27
2.3.2. Pengukuran Konsumsi
Berdasarkan jenis data yang diperoleh, pengukuran konsumsi dapat dilakukan dengan survei konsumsi melalui: 1 metode kualitatif,
yaitu dengan metode dietary history, metode pendaftaran makanan food list, metode frekuensi makanan food frequency, dan
metode telepon; 2 metode kuantitatif dengan metode recall 24 jam, perkiraan makanan estimated food records, metode
inventaris inventory method, metode food account, penimbangan makanan food weighing, dan pencatatan household food record;
dan 3 metode kualitatif dan kuantitatif dengan metode riwayat makan dietary history dan metode recall 24 jam Supariasa dkk.,
2001. Pengkajian asupan makanan memberikan tantangan yang cukup besar sebab selama satu minggu seseorang memiliki
kecenderungan untuk mengonsumsi berbagai jenis makanan dalam porsi yang berbeda-beda sehingga menyulitkan individu tersebut
untuk melaporkan asupan makanannya Gibney et al., 2008.
Penilaian status gizi perseorangan dapat dilakukan melalui berbagai metode, yaitu dengan ingatan pangan recall 24 jam, kuesioner
frekuensi pangan, riwayat pangan, catatan pangan, pengamatan, penimbangan makanan, dan estimated food records Arisman,
2009; Supariasa, 2001.
28 Setiap metode pengukuran konsumsi memiliki kelemahan dan
kelebihan masing-masing sehingga penting untuk memperhatikan faktor-faktor dalam memilih metode pengukuran, salah satunya
adalah tujuan pengamatan. Metode penimbangan makanan lebih tepat bila bertujuan untuk memperoleh angka akurat mengenai
jumlah zat gizi yang dikonsumsi disertai jumlah sampel yang kecil. Bila tujuannya hanya untuk menentukan jumlah konsumsi rata-rata
dari sekelompok responden, maka dapat menggunakan metode recall 24 jam atau penimbangan selama satu hari sedangkan
metode frekuensi makanan Food Frequency Questionnaire lebih cocok digunakan jika suatu pengamatan bertujuan untuk
mengetahui kebiasaan atau pola konsumsi dari sekelompok masyarakat Supariasa, 2001.
Ingatan pangan recall 24 jam dilakukan dengan meminta responden mengingat kembali dan mencatat jumlah serta jenis
makanan dan minuman yang telah dikonsumsinya dalam 24 jam terakhir. Dalam pelaksanaannya dapat dipandu oleh pewawancara
terlatih, seperti ahli gizi atau orang yang mengerti tentang pangan dan gizi secara baik Arisman, 2009. Pengukuran dengan metode
ini kurang menggambarkan kebiasaan makan individual jika hanya dilakukan sekali sehingga dianjurkan untuk dilakukan minimal 2
kali yang dilakukan pada hari berbeda dan tidak berurutan Supariasa, 2001.