Karakteristik Burung Pemakan Buah .1 Morfologi Burung Pemakan Buah
16
diantara mereka tanpa ada tumpang tindih. Jika kelimpahan sesuai dengan ukuran relung, distribusi dari kelimpahan spesies cenderung seimbang dengan hanya sedikit
dominan secara numerik oleh sebagian kecil spesies. Model ini sesuai dengan yang dipopulerkan oleh MacArthur yaitu Broken Stick Model, 3 distribusi dan kelimpahan
burung sesuai dengan distribusi log normal, terutama jika komunitas disusun oleh banyak spesies. Jika kelimpahan relatif dari spesies dibentuk oleh banyak faktor
bebas yang saling berperan, faktor tersebut akan berlipat sehingga membentuk distribusi log normal
Menurut Karr et al. 1992 kelimpahan dan distribusi spesies burung di habitatnya dipengaruhi oleh kondisi struktur vegetasi. Ketersediaan stratifikasi
vertikal vegetasi dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap keberadaan dan kepadatan spesies burung. Oleh karena itu, kerusakan struktur maupun komposisi
vegetasi hutan akibat kebakaran mempengaruhi distribusi dan kelimpahan burung karena terjadi perubahan struktur dan komposisi vegetasi Ding et al. 1997;
Hadiprayitno 1999. Selain itu, distribusi spesies burung juga dipengaruhi oleh fragmentasi habitat dan ketersediaan sumberdaya di habitat seperti makanan Hobson
Bayne 2000, Haslem Bennett 2008. Menurut Fleming 1992 kelimpahan buah yang tinggi berhubungan erat dengan kepadatan burung pemakan buah.
2.3 Karakteristik Burung Pemakan Buah 2.3.1 Morfologi Burung Pemakan Buah
Spesies-spesies burung berdasarkan jenis makanan yang dimakannya dapat dibagi 7 kategori MacKinnon 1995, yaitu frugivora pemakan buah, granivora
pemakan biji, insektivora pemakan serangga, karnivora pemakan daging dan bangkai, nektarivora pemakan nektar, omnivora pemakan segala misalnya buah
dan serangga, dan piscivora pemakan ikan. Kelompok spesies burung berdasarkan makanan tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya
Jordano 1992, 2000. Berat tubuh burung pemakan buah merupakan faktor utama yang menentukan
intensitas burung memakan buah. Kebutuhan jumlah makanan buah berhubungan erat
17
dengan besar tubuh burung pemakan buah Herrera 1984a. Burung seperti Acrocephalus
spp. memakan buah yang ukuran sedang dengan komposisi volume makanannya antara 30-70. Ukuran tubuh yang kecil memakan buah berukuran kecil
pula seperti Sylvia sp. dan Erithacus sp. Jordano 1992, 2000. Ukuran tubuh burung pemakan buah mempengaruhi intensitas memakan buah
dengan cara membatasi jumlah maksimum dari buah-buahan yang ditelan dan daging buah yang dicerna Herrera 1985. Sebagai contoh, rata-rata jumlah buah Prunus
mahaleb yang dimakan tiap kunjungan makan adalah 1,5 buahkunjungan untuk
Phoenicurus ochrusus 16,0 g; 9,0 buahkunjungan untuk Turdus vircivorus 107,5
g, dan 21,0 buahkunjungan untuk Columba palumbus 460,0 g Jordano Schupp 2000. Oleh karena itu, berat tubuh sangat menentukan banyaknya jumlah maksimum
biji yang dapat disebar oleh burung pemakan buah setelah makan Jordano 1992, 2000.
Perbedaan cara mengambil buah oleh burung pemakan buah menunjukkan hubungan yang sangat erat dengan ekomorfologi dari burung tersebut, khususnya
dengan morfologi sayap, karakteristik paruh dan morfologi alat gerak Jordano 1986. Karakteristik bentuk dan ukuran paruh burung pemakan buah mempunyai peranan
terhadap kerusakan biji dan keberhasilan penyebaran biji. Burung pemakan buah yang mempunyai ukuran paruh kecil dan kokoh seperti Emberiza spp. cenderung
hanya dapat memakan daging buah, sedangkan bijinya dimuntahkan Jordano 1992. Besar bukaan paruh menunjukkan hubungan yang erat dengan ukuran buah
yang dimakan; semakin besar bukaan paruh semakin besar pula ukuran buah yang dapat dimakan Wiens 1992; Fukui 1995. Burung yang memiliki ukuran bukaan
paruh kecil hanya memakan buah-buahan yang kecil, karena keterbatasan ukuran bukaan paruhnya Wheelwright 1988; Herrera 1985.