkan persediaan dan yang tidak. Terdapat banyak komponen dalam akun belanja barang seperti perjalanan dinas, honor-honor kegiatan,
belanja jasa yang tidak menghasilkan persediaan. Penyajian belanja barang dan jasa dalam LO akan dibagi menjadi beberapa jenis beban antara lain
beban persediaan, beban jasa, beban perjalanan dinas dan lain-lain. Konversi
pendapatan-LRA dan
belanja ini
akan dapat
menghasilkan LO sebelum disesuaikan karena masih kasar. Koreksi- koreksi dan penyesuaian-penyesuaian atas akun-akun Pendapatan-LO dan
Beban hasil konversi mutlak diperlukan. Hal ini disebabkan : -
Tidak semua akun pendapatan-LRA adalah merupakan pendapatan- LO.
- Tidak semua akun belanja, misalnya belanja modal adalah merupakan
beban.
90 -
Terdapat banyak transaksi-transaksi pendapatan LO dan beban yang pengakuannya tidak dipicu oleh transaksi penerimaan dan pengeluaran
kas -
Penyajian format LO mensyaratkan penyajian berbeda yaitu terdapat surplus dan defisit dari kegiatan dan operasional dan terdapat pos-pos
luar biasa yaitu pendapatan luar biasa dan beban luar biasa. 3. Koreksi dan Penyesuaian
Koreksi dan penyesuaian harus dilakukan karena secara prinsip akuntansi CTA berbeda dengan akuntansi akrual. Koreksi dan penyesuaian
dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu : -
Transaksi pendapatan-LRA yang bukan merupakan pendapatan-LO, -
Transaksi belanja yang bukan merupakan beban, -
Transaksi akrual non pendapatan.
4.3 Peluang Dan Tantangan serta Strategi Penerapan Basis Akrual di Pemerintahan Indonesia
Dalam penerapan basis akrual di Indonesia tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Masih terdapat tantangan-tantangan yang
harus dihadapi dan peluang-peluang serta strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi tantangan tersebut. Untuk lebih jelasnya akan dibahas
dibawah ini.
91