THE BASIC SKILLS ENHANCEMENT OF SOCIAL KNOWLEDGE THROUGH NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) COOPERATIVE LEARNING PROCESS OF THE CLASS IX C EVEN SEMESTER IN SMP NEGERI 10 KOTABUMI NORTH LAMPUNG ACADEMIC YEAR 2012 - 2013 PENINGKATAN KETERAMPILAN DASAR IPS MELALUI

(1)

ABSTRACT

THE BASIC SKILLS ENHANCEMENT OF SOCIAL KNOWLEDGE THROUGH NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) COOPERATIVE LEARNING PROCESS OF THE CLASS IX C EVEN SEMESTER

IN SMP NEGERI 10 KOTABUMI NORTH LAMPUNG ACADEMIC YEAR 2012 - 2013

By Susilawati

The purpose of this study is to describe learning plan, to implement of learning cooperative learning NHT (Numbered Head Together) model which can improve the basic skills of social studies and the IX C class learning outcomes in SMP Negeri 10 Kotabumi, North Lampung.

The Method used in the study is Classroom Action Research. It can be done through 3 cycles, each cycles consisting of planning, action, observations and reflections. Data collections techniques used are: observations, interviews, tests, fhoto / pictures, and documentations.

The results of this study showed an increase in : a) Value learning plan for each cycle of 1 to 3 to be very good. b) Teacher performance in the learning value in cycle 1 to 3 to be very good. c) Achievement of basic skills in the social studies students at every cycles 1 to 3, ie, skilled reached 87%, which means that of the eight indicators have been achieved as a whole (read, answer questions, ask questions, solve problems, express opinions, responsibility, collaboration and discussion). d) Improving student learning outcomes, for 1 cycle students who completed at 20 of the number of students (36 people), for students who completed 2 cycles of up to 26 of the number of students and the students who completed 3 cycles reached 34 of the number of students.

Keywords: the basic social knowledge skills, NHT (Numbered Head Together).


(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN DASAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD

TOGETHER) PADA SISWA KELAS IX C SEMESTER GENAP SMP NEGERI 10 KOTABUMI LAMPUNG UTARA

TAHUN PELAJARAN 2012-2013 Oleh

Susilawati

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Head Together) yang dapat meningkatkan keterampilan dasar IPS dan hasil belajar siswa kelas IX C SMP Negeri 10 Kotabumi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam tiga siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Tehnik pengumpulan data yang digunakan yaitu, observasi, wawancara, tes, fhoto, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan yaitu; a) Nilai perencanaan pembelajaran pada setiap siklus 1 sampai 3 menjadi sangat baik. b) Nilai kinerja guru dalam pembelajaran pada siklus 1 sampai 3 menjadi sangat baik. c) Ketercapaian ketrampilan dasar IPS pada siswa pada setiap siklus 1 sampai 3 yaitu, terampil mencapai 87 %, yang artinya dari 8 indikator sudah tercapai secara keseluruhan (membaca, menjawab pertanyaan, bertanya, memecahkan masalah, mengemukakan pendapat, tanggungjawab, bekerjasama dan berdiskusi). d) Peningkatan hasil belajar siswa, untuk siklus 1 siswa yang tuntas mencapai 20 dari jumlah siswa (36 orang), untuk siklus 2 siswa yang tuntas mencapai 26 dari jumlah siswa dan siklus 3 siswa yang tuntas mencapai 34 dari jumlah siswa.

Kata kunci: Keterampilan Dasar IPS, NHT (Numbered Head Together)


(3)

PENINGKATAN KETERAMPILAN DASAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD

TOGETHER ) PADA SISWA KELAS IX C SEMESTER GENAP DI SMP NEGERI 10 KOTABUMI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2012-2013

Oleh

SUSILAWATI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pasca Sarjana Pendidikan IPS

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG


(4)

(5)

(6)

(7)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 9 Agustus 1968. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Jamaluddin, M. (alm) dengan Ibu Hj. Herawati Matseh.

Riwayat pendidikan penulis adalah; Sekolah Dasar dilalui di SD Negeri 08 Tanjung Aman Kotabumi lulus tahun 1980, melanjutkan ke SMP Negeri 3 Kotabumi lulus tahun 1983, melanjutkan ke SMEA Negeri I Kotabumi jurusan Tata Buku lulus tahun 1986. Dan penulis melanjutkan ke Universitas Lampung Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Ilmu Pendidikan, dan Program Studi Administrasi Pendidikan, selesai tahun 1991.

Penulis menikah dengan Drs. Ahmad Farid Sy. dan saat ini telah di karuniai 4 orang anak yaitu, M. Ghaffari Faridhal, Nahda Khansa Farida, M. Syaddad Alfayed Faridhal, dan Khalisa Tsabita Farida.

Pada tahun 1998 penulis di terima menjadi Pegawai Negeri Sipil, dan sekarang bertugas di SMP Negeri 10 Kotabumi Lampung Utara.


(8)

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat

(pula) kepada mu, dan bersyukurlah kepada Ku, dan

janganlah kamu mengingkari (nikmat)

Ku.

( QS. Albaqarah : 152)

Orang yang kaya jiwanya adalah jika setiap bertambah

ilmunya, maka bertambah kasih sayang dan kerendahan

hatinya

…”

(Ibnu Qayyim Al-Jauziyayah)


(9)

vii

Persembahan

Assalamualaikumwarrohmatullahiwabarokatuhu, segala puji

bagi Allah SWT kupersembahkan karya ilmiah yang

sederhana ini kepada orang-orang yang selalu berjasa dan

berharga dalam hidup ku :

Ibunda tercinta Hj. Herawati binti Matseh

Suami ku tersayang Drs. Ahmad Farid Sy

Anak-anak ku tersayang; M. Ghaffari Faridhal, Nahda

Khansa Farida, M. Syaddad Alfayed Faridhal, dan

Khalisa Tsabita Farida.

Adik-adik ku; Harryson, Arif Tria Firmansyah, ipar-ipar

ku, dan saudara-saudara ku.

Bu Mas’amah, Bu Yul

via, Bu Elvi Tri Susanti, Bu Yunina,

Bu Dwi Aryanti, Pak Andre, Bu Darsih dan semua

rekan-rekan ku di SMPN Negeri 10 Kotabumi.

Para Pendidik ku, rekan tarbiyah, dan

rekan-rekan seprofesi .

Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana PIPS FKIP Unila

Almamater tercinta.


(10)

ix

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah Subhannawataa’lla atas segala rahmat dan hidayah -Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini, guna memenuhi tugas akhir untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Magister Pendidikan IPS pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam usaha menyelesaikan Tesis ini, penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan, namun atas bantuan berbagai pihak, akhirnya Tesis ini dapat diselesaikan sesuai dengan harapan. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M.S. selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Pasca Sarjana dan Pembimbing I yang telah membantu, memotivasi dan membimbing selama dalam penyelesaian Tesis ini.

3. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, dan sebagai penguji.

4. Bapak Dr. Pargito, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan IPS yang telah membantu dan memotivasi dalam penyelesaian tesis ini, dan juga sebagai penguji.


(11)

x

5. Bapak Dr. R. Gunawan Sudarmanto, S.E., S.Pd., M.M. selaku Sekretaris Jurusan Magister Pendidikan IPS dan selaku pembahas yang telah membantu dalam penyelesaian Tesis ini.

6. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. Selaku Pembimbing II yang telah memberi perhatian dan bimbingan dengan kelembutan hatinya dalam penyelesaian Tesis ini.

7. Seluruh dosen Program Studi Magister Pendidikan IPS, staf karyawan Sekretariat Pasca Sarjana Universitas Lampung, dan staf karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung (khususnya staf sekretariat Program Studi Magister Pendidikan IPS).

8. Bapak dan Ibu Staff Administrasi Program Pasca Sarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

9. Teman-teman Pasca Sarjana Magister Pendidikan IPS yang telah membantu dan memotivasi selama penulis menyelesaikan Tesis ini.

Semoga Allah Subhannallahwataa’ala selalu melimpahkan rahmat dan karunia -Nya kepada semua pihak yang telah tulus dan ikhlas membantu, membimbing, dan memotivasi penulis.

Bandar Lampung, 3 April 2014 Penulis


(12)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

MOTTO ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Batasan Penelitian ... 7

1.4. Rumusan Masalah ... 8

1.5. Tujuan Penelitian ... 8

1.6. Manfaat Penelitian ... 9

1.7. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

1.7.1. Ruang Lingkup Keilmuan ... 11

II. KAJIAN PUSTAKA ... 13

2.1. Belajar dan Pembelajaran ... 13

2.2. Teori Belajar Behavioristik ... 14

2.3. Teori Belajar Konstruktivis ... 16

2.4. Hakikat IlmuPengetahuan Sosial ... 18

2.5. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 19

2.6. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial ... 21

2.7. Nilai Yang dikembangkan dalam IPS ... 22

2.8. Keterampilan Dasar IPS ... 25

2.8.1. Klasifikasi Keterampilan Dasar IPS ... 28


(13)

xi

2.9.1. Prinsip Dasar dan Karakteristik Model Pembelajaran

Kooperatif ... 34

2.9.2. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif ... 36

2.10. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 37

2.10.1. Langkah-langkah pembelajaran NHT ... 39

2.10.2. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif NHT ... 41

2.11. Kerangka Pikir ... 43

III. METODE PENELITIAN ... 45

3.1. Pendekatan dan Prosedur Penelitian ... 45

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

3.3. Subbjek Dan Objek Penelitian ... 50

3.4. Indikator Keberhasilan ... 50

3.5. Operasional Tindakan Penelitian ... 52

3.5.1. Defenisi Konseptual ... 52

3.5.2. Operasional Tindakan Penelitian ... 54

3.6. Tehnik Pengumpulan Data ... 61

3.6.1. Observasi ... 61

3.6.2. Wawancara ... 61

3.6.3. Alat Evaluasi (Lembar Tes) ... 62

3.6.4. Dokumentasi Fhoto ... 62

3.7. Tehnik Pengolahan dan Validasi Data ... 62

3.7.1. Pengolahan Data ... 62

3.7.2. Validasi Data ... 63

3.7.3. Interpretasi Data ... 63

3.8. Tehnik Analisis Data ... 64

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

4.1. Kondisi Umum Tempat Penelitian ... 66

4.1.1. Visi SMP Negeri 10 Kotabumi ... 66

4.1.2. Misi SMP Negeri 10 Kotabumi ... 67

4.1.3. Tujuan SMP Negeri 10 Kotabumi... 67

4.1.4. Sarana dan Fasilitas Pembelajaran ... 68

4.1.5. Keadaan Guru dan Pegawai Administrasi... 69

4.2. Hasil Penelitian Siklus 1 ... 69

4.2.1. Perencanaan Tindakan ... 69

4.2.2. Pelaksanaan Tindakan ... 71

4.2.2.1. Pertemuan kesatu ... 71

4.2.2.2. Pertemuan kedua ... 74

4.2.2.3. Pertemuan ketiga ... 78

4.2.3. Observasi Tindakan Siklus I ... 82

4.2.3.1. Observasi Pertemuan kesatu ... 82

4.2.3.2. Observasi Pertemuan kedua ... 89

4.2.3.3. Observasi Pertemuan ketiga ... 94

4.2.4. Refleksi Tindakan Siklus I ... 101

4.2.5. Rekomendasi Perbaikan Siklus 1 ... 106


(14)

xi

4.3.2. Pelaksanaan Tindakan ... 109

4.3.2.1. Pertemuan Kesatu... 109

4.3.2.2. Pertemuan Kedua ... 113

4.3.3. Observasi Tindakan Siklus 2 ... 116

4.3.3.1. Observasi Pertemuan 1 ... 117

4.3.3.2. Observasi Pertemuan 2 ... 123

4.3.4. Refleksi Tindakan Siklus 2 ... 130

4.3.5. Rekomendasi Perbaikan Siklus 2 ... 135

4.4. Hasil Penelitian Siklus 3 ... 137

4.4.1. Perencanaan Tindakan ... 137

4.4.2. Pelaksanaan Tindakan ... 138

4.4.2.1. Pertemuan Kesatu ... 138

4.4.2.2. Pertemuan Kedua ... 141

4.4.3. Observasi Tindakan Siklus 3 ... 145

4.4.3.1. Observasi Pertemuan 1 ... 145

4.4.3.2. Observasi Pertemuan 2 ... 151

4.4.4. Refleksi Tindakan Siklus 3 ... 157

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 163

4.5.1. Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 163

4.5.2. Analisis Kinerja guru dalam Pembelajaran IPS ... 166

4.5.3. Analisis Keterampilan Dasar IPS ... 168

4.5.4. Analisis Hasil Belajar Siswa ... 172

4.6. Hasil Keseluruhan Penelitian ... 174

4.7. Keterbatasan Penelitian ... 179

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 181

5.2. Saran ... 185

DAFTAR PUSTAKA ... 187

LAMPIRAN ... 190


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

T

abel Halaman

1.1. Jumlah Siswa-Siswi SMPN 10 Kotabumi... 2

1.2. Hasil Observasi Keadaan Siswa Kelas IX C dalam Pembelajaran IPS ... 3

2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Tipe NHT ... 41

4.1. Keadaan Guru dan pegawai SMPN 10 Kotabumi Tahun 2012-2013 ... 69

4.2. Nilai RPP siklus 1 ... 82

4.3. Observasi keterampilan dasar IPS siklus 1 pertemuan 1 ... 83

4.4. Keterampilan dasar IPS siswa siklus 1 pertemuan 1 ... 85

4.5. Observasi kinerja guru siklus 1 pertemuan 1 ... 87

4.6. Observasi keterampilan dasar IPS siklus 1 pertemuan 2 ... 89

4.7. Keterampilan dasar IPS siswa siklus 1 pertemuan 2 ... 90

4.8. Observasi kinerja guru siklus 1 pertemuan 2 ... 92

4.9. Observasi keterampilan dasar IPS siklus 1 pertemuan 3 ... 94

4.10. Keterampilan dasar IPS siswa siklus 1 pertemuan 3 ... 95

4.11. Observasi kinerja guru siklus 1 pertemuan 3 ... 97

4.12. Hasil belajar siswa siklus 1 ... 99

4.13. Hasil wawancara dengan siswa siklus 1... 100

4.14. Kelebihan dan kekurangan siklus 1 ... 104

4.15. Tabel silang siklus 1 ... 106

4.16. Nilai RPP siklus 2 ... 117

4.17. Observasi keterampilan dasar IPS siklus 2 pertemuan 1 ... 118

4.18. Keterampilan dasar IPS siswa siklus 2 pertemuan 1 ... 119

4.19. Observasi kinerja guru siklus 2 pertemuan 1 ... 121


(16)

xiv

4.22. Observasi kinerja guru siklus 2 pertemuan 2 ... 126

4.23. Hasil belajar siswa siklus 2 ... 128

4.24. Hasil wawancara dengan siswa siklus 2... 129

4.25. Kelebihan dan kekurangan siklus 2 ... 133

4.26. Tabel silang siklus 2 ... 135

4.27. Nilai RPP siklus 3 ... 145

4.28. Observasi keterampilan dasar IPS siklus 3 pertemuan 1 ... 146

4.29. Keterampilan dasar IPS siswa siklus 3 pertemuan 1 ... 147

4.30. Observasi kinerja guru siklus 3 pertemuan 1 ... 149

4.31. Observasi keterampilan dasar IPS siklus 3 pertemuan 2 ... 151

4.32. Keterampilan dasar IPS siswa siklus 3 pertemuan 2 ... 152

4.33. Observasi kinerja guru siklus 3 pertemuan 2 ... 154

4.34. Hasil belajar siswa siklus 3 ... 156

4.35. Hasil wawancara dengan siswa siklus 3... 157

4.36. Tabel silang siklus 3 ... 161

4.37. Nilai RPP setiap siklus ... 164

4.38. Daftar nilai APKG 2 disetiap siklus ... 167

4.39. Presentase nilai keterampilan dasar IPS di setiap siklus ... 170


(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1 Bagan Kerangka Pikir………. 44

3.1 Model Siklus Penelitian Tindakan ... 49

4.1 Diagram Batang Persenstase Keterampilan Dasar IPS siswa Siklus 1

pertemuan 1 ... 86

4.2 Beberapa siswa laki-laki terlihat santai dan tidak serius ... 88

4.3 Diagram batang persentase Keterampilan Dasar IPS siswa siklus 1 pertemuan 2 ... 91

4.4 Guru sedang mengawasi jalannya proses pembelajaran... 93

4.5 Diagram batang persentase keterampilan dasar IPS siswa siklus 1 Pertemuan 3 ... 96

4.6 Siswa nampak masing belum adanya kerjasama ... 98

4.7 Diagram batang persentase keterampilan dasar IPS Siklus 2 pertemuan 1 120 4.8 Siswa terlihat bercanda dan tertawa ... 122

4.9 Diagram batang persentase keterampilan dasar IPS siklus 2 pertemuan 2 125 4.10 Siswa dalam satu kelompok sedang bercanda ... 127

4.11 Diagram batang keterampilan dasar IPS siswa siklus 3 pertemuan 1……. 147

4.12 Siswa-siswa nampak serius membaca materi dan berdiskusi………. 150

4.13 Diagram batang keterampilan dasar IPS siswa siklus 3 pertemuan 2……. 153

4.14 Semua siswa nampak serius berdiskusi, bekerjasama menyelesaikan Soal-soal …... 155

4.15 Gambar Spiral Pengembangan Siklus ... 162

4.16 Diagram batang persentase nilai RPP di setiap siklus ... 165

4.17 Diagram batang persentase APKG 2 di setiap siklus ……….. 168


(18)

xvi

4.20 Diagram batang persentase setiap variabel penelitian ……….. 176


(19)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Guru merupakan pemegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, karena guru bukan hanya sekedar penyampai materi , tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Guru juga sebagai pengatur dan mengarahkan pembelajaran agar dapat dilaksanakan secara efektif juga menarik, sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

Mata Pelajaran IPS merupakan perpaduan pengetahuan sosial, maka bentuk pembelajarannya pun berupa menerapkan teori, konsep, prinsip ilmu social untuk menelaah fakta seperti, pengalaman, pristiwa, gejala dan masalah-masalah sosial yang ada dalam lingkungan masyarakat, sehingga siswa dapat memahami dan mampu memecahkan masalah-masalah sosial. Pembelajaran IPS bukan saja bertujuan untuk memenuhi pengetahuan peserta didik dengan berbagai fakta dan materi yang harus dihafalnya, melainkan juga untuk membina mental siswa dan melatih ketrampilan para siswa baik ketrampilan fisik maupun kemampuan berpikirnya dalam mengkaji dan mencari pemecahan dari masalah sosial yang dialaminya. Sehingga siswa akan sadar dengan tanggungjawab terhadap hak dirinya sendiri maupun kewajibannya kepada masyarakat, dan siswa akan


(20)

mempunyai sikap yang kritis serta peduli terhadap permasalahan yang ada di lingkungannya.

Guru IPS harus memiliki ilmu pengetahuan sosial, dan menguasai materi/bahan yang akan diajarkan baik berupa konsep, teori maupun fakta, juga harus memiliki bekal kemampuan/keterampila n mental,kemampuan /keterampilan personal dan sekaligus memiliki kemampuan/keterampilan sosial. Guru IPS juga dituntut kreativitasnya untuk menciptakan suasana belajar yang dapat merangsang/ mendorong keterlibatan siswa secara aktif, selain itu guru juga harus mampu dan terampil memilih model pembelajaran, memanfaatkan sumber belajar, dan menggunakan media/alat bantu dalam pembelajaran IPS, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik.

Sementara itu Guru mata pelajaran IPS di SMP Negeri 10 Kotabumi berjumlah 8 orang, yang terdiri 1 orang laki-laki dan 7 orang perempuan dengan berpendidikan dari berbagai disiplin ilmu ke-IPS-an (Geografi, Ekonomi,Sejarah, dan Administrasi Pendidikan). Adapun jumlah seluruh siswa SMP Negeri 10 Kotabumi pada tahun pelajaran 2012-2013 dapat kita lihat pada tabel berikut;

Table 1.1. Jumlah Siswa SMPN 10 Kotabumi Tahun Pelajaran 2012-2013. NO Kelas Jumlah Persentase (%) Jumlah

Siswa

Jumlah Rombel L P L P

1 VII 162 131 55 45 293 7 2 VIII 127 120 51 49 247 6 3 IX 124 121 51 49 245 6 Jumlah 413 372 53 47 785 19 Sumber: Profil data SMPN 10 Kotabumi


(21)

Jumlah keseluruhan siswa adalah 785 siswa, dengan jumlah rombongan belajar 19 kelas (kelas IX berjumlah 6 kelas, kelas VIII berjumlah 6 kelas, dan kelas VII berjumlah 7 kelas), dan rata-rata tiap kelas 38 siswa.

Hasil dari pengumpulan data yang penulis lakukan melalui pengamatan, dokumen dan wawancara terhadap guru-guru mata pelajaran IPS diketahui bahwa, keterampilan dasar IPS siswa dalam proses pembelajaran IPS masih rendah, indikasinya adalah siswa kurang terampil membaca materi pembelajaran IPS dengan menggunakan media pembelajaran IPS seperti, atlas, peta , globe, dan grafik. Malu dan takut dalam bertanya kepada teman atau pun kepada guru. Tidak mau menjawab pertanyaan dari teman maupun guru. Kurang berani mengemukakan ide/pendapat. Kurang bekerja sama dan diskusi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, dan siswa apabila di beri tugas masih tidak tepat waktu dalam menyelesaikannya. Hal tersebut dapat dilihat di tabel keadaan siswa kelas IX C dalam proses pembelajaran IPS di bawah ini.

Tabel 1.2. Hasil Observasi Keadaan Siswa Kelas IX C dalam Pembelajaran IPS.

Kelas Aktivitas Siswa Di Kelas Siswa yang

Kurang terampil

Siswa yang terampil IX.C

36 SISWA P : 20 L : 16

Membaca materi dengan media IPS 16 20

Menjawab pertanyaan guru/teman 18 18 Bertanya kepada teman/guru 23 13

Memecahkan masalah 20 16

Mengemukakan pendapat/ide 24 12

Tanggung jawab menyelesaikan tugas 20 16

Bekerjasama dengan teman 24 12

Berdiskusi dalam kelompok 17 19

Sumber: Hasil Pengamatan Guru Mata Pelajaran IPS Pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012-2013


(22)

Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS disetiap kelas rata-rata 62% belum mencapai KKM dan 38% yang sudah mencapai KKM. Sedangkan hasil evaluasi kognitif empat kompetensi dasar semester ganjil klas IX C pelajaran IPS tahun pelajaran 2012-2013, yaitu (1) K.D. 3.1: Mendiskripsikan perubahan sosial pada masyarakat= 58,65. (2) K.D.3.2: Menguraikan tipe-tipe perilaku masyarakat dalam menyikapi perubahan sosial budaya= 62,43. (3) K.D.4.1: Mendiskripsikan uang dan lembaga keuangan= 66,72. (4) K.D.4.2: Kemampuan menganalisis perdagangan internasional= 65,55. Sehingga hal tersebut lah yang menjadi alasan penulis untuk meneliti dan untuk memperbaiki serta meningkatkan beberapa hal tersebut agar siswa mempunyai keterampilan dasar dalam pembelajaran IPS dan meningkatkan percaya diri siswa serta kemampuan akademik.

Menurut refleksi penulis keadaan dan hasil belajar siswa seperti itu disebabkan oleh beberapa hal antara lain; intake siswa sebelumnya yang rata-rata masih rendah, pelaksanaan pembelajaran IPS masih menekankan pada penguasaan konsep pengetahuan dengan cara menghapal atau mengingat, guru IPS masih kurang trampil dalam menggunakan media pembelajaran IPS/alat peraga pada waktu kegiatan pembelajaran, hal ini disebabkan latar belakang pendidikan guru tidak sesuai dengan materi yang akan disampaikan ke siswa, pembelajaran masih sering berpusat pada guru (teacher centered) yang artinya guru masih sering mendominasi kelas karena sering menggunakan metode ceramah yang divariasikan dengan tanya jawab. Guru IPS ini juga masih kurang memiliki pengetahuan dan ketrampilan bagaimana mengelola pembelajaran keterpaduan dalam IPS dan dalam memilih model pembelajaran untuk pembelajaran IPS.


(23)

Mengalamami keadaan tersebut diatas maka penulis akan melakukan perbaikan pembelajaran dengan penelitian melalui pelaksanakan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together), yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan Dasar siswa kelas IX.C di SMP Negeri 10 Kotabumi. Karena model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif, yang menekankan pada kegiatan pembelajaran yang membagi siswa dalam beberapa kelompok dan memberikan penomoran kepada setiap siswa di dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Selain itu pembelajaran tipe

Numbered Head Together (NHT) dibentuk untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, di mana siswa dijadikan subjek yang berupaya menggali informasi dari berbagai sumber, mengolah sendiri informasi, memecahkan sendiri masalah-masalah dari suatu materi yang dipelajari, melaporkan informasi dengan mempresentasikannya.

Melalui pembelajaran yang inovatif, menantang dan menyenangkan ini siswa diharapkan dapat meningkatkan penguasaan kompetensi dalam pembelajaran, dan dapat memiliki ketrampilan dasar IPS seperti, siswa tidak malu dan takut dalam bertanya kepada teman atau pun kepada guru, siswa mampu menjawab pertanyaan dari teman maupun guru, siswa berani mengemukakan ide/pendapat, siswa mampu kerja sama dan berdiskusi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, dan apabila di beri tugas siswa dapat menyelesaikannya dengan tepat waktu.


(24)

Seperti apa yang dikatakan oleh Sudjarwo (2012:192), model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang unuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik, meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang dan untuk mengembangkan keterampilan siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagai tugas, aktif bertanya, mengahargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya .

Olson & Hergenhahn (2010:313) menyatakan bahwa, pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan keketidak-seimbangan .

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka identifikasi permasalahan

pembelajaran IPS di kelas IX.C SMP Negeri 10 Kotabumi dalam penelitian ini adalah :

1. Model pembelajaran IPS yang digunakan masih monoton, kurang bervariasi, dan kurang efektif, karena masih di dominasi oleh metode ceramah atau divariasikan dengan tanya jawab


(25)

2. Guru Masih kurang terampil dalam menggunakan alat atau media pembelajaran IPS.

3. Proses pembelajaran IPS selama ini lebih banyak menekankan pada penguasaan konsep pengetahuan, dan masih sering menggunakan pendekatan Teacher Centered.

4. Siswa kurang diberi latihan untuk memecahkan masalah-masalah sosial baik secara individu maupun secara kelompok. Guru lebih banyak bertanya mengenai sub-sub pokok bahasan yang sifatnya hafalan, bukan analisa.

5. Hasil belajar dan ketrampilan dasar IPS siswa IX C masih rendah.

1.3. Batasan Penelitian

. Untuk mengefektifkan proses penelitian, maka peneliti membatasi kajian penelitian sebagai berikut:

1. Fokus penelitian dilakukan untuk meningkatkan ketrampilan dasar IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

2. Penelitian membahas materi berdasarkan pemetaan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) pada semester genap kelas IX.

3. Sasaran tindakan atau variabel yang dikenai tindakan adalah keterampilan dasar IPS.

4. Penelitian dilakukan di kelas IX.C semester genap tahun 2012-2013 di SMP Negeri 10 Kotabumi.


(26)

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus masalah yang dihadapi, maka rumusan masalahnya adalah:

1.4.1. Bagaimana perencanaan pembelajaran model kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) yang dapat meningkatkan keterampilan dasar IPS siswa kelas IX.C SMP Negeri 10 Kotabumi ?.

1.4.2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran model kooperatif tipe NHT

(Numbered Head Together) yang dapat meningkatkan keterampilan dasar IPS siswa belajar kelas IX.C SMP Negeri 10 Kotabumi?.

1.4.3. Apakah pelaksanaan pembelajaran model kooperatif tipe NHT (numbered Head Together) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX C SMP Negeri 10 Kotabumi ?.

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) yang dapat meningkatkan keterampilan dasar IPS siswa kelas IX.C SMP Negeri 10 Kotabumi.

1.5.2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran model kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) yang dapat meningkatkan


(27)

1.5.3. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran model kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) apakah dapat meningkatkan keterampilan dasar IPS siswa kelas IX.C SMP Negeri 10 Kotabumi.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini secara umum adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelas IX.C SMP Negeri 10 Kotabumi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Head Together). Secara khusus dapat diuraikan manfaat hasil penelitian ini sebagai berikut:

1.6.1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan ketrampilan dasar IPS pada siswa kelas IX.C SMP Negeri 10 Kotabumi.

b. Melatih serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui metode diskusi dalam pembelajaran IPS.

c. Meningkatkan penguasaan konsep-konsep pada materi pembelajaran IPS.

d. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

1.6.2. Bagi Guru

a. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kreativitas guru dalam pembelajaran IPS yang relevan dengan tujuan pembelajaran IPS.


(28)

b. Membantu guru mengatasi kesulitan dalam mengembangkan dan menguasai model pembelajaran, yang mampu meningkatkan keterampilan dasar IPS pada siswa.

c. Bagi guru, hasil penelitian ini akan digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

d. Guru akan berusaha menerapkan strategi dan pendekatan yang sesuai untuk pembelajaran IPS sehingga siswa memiliki kecerdasan intelektual, social, dan emosional.

1.6.3. Bagi Sekolah

a. Menjadi masukan dalam upaya peningkatan perbaikan pembelajaran IPS bagi guru-guru.

b. Meningkatkan citra sekolah di mata masyarakat pada umumnya, orang tua siswa pada khususnya.

1.7. Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian ini meliputi Pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). Dan pada Peningkatan Keterampilan dasar IPS meliputi delapan indikator yaitu, membaca materi dengan menggunakan media pembelajaran IPS, menjawab pertanyaan, bertanya, pemecahan masalah, mengemukakan pendapat/ide, tanggungjawab, bekerja sama dan berdiskusi dalam kelompok.


(29)

1.7.1. Ruang Lingkup Keilmuan

Menurut Sapriya (2009:7) Mata Pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya.

Pargito (2010:33) menyatakan bahwa, pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, pembelajaran IPS di implementasikan sebagai social sciences. Social sciences dalam Bahasa Indonesia adalah ilmu-ilmu sosial, karena pada dasarnya ilmu sosial tidak tunggal tetapi terdiri dari beberapa cabang atau jenis seperti sosiologi, antropolgi, geografi, psikologi, ilmu politik, ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu sejarah dan sebagainya.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di tingkat sekolah menengah pertama (SMP) meliputi bahan kajian sosiologi, sejarah, geografi dan ekonomi, bahan kajian itu menjadi mata pelajaran IPS. Jenjang SMP pengorganisasian materi pelajaran IPS menganut pendekatan terpadu (integrated) artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun mengacu pada aspek kehidupan nyata peserta didik sesuai dengan karakteristik usia, tingkat perkembangan berfikir dan kebiasaan bersikap dan berperilaku. Ketentuan bahwa dalam mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai.

Lebih lanjut Pargito (2010 : 34) menyatakan bahwa, IPS sebagai pengembangan pribadi seseorang akan dapat membekali seseorang dalam pengembangan diri melalui berbagai keterampilan sosial dalam kehidupannya. Pendidikan IPS disini


(30)

harus membekali siswa tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai sehingga semua itu dapat membentuk citra diri siswa menjadi manusia yang memiliki jati diri yang mampu hidup ditengah masyarakat dengan damai dan dapat menjadikan contoh teladan serta memberikan kelebihannya pada orang lain.

Pada penelitian ini kompetensi yang akan diteliti adalah kompetensi dasar mendiskripsikan pembagian permukaan bumi atas benua dan samudera, pada standar kompetensi memahami hubungan manusia dengan bumi. Standar Kompetensi memahami usaha mempertahankan Republik Indonesia, pada kompetensi dasar mendiskripsikan perjuangan bangsa Inndonesia merebut Irian Barat. Dan pada kompetensi dasar mendiskripsikan perkembangan lembaga internasional dan peran Indonesia dalam kerjasama Internasional.


(31)

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1. Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa, belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan. Pemahaman guru akan pengertian dan makna belajar akan

mempengaruhi tindakannya dalam membimbing siswa untuk belajar. Guru yang hanya memahami belajar hanya agar murid bisa menghafal tentu beda cara mengajarnya dengan guru yang memahami belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku. Whittaker dalam Djamarah, (2008 : 12), merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Kingskey dalam Djamarah (2008:13) mengatakan bahwa, Learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

Kemudian Djamarah (2008:14) berpendapat bahwa, belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individun dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut


(32)

kognitif, afektif, dan psikomotor.

Dari beberapa pengertian tentang belajar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah perubahan jiwa dan tingkah laku yang diperoleh dari aktivitas individu berupa latihan dan berinteraksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu guru penting memahami pengertian belajar dan teori-teori belajar sebelum melaksanakan kegiatan pembelajarannya.

2.2. Teori Belajar Behavioristik

Teori Belajar Respondent conditioning. Menurut Pavlov dalam Lapono (2010:1-4), Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Prilaku atau tingkah laku merupakan respon yang dapat diamati dan diramalkan, mengkaji stimuli (rangsangan tak bersyarat) yang secara sepontan memanggil respon.

Teori Belajar Operant Conditioning oleh Skinner dalam Lapono (2010: 1-5) berpendapat, bahwa belajar menghasilkan perubahan tingkah laku yang dapat diamati, sedangkan prilaku belajar diubah oleh kondisi lingkungan. Dalam teori ini ada unsur rangsangan atau stimuli, respon, dan konsekuensi. Stimuli (tanda/syarat) bertindak sebagai pemancing respon, sedangkan konsekuensi tanggapan dapat bersifat positif atau negative, namun keduanya memperkukuh atau memperkuat (reinforcement).


(33)

Teori Observational Learning ( Belajar Pengamatan ) atau Socio- Cognitive Learning (Belajar Sosio – Kognitif), oleh Bandura dalam Lapono (2010:1-8) dijelaskan bahwa, belajar observasi merupakan sarana dasar untuk memperoleh prilaku baru atau mengubah pola perilaku yang sudah dikuasai. Belajar observasi biasa juga disebut belajar sosial (social learning) karena menjadi obyek observasi pada umumnya perilaku belajar orang lain. Belajar sosial mencakup belajar berprilaku yang diterima dan diharapkan public agar dikuasai individu. Di dalam belajar sosial, berlangsung proses belajar beperilaku yang tidak diterima public. Perilaku yang diteriama secara sosial itu bervariasi sesuai budaya, sub budaya dan golongan masyarakat. Dengan demikian artinya Bandura Albert menyatakan bahwa, belajar sosial sebagai aktifitas meniru melalui pengamatan (observasi). Individu yang prilakunya ditiru menjadi model pembelajaran yang meniru.

Beberapa teori belajar yang ada dalam Teori Belajar Behaviorisme dapat disimpulkan, bahwa belajar merupakan salah satu jenis perilaku (behavior) individu atau siswa yang dilakukan secara sadar. Individu berprilaku apabila ada rangsangan semakin tepat dan intensif rangsangan yang diberikan oleh guru akan semakin tepat dan intensif pula kegiatan belajar yang dilakukan siswa, sehingga dapat dikatakan siswa di sekolah akan belajar apabila menerima rangsangan dari guru. Dalam belajar tersebut kondisi lingkungan berperan sebagai perangsang (stimulator) yang harus direspon individu dengan sejumlah konsekuensi tertentu, Konsekuensi yang dihadapi oleh siswa, ada yang bersifat positif ( misalnya perasaan puas, gembira, pujian, dan lainnya) tetapi ada pula yang bersifat negative (misalnya perasaan gagal, sedih, teguran dan lainnya). Konsekuensi positif dan


(34)

negative tersebut berfungsi sebagai penguat (reinforce) dalam kegiatan belajar siswa.

Begitupun menurut Budiningsih (2005:20) menjelaskan bahwa belajar dalam teori belajar behavioristik adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu bila ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah lakunya dari tidak mengerti menjadi mengerti. Jadi yang terpenting adalah input atau masukan berupa stimulus dan output atau keluaran berupa respon.

2.3. Teori Konstruktivisme

Dalam kegiatan pembelajaran seorang guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Karena setiap individu memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah dimilikinya.

Menurut Nik Aziz Nik Pa dalam Lapono (2010:1-25) menyatakan bahwa, Konstruktivisme adalah tidak lebih daripada satu komitmen terhadap pandangan bahwa manusia membina pengetahuan sendiri. Ini bermakna bahwa sesuatu pengetahuan yang dipunyai oleh seseorang individu adalah hasil dari pada aktiviti yang dilakukan oleh individu tersebut, dan bukan sesuatu maklumat atau pengajaran yang diterima secara pasif dari pada luar. Pengetahuan tidak boleh dipindahkan daripada pemikiran seseorang individu kepada pemikiran individu yang lain. Sebaliknya, setiap insan membentuk pengetahuan sendiri engan menggunakan pengalamannya secara terpilih.


(35)

Herpratiwi, (2009:72) berpendapat bahwa, konstruktivisme menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya meskipun usianya tua tetap tidak akan berkembang pengetahuannya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai. Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Pengetahuan juga bukan sesuatu yang sudah ada melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus, dalam proses itu keaktifan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya .

Menurut Trianto (2009:28) menjelaskan bahwa teori konstrukstivis menyatakan bahwa, siswa harus menemukan sendiri dan mengtranformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan dengan aturan-aturan lama dan merevisinya jika aturan-aturan tersebut tidak sesuai. Agar siswa dapat benar-benar memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya dan memunculkan ide-ide. Berdasarkan pandangan-pandangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran yang mengacu pada teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan peserta didik dalam megorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan peserta didik dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oeh guru. Dengan kata lain, peserta didik lebih didorong untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui proses pengintegrasian persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke dalam pola yang sudah ada dalam pikirannya sehingga menemukan pola atau skema baru.


(36)

2.4. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial

Pendapat Pargito, (2010 : 33) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu program pendidikan yang mengintegrasikan konsep-konsep ilmu sosial dan humaniora untuk tujuan pendidikan membentuk warga negara yang memiliki kompetensi baik sebagai pribadi, anggota masyarakat, maupun sebagai warga negara atau dunia.

Menurut Hasan (2006:21), Ilmu pengetahuan sosial dapat diartikan sebagai pendidikan memperkenalkan konsep, generalisasi, teori, cara berfikir, dan cara bekerja berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Soemantri (2001:92) dikatakan bahwa, IPS adalah suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial yang terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan dasar dan menengah.

Oleh NCSS dalam Maryani (2011:7), Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bahan kajian yang terpadu yang penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi dari konsep-konsep dan ketrampilan disiplin ilmu sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan ekonomi yang diorganisasikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pembelajaran.

Cokrodikarjo (2005:24) mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmusosial yakni sosiologi ,antropologi budaya, psikologi, sejarah,


(37)

geografi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.

Demikian juga apa yang dikatakan oleh Wahab (2009:1.24), Pendidikan IPS yang layak harus mampu memberikan berbagai pengertian mendasar, melatih berbagai ketrampilan, serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan agar peserta didik menjadi warga masyarakat yang berguna, baik baginya sendiri maupun bagi orang lain.

Kesimpulan dari pendapat-pendapat di atas bahwa, Ilmu Pengetahuan Sosial ialah pendidikan untuk mengembangkan konsep, teori, dan ketrampilan peserta didik. Sehingga siswa peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

2.5. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

Tujuan utama IPS menurut NCSS dalam Wahab (2009:12.3) ialah membantu generasi muda dalam mengembangkan kemampuan membuat putusan yang informatif dan rasional bagi kebaikan masyarakat sebagai warga negara dari sebuah dunia yang berbudaya majemuk, bermasyarakat demokratis yang memiliki ketergantungan satu sama lain .

Tujuan pendidikan IPS menurut Al Mukhtar (2001;33) adalah, untuk mengembangkan kemampuan baik intelektual maupun emosional siswa agar


(38)

dapat memahami dan memecahkan masalah sosial dalam rangka memperkuat partisipasi sebagai warga negara dalam kehidupan masyarakat.

Sedangkan menurut Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas (2006), tujuan IPS adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya,

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahun, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial,

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan,

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya di samping aspek nilai dan moral, dan banyak memuat materi sosial. Selain itu melalui IPS diharapkan siswa dapat bersikap dan bertindak sesuai norma dan etika yang ada di masyarakat sehingga beradaptasi, berpartisipasi dalam kehidupan sosial, dan dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan suatu masyarakat dan negara, serta dunia yang saling ketergantungan.


(39)

Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat, sehingga berkemampuan mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial; berkemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian; memiliki kesadaran, sikap mental yang positif, dan keterampilan terhadap lingkungan hidup; berkemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembagan kehidupan, perkemba ngan masyarakat, dan perkembangan ilmu dan teknologi.

2.6. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial

Wahab (2009:12.4), menyatakan bahwa, Ruang lingkup IPS adalah kehidupan sosial manusia di masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat inilah yang menjadi sumber utama IPS. Aspek kehidupan sosial apa pun yang kita pelajari, apakah itu hubungan sosial, ekonomi, budaya, kejiwaan, sejarah, geografi, atau politik bersumber dari masyarakat.

Ruang lingkup IPS menurut Sumaatmadja (2006:65) adalah, Secara mendasar pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya; memanfaatkan sumber-daya yang ada dipermukaan bumi; mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia.


(40)

Dapat disimpulkan dari pendapat-pendapat di atas bahwa, ruang lingkup IPS adalah mempelajari, menelaah, dan mengkaji gejala, dan masalah sosial yang ada pada sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau.

2.7. Nilai Yang Harus Dikembangkan Dalam Pendidikan IPS

Melalui pemahaman hakikat, tujuan, dan ruang lingkup IPS di atas, maka pengembangan sumber daya manusia (SDM) harus bersamaan dengan nilai-nilai yang ada dalam pembelajaran IPS. Karena dengan pengembangan nilai-nilai diharapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia diharapkan memiliki pengetahuan, ketrampilan, kepedulian, kesadaran dan tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap masyarakat, bangsa dan negaranya. Nilai-nilai tersebut menurut Sumaatmaja (2006:61) adalah sebagai berikut;

1) Nilai Edukatif

Salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS adalah adanya

perubahan tingkah laku social siswa kearah yang lebih baik. Menanamkan perasaan, kesadaran, penghayatan, sikap, kepedulian dan tanggung jawab sosial melalui pendidikan IPS, fakta sosial diproses melalui metode dan


(41)

pendekatan ilmu IPS untuk membangkitkan sikap bijaksana atau arif. Sikap positif diatas terus dikembangkan dalam pendidikan IPS untuk mengubah perilaku peserta didik kearah kerja sama, gotong royong, dan membantu pihak yang membutuhkan siapapun dan kapanpun. Proses pembelajaran IPS tidak hanya terbatas di kelas dan sekolah pada umummnya melainkan lebih jauh dari itu dlaksanakan dalam kehidupan praktis sehari-hari.

2) Nilai Praktis

Pelajaran dan pendidikan tidak memiliki makna yang baik jika tidak memiliki nilai praktis. Pokok bahasan IPS tidak hanya konsep teoritis belaka, tapi digali dari kehidupan sehari hari (disesuikan dengan umur dan kegiatan siswa), Pengetahuan IPS bermanfaat secara praktis dalam kehidupan kini dan masa depan.

3) Nilai Teoritis

Pendidikan IPS tak hanya menyajikan fakta dan data yang terlepas tapi menelaah keterkaitan suatu aspek kehidupan sosial dengan lainnya. Dibina dan dikembangkan kemapuan nalar kearah sense of reality, sense of discovery, sense of inquiry, kemampuan mengajukan hipotesis terhadap suatu masalah. Dalam menghadapai kehidupan sosial yang cepat berubah ini kemampuan berteori sangat berguna dan strategis.


(42)

4) Nilai Filsafat

Menumbuhkan kemampuan merenungkan keberadaannya dan peranannya di tengah masyrakat sehingga tumbuh kesadaran mereka selaku anggota masyarakat. Atau sebagai makhluk social.

5) Nilai Ketuhanan

Selaku guru IPS harus menyadari bahwa materi proses pembelajaran apapun pada pendidikan IPS wajib berlandaskan nilai ketuhanan. Kekaguman akan ciptaan-Nya akan menumbuhkan rasa syukur Nya sebagai kunci kebahagiaan manusia lahir dan bathin.

Penelitian ini akan di kembangkan dan diaplikasikan kelima nilai tersebut diatas ke dalam proses pembelajaran IPS. Sehingga siswa memiliki pengetahuan, ketrampilan, kepedulian, kesadaran dan tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap masyarakat, bangsa dan negaranya.

Berarti peran guru dalam pembelajaran IPS mempunyai hubungan erat dengan cara mengaktifkan siswa dalam belajar melalui model pembelajaran yang dipilih, terutama dalam proses ketrampilannya, dan IPS juga harus mengembangkan nilai-nilai dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru juga perlu memahami secara jelas dan tepat tentang hakikat, prinsip belajar dan teori-teori belajar.


(43)

2.8. Ketrampilan Dasar IPS

Menurut Maryani (2011:18) Keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk menciptakan hubungan sosial yang serasi dan memuaskan berbagai pihak, dalam bentuk penyesuaian terhadap lingkungan sosial dan ketrampilan memecahkan masalah sosial. Dalam ketrampilan sosial tercakup dengan kemampuan mengendalikan diri, adaptasi, toleransi, berkomunikasi, berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.

Sedangkan menurut Wahab, dkk (2009:124) mengatakan bahwa, ketrampilan dasar IPS berhubungan dengan antar manusia, jika memiliki ketrampilan dasar IPS memungkingkan seseorang dapat menggunakan intelektualnya dan menerapkan pengetahuannya untuk digunakan dalam berhubungan dengan orang lain sehingga ia dapat berinteraksi dengan sesamanya secara baik.

Menurut Jarolimek dalam Maryani (2011:19), Ketrampilan sosial meliputi (1)

Living and working together; taking turns; respecting the rights of others; being socially sensitive (2) Learning self-control and self-direction, dan (3) sharing ideas and experience with others. Hidup dan bekerjasama, bergiliran, respek dan sensitif terhadap hak orang lain, belajar mengontrol diri dan tahu diri, berbagi ide dan pengalaman dengan orang lain.

Sedangkan menurut Bank ( 2009 : 139) keterampilan Sosial adalah sebagai berikut :

The social studies curriculum is designed to help students attain the know-edge, attitudes, and skills needed to participate effectively in a democratic society, chapter 3 describes the knowledge components of the social studies curriculum, which include heigher-level concepts and genetilizations needed by citizens to make reflective decisions.


(44)

Skills are an important component of the social studies progam and are discussed in several chapters in this book. social science inquiry skills are discussed in chapter 3; value inquiry and decisions-making skills in chapter 15. this chapter discusses skills that should be an important part of and decision-making-focused sosial studies curriculum: thinking skills, map, and globe skills, time and chronology skills, group skills, and writing skills.

Kurikulum ilmu sosial dirancang untuk membantu siswa mencapai tujuan, sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk berpartisipasi secara efektif dalam suatu masyarakat demokratis, komponen pengetahuan dari kurikulum studi sosial, yang meliputi tingkat konsep tertinggi dan menyeluruh dibutuhkan oleh warga negara untuk membuat keputusan reflektif. Keterampilan yang harus menjadi bagian penting dari pembuatan dan keputusan berfokus pada kurikulum studi Sosial: keterampilan berfikir, peta, dan keterampilan dunia, waktu dan keterampilan kronologi, keterampilan kelompok, dan keterampilan menulis.

Pada intinya ketrampilan social dalam buku James A. Banks yang harus dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yakni :

1. Keterampilan berfikir kritis dan pemecahan masalah 2. Keterampilan dan kemampuan membaca peta dan globe

3. Keterampilan menyusun kronologi berdasarkan urutan kejadian dan waktu 4. Keterampilan berkelompok dan bersosialisasi

5. Keterampilan menulis dan melakukan penelitian

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat di ketahui, bahwa ketrampilan dasar IPS merupakan salah satu tujuan pendidikan IPS yaitu, Pembentukan sikap, perilaku dan keterampilan sosial adalah kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh siswa. Tidak hanya penguasaan atas materi pelajaran, lebih dari itu pendidikan IPS bertujuan agar pembelajaran dapat teraplikasi dalam aspek sikap dan perilaku


(45)

IPS termasuk di dalamnya berkaitan dengan hubungan antar manusia. Ketrampilan dasar IPS memungkinkan seseorang dapat menggunakannya dan menerapkan pengetahuannya untuk digunakan dalam berhubungan dengan orang lain, sehingga ia dapat berinteraksi dengan sesama dengan baik berbagai keterampilan dasar IPS dapat diterapkan dalam kehidupan sosial bermasyarakat, baik dalam melihat permasalahan sosial yang terdapat di lingkungan masyarakat, seperti faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan maupun upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Guna mengembangkan apa hakekat dari ketrampilan dasar IPS , disini penulis berpedoman pada teori belajar dari R. GAGNE dalam Winataputra (2007:122) Dua definisi belajar:

1. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku .

2. Belajar adalah pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi.

Lebih lanjut R. Gagne mengatakan bahwa, segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yang disebut The domainds of learning, yaitu sebagai berikut:

1. Ketrampilan motoris (motor skill). 2. Informasi verbal

3. Kemampuan Intelektual 4. Strategi kognitif

5. Sikap. 6. mental


(46)

Suwarma dalam Winataputra (2007:26), mengemukakan, dalam pembelajaran IPS hal yag paling penting adalah mengembangkan pemahaman, sikap, dan ketrampilan. Pemahaman tentang konsep yakni mengembangkan konsep, generalisasi, prinsip dan fakta merupakan materi dasar dalam pembelajaran IPS. Sikap berhubungan dengan nilai, apresiasi, dan ide. Sementara itu ketrampilan dasar termasuk di dalamnya berkaitan dengan hubungan antar manusia. Keterampilan dasar IPS memungkinkan seseorang dapat menggunakannya dan menerapkan pengetahuannya untuk digunakan dalam berhubungan dengan orang lain, sehingga ia dapat berinteraksi dengan sesama dengan baik berbagai keterampilan dasar IPS dapat diterapkan dalam kehidupan sosial bermasyarakat, baik dalam melihat permasalahan sosial yang terdapat di lingkungan masyarakat, seperti faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan maupun upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Keterampilan dasar IPS dalam melihat permasalahan ditinjau dari berbagai aspek dengan pendekatan berbagai bidang studi ilmu-ilmu sosial secara interdisipliner/terintegrasi, sehingga untuk mengatasinya dapat dilaksanakan secara menyeluruh dan tuntas.

2.8.1. Klasifikasi Keterampilan Dasar IPS

Keterampilan sosial yang perlu dimiliki oleh peserta didik menurut Marsh Colin dalam Supriatna (2002:15) adalah: keterampilan memperoleh informasi, berkomunikasi, pengendalian diri, bekerja sama, menggunakan angka, memecahkan masalah, serta keterampilan dalam membuat keputusan.

Menurut Wahab, (2009:124), ketrampilan dasar IPS dapat diklasifikasikan kedalam kategori, (1) work study skills , contohnya adalah membaca, membuat


(47)

out line, membaca peta, dan menginterpretasikan grafik; (2) Group-process skills,

contohnya adalah berpikir kritis dan pemecahan masalah; serta (3) Social-living skills, contohnya adalah tanggung jawab, bekerja sama dengan orang lain, hidup dan bekerja sama dalam suatu kelompok.

NCSS dalam Wahab (2009:1.15) mengemukakan bahwa terdapat beberapa ketrampilan yang seyogianya harus dimilki oleh seseorang untuk dapat berhubungan dengan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat, Ketrampilan itu antara lain (1) ketrampilan penelitian (research skills), (2) ketrampilan berpikir

(thinking skills), ketrampilan berpartisipasi sosial (social participation skills), dan (4) ketrampilan berkomunikasi (communication skills).

Ketrampilan sosial oleh Bank (2009:142) yang harus dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yakni :

1. Keterampilan berfikir kritis dan pemecahan masalah 2. Keterampilan dan kemampuan membaca peta dan globe

3. Keterampilan menyusun kronologi berdasarkan urutan kejadian dan waktu 4. Keterampilan berkelompok dan bersosialisasi

5. Keterampilan menulis dan melakukan penelitian

Berdasarkan dari beberapa klasifikasi ketrampilan dasar IPS di atas maka penulis menyimpulkan bahwa, klasifikasi keterampilan dasar IPS meliputi yaitu,

1. study skills , contohnya adalah membaca materi pelajaran IPS dengan menggunakan media pembelajaran IPS. bertanya, menjawab pertanyaan.


(48)

2. Group-process skills, contohnya adalah berpikir kritis, pemecahan masalah, mengemukakan pendapat/ide.

3. Social-living skills, contohnya adalah tanggung jawab, bekerja sama dan berdiskusi dalam suatu kelompok.

2.8.2. Prinsip Pengembangan Ketrampilan Dasar IPS

Menurut Wahab, (2009:130) mengatakan bahwa, Seorang guru dapat memadukan antara ketrampilan dengan penguasaan konsep. Dalam pengembangan ketrampilan dasar IPS terdapat beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan, antara lain :

1. Ketrampilan dasar IPS harus diberikan sebagai bagian dari sebuah topik pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisah.

2. Siswa sebaiknya diberikan pemahaman tentang arti dan tujuan ketrampilan tersebut agar termotivasi untuk mengembangkannya.

3. Pemodelan berupa contoh yang baik sebaiknya diberikan, serta siswa dipandu untuk menggunakan ketrampilan dasar sehingga dapat mengembangkan kebiasaan yang baik sejak awal.

4. Siswa memerlukan peluang yang berulang-ulang untuk mempraktikkan ketrampilan. Dalam hal ini guru memberikan koreksi dan penguatan langsung

atas kinerja mereka sehingga siswa mengetahui apakah sudah berhasil atau masih memerlukan beberapa perbaikan.


(49)

5. Pada pengembangan ketrampilan dasar IPS, siswa memerlukan bantuan individual karena tidak semua siswa memiliki kecepatan yang sama dalam

hal penguasaan ketrampilan yang dipelajari.

6. Pembelajaran ketrampilan dasar IPS sebaiknya disajikan dengan cara mulai dari yang paling mudah menuju ke tingkat yang lebih sulit, dimulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih rumit.

7. Siswa sebaiknya dibantu untuk menggeneralisasikan ketrampilan-ketrampilan yang mereka peroleh dengan mempraktikkannya pada berbagai keadaan.

8. Program pembelajaran sebaiknya luwes agar memungkinkan ketrampilan dapat diajarkan sesuai dengan keperluan siswa, Dalam hal ini, disarankan dalam satu kegiatan pembelajaran dapat dikembangkan beberapa ketrampilan sekaligus.

Sedangkan menurut Budidarma (2011) menyatakan prinsip - prinsip pengembangan ketrampilan dasar IPS adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran IPS haruslah bermakna bagi siswa. Kebermaknaan didapatkan dari model pembelajaran yang sesuai dengan konteks pemahaman terhadap diri dan lingkungannnya. Pembelajaran harus mengajak anak untuk mampu berpikir dan menemukan solusi dari permasalahan sehari-hari.

2. Pembelajaran diarahkan untuk mengoptimalkan tidak hanya sekedar kemampuan akademik melainkan juga sikap, nilai, perilaku dan keterampilan. Pengembangan nilai pada diri siswa dilakukan dalam interaksi berdasarkan prinsip-prinsip;


(50)

b. Penghargaan terhadap nilai dan moral. c. Identifikasi diri terhadap nilai dan moral.

d. Penerapan nilai dalam perilaku dan Pembentukan wawasan dan kebiasaan pendidikan ini memerlukan suatu latihan dan penerapan pembelajaran yang holistik.

3. Pembelajaran juga harus memberdayakan siswa membuat siswa memiliki kemandirian dan tanggung jawab pribadi. Materi pembelajaran haruslah melibatkan praktik yang melatih rasa kepercayaan diri dan tanggung jawab sebagai bagian dari kelompok.

Berdasarkan prinsip-prinsip itu berarti dalam pembelajaran di kelas guru jangan terjebak pada penekanan pengembangan ketrampilan dengan mengalihkan perhatian siswa terhadap penguasaan pengetahuan tentang fakta dan konsep saja. Karena dalam proses pembelajaran keterlibatan siswa harus totalitas, artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran, dan ketrampilan. Jadi dalam proses pembelajaran seorang guru harus mengajak siswa untuk mendengarkan. Menyajikan media yang dapat dilihat, memberi kesempatan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukkan proses pembelajaran yang interaktif.

2.9. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Zaini (2004: 45) model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan,


(51)

melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar. Jadi berarti model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang menggambarkan kegiatan dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi peserta didik dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran tertentu.

Pembelajaran kooperatif menurut Holubec dalam Nurhadi (2003:97), merupakan pendekatan pembelajaran melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh.

Menurut Bruner dalam Siberman (2000:119) menjelaskan bahwa belajar secara bersama merupakan kebutuhan manusia yang mendasar untuk merespons manusia lain dalam mencapai suatu tujuan. Sementara menurut Lie (2004:7) pembelajaran kooperatif, tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam


(52)

menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

2.9.1. Prinsip Dasar dan Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif. Menurut Johnson & Johnson dalam Lie (2004: 15), prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggungjawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

d. setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuh kan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Adapun karakteristik model pembelajaran kooperatif adalah:

a. siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

b. Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.


(53)

c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing- masing individu.

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Walaupun dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif siswa belajar dalam kelompok kecil, namun tidak ada kesempatan bagi siswa untuk hanya mengandalkan teman yang berkemampuan tinggi dalam penyelesaian tugas kelompok. Hal ini dikarenakan pada model pembelajaran kooperatif harus menerapkan lima unsur, seperti yang dikemukakan oleh Entin dan Raharjo (2009:3) , yaitu :

a. Saling Ketergantungan Positif.

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha tiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

b. Tanggungjawab perseorangan.

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan ada pada persiapan guru dalam penyusunan tugas untuk siswa.


(54)

c. Tatap Muka.

Kegiatan interaksi ini akan membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.

d. Komunikasi Antar Anggota.

Keberhasilan suatu kelompok juga tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Namun, tidak siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Maka pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi yang baik.

f. Evaluasi Proses Kelompok.

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka

agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

2.9.2. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif.

Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif Menurut Johnson & Johnson dalam Lie (2004:15), adalah:

1. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir, 2. Membantu siswa mengevaluasi logika dan bukti-bukti bagi posisi dirinya


(55)

3. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memformulasikan penerapan suatu prinsip,

4. Membantu siswa mengenali adanya suatu masalah dan memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari bacaan atau ceramah,

5. menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya, dan 6. mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.

2.10. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together)

Sudjarwo, (2012:192) mengatakan bahwa, model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang unuk mempengaruhi pola interaksi antar siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik, meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang dan untuk mengembangkan keterampilan siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagai tugas, aktif bertanya, mengahargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya .

Menurut Kagan dalam Sudjarwo (2012; 193), Number Head Together adalah model pembelajaran yang tidak secara langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.


(56)

Adapun menurut Rahayu dalam Sudjarwo (2012:193), Number Head Together adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipersentasikan di depan kelas.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran tipe Numbered Head Together (NHT) dibentuk untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, di mana siswa dijadikan subjek yang berupaya menggali informasi dari berbagai sumber, mengolah sendiri informasi, memecahkan sendiri masalah-masalah dari suatu materi yang dipelajari dan melaporkan informasi dengan mempresentasikannya.

Dari beberapa model pembelajaran kooperatif yang telah peneliti pelajari dan amati, maka model pembelajaran kooperatif NHT (Numbered Head Together) yang akan digunakan dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan karena tipe

pembelajaran kooperatif NHT bertujuan seperti apa yang dikemukakan oleh Ibrahim (2000:29), yaitu :

1. Hasil belajar akademik stuktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. 2. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan sosial.

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai


(57)

pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

2.10.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Tipe NHT.

Langkah-langkah yang dikembangkan oleh Ibrahim (2000:29) menjadi enam langkah sebagai berikut:

1) Persiapan. Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2) Pembentukan kelompok

kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

3) Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan. Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

4) Diskusi masalah. Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagaI


(58)

bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

5) Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

6) Memberi kesimpulan Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Menurut Lie (2004:25) prosedur teknik number head together (NHT) adalah saat pemanggilan siswa untuk menjawab atau melakukan sesuatu yang dipanggil adalah nomor kepala dari salah satu kelompok secara acak. Hal ini akan menyebabkan semua siswa harus siap. Dan penghargaan diberikan jika jawaban benar untuk nilai kelompok. Teknik ini memberikan kesempatan kepada semua siswa dalam kelompok untuk saling memberikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Sedangkan menurut Nurhadi, (2003:57) langkah-langkah model pembelajaran tipe NHT adalah sebagai berikut;


(59)

Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Tipe NHT

TAHAP TINGKAH LAKU GURU

Tahap 1: Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Tahap 2: Menyajikan Informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.

Tahap 3: Penomoran Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok terdiri dari 3-5 orang siswa dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5

Tahap 4: Mengajukan pertanyaan/permasalahan

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk dipecahkan bersama dalam kelompok, pertanyaan dapat bervariasi

Tahap 5: Berpikir bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap pertanyaaan itu dan menyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.

Tahap 6: Menjawab (Evaluasi) Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai

mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Tahap 7: Memberikan

Penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Sumber: Nurhadi, (2003: 57)

2.10.2. Manfaat model Pembelajaran Kooperatif NHT.

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :

1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 2. Memperbaiki kehadiran


(1)

- Guru memberikan kesernpatan kepada siswa dalarn kelompok untuk bertanya dengan guru tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

- Guru memberi motivasi kepada siswa yang belum melibatkan diri secara aktif dalam proses pembelajaran

f. Memberi kesimpulan,

- Guru memberi kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

- Guru memberi penghargaan berupa kata-kata pujian, tepuk tangan nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih baik.

5.2. Saran.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi siswa hendaknya dalam pembelajaran berani untuk bertanya, mengemukakan pendapatnya dan mampu menggali informasi dari berbagai sumber, serta serius dan semangat dalam mengikuti pembelajaran IPS yang menggunakan model kooperatif tipe NHT maupun model kooperatif lainnya.

2. Bagi guru IPS, agar dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada kelas-kelas yang lain di sekolah dengan tujuan untuk lebih


(2)

dalam proses pembelajaran.

3. Bagi Sekolah, diharapkan mampu memotivasi dan memfasilitasi guru-gurunya untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) agar kualitas pembelajaran semakin meningkat.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Al Muchtar, Suwarma. (2007). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan). Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Bank, J.A. 2009. Teaching strategies for the social studies Inquiry, valuing and Decision Making. New York: Longman

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta Budidarma, Helna. 2010. Keterampilan Sosial Dalam IPS. [ online ],

dalam- ips.html) Diakses pada tanggal 10 Desember 2011

Bobbi DePorter, Mark Raerdon, Sarah S. Nourie. (2005). Quantum Teaching.

Diterjemahkan Nilandari Bandung: Kaifa.

Cokrodikardjo, Muljono. 2005. Pengertian dan Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: P3G Depdikbud.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Depdiknas, 2007. Naskah Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPS, Jakarta: Balitbang Depdiknas

Entin, Raharjo. 2009. Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Hanafiah, Nanang. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Rineka Aditama.

Hasan, S Hamid. 2006. Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.


(4)

Herpratiwi. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Ibrahim, M. dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Lapono, Nabisi. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Dirjen Dikti Kemendiknas

Lie, Anita. 2004. Cooperative Leaning, Memperaktekkan Cooperative Learning di Ruang-uang Kelas. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia..

Maryani, Enok. 2011. Pengembangan Program Pembelajaran IPS Untuk Peningkatan ketrampilanSosial.Bandung: Afabeta

Nurhadi, Agus Gerald Senduk. 2003, Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang. NCSS. 1992. Strategies for Integrating Media Literacy Into the Social Studies Curriculum.[Online].Tersedia

Olson & Hergenhahn. 2010. Theories of Learning (Teori Belajar). Alih Bahasa Triwibowo BS. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Pargito. 2011. Penelitian Tindakan Bagi Guru dan Dosen. Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja.

.2010. Dasar-Dasar Pendidikan IPS. Bandar Lampung: Program Pascasarjana Pendidikan IPS FKIP Unila. Sagala, Saiful. 2005. Konsep dan makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Sujana. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production.

Siberman. 2000, Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject, terjemahan: Sarjuli dkk. Jakarta: Penerbit YAPPENDIS.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sudjarwo. 2012. Mengenal Model Pembelajaran. Surabaya: Jenggala Pustaka Utama.


(5)

Surakhmad, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, metode dan Tekhnik. Bandung: Tarsito.

Somantri, M. Nu’man. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS.

Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sumaatmadja, Nursyid. (2006). Konsep Dasar IPS. Jakarta. Universitas Terbuka. Supriatna, Nana. 2002. PendekatanPembelajaran Konstruktivis di SD dalam membangun ketrampilan sosial. Bandung: Historia Utama Press.

Trianto. 2009. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka

Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: IBRD LOAN.

Winataputra, Udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Winataputra, Udin S. 2010. Materi Pembelajaran IPS SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wahab, Abdul Aziz, dkk. 2009. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka. Wardahani, IGAK. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka Zaini, Hisyam dkk. 2004. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Efektifitas pembelajaran kooperatif metode numbered heads together (NHT) terhadap hasil belajar pendidikan Agama Islam di SMP Islam al-Fajar Kedaung Pamulang

0 10 20

The Effectiveness of Numbered Heads Together Technique (NHT) Toward Students’ Reading Ability on Descriptive Text A Quasi Experimental Study at the Second Grade of SMPN 2 Tangerang Selatan in Academic Year 2013/2014

1 9 128

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Effect of Method Numbered Head Together (NHT) to the Student Results on Subjects of Fiqh at Al-Zahra Indonesian Junior Pamulang.

0 25 177

Pengaruh strategi pemecahan masalah “ideal” dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa

1 10 208

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Mol Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Di Kelas X-6 SMAN 8 Kota Tangerang Selatan

0 3 8

THE EFFECT OF NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) COOPERATIVE LEARNING MODEL ON STUDENTS LEARNING ACTIVITY AND LEARNING OUTCOME FOR HUMAN SENSORY SYSTEM TOPIC FOR THE SECOND SEMESTER YEAR XI SCIENCE CLASS SMA NEGERI 1 MEDAN 2012/2013.

0 2 21

2011 Improving Critical Thinking Skills in Mathematics Learning Through Cooperative Learning of Numbered Heads Together (NHT) Ty

0 0 13