yang berlaku.
2.3 Metode Pembuatan Nanopartikel
Sediaan nanopartikel dapat dibuat dengan berbagai metode, yaitu metode presipitasi, penggilingan milling methods, dan homogenisasi.
2.3.1 Metode presipitasi
Salah satu metode presipitasi yang pertama adalah teknologi pembuatan Hydrosol. Dalam metode ini, zat aktif dilarutkan ke dalam pelarut, lalu larutan
tersebut dimasukkan ke dalam larutan lain yang bukan pelarut zat aktif tersebut sehingga menghasilkan presipitasi zat aktif yang halus. Kelemahan metode ini
adalah nanopartikel yang terbentuk harus distabilisasi untuk mencegah timbulnya kristal berukuran mikro dan zat aktif yang hendak dibuat nanopartikelnya harus
larut setidaknya dalam salah satu jenis pelarut, sementara diketahui bahwa banyak zat aktif memiliki kelarutan rendah baik di air maupun pelarut organik
Junghanns dan Müller, 2008.
2.3.2 Metode penggilingan
Penggilingan merupakan teknik standar yang telah digunakan dalam beragam bidang aplikasi industri untuk mengurangi ukuran partikel. Pengurangan
ukuran partikel lewat penggilingan dapat dijelaskan oleh tiga mekanisme kunci yang saling mempengaruhi yakni gesekan antara dua permukaan karena tekanan
yang dihasilkan melampaui kekuatan inheren partikel sehingga mengakibatkan frakturasi patahan atau retakan, gaya gesek yang dihasilkan shear force
mengakibatkan pecahnya partikel menjadi beberapa bagian, dan deagregasi terkait kolisi tabrakan antar agregat pada laju diferensial yang tinggi Gour,
2010.
Universitas Sumatera Utara
Metode penggilingan dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara yaitu berdasarkan kondisi medium penggilingan atau berdasarkan mekanisme fraktur
yang terjadi selama penggilingan berlangsung. Berdasarkan kondisi medium ketika partikel digiling, metode dibagi 2 yaitu metode penggilingan kering dan
metode penggilingan basah Burcham, dkk., 2009. Sedangkan berdasarkan mekanisme fraktur yang terjadi, metode dapat dibagi menjadi pemotongan
cutting, kompresi compression, impaksi impaction, dan erosi attrition Staniforth, 2002.
Metode penggilingan kering dry milling merupakan suatu proses memperkecil ukuran partikel tanpa adanya larutan. Hal ini dicapai lewat
penggilingan atau penggerusan dengan tenaga tinggi menggunakan suatu baut pin atau pelatuk hammer yang berputar. Kelemahan utama metode ini adalah
kemampuannya menghasilkan distribusi ukuran partikel yang luas berkisar beberapa ratus nanometer hingga 25
μm atau dengan kata lain, hanya beberapa persen produknya yang berupa nanopartikel Müller, dkk., 2000.
Metode berikutnya adalah metode penggilingan basah wet atau slurry milling yaitu proses penggilingan suatu zat padat yang disuspensikan dalam suatu
larutan. Penggunaan penggilingan basah memiliki beberapa keuntungan dibandingkan penggilingan kering, di antaranya:
a. penggillingan basah dapat dikerjakan bersamaan dengan tahapan isolasi- kristalisasi bahan aktif sehingga tidak menggunakan unit operasi yang
terpisah-pisah seperti halnya penggilingan kering sehingga dapat mengurangi waktu penggilingan dan biaya produksi,
b. dapat digunakan untuk zat aktif yang memperlihatkan perubahan sifat fisik
Universitas Sumatera Utara
atau fase pada suhu tinggi, seperti memiliki titik leleh yang rendah. Hal ini dikarenakan peningkatan kapasitas panas larutan pembawa yang akan
menghasilkan fluktuasi suhu yang lebih rendah selama proses penggilingan. Metode penggilingan basah wet milling merupakan teknologi pengecilan
ukuran partikel yang mampu terus berkembang dan bertahan viable. Keunggulannya telah dibuktikan dengan persetujuan registrasi 4 jenis produk obat
yang menggunakan metode ini oleh FDA. Waktu yang diperlukan dalam penggilingan ini berkisar antara 30 menit hingga beberapa hari Möschwitzher
dan Müller, 2007.
2.3.3 Metode homogenisasi