serta selalu memikirkan tentang kekurangannya dan selalu merasa tidak percaya diri Atkinson dkk, 1999: 259.
Depresi sering kali diabaikan oleh banyak orang, jika melihat dan memahami tentang depresi maka sebenarnya masalah depresi perlu mendapatkan
perhatian khusus, karena jika depresi tidak mendapatkan perhatian bisa mengarah ke kondisi yang lebih parah dan bisa meningkat menjadi penyakit jiwa yang
sangat membahayakan. Berdasarkan DSM IV 1994: 155 depresi dapat mempengaruhi berbagai macam fungsi yang ada dalam diri individu, dimana
fungsi-fungsi yang ada dalam diri individu akan bekerja lebih giat atau lebih lemah. Semua penderita depresi akan memperlihatkan beberapa atau semua
simtom dengan keparahan yang berbeda, dan lagi pula beberapa penderita depresi menunjukkan simpom psikotis yang jelas dalam delusi dan halusinasi. Kadang-
kadang simtom-simtom digambarkan sebagai delusi terpadu dalam arti dapat dipahami sesuai dengan suasana hati.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa depresi adalah gangguan perasaan mood, berupa keadaan kemurungan kesedihan, kepatahan
semangat, kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya nafsu makan.
2.1.2 Gejala-gejala Depresi
Depresi merupakan gangguan yang benar-benar harus dipertimbangkan sebagai psikopatologi yang paling sering mendahului bunuh diri, sehingga tidak
jarang berakhir dengan kematian. Gejala depresi seringkali timbul bersamaan dengan gejala kecemasan. Manifestasi dari kedua gangguan ini lebih lanjut sering
timbul sebagai keluhan umum seperti: Labilitas perasaan, kecemasan, perasaan
bersalah kelelahan, sukar konsentrasi, hingga keinginan mau bunuh diri. Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III 1993: 64 di
Indonesia, gejala yang lazim pada depresi meliputi : a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri kurang c. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna bahkan pada episode
ringan sekalipun d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
e. Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri f. Gangguan tidur
g. Gangguan nafsu makan Gejala-gejala lain pada penyakit depresi menurut Davidson 1990: 5
adalah sebagai berikut: Tabel 2.1
Gejala-Gejala Depresi Suasana Hati
Kesedihan, kecemasan, mudah marah Berpikir
Kehilangan, konsentrasi lambat dan kacau dalam berpikir, penyalahan diri sendiri, ragu-ragu, harga diri
rendah
Motivasi Kurang minat bekerja dan hobi, menghindari kegiatan
kerja sosial, ingin melarikan diri, ketergantungan tinggi Perilaku
Lamban, mondar-mandir, mudah menangis, mengeluh Simtom-simtom
Biologis Hilang nafsu makan nafsu makan brtambah, hilang
nafsu birahisex, lambatgelisah, mudah pingsan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gejala-gejala depresi meliputi konsentrasi dan perhatian kurang, harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, kehilangan minat dan kegembiraan, merasa bersalah, keinginan untuk bunuh diri, adanya gangguan pola tidur, gangguan sexsualitas dan adanya
gangguan nafsu makan.
2.1.3 Faktor-faktor Penyebab Depresi
Kaplan dkk, 1997: 780-789, mengatakan depresi yang terjadi diakibatkan oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor Biologis Penderita gangguan depresi menunjukkan berbagai macam abnormalitas
metabolisme biogenikamin pada darah, urin dan cairan serebromunal. Keadaan tersebut mendukung bahwa gangguan depresi berhubungan
dengan disregulasiamin yang heterogen. b. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan faktor yang sangat bermakna sebagai penyebab timbulnya depresi. Penelitian menunjukkan bahwa keluarga generasi
pertama mempunyai resiko delapan sampai 18 kali lebih banyak dibandingkan kontrol subyek normal oleh penderita deprsi.pada kembar
homozigot untuk dapat terkena depresi sekitar 50 sedangkan untuk kembar dizigot 10-25.
c. Faktor Psikososial 1 Peristiwa Kehidupan dan Stres Lingkungan
Stres dalam kehidupan dapat menimbulkan episode depresi pertama kali dan mempengaruhi neurotrarumiter dan sistem intra
neuron untuk jangka lama dan menetap. Dengan dampak stres dalam kehidupan memegang peran penting dalam hubungannya
dengan onset depresi. 2 Faktor Kepribadian Pramorbid
Semua orang dengan berbagai pola kepribadian yang mempunyai resiko tinggi untuk menderita depresi adalah kepribadian
dependen, histerionok dan obsesif-kompulsif. 3 Faktor Psikoanalisis dan Psikodinamika
Freud mengatakan bahwa pasien depresi meluapkan kemarahan langsung ditujukkan kedalam diri sendiri sebagai identifikasi
dengan obyek. Kaplan dkk, 1997: 780-789 menganggap depresi adalah emosi yang timbul dari tekanan kedalam ego antara aspirasi
dan realita. Pada saat menyadari segala sesutau tidak sesuai yang diharapkan maka akan merasa tidak berdaya dan tidak berguna.
Menurut Mardya 2009: 2 Setidaknya ada lima faktor yang dapat diketahui sebagai faktor penyebab depresi, yaitu:
1 Faktor Psikologis Menurut teori Psikoanalitik Freud, 1917 dan Psikodinamik Abraham,
1927 depresi disebabkan karena kehilangan obyek cinta, kemudian
individu mengadakan introyeksi yang ambivalen dari obyek cinta tersebut atau rasa marah diarahkan pada diri sendiri. Sementara Beck 1974
dengan model cognitive-behavioral nya menyatakan bahwa depresi terjadi karena pandangan yang negatif terhadap diri sendiri, interpretasi yang
negatif terhadap pengalaman hidup dan harapan yang negatif terhadap diri sendiri dan masa depan. Ketiga pandangan ini menyebabkan timbulnya
depresi, rasa tidak berdaya dan putus asa. Penyebab depresi pada seseorang, biasanya karena triad cognitive yaitu: perasaan tidak berharga
worthlessness, tidak ada yang menolong dirinya sendiri helplessness, dan tidak ada harapan hopelessness. Sedangkan menurut teori belajar
“merasa tidak berdaya” learned helplessness model dari Seligman 1975 depresi terjadi bila seorang individu mengalami suatu peristiwa yang tidak
dapat dikendalikannya, kemudian merasa tidak mampu pula menguasai masa depan.
2 Faktor Biologis Faktor ini terdiri atas faktor neuro-kimia dan neuro-endokrin. Faktor
neurokimia, yaitu mono-amine neurotransmitters, kekurangan zat ini bisa menyebabkan timbulnya depresi. Faktor neuro-endokrin bisa berasal dari
terjadinya disfungsi dalam sistem penyaluran rangsang dari hipotalamus ke hipofise dan target organ lain, gangguan ritme biologis, meningkatnya
kardar hormon pertumbuhan secara berlebihan serta gangguan tiroid.
3 Faktor neuro-imunologis Pada orang dewasa sering ditemukan gangguan dalam bidang imunologis
sehingga lebih mudah terjadi infeksi pada susunan syaraf pusat. Kemungkinan lain adalah bahwa zat-zat imunologis tersebut terlalu aktif
sehingga menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat. 4 Faktor Genetik
Depresi bisa disebabkan oleh faktor keturunan. Resiko untuk terjadinya depresi meningkat antara 20
– 40 untuk keluarga keturunan pertama. Dapat dikatakan bahwa anak-anak dari orangtua yang depresi psikotik dan
depresi non-psikotik terdapat insiden yang tinggi dari gejala depresi ini. Memiliki satu orangtua yang mengalami depresi, meningkatkan resiko dua
kali pada keturunannya. Resiko itu meningkat menjadi empat kali bila kedua orangtuanya sama-sama mengalami depresi.
5 Faktor Psikososial Seseorang dalam lingkungan keluarga yang broken home, jumlah saudara
banyak, status ekonomi orangtua rendah, pemisahan orangtua dengan karena meningggal atau perceraian serta buruknya fungsi keluarga,
merupakan faktor psikososial yang dapat menyebabkan seseorang mengalami depresi.
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya depresi yaitu faktor psikologis, faktor biologis, faktor neuro-
imunologis, faktor genetika, dan faktor psikososial.
2.1.4 Jenis-jenis Depresi