MINAT MENONTON FILM-FILM INDONESIA DI BIOSKOP (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung Angkatan 2006-2012)

ABSTRAK

Minat adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respon terarahkan kepada
suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan
kepadanya ( satisfiers). Menonton film merupakan salah satu bentuk media
hiburan yang bagi sebagian penikmatnya merupakan suatu hal yang wajib. Film
tidak hanya memberikan suguhan tontonan para aktor atau aktris kondang baik itu
dari dalam negeri atau mancanegara yang saling beradu akting, film juga
memberikan suatu pengetahuan dan alur cerita yang menarik sekaligus
menghibur.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana minat menonton pada
mahasiswa terhadap film-film Indonesia di bioskop?”, tujuan penelitian ini adalah
“mengetahui dan menggambarkan minat menonton pada mahasiswa Jurusan Ilmu
Komunikasi FISIP Universitas Lampung angkatan 2006-2012 terhadap film-film
Indonesia di bioskop”. Penelitian ini berdasarkan teori minat. Tipe penelitian
dengan cara kualitatif deskriptif digunakan sebagai metode dalam penelitian ini.
Data primer dari penelitian ini adalah hasil wawancara dengan tujuh orang
informan yang merupakan mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP
Universitas Lampung angkatan 2006-2012, ketujuh informan tersebut didapat
berdasarkan teknik sampel purposif yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Hasil penelitian tentang minat menonton menunjukkan bahwa dari tujuh orang

informan yang telah diwawancarai, enam orang informan menyatakan sangat
berminat menonton film-film Indonesia di bioskop. Pada segi media bioskop, para
informan berminat menonton film-film Indonesia di bioskop karena ruang
bioskop memiliki tempat yang nyaman dan layar yang lebar sehingga
memberikan kepuasan dalam menonton film-film Indonesia di media bioskop.
Untuk segi kepuasan, beberapa informan merasa cukup puas karena kualitas
film-film Indonesia di bioskop sudah mengalami peningkatan. Salah satu hal yang
menjadi perhatian para informan, dalam film perlu ada nya pesan moral yang
mendidik penonton terutama untuk generasi muda penerus bangsa.

Kata kunci: komunikasi massa, minat menonton, kategori sosial

i

ABSTRACT

Interest is a mental state that produces a response directed to a particular
situation or object that is fun and gives satisfaction to him (satisfiers). Watching
movies is one form of media entertainment for most of the audience is a
mandatory thing. The film not only give treats spectacle famous actors or

actresses either domestic or foreign clashing acting, the film also provides a
knowledge, the storyline is interesting and entertaining.
Formulation of the problem in this research is "How the interest of students to
watch the Indonesian films in the cinema?", The purpose of this study is "to know
and describe how student interest in watching the Department of Social
Communication University Lampung 2006-2012 force against Indonesian films in
cinema ". This study is based on the theory of interest. Type a descriptive
qualitative research by used as a method in this study. Primary data from this
study is the result of interviews with seven informants who are students of the
Department of Social Communication, University of Lampung force 2006-2012,
seven informants obtained by purposive sampling technique appropriate to the
needs of the research.
Results of research on interest watching shows that of the seven people who have
interviewed informants, six informants expressed very interested in watching
Indonesian films in theaters. In terms of cinema media, the informants interested
in watching Indonesian films in the cinema because cinema halls have a
comfortable and wide screen so as to provide satisfaction in watching Indonesian
films in cinema media. For terms of satisfaction, some informants felt quite
satisfied that the quality of Indonesian films in cinema has increased. One of the
things that concern the informants, in his films there should be a moral message

that educates the audience, especially for the younger generation successor to the
nation.

Keywords: mass communication, interest in watching, social chategory

ii

MOTTO

“PERKOKOHLAH KEIMANAN KARENA SAMUDERA ITU DALAM,
PERBANYAKLAH BEKAL KARENA PERJALANAN INI PANJANG,
IKHLASKANLAH AMALAN KARENA PENGERITIK ITU SANGAT JELI”
(WASIAT RASULULLAH)

Bekerjalah bagaikan tak butuh uang,
Mencintailah bagaikan tak pernah disakiti,
Menarilah bagaikan tak seorang pun sedang
menonton. ( Mark Twain)

“PUTUS ASA BUKAN JALAN TERAKHIR... JADIKAN HARAPAN ITU

SELALU ADA... USAHA DAN KETEKUNAN ADALAH JALAN YANG
HARUS DILAKUKAN UNTUK MENGHADIRKAN APA YANG KAU
INGINKAN”
(V. ROSSI)

viii

RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Rudi Alfianto, dilahirkan di Batanghari pada tanggal 22
Oktober 1988. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan
Ayahanda Suwarto Effendi dan Ibunda Partiyah.
Penulis memulai jenjang pendidikannya di TK PERTIWI II Batanghari Lampung
Timur pada tahun 1994, yang kemudian dari tahun 1995-2001 dilanjutkan di SDN
II Banarjoyo Lampung Timur. Kemudian melanjutkan ke SMPN 1 Metro, lulus
pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMAN 3 Bandar
Lampung dan lulus di tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai
mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas lampung melalui SNMPTN.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Museum Lampung pada
bagian kepustakaan saat bulan September tahun 2010, sebelumnya penulis pernah

mengikuti pelatihan siaran radio di stasiun Radio OZ Bandar Lampung pada tahun
2009, serta mengikuti Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar yang diselenggarakan
LPM REPUBLICA pada tahun 2011.

vi

Karya sederhana ini
Aku persembahkan untuk

ALLAH SWT
(sumber dari segala kekuatanku, atas izin-Nya semua ini termujud)

The greatest family i have :
Bapak dan ibu tercinta
Who always waiting for this moment...
Erica Putri Hermala (adik)
Thank you for your insinuation, see me now...
Cantika Selawidya Sari (adik)
Who bring’s a new color for our family...


vii

SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’Alamin.
Sujud syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Skripsi dengan judul : “Minat Menonton Film-Film Indonesia di Bioskop (Studi
Terhadap Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung
Angkatan 2006-2012)” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Selama penulisan skripsi ini, penulis dihadapkan pada berbagai kesulitan dan
hambatan, namun berkat dorongan, bimbingan, doa dan bantuan dari banyak
pihak akhirnya penulis mengatasi segala persoalan dan hambatan yang menjadi
kendala dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, dengan hati yang tulus penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Abdul Firman Ashaf,
M.Si. selaku Dosen Pembimbing dan Ibu Dr. Tina Kartika M.Si. selaku
Dosen Pembahas, atas kesabaran dan bantuannya selama proses bimbingan.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak luput dari
kesalahan dan masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik

dan saran yang membangun agar kedepannya akan lebih baik lagi. Semoga Skripsi ini
dapat berguna dan bermanfaat dikemudian hari.

ix

Dengan bekal kemampuan serta pengetahuan yang penulis miliki, tanpa adanya
bantuan serta semangat dari berbagai pihak yang terlibat dalam penyusuan skripsi ini
tidak mungkin dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, Selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Teguh Budi R, M.Si. selaku ketua jurusan Ilmu Komunikasi dan
sebagai Dosen Pembahas untuk waktu, segala keramahan, kesabaran serta
keiklasannya mendidik dan membantu mahasiswa selama ini.
3. Bapak Dr. Abdul Firman Ashaf, M.Si., selaku Dosen Pembimbing skripsi dan
Pembimbing Akademik yang telah meluangkan banyak waktu untuk sabar
membimbing dan memberikan penulis banyak ilmu dan pengetahuan baru yang
bermanfaat yang akan berguna dikemudian hari.
4. Seluruh jajaran dosen FISIP Universitas Lampung khususnya jurusan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan bermanfaat selama

penulis menuntut ilmu di jurusan ini.
5. Seluruh staf administrasi dan karyawan FISIP Universitas Lampung, khususnya
jurusan Ilmu Komunikasi. Mas Tur dan Mas Agus yang selalu ramah dan telah
membantu kesiapan ruangan seminar dan ujian skripsi penulis.
6. Bapak Suwarto Effendi dan Ibu Partiyah tercinta, terima kasih atas curahan kasih
sayang, waktu, doa, dukungan moril, materil dan kesabarannya. Kedepan aku
yakin bisa membuat kalian bangga telah mengurusi aku dari kecil hingga dewasa
ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan dan kebahagiaan yang luar biasa
indah untuk kalian di dunia maupun akhirat nanti. Untuk kedua adik ku tersayang
Erica Putri Hermala dan Cantika Selawidya Sari yang telah menjadi magnet

x

kerinduan untuk bisa berkumpul, bermain dan bercanda bersama kalian. Kepada
keluarga bapak dan Ibu dimanapun kalian berada sekarang, terima kasih
semuanya.

7. Sherlie Dwie Novilen, terima kasih untuk dukungan dan kebersamaan selama
ini. Membuat semuanya terasa begitu indah dan berharga, terima kasih karena
diberikan kesempatan untuk bisa mengenalmu dan menjadi bagian darimu.

8. Teman-teman seperjuangan satu angkatan Arde, Ari, Roles, Indah, serta
keluarga besar jurusan Ilmu Komunikasi dan HMJ Ilmu Komunikasi FISIP
Universitas Lampung, terima kasih atas kebersamaan yang pernah ada dan
hubungan yang terjalin selama ini. Dengan adanya kalian menjadikan satu
kenangan untuk saling berbagi cerita di masa depan, terima kasih kalian
semuanya.
9. Keluarga komunitas YVMC yang ada di seluruh Indonesia, terima kasih atas
kebersamaan disaat senang dan sedih, semoga kita semakin solid dan semakin
berjaya.
10. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama
menjalani sebagian hidup di Bandar Lampung, semua akan abadi dalam
kenangan.

Bandar Lampung, Desember 2014.

Penulis

Rudi Alfianto
xi


DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ………………………………………………………………………. i
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………iii
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………….iv
RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………………..vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………….vii
MOTTO ………………………………………………………………………..viii
SANWACANA ………………………………………………………………….ix
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………xii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………..xiv
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………xv
DAFTAR BAGAN …………………………………………………………….xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………………...5
1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………………………5
1.4. Kegunaan Penelitian …………………………………………………...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu …………………………………………………...6

2.2. Teoritik ……………………………………………………………….12
2.2.1. Minat Menonton …………………………………………………12
a. Film-film Indonesia Di Bioskop ………………………………16
b. Contoh Film-film Indonesia Di Bioskop ………………………21
2.2.2. Tinjauan Penggunan Media Bioskop …………………………...22
2.2.3. Landasan Teori ………………………………………………….22
2.2.4. Kerangka Pikir ………………………………………………….26

xii

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian …………………………………………………….30
3.2. Fokus Penelitian ………………………………………………………31
3.3. Definisi Konsep ………………………………………………………31
3.4. Penentuan Informan ………………………………………………….34
3.5. Sumber Data ………………………………………………………….35
3.6. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………...36
3.7. Teknik Analisa Data ………………………………………………….37
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP
Universitas Lampung …………………………………………………38
4.2. Sekilas Tentang Jurusan Ilmu Komunikasi …………………………...42
4.2.1. Sejarah Jurusan ……………………………………………………42
4.2.2. Visi, Misi Dan Tujuan …………………………………………….42
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Penyajian Hasil Penelitian ……………………………………………45
5.1.1. Profil Informan ………………………………………………….45
a. Informan Pertama ………………………………………………47
b. Informan Kedua ………………………………………………..47
c. Informan Ketiga ………………………………………………..48
d. Informan Keempat ……………………………………………..48
e. Informan Kelima ……………………………………………….49
f. Informan Keenam ………………………………………………49
g. Informan Ketujuh ………………………………………………50
5.1.2. Deskripsi Hasil Wawancara …………………………………….51
a. Minat Menonton ………………………………………………..51
b. Penggunaan Media Bioskop ……………………………………51
c. Kepuasan ……………………………………………………….51
5.2. Pembahasan ………………………………………………………52
5.2.1. Minat Menonton ……………………………………………..52
5.2.2. Penggunaan Media Bioskop …………………………………58
5.2.3. Kepuasan …………………………………………………….60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan …………………………………………………………...76
6.2. Saran ………………………………………………………………….78
DAFTAR PUSTAKA

xiii

DAFTAR BAGAN
Bagan

Halaman

1. Bagan Kerangka Pikir ………………………………………………………..29
2. Bagan Pembahasan Minat menonton ………………………………………...57
3. Bagan Pembahasan Media Bioskop ………………………………………….60
4. Bagan kepuasan ………………………………………………………………62
5. Bagan Rangkuman pembahasan ……………………………………………...65

xvi

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

1. Penelitian Terdahulu …………………………………………………………...9
2. Daftar Informan ……………………………………………………………... 46

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Foto Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Yang Sedang Berada Di Depan
Gedung C FISIP Universitas Lampung ………………………………………41
2. Foto Informan Pertama ……………………………………………………….47
3. Foto Informan Kedua ………………………………………………………...47
4. Foto Informan Ketiga ………………………………………………………...48
5. Foto Informan Keempat ……………………………………………………...48
6. Foto Informan Kelima ………………………………………………………..49
7. Foto Informan Keenam ……………………………………………………... 49
8. Foto Informan Ketujuh ……………………………………………………….50

xiv

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Menurut Anastasi dan Urbina dalam Ginting (2005:19), minat berhubungan
dengan nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidup
nya. Selanjutnya menurut Mapiarre dalam Ginting (2005:19), minat
merupakan suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran antara
perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, atau kecenderungankecenderungan lain yang mengarahkan seeorang kepada suatu pilihan
tertentu. Menurut Semiawan (1986:120), menjelaskan bahwa minat dapat
dilihat dan diukur dari respon yang dihasilkan.
Minat adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarahkan
kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi
kepuasan kepadanya (satisfiers). Definisi ini menjelaskan bahwa minat
berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan
kegiatan tertentu yang spesifik. Menurut Hutagaol dalam Dimasningtias
(2012:2), minat merupakan faktor psikologis yang mempengaruhi tindakan
seseorang.

2

Pada semua usia, minat memainkan peran penting dalam kehidupan
seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap.
Seseorang bisa menjadi malas, enggan mengerjakan sesuatu ketika ia tidak
berminat terhadap kegiatan tersebut. Pentingnya keberadaan minat pada diri
manusia adalah karena minat merupakan sumber motivasi yang kuat, ia
menjadi faktor pendorong untuk melakukan sesuatu. Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di
luar diri. Menurut Djaali dalam Hutagaol (2009:10), minat berhubungan
dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau
berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh
kegiatan itu sendiri. Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang
ditekuni seseorang sehingga akan jauh lebih menyenangkan.
Minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih
sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam
diri seseorang. Minat memiliki hubungan dengan segi kognisi, namun minat
lebih dekat pada perilaku. Salah satu kegiatan yang dapat digerakan oleh
adanya minat yakni menonton film. Menonton sendiri berasal dari kata
“tonton” dan dapat imbuhan “me”, jadi kata menonton sama dengan melihat
atau menyaksikan. Film dalam ensiklopedia bebas didefinisikan sebagai
gambar hidup atau sering disebut movie (semula pelesetan dari perpindahan
gambar). Film secara kolektif sering disebut Sinema. Gambar hidup adalah
bentuk seni, bentuk popular dari hiburan, dan juga bisnis. Menurut McQuail
(1991:14), film merupakan ekspresi dan pernyataan sikap, McQuail
menjelaskan bahwa film sebagai sebuah medium mempunyai kemampuan

3

untuk menjangkau sekian banyak orang dalam waktu yang cepat dan
kemampuannya memanipulasi kenyataan yang tampak dalam pesan fotografi
tanpa kehilangan kredibilitas merupakan salah satu kekuatan terbesarnya.
Menonton film merupakan salah satu bentuk media hiburan yang bagi
sebagian penikmatnya merupakan suatu hal yang wajib. Film tidak hanya
memberikan suguhan tontonan para aktor atau aktris kondang baik itu dari
dalam negeri atau mancanegara yang saling beradu akting, film juga
memberikan suatu pengetahuan dan alur cerita yang menarik sekaligus
menghibur. Seorang individu mengkonsumsi film dengan tujuan yang
berbeda-beda. Misalnya: untuk mencari hiburan, pendidikan, kepuasan,
pengalihan emosi dan lain sebagainya.
Dunia perfilman di Indonesia sendiri mengalami pasang surut. Indonesia pada
tahun-tahun yang lalu dunia perfilman mengalami penurunan, namun saat ini
dunia perfilman sudah mulai naik lagi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
film layar lebar bertemakan remaja dan cinta maupun horor menjadi menarik
dan menjadi salah satu tema yang relatif bertahan lama.
Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana minat
menonton film-film Indonesia di bioskop terhadap mahasiswa Jurus an Ilmu
Komunikasi FISIP Universitas Lampung angkatan 2006-2012.
Hal yang membuat peneliti tertarik dalam penelitian ini adalah mahasiswa
Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung angkatan 2006-2012
memiliki kedekatan dalam hal akademik kepada peneliti, sehingga lebih
mudah untuk mendapatkan hasil informasi yang lebih akurat.

4

Pada Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung sudah memiliki
mata kuliah yang berhubungan dengan dunia perfilman. Para mahasiswa pada
Jurusan tersebut telah mempelajari segala hal yang berkaitan dengan dunia
perfilman meliputi hal teknis dan non teknis, sehingga dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung
memiliki minat untuk mempelajari berbagai jenis-jenis film Indonesia serta
memiliki penilaian yang kritis terhadap suatu film yang mereka tonton.
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung adalah
golongan masyarakat yang memiliki pendidikan yang cukup tinggi, mereka
telah menyelesaikan pendidikan dari sekolah menengah atas dan melanjutkan
keperguruan tinggi. Pada tingkat pendidikan tersebut mereka memiliki
berbagai macam minat yang berhubungan dengan dunia perfilman, contohnya
film-film action¸ percintaan, misteri, olahraga, sejarah dan seni budaya yang
sesuai dengan selera mereka masing-masing.
Berdasarkan pra-riset yang dilakukan peneliti kepada lima orang mahasiswa
Jurusan Ilmu Komunikasi pada berbagai angkatan menghasilkan data bahwa
mereka semua pernah menonton film-film Indonesia di bioskop, dan mereka
memiliki keinginan untuk mendapatkan tontonan film-film Indonesia yang
berkualitas di bioskop agar film-film Indonesia memiliki daya saing terhadap
film-film yang berasal dari luar negeri sehingga membawa harum nama
negara Indonesia di dunia perfilman internasional.

Contoh bioskop yang menjadi rujukan informan dalam penelitian ini salah
satunya adalah bioskop 21 (Twenty One) Bandar Lampung yang beralamat di

5

Central Plaza lantai 2, Jl. Kartini no. 21 Bandar Lampung. Bioskop ini
memiliki 4 teater dan jadwal waktu tayang mulai pukul 11 siang sampai
pukul 10 malam.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah pada penelitan ini adalah:
“Bagaimana minat menonton pada mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
FISIP Universitas Lampung angkatan 2006-2012 terhadap film-film
Indonesia di Bioskop?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah ”untuk mengetahui dan menggambarkan minat
menonton pada mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Lampung angkatan 2006-2012 terhadap film-film Indonesia di Bioskop.”
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini yaitu:
1. Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran di bidang Ilmu komunikasi dan juga diharapkan dapat menjadi
referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan
film-film Indonesia di bioskop.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran, pengetahuan, gambaran dan informasi terhadap faktor-faktor
yang dapat menimbulkan minat menonton pada film-film Indonesia di
bioskop.

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian terdahulu
Pada penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai
perbandingan guna mempermudah penulis dalam menyusun penelitian ini.
Menurut Ihsan (1996:53) menyatakan bahwa tinjauan pustaka harus
mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan
permasalahan

penelitian:

teori,

konsep-konsep,

analisa,

kesimpulan,

kelemahan dan keunggulan pendekatan yang dilakukan orang lain. Menurut
Masyhuri (2008:56), peneliti harus belajar dari penelitian lain, untuk
menghindari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama.
Adapun penelitian sebelumnya dipakai sebagai acuan dan referensi penulis
untuk memudahkan penulis dalam membuat penelitian ini. Penulis telah
menganalisis tiga penelitian terdahulu yang berkaitan dengan bahasan di
dalam penelitian ini.
Penelitian tentang “Respon Pemirsa Terhadap Tayangan Komedi OVJ Di
Trans7” pernah dilakukan oleh Rife Yuriano, mahasiswa Ilmu Komunikasi
Universitas Lampung 2011. Ia menganalisis tentang bagaimana respon
pemirsa terhadap tayangan komedi OVJ di Trans7 ditanggapi positif oleh
pemirsa televisi.

7

Masalah yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini, menyangkut
respon pemirsa terhadap tayangan komedi OVJ di Trans7. Pada hasil
penelitian, ia menjelaskan bahwa tayangan komedi OVJ di Trans7 seperti
jargon, perilaku dalang, perilaku wayang, pemilihan cerita yang disajikan dan
bintang tamu yang hadir disukai oleh pemirsa televisi. Dalam penelitian ini
memiliki keterkaitan dalam faktor-faktor apa saja yang membuat penonton
tertarik untuk menyaksikan tayangan tersebut.
Selain itu penelitian tentang “Respon Pemirsa Televisi Terhadap Running
Text Di MetroTV”, penelitian ini dibuat oleh Istiana mahasiswi ilmu
komunikasi Universitas Lampung tahun 2006. Ia meneliti mengenai bentuk
penyajian running text disukai pemirsa, karena berisi informasi dan berita
sekaligus dari program acara yang ditonton. Respon ini berisi mengenai
bentuk penyajian running text di MetroTV.
Dalam hal ini mendapatkan hasil yaitu dari beberapa informan memberikan
hasil pemirsa mendapat informasi dari acara yang ditonton, menghemat
waktu dan tidak tertinggal informasi baik dari dalam maupun luar negeri.
Dalam penelitian ini memiliki keterkaitan dalam hal respon pemirsa dalam
penyajian tayangan sehingga menimbulkan minat untuk menonton film-film
Indonesia di bioskop.

Selain itu penelitian tentang “Minat Masyarakat Terhadap Berita Politik Di
Televisi”, penelitian ini dibuat oleh Feralia Iskandar mahasiswi ilmu
komunikasi Universitas Lampung tahun 2010. Ia meneliti mengenai minat

8

masyarakat untuk mengikuti berita politik di MetroTV cukup baik. Minat
masyarakat ini mengenai berita politik di televisi.
Dalam hal ini mendapatkan hasil yaitu beberapa informan memberikan hasil
isi berita dan penyajian berita politik di MetroTV cukup signifikan. Dalam
penelitian ini menunjukkan keterkaitan dalam hal seberapa besar efek dari isi
konten yang terkandung dalam tayangan yang menimbulkan minat informan
untuk menonton film-film Indonesia di bioskop.
Berikut ini diuraikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan
penelitian yang dilakukan, yaitu:

9

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

No

Rife Yuriano

Nama peneliti

(2011)

1.

Judul penelitian

Respon pemirsa terhadap tayangan komedi “Opera
Van Java” (OVJ) di Trans7.

2.

Instrumen data

Respon pemirsa terhadap tayangan komedi “Opera
Van Java” (OVJ) di Trans7 ditanggapi positif oleh
pemirsa televisi.

3.

Teknik analisis

Deskriptif kuantitatif

data

4.

Hasil penelitian

Tayangan komedi “Opera Van Java” (OVJ) di Trans7
seperti jargon, perilaku dalang, perilaku wayang,
pemilihan cerita yang disajikan dan bintang tamu yang
hadir disukai oleh pemirsa televisi.

10

Tabel 2. Penelitian Terdahulu

No

Istiana

Nama peneliti

(2006)

1.

Judul penelitian

Respon Pemirsa Televisi Terhadap Running Text Di
MetroTV.

2.

Instrumen data

Bentuk penyajian running text disukai pemirsa, karena
berisi informasi dan berita sekaligus dari program
acara yang ditonton.

3.

Teknik analisis

Analisis deskriptif

data

4.

Hasil penelitian

Pemirsa mendapat informasi dari acara yang ditonton,
menghemat waktu, tidak tertinggal informasi baik dari
dalam maupun luar negeri.

11

Tabel 3. Penelitian Terdahulu

No

Feralia iskandar

Nama peneliti

(2010)

1.

Judul penelitian

Minat masyarakat terhadap berita politik di televisi.

2.

Instrumen data

Minat masyarakat untuk mengikuti berita politik di
MetroTV cukup baik.

3.

Teknik analisis

Analisa kualitatif

data

4.

Hasil penelitian

Isi berita dan penyajian berita politik di MetroTV.
Dalam hal ini mendapatkan hasil yaitu beberapa
informan memberikan hasil isi berita dan penyajian
berita politik di MetroTV cukup signifikan.

12

2.2. Teoritik
2.2.1. Minat Menonton
Menurut Dimasningtias (2012:2), minat mempunyai karakteristik pokok yaitu
melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat
membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang.

Minat memiliki hubungan dengan segi kognisi, namun minat lebih dekat pada
perilaku. Salah satu kegiatan yang dapat digerakan oleh adanya minat yakni
menonton film. Menonton sendiri berasal dari kata “tonton” dan dapat
imbuhan “me”, jadi kata menonton sama dengan melihat atau menyaksikan.

Film dalam ensiklopedia bebas didefinisikan sebagai gambar hidup atau
sering disebut Movie (semula pelesetan dari perpindahan gambar). Film
secara kolektif sering disebut Sinema. Gambar hidup adalah bentuk seni,
bentuk popular dari hiburan, dan juga bisnis. Menurut McQuail (1991:14),
Film merupakan ekspresi dan pernyataan sikap.

McQuail menjelaskan bahwa film sebagai sebuah medium mempunyai tiga
kemampuan untuk menjangkau sekian banyak orang dalam waktu yang cepat
dan kemampuannya memanipulasi kenyataan yang tampak dalam pesan
fotografi, tanpa kehilangan kredibilitas merupakan salah satu kekuatan
terbesarnya.

Menurut Djamarah dalam Deva (2013:23), minat adalah kecenderungan yang
menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang
yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara

13

konsisten dengan rasa senang. Menurut Slameto (2010:180), menyatakan
bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang berminat
terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten
dengan rasa senang dikarenakan hal tersebut datang dari dalam diri seseorang
yang didasarkan rasa suka dan tidak adanya paksaan dari pihak luar. Dengan
kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu
hal atau aktivitas tanpa ada yang memaksa.

Menurut Getels dalam Djamarah (2008:75), seseorang yang berminat
terhadap sesuatu yang diminati itu sama sekali tidak akan menghiraukan
sesuatu yang lain.

“an interest is a characteristic dispositition, organized trough experience,
wich impels an individual to seek out particular object, activies,
understanding, skiil, or goals for attention or acquisition”.

Dengan demikian minat dapat diartikan sebagai kecenderungan sifat yang
terorganisir berdasarkan dari pengalaman seseorang, yang mendorong
seseorang atau individu untuk mencari keterangan atau fakta-fakta dari
sebuah objek, aktivitas atau kegiatan, pemahaman, skill, tujuan perhatian atau
murni ingin mahir dalam hal tertentu.

Menurut Djamarah (2008:133), minat merupakan perasaan yang didapat
karena berhubungan dengan sesuatu. Minat terhadap sesuatu itu dipelajari dan

14

dapat mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan
minat-minat baru. Minat merupakan alat motivasi yang utama yang dapat
membangkitkan kegairahan seseorang dalam rentangan waktu tertentu.

Dari beberapa definisi minat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan
bahwa minat adalah kecenderungan individu untuk memusatkan perhatian
rasa lebih suka dan rasa ketertarikan terhadap suatu objek atau situasi
tertentu.

Banyak ahli yang mengemukakan mengenai jenis-jenis minat. Menurut
Dimasningtias (2012:1), minat merupakan salah satu dimensi dari aspek
afektif yang banyak berperan dalam kehidupan seseorang. Menurut Stiggins
dalam Ginting (2005:19), aspek afektif adalah aspek yang mengidentifikasi
dimensi-dimensi perasaan dari kesadaran emosi, disposisi, dan kehendak
yang mempengaruhi pikiran dan tindakan seseorang. Selain itu, adanya minat
dapat menimbulkan motivasi untuk mewujudkannya.
Menurut Djaali dalam Hutagaol (2009:10), Minat merupakan faktor
psikologis yang mempengaruhi tindakan seseorang. Pada semua usia, minat
memainkan peran penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai
dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Seseorang bisa menjadi malas,
enggan mengerjakan sesuatu ketika ia tidak berminat terhadap kegiatan
tersebut.
Pentingnya keberadaan minat pada diri manusia adalah karena minat
merupakan sumber motivasi yang kuat, ia menjadi faktor pendorong untuk
melakukan sesuatu.

15

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri
sendiri dengan sesuatu di luar diri. Minat berhubungan dengan gaya gerak
yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang,
benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Minat
menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang
sehingga akan jauh lebih menyenangkan.

Menonton film merupakan salah satu bentuk media hiburan yang bagi
sebagian penikmatnya merupakan suatu hal yang wajib. Film tidak hanya
memberikan suguhan tontonan para aktor atau aktris kondang baik itu dari
dalam negeri atau mancanegara yang saling beradu akting, film juga
memberikan suatu pengetahuan, alur cerita yang menarik sekaligus
menghibur.

Seorang individu mengkonsumsi film dengan tujuan yang berbeda-beda.
Misalnya untuk mencari hiburan, pendidikan, kepuasan, pengalihan emosi
dan lain sebagainya.
Dunia perfilman di Indonesia sendiri mengalami pasang surut. Pada tahuntahun yang lalu dunia perfilman di Indonesia mengalami penurunan, namun
saat ini dunia perfilman sudah mulai naik lagi. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya film layar lebar bertemakan remaja dan cinta maupun horor
menjadi menarik dan menjadi salah satu tema yang relatif bertahan lama.
Dalam dunia perfilman, menimbulkan minat masyarakat untuk menonton film
merupakan hal yang sangat penting. Karena sebuah film dikatakan sebagai

16

film yang sukses jika dilihat dari banyaknya masyarakat yang telah
mengkonsumsi film tersebut.

a. Film-film Indonesia Di Bioskop
Menurut Trianton (2013:9), film merupakan karya sinematografi yang
dapat berfungsi sebagai alat cultural education atau pendidikan budaya.
Meski pada awalnya film diperlakukan sebagai komoditi

yang

diperjualbelikan sebagai media hiburan, namun pada perkembangan film
juga kerap digunakan sebagai media propaganda, alat penerangan bahkan
pendidikan. Dengan demikian film juga efektif untuk menyampaikan nilainilai budaya.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang
secara individu atau kelompok dalam usaha mendewasakan diri melalui
upaya pengajaran dan pelatihan, proses pembuatan dan proses pencarian.
Sedangkan posisi film dalam bidang pendidikan adalah sebagai media
edukatif. Ini merupakan salah satu respon dari tuntutan gerakan reformasi
tahun 1998 yaitu diadakannya reformasi dalam bidang politik dan
kebudayaan, termasuk dalam bidang perfilman.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengakibatkan arus
distribusi informasi begitu cepat berpengaruh pada perubahan paradigma
tentang film. Film bukan hanya sebagai media hiburan dan alat
propaganda politik saja tetapi juga memiliki peran kultural dalam
pendidikan.

17

Paradigma baru inilah yang kemudian mengantarkan film masuk keruangruang kelas di sekolah atau perguruan tinggi. Film sebagai karya seni
budaya yang terbentuk berdasarkan kaidah sinematografi merupakan
fenomena kebudayaan. Oleh karena itu, film menjadi salah satu alternatif
media dan model pembelajaran.
Film adalah hasil proses kreatif para sineas yang memadukan berbagai
unsur seperti gagasan, sistem nilai, pandangan hidup, keindahan, norma,
tingkah laku manusia dan kecanggihan teknologi. Dengan demikian film
tidak bebas nilai karena di dalamnya terdapat pesan yang dikembangkan
sebagai karya kolektif. Di sini, film menjadi alat pranata sosial.
Film sebagai institusi sosial memiliki kepribadian serta mengusung
karakter tertentu dengan visi misi yang akan menentukan kualitas. Ini
sangat dipengaruhi oleh kompetensi atau kualifikasi, dedikasi para sineas,
kecanggihan teknologi yang digunakan serta sumber daya lainnya. Film
sebagai karya seni budaya dan sinematografi dapat dipertunjukkan dengan
atau tanpa suara. Ini bermakna bahwa film merupakan media komunikasi
massa yang membawa pesan yang berisi gagasan-gagasan penting yang
disampaikan kepada masyarakat dalam bentuk tontonan.
Meski berupa tontonan, namun film memiliki pengaruh yang besar. Itulah
sebabnya film mempunyai fungsi pendidikan, hiburan, informasi dan
pendorong tumbuhnya industri kreatif lainnya. Dengan demikian film
menyentuh berbagai segi kehidupan manusia dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Film menjadi sangat efektif sebagai media

18

pembelajaran dalam rangka menanamkan nilai-nilai luhur, pesan moral,
unsur didaktif dan lain-lain.
Menurut Trianton (2013:11), Sejarah perfilman Indonesia tidak dapat
dilepaskan dari segenap kondisi lingkungan sekitarnya. Setidaknya
beberapa insan perfilman Indonesia pernah mengalami masa-masa kritis
(suram) dalam sejarah perjalanannya.
J.B. Kristanto, seorang kritis film pengantar buku katalog film untuk edisi
1926-2005 yang bertajuk sepuluh tahun terakhir perfilman Indonesia
dalam Katalog Film Indonesia 1926-2005 mengungkapkan bahwa pada
pertengahan tahun 1990-an Indonesia mengalami kelesuan produksi
nasional. Film dan bioskop pertama di dunia dibuka di Paris, ibukota
Perancis yaitu pada tanggal 28 desember 1895. Sedangkan perfilman di
Indonesia pertama kali kemunculannya di Betawi atau Batavia yang yang
kini menjadi Jakarta, istilah film disebut dengan “gambar idoep” ini tiba di
Batavia dan untuk pertama kalinya dipertontonkan pada warga pada
tanggal 5 desember 1900, pertunjukan film ini berlangsung di Tanah
Abang, kebonjae.
Sejarah film di Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Film pertama
yang diputar adalah sebuah film dokumenter tentang peristiwa yang terjadi
di Eropa dan Afrika Selatan, termasuk dokumenter politik yang berisi
gambar sri baginda maha ratu Belanda
Hendrig memasuki kota Den haag.

bersama yang mulia Hertog

19

Pada kolonial Belanda di Indonesia sudah ada bioskop, Belanda juga yang
mendirikannya. Saat itu bioskop dibedakan berdasarkan ras. Bioskop
untuk orang-orang eropa hanya memutar film dari kalangan mereka,
bioskop untuk orang pribumi dan tionghoa memutar film impor dan film
produksi lokal.
Yang unik adalah sebutan untuk bioskop pribumi yaitu bioskop kelas
kambing. Hal ini disebabkan karena penonton sangat berisik seperti
kambing. Pada tahun 1926 bioskop pribumi diramaikan dengan
kemunculan film cerita lokal pertama berjudul “Loetoeng Kasaroeng”.
Cerita film ini diangkat dari cerita legenda rakyat jawa barat. Konon, film
ini tergolong sukses, bahkan sempat diputar selama satu minggu penuh di
Bandung yaitu Antara 31 desember 1926 - 6 januari 1927.
Kemudian pada masa revolusi seorang pemuda bernama Umar Ismail
membuat perusahaan film sendiri yang bernama Perfini atau Perusahaan
Film Indonesia, film pertama yang dibuat Perfini adalah film berjudul
Darah dan Do’a yang saat itu juga disebut The Long March of Siliwangi.
Pada tanggal 30 maret 1950 ditetapkanlah sebagai hari film nasional.
Menurut Sastrohadisudirdjo (1984:40), di Indonesia juga memiliki
sumbangsih yang besar dalam sejarah film. Indonesia mengenal dua unsur
film yaitu gambar dan suara, kedua unsur ini sudah dikenal dan digunakan
di Indonesia sejak berabad-abad lamanya sebagai saluran penerangan dan
hiburan yaitu dalam bentuk wayang kulit. Pembawa ajaran agama islam

20

beberapa ratus tahun silam menggunakan media wayang kulit untuk
mengajarkan dan menyebarkan ajaran agama islam.
Dengan disempurnakan teknik perfilman yang terbukti keampuhannya
sebagai alat penerangan, pendidikan dan kebudayaan maka pemakaian
film itu semakin hari semakin bertambah luas.
Jauh sebelum pecahnya revolusi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945,
bangsa Indonesia telah berkenalan dengan film yaitu sejak dari masa film
bisu (silent picture).

21

b. Contoh film-film Indonesia di Bioskop
Selama kurun waktu satu tahun penulis melakukan observasi pada waktu
prime time terhadap film-film Indonesia di bioskop, maka didapati
beberapa cerita yang menjadi film-film terlaris. Dalam film-film Indonesia
yang juga dipromosikan di media massa, media elektronik dan media cetak
seperti: Tenggelamnya kapal van der wijck, Mengejar setan, Isyarat,
Soekarno: Indonesia merdeka, 99 cahaya langit di eropa, Eyang kubur,
Dead mine, Demi ucok, Sokola rimba, Bukan hanya mata ketiga, Noah
awal semula, Adriana, Taman lawang, Bangkit dari lumpur, Cewek
petualang, Petualangan si adi, Dhaup ageng, Dendam arwah rel bintaro,
Romantini, Manusia setengah salmon, Air mata terakhir bunda, Hati ke
hati, Cahaya kecil, Malam seribu bulan, Rumah angker pondok indah,
Wanita tetap wanita, Kawin kontrak 3, Cinta/mati, Perawan seberang, Get
m4rried, Bismillah aku mencintaimu, Tak sempurna, Petualangan
lollypop, Satu hati sejuta cinta, Leher angsa, Cinta dari wamena, Cinta
dalam kardus, Coboy junior the movie, 308, Honeymoon, Sang kiai, Laura
dan marsha, Pintu harmonika, Setelah 15 tahun, Jangan menangis sinar,
Masih adakah cinta kita, Kembalinya nenek gayung, Cinta brontosaurus,
Yang tidak dibicarakan ketika membicarakan cinta, The legend of trio
macan, Kisah 3 titik, Kerasukan, Mursala, Finding srimulat, Hari ini pasti
menang, Jeritan danau terlarang (situ gintung), Berlian si etty, Belenggu,
Misteri cipularang, Di sini ada yang mati, Rectoverso, Kata hati,
Nightmare side, Tiga, Dream Obama, Sang pialang, Mika, 3 playboy
galau, Gending sriwijaya, dll.

22

2.2.2. Tinjauan Penggunaan Media Bioskop
Menurut Mardiastika (2012:1), bioskop berasal dari kata ”boscoop” (bahasa
Belanda yang juga berasal dari Bahasa Yunani) yang artinya “Gambar Hidup”
adalah tempat untuk menonton pertunjukan film dengan menggunakan layar
lebar. Gambar film diproyeksikan ke layar menggunakan proyektor.
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia:
a. Cineplex adalah kompleks sinema yang terdapat dalam satu bangunan.
b. Bioskop adalah pertunjukan yang diperlihatkan dengan gambar (film) yang
disorot sehingga dapat bergerak (berbicara); film; gedung pertunjukan film
cerita.
Cineplex merupakan perkembangan dari bioskop. Keduanya memiliki fungsi
yang sama yaitu tempat pertunjukan film. Yang membedakannya adalah
jumlah teater tempat pertunjukan filmnya.
Bioskop umumnya hanya memiliki satu teater dalam satu bangunan, tetapi
Cineplex memiliki lebih dari satu teater dalam satu bangunan.
Karena memiliki banyak pilihan teater untuk menonton film, maka bioskop
kemudian disebut sinema kompleks (Cineplex).
2.2.3. Landasan Teori
Minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih
sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam
diri seseorang. Minat memiliki hubungan dengan segi kognisi, namun minat
lebih dekat pada perilaku. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori

23

minat menurut Safran dalam Sukardi (2003:35), yang mengklasifikasikan
minat menjadi empat jenis yaitu:
1. Expressed interest, minat yang diekspresikan melalui verbal yang
menunjukkan apakah seseorang itu menyukai atau tidak menyukai suatu
objek atau aktivitas
2. Manifest interest, minat yang disimpulkan dari keikutsertaan individu pada
suatu kegiatan tertentu
3. Tested interest, minat yang disimpulkan dari tes pengetahuan atau
keterampilan dalam suatu kegiatan
4. Inventoried interest, minat yang diungkapkan melalui inventori minat atau
daftar aktivitas dan kegiatan yang sama dengan pernyataan.

Salah satu kegiatan yang dapat digerakan oleh adanya minat yakni menonton
film. Menonton sendiri berasal dari kata “tonton”dan dapat imbuhan “me”,
jadi kata menonton sama dengan melihat atau menyaksikan.

Film dalam ensiklopedia bebas didefinisikan sebagai gambar hidup atau
sering disebut movie (semula pelesetan dari perpindahan gambar). Menurut
McQuail (1991:14), Film merupakan ekspresi dan pernyataan sikap.
McQuail menjelaskan bahwa film sebagai sebuah medium mempunyai tiga
kemampuan untuk menjangkau sekian banyak orang dalam waktu yang cepat
dan kemampuannya memanipulasi kenyataan yang tampak dalam pesan
fotografi, tanpa kehilangan kredibilitas merupakan salah satu kekuatan
terbesarnya.

24

Menurut Mulyani (2012:51), Melvin L. DeFleur selaku pakar yang
menampilkan Teori Kategori Sosial mengatakan bahwa teori ini kadangkadang tumpang tindih dengan Teori Perbedaan Individual, tetapi berasal dari
sumber yang secara disipliner amat berbeda.

Teori Kategori Sosial menyatakan adanya perkumpulan-perkumpulan
kebersamaan-kebersamaan atau kategori-kategori sosial pada masyarakat
urban-industrial yang perilakunya ketika diterpa perangsang-perangsang
tertentu hampir-hampir seragam.

Ciri-cirinya adalah usia, seks, pendapatan, pendidikan, permukiman atau
pertalian yang bersifat religious. Sebagai ilustrasi dalam hubungannya dengan
komunikasi massa dapat disebut antara lain majalah model yang amat jarang
dibeli oleh kaum pria, sebaliknya artikel mengenai permainan catur amat
langka dibaca kaum wanita.

Asumsi dasar dari Teori Kategori Sosial ialah teori sosiologis yang
menyatakan bahwa meskipun masyarakat modern sifatnya heterogen,
penduduk yang memiliki sejumlah ciri yang sama akan mempunyai pola
hidup tradisional yang sama.

Persamaan gaya, orientasi dan perilaku akan berkaitan dengan suatu gejala
seperti pada media massa dalam perilaku seragam.

Anggota-anggota dari suatu kategori tertentu akan memilih pesan komunikasi
yang kira-kira sama, dan menanggapinya dengan cara yang hampir sama
pula.

25

Teori Kategori Sosial merupakan formula yang lebih bersifat penjelasan
daripada pembahasan, tetapi sejauh dapat digunakan sebagai landasan untuk
prediksi kasar dan sebagai pedoman untuk penelitian, teori tersebut dapat
berfungsi sebagai teori sederhana untuk studi media massa.

Dalam penelitian mengenai minat menonton film-film Indonesia di bioskop,
penggunaan suatu media didorong oleh minat-minat tertentu.
Minat dilatarbelakangi oleh berbagai kebutuhan. Ada berbagai kebutuhan
yang dipuaskan oleh media, walaupun pada saat yang bersamaaan kebutuhan
ini dapat dipuaskan oleh sumber-sumber lain selain media. Minat mendorong
khalayak untuk menggunakan media dan bebas untuk menentukan pilihanpilihan. Dalam hal ini khalayak adalah seorang pelaku aktif yang tidak
dengan begitu saja menerima pesan media. Pesan-pesan diseleksi oleh
khalayak

yang

disesuaikan

dengan

kebutuhan-kebutuhannya

hingga

didapatkan apa yang dinamakan dengan pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan
individu terhadap pesan-pesan media berdasarkan atas asas manfaat dan
kepuasan.

Pemirsa dilihat sebagai individu aktif dan memiliki tujuan, mereka
bertanggung jawab dalam pemilihan media yang akan mereka gunakan untuk
memenuhi kebutuhan mereka dan individu ini mengetahui kebutuhan mereka
dan bagaimana memenuhinya. Media dianggap hanya menjadi salah satu cara
pemenuhan kebutuhan dan individu bisa jadi menggunakan media untuk
memenuhi kebutuhan mereka atau tidak menggunakan media dan memilih
cara lain.

26

2.2.4. Kerangka Pikir

Penelitian ini coba melihat apa yang mendorong minat menonton pada
mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung angkatan
2006-2012 terhadap film-film Indonesia di bioskop berdasarkan keberadaan
minat terhadap objek, subjek atau aktivitas.
Penentuan dalam hal minat ini didasarkan pada reaksi individu (menolak atau
menerima). Minat dilatarbelakangi oleh berbagai kebutuhan. Ada berbagai
kebutuhan yang dapat dipuaskan oleh media, walaupun pada saat yang sama
kebutuhan ini dapat dipuaskan oleh sumber-sumber lain selain media. Minat
mendorong khalayak untuk menggunakan media dan bebas untuk
menentukan pilihan-pilihan.
Dalam hal ini khalayak adalah seorang pelaku aktif yang tidak dengan begitu
saja menerima pesan media. Pesan-pesan diseleksi oleh khalayak yang
disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhannya hingga didapatkan apa yang
dinamakan dengan kepuasan. Kebutuhan individu terhadap pesan-pesan
media berdasarkan atas asas manfaat dan kepuasan.
Dalam penelitian ini peneliti berusaha mencari tahu minat menonton
mahasiswa terhadap film-film Indonesia dan faktor-faktor apa saja yang
mendorong Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Lampung angkatan 2006-2012 untuk menonton film-film Indonesia di
bioskop.

27

Penelitian ini akan mengambil jenis film-film Indonesia yang pernah
ditayangkan di bioskop sebagai fokus penelitian, yaitu film-film Indonesia
yang banyak diminati khalayak.
Mengaitkan antara kebutuhan seseorang terhadap minat menonton maka akan
terkait pada kebutuhan masyarakat terhadap informasi, hiburan dan interaksi
sosial. Peran-peran diseleksi oleh khalayak yang disesuaikan dengan
kebutuhan-kebutuhannya sehingga didapatkan apa yang dinamakan dengan
kepuasan.
Minat menonton memiliki berbagai indikator sebagai berikut:
1. Film-film Indonesia yang ingin ditonton mahasiswa Jurusan Ilmu
Komunikasi FISIP Universitas Lampung angkatan 2006-2012
2. Faktor-faktor yang menarik minat menonton mahasiswa Jurusan Ilmu
Komunikasi FISIP Universitas Lampung angkatan 2006-2012 pada filmfilm Indonesia di bioskop
3. Kesan mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung
angkatan 2006-2012 terhadap film-film Indonesia di bioskop.
4. Frekuensi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Lampung angkatan 2006-2012 menonton tayangan film-film Indonesia di
bioskop
Penggunaan media bioskop memiliki indikator sebagai berikut:
1. Pendapat mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Lampung angkatan 2006-2012 tentang frekuensi penayangan film-film
Indonesia di media bioskop.

28

2. Alasan mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung
angkatan 2006-2012 menonton film-film Indonesia di media bioskop.
Kepuasan memiliki indikator sebagai berikut:
1. Pengalaman mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Lampung angkatan 2006-2012 saat menonton film-film Indonesia di
bioskop
2. Kepuasan mahasiswa Jurusan

Dokumen yang terkait

Pola Penggunaan Twitter di Kalangan Mahasiswa FISIP USU” (Studi Deskriptif Kuantitatif Untuk Mengetahui Pola Penggunaan Twitter di Kalangan Mahasiswa FISIP USU).

1 41 110

Minat Mahasiswa Tentang Penelitian Di Bidang Komunikasi (Studi Dokumentasi Pada Judul Skripsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Tahun Ajaran 2010/2011)

1 84 127

Dinamika Komunikasi Antarbudaya di Kalangan Mahasiswa FISIP USU dalam Menjaga Harmonisasi

5 46 104

ANALISIS PENGARUH KOMUNITAS DAN IKLAN TERHADAP MINAT MENONTON FILM DI BIOSKOP PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JEMBER

3 24 17

EVALUASI KEMANFAATAN WEBSITE UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG BAGI MAHASISWA Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2010 FISIP – UMM

0 4 49

APRESIASI MAHASISWI TERHADAP FILM BERBAGI SUAMI Studi pada Mahasiswi FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2005 Universitas Muhammadiyah Malang

0 3 2

PENGARUH TERPAAN FILM "AMERICAN PIE" TERHADAP PERGAULAN BEBAS MAHASISWA Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Angkatan Tahun 2003 Universitas Muhammadiyah Malang

0 27 2

PENDAPAT MAHASISWA TENTANG TAYANGAN KLIK DI ANTV (Studi Pada Mahasiswa Fisip Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Audio Visual Angkatan 2006 UMM )

0 4 2

PENGARUH TRAILER FILM INDONESIA TERHADAP MINAT MENONTON FILM (Studi pada Unit Kegiatan Mahasiswa Darmajaya Computer and Film Club di Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya Bandar Lampung)

87 337 76

Bauran Pemasaran Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Menonton Film Di Bioskop (Studi Kasus Pada Film Filosofi Kopi)

3 16 40