Minat Mahasiswa Tentang Penelitian Di Bidang Komunikasi (Studi Dokumentasi Pada Judul Skripsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Tahun Ajaran 2010/2011)

(1)

MINAT MAHASISWA TENTANG PENELITIANN DI BIDANG KOMUNIKASI

(Studi Dokumentasi Pada Judul Skripsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Tahun Ajaran 2010/2011)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi Diajukan Oleh: Rahel Fitriani Purba

080904063

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

MINAT MAHASISWA TENTANG PENELITIAN DI BIDANG KOMUNIKASI

(Studi Dokumentasi Pada Judul Skripsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Tahun Ajaran 2010/2011)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh :

RAHEL FITRIANI PURBA 080904063

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013


(3)

MINAT MAHASISWA TENTANG PENELITIAN DI BIDANG KOMUNIKASI

(Studi Dokumentasi Pada Judul Skripsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Tahun Ajaran 2010/2011)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh :

RAHEL FITRIANI PURBA 080904063

STUDENT INTEREST ABOUT RESEARCH IN COMMUNICATION MAJORS

(Documentations Study of Thesis Tittle on Science Communication FISIP USU

Academic Years 2010/2011) Thesis

Asked To Complete Tasks and Meets Requirements For Getting a Bachelor's Degree of Social and Political Sciences

by:

RAHEL FITRIANI PURBA 080904063

DEPARTMENT OF SCIENCE COMMUNICATION FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA 2013


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI Lembar Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Rahel Fitriani Purba

NIM : 080904063 Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Minat Mahasiswa Tentang Penelitian Di Bidang Komunikasi (Studi Dokumentasi Pada Judul Skripsi Mahasiswa Ilmu

Komunikasi FISIP USU Tahun Ajaran 2010/2011) Medan, Mei 2013 Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Emilia Ramadhani, S.Sos,M.A. Dra. Fatma Wardy Lubis.M.A NIP. 19731021200642001 NIP.195102191987011001

Dekan FISIP USU

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP. 196805251992031002


(5)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Minat Mahasiswa Tentang Penelitian di Bidang Komunikasi dengan fokus pada studi dokumentasi pada judul skripsi mahasiswa ilmu komunikasi Fisip USU tahun ajaran 2010/2011. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui minat mahasiswa dalam memiih judul skripsi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi, teori psikologi komunikasi, s-o-r dan teori minat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data studi dokumentasi dan wawancara. Studi dokumentasi dilakukan pada skripsi-skripsi mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan mahasiswa terutama sebagai wawasan dalam memilih judul skripsi maupun menambah bahan penelitian yang bersifat keilmuan. Teknik wawancara dilakukan secara mendalam terhadap 9 (sembilan) orang responden yang terdiri dari 6 (enam) orang mahasiswa dan 3 (tiga) orang dosen. Hasil penelitian ditemukan bahwa pada umumnya penelitian mahasiswa lebih sering berkaitan dengan komunikasi massa, CSR dan Komunikasi Antar Pribadi. Berkaitan dengan Jurnalistik Media Cetak dan Komunikasi Penyuluhan masih jarang dilakukan. Hal ini disebabkan Jurnalistik Media Cetak secara praktek seringkali bersinggungan dengan Komunikasi Massa dikarenakan keduanya saling melengkapi, sedangkan Komunikasi Penyuluhan minim peminat padahal dalam aplikasinya metode komunikasi penyuluhan melibatkan masyarakat secara langsung sehingga lebih efektif dalam merubah sikap ataupun prilaku masyarakat. Hal ini disebabkan kurangnya bahan refrerensi yang ada dan sulitnya akses data atau referensi yang diperoleh dari instansi pemerintah. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan acuan kepada para mahasiswa ilmu komunikasi di kemudian hari dalam menentukan pemilihan judul skripsi dan juga memberi masukan kepada departemen ilmu komunikasi yang berkaitan dengan minat mahasiswa dalam bidang penelitian komunikasi.


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulisan skripsi yang berjudul “Minat Mahasiswa Tentang Penelitian Di Bidang Komunikasi” ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan yang harus dilengkapi dalam memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, tentunya merupakan hasil pelajaran yang penulis terima selama mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapat banyak saran, bimbingan dan arahan baik dari segi moril maupun materi serta dorongan semangat dari berbagai pihak yang sangat berguna bagi penulis.

Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua penulis, ayahanda Edisyahman Purba dan ibunda Nelvi br Saragih yang senantiasa mendoakan, memberikan dukungan dan nasehat yang bijaksana bagi penulis. Untuk adik-adikku Manuel Hadinata Purba, Liyoni Orta Purba, Serin Christina Purba, Jodi Christian Purba yang senantiasa saya sayangi, selalu membantu peneliti dalam menggapai gelar sarjana. Ucapan terima kasih lainnya penulis ingin sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardi Lubis, MA dan Ibu Dra. Dayana, Msi selaku ketua dan juga sekretaris Departemen Ilmu Komunikas yang begitu baik atas segala bantuan serta dukungannya yang sangat berguna dan bermanfaat bagi penulis.

3. Ibu Emilia Ramadhani, S.Sos,M.A. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, nasehat, dan saran bagi penulis selama pengerjaan skripsi ini.


(7)

4. Selaku Penguji Utama yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini hingga akhirnya bisa menjadi lebih baik lagi.

5. Seluruh Dosen dan Staf pengajar yang telah mendidik dan membimbing mulai dari semester awal hingga penulis menyelesaikan perkuliahan di kampus.

6. Laboratorium Departemen Ilmu Komunikasi, Kak Yovita Sabarina Sitepu, SSos, MSi selaku ketua serta Kak Hanim dan Kak Puan yang telah membantu penulis sehingga penulis memperoleh banyak ilmu yang bermanfaat.

7. Staf Departemen Kak Maya, Kak Icut, Bang Ria serta seluruh staf perpustakaan, karyawan bagian FISIP USU yang telah membantu penulis dalam memperoleh informasi tentang perkuliahan.

8. Sahabat penulis semasa di SMA (Eka Sinaga, Iin Sembiring, Nina Sinulingga, dan Sartika Tarigan yang telah memberi persahabatan dan menjadi teman terbaik bagi penulis

9. IMAJINASI FISIP USU terutama pengurus periode 2010-2011, Kak Inda Sari selaku ketua dan teman-teman pengurus lainnya yang telah memberikan wadah bagi penulis dan teman-teman yang lainnya untuk berkreatifitas dan belajar untuk berorganisasi.

10.Kesayanganku SdS (Agitha Sembiring, Dewi Manik, Elda Mariany, Eva Aritonang, Irmina Sagala, Melisa Pangaribuan, Ratna Napitupulu, dan Sri Sembiring ) yang telah memberikan persahabatan, dukungan dan semangat kepada penulis selama masa perkuliahan dan mudah-mudahan akan berlangsung selamanya.

11.Teman-teman Ilmu Komunikasi berbagai stambuk terutama teman seperjuangan stambuk 2008 yang senantiasa menjadi teman terbaik bagi penulis.

12.Teman-temanku selama Praktek Kerja Lapangan (Koncho, Idek, Ibam, Joshua, Hendra, Tista) yang selalu menjadi teman dalam keadaan baik dan susah.


(8)

13.Seluruh informan yang bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua doa dan dukungan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa penulisan ini jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik dibutuhkan penulis demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya semoga tulisan yang sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2013 Penulis


(9)

DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN HALAMAN JUDUL

ABSTRAKSI ...i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Konteks Masalah ...1

1.2 Fokus Masalah ...8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ...9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Perspektif/Paradigma Kajian ... 10

2.1.1 Paradigma Penelitian ... 10

2.1.2. Konstruktivisme ... 15

2.2 Kajian Pustaka ...17

2.2.1 Komunikasi ...18

2.2.1.1 Pengertian Komunikasi ...19

2.2.1.2 Proses Komunikasi ...22

2.2.1.3 Fungsi Komunikasi ...23

2.2.1.4 Tujuan Komunikasi ...24

2.2.1.5 Prinsip Komunikasi ...24

2.2.1.6 Ruang Lingkup Komunikasi ...26

2.2.2 Psikologi Komunikasi ...29

2.2.3 Teori S-O-R ... 32

2.2.4 Minat ... 37

2.3 Model Teoritik ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

3.1 Metode Penelitian ... 42

3.1.1 Metode Kualitatif ... 42

3.1.2 Studi Dokumentasi ... 45

3.2 Objek Penelitian ... 48

3.3 Subjek Penelitian ... 48

3.4 Kerangka Analisis ... 56

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.5.1 Wawancara Mendalam ... 57

3.5.2 Penelitian Dokumenter ... 59

3.5.3 Penelitian Kepustakaan ... 59


(10)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 63

4.1 Deskripsi Subjek Penelitian ...63

4.1.1 Universitas Sumatera Utara ...63

4.1.1.1 Tentang Universitas Sumatera Utara ...63

4.1.1.2 Denah Universitas Sumatera Utara ...64

4.1.1.3 Visi, Misi dan Tujuan ...65

4.1.2Fakultas Ilmu Sosial dan Politik ...66

4.1.2.1 Visi dan Misi ...66

4.1.2.2 Pimpinan FISIP ...68

4.1.3 Ilmu Komunikasi ...68

4.1.3.1 Sejarah ...68

4.1.3.2 Visi dan Misi ...69

4.2 Deskripsi Subjek Penelitian ...69

4.3 Hasil ...71

4.4 Pembahasan ...81

BAB V PENUTUP ... 87

5.1. Kesimpulan ... 87

5.2. Saran ... 88

5.3. Implikasi ... 89

- Teoritis ... 89

- Praktis ... 89 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Perbandingan Paradigma……… 11 3.2. Judul Skripsi Mahasiswa tahun Ajaran 2010/2011……… 48


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1. Model S-R……… 33

2.2. Teori S-O-R………..……… 35

2.3 Model S-O-R Terhadap Penelitian……… 41


(13)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Minat Mahasiswa Tentang Penelitian di Bidang Komunikasi dengan fokus pada studi dokumentasi pada judul skripsi mahasiswa ilmu komunikasi Fisip USU tahun ajaran 2010/2011. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui minat mahasiswa dalam memiih judul skripsi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi, teori psikologi komunikasi, s-o-r dan teori minat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data studi dokumentasi dan wawancara. Studi dokumentasi dilakukan pada skripsi-skripsi mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan mahasiswa terutama sebagai wawasan dalam memilih judul skripsi maupun menambah bahan penelitian yang bersifat keilmuan. Teknik wawancara dilakukan secara mendalam terhadap 9 (sembilan) orang responden yang terdiri dari 6 (enam) orang mahasiswa dan 3 (tiga) orang dosen. Hasil penelitian ditemukan bahwa pada umumnya penelitian mahasiswa lebih sering berkaitan dengan komunikasi massa, CSR dan Komunikasi Antar Pribadi. Berkaitan dengan Jurnalistik Media Cetak dan Komunikasi Penyuluhan masih jarang dilakukan. Hal ini disebabkan Jurnalistik Media Cetak secara praktek seringkali bersinggungan dengan Komunikasi Massa dikarenakan keduanya saling melengkapi, sedangkan Komunikasi Penyuluhan minim peminat padahal dalam aplikasinya metode komunikasi penyuluhan melibatkan masyarakat secara langsung sehingga lebih efektif dalam merubah sikap ataupun prilaku masyarakat. Hal ini disebabkan kurangnya bahan refrerensi yang ada dan sulitnya akses data atau referensi yang diperoleh dari instansi pemerintah. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan acuan kepada para mahasiswa ilmu komunikasi di kemudian hari dalam menentukan pemilihan judul skripsi dan juga memberi masukan kepada departemen ilmu komunikasi yang berkaitan dengan minat mahasiswa dalam bidang penelitian komunikasi.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

Setiap manusia tidak pernah lepas dari namanya pendidikan karena pendidikan itu merupakan langkah dasar bagi setiap orang untuk melangkah pada jenjang berikutnya. Pendidikan berfungsi sebagai sarana dalam perencanaan masa depan suatu bangsa sehingga dituntut adanya suatu generasi yang berkualitas misalnya pandai, cerdas, terampil, mandiri, dan mampu menjalani permasalahan hidup yang dihadapi. Pendidikan dikatakan sebagai indikator dalam menunjang sumber daya manusia yang berkualitas. Kesadaran akan pentingnya pendidikan dapat memberikan prestasi yang intelektual bagi manusia yang terlibat didalamnya.

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini memang masih sangat rendah bila dibandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebab utamanya yaitu efektifitas, efisiensi, dan standardisasi pendidikan yang masih sangat kurang dioptimalkan. Selain itu terdapat juga masalah-masalah lain yang menjadi penyebabnya yaitu mahalnya biaya pendidikan, rendahnya kualitas dan kesejahteraan pengajar, fasilitas yang masih kurang memadai, kurangnya pemerataan sistem pendidikan terutama di pedesaan, dan rendahnya prestasi siswa-siswa.

Belakangan ini kesadaran akan manfaat pentingnya pendidikan sebagai penunjang menciptakan sumber daya manusia dirasakan sudah tidak ada lagi. Ketika bukan lagi keutamaan dan keadilan yang ditanamkan dalam konsep pendidikan, melainkan mencari keuntungan materi dan kekuasan atau adanya komersialisasi di dunia pendidikan dan ini akan menjadi sebab utama terjadinya praktek pendidikan diskriminatif.

Jalur pendidikan adalah wahana yang akan dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal yang akan dijalani selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang


(15)

melandasi jenjang pendidikan menengah. Sebelum pada akhirnya anak akan disekolahkan ada baiknya para orangtua mengetahui jalur pendidikan dimana, mempunyai jenjang pendidikan yang jelas yang dimulai dari pendidikan dasar (usia 7-13tahun); pendidikan menengah baik pertama (usia 13-16ahun); dan atas (16-18tahun), sampai pendidikan tinggi (usia 18 tahun keatas).

Jika para orangtua sudah mengetahui jalur pendidikan, maka orangtua akan mencari sekolah yang mempunyai kualitas sekolah yang mempunyai akreditasi dan ekonomis. Pada saat ini, para orangtua tidak perlu khawatir dalam mencari sekolah baik Negeri dan Swasta karena ada banyak sekolah yang dapat dijumpai seperti berikut adapun jumlah pendidikan Sekolah Dasar (SD) yang ada di Indonesia berjumlah 143,252 siswa meliputi SD Negeri berjumlah 130,563 dan Sekolah Dasar Swasta 12,689. Sedangkan jumlah pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) berjumlah 11.898 meliputi SMP Negeri 5.684 dan SMP Swasta 6.214 . dan Sekolah Menengah Atas (SMA) berjumlah 11.306 siswa yang meliputi SMA Negeri 5322dan SMA Swasta diakses 16-3-2012 pukul 20.10)

Setelah melewati keseluruhan tahap pendidikan menengah atas, maka kita akan dibimbing untuk dapat mengikuti ke jenjang berikutnya yaitu perguruan tinggi. Perguruan tinggi menyelenggarakan pendidikan profesional dan akademik dalam ruang lingkup satu disiplin ilmu pengetahuan, teknologi atau kesenian. Ada 2 jenis perguruan tinggi yang ada di Indonesia yaitu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Jumlah dari keduanya berkisar 3,070 buah diantaranya 83 buah PTN dan 2,987 buah PTS.

Program Strata 1 (S1) merupakan jenjang pendidikan akademik yang mempunyai beban studi antara minimal 144 satuan kredit semester(sks) dan maksimal 160 sks dengan kurikulum 8 semester dan lama program antara 8 sampai 14 semester setelah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Jumlah mahasiswa yang kuliah pada S1 di Indonesia ±4juta orang dan yang sedang mengerjakan skripsi ± 900ribu orang.

Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan berdirinya Yayasan Universitet Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan ini dipelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan masyarakat


(16)

Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya. Yayasan ini diurus oleh suatu Dewan Pimpinan yang diketuai langsung oleh Gubernur Sumatera Utara, dengan susunan sebagai berikut: Abdul Hakim (Ketua); Dr. T. Mansoer (Wakil Ketua); Dr. Soemarsono (Sekretaris/Bendahara); Ir. R. S. Danunagoro, Drh. Sahar, Drg. Oh Tjie Lien, Anwar Abubakar, Madong Lubis, Dr. Maas, J. Pohan, Drg. Barlan, dan Soetan Pane Paruhum (Anggota).

Sebenarnya hasrat untuk mendirikan perguruan tinggi di Medan telah mulai sejak sebelum Perang Dunia-II, tetapi tidak disetujui oleh pemerintah Belanda pada waktu itu. Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat rancangan perguruan tinggi Kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengangkat Dr. Mohd. Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah universitas di daerah ini.

Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono yang anggotanya terdiri dari Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro, dan sekretaris Mr. Djaidin Purba. Selain Dewan Pimpinan Yayasan, Organisasi USU pada awal berdirinya terdiri dari: Dewan Kurator, Presiden Universitas, Majelis Presiden dan Asesor, Senat Universitas, dan Dewan Fakultet.

Sebagai hasil kerja sama dan bantuan moril dan material dari seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran di Jalan Seram dengan dua puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya dua orang wanita. Tanggal 20 Agustus 1952 telah ditetapkan sebagai hari jadi atau Dies Natalis USU yang diperingati setiap tahun. Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (1954), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (1956), dan Fakultas Pertanian (1956). Pada tanggal 20 November 1957, USU diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Soekarno menjadi universitas negeri yang ketujuh di Indonesia.


(17)

Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan dan Fakultas Ekonomi di Kutaradja (Banda Aceh) yang diresmikan secara meriah oleh Presiden R.I. Kemudian disusul berdirinya Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (1960) di Banda Aceh. Sehingga pada waktu itu, USU terdiri dari lima fakultas di Medan dan dua fakultas di Banda Aceh. Selanjutnya menyusul berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi (1961), Fakultas Sastra (1965), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (1965), Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik (1982), Sekolah Pascasarjana (1992), Fakultas Kesehatan Masyarakat (1993), Fakultas Farmasi (2007), Fakultas Psikologi (2008), dan Fakultas Keperawatan (2009).

Pada tahun 2003, USU berubah status dari suatu perguruan tinggi negeri (PTN) menjadi suatu perguruan tinggi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Perubahan status USU dari PTN menjadi BMHN merupakan yang kelima di Indonesia. Sebelumnya telah berubah status UI, UGM, ITB dan IPB pada tahun 2000. Setelah USU disusul perubahan status UPI (2004) dan UNAIR (2006).

Dalam perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan USU telah menjadi embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru, yaitu Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh, yang embrionya adalah Fakultas Ekonomi dan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan USU di Banda Aceh. Kemudian disusul berdirinya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Medan (1964), yang sekarang berubah menjadi Universitas Negeri Medan (UNIMED) yang embrionya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan USU. Setelah itu, berdiri Politeknik Negeri Medan (1999), yang semula adalah Politeknik USU.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) resmi menjadi Fakultas pada tahun 1982 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1982. SK Presiden R.I tersebut menetapkan FISIP merupakan fakultas ke 9 (Sembilan) pada Universitas Sumatera Utara.Walaupun FISIP USU baru resmi terbentuk pada tahun 1982, tetapi cikal bakal FISIP USU itu sudah muncul pada tahun 1980 berdasarkan Surat Keputusan Rektor USU Nomor. 1181/PT.05/C.80, pada tanggal 1 Juli 1980. Perkuliahan pertama kali dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1980 dengan jumlah mahasiswa hasil ujian SIPENMARU bulan Juli 1980 sebanyak 75 orang.


(18)

Lebih kurang dalam waktu satu tahun, keluar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor 0535/0/83 tentang jenis dan jumlah jurusan pada fakultas-fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara.Berdasarkan SK Mendikbut R.I itu, disebutkan FISIP USU mempunyai 6 (enam) jurusan dengan urutan berikut :

1. Jurusan Sosiologi

2. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 3. Jurusan Antropologi

4. Jurusan Politik

5. Jurusan Ilmu Administrasi 6. Jurusan Ilmu Komunikasi

Pembentukan jurusan di FISIP USU tidak berjalan sesuai dengan urutan berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud R.I. Nomor : 0535 / 0 / 83 itu, karena pembukaan Jurusan pada tahap awal di lakukan pada Semester tujuh yang didasarkan pada pilihan mahasiswa. Selain itu juga bergantung pada ketersediaan staf pengajar.

Dewasa ini FISIP USU mempunyai 6 (enam) Departemen, satu Program Diploma III, dan Satu Program Pasca Sarjana yaitu sebagai berikut : Departemen Ilmu Administrasi yang dibagi ke dalam Program Studi Ilmu Administrasi Negara, dan Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, Departemen Ilmu Komunikasi, Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosiologi, Departemen Antropologi, dan Departemen Ilmu politik.Program Studi Diploma III Administrasi, Perpajakkan , dan Pogram Studi S2 Megister Studi Pembangunan.

Departemen Ilmu Komunikasi pertama kali dibuka di FISIP USU pada tahun 1983 dengan nama Jurusan Ilmu Komunikasi. Dalam proses pengembangannya pada tahun 1994-1997 Jurusan Ilmu Komunikasi membuka 2 ( dua) program studi yaitu : Program Studi Public Relations (Humas) dan Program

Studi Jurnalistik (Komunikasi Massa).


(19)

Pada tahun ajaran 2001/2002, berdasarkan Surat Keputusan Rektor No. 2162/ J05/TU/2001 Departemen Ilmu Komunikasi membuka Program Ektensi Ilmu Komunikasi. Setelah berhasil membuka Program Ekstensi, pada tahun ajaran 2004/2005 Departemen Ilmu Komunikasi membuka Program Reguler Mandiri.

Pada tahun 2004 Badan Akreditas Nasional Perguruuan Tinggi kembali menyatakan bahwa Pogram Studi Sarjana Ilmu Komunikasi FISIP USU terakreditasi dengan peringkat Akreditas A (Baik Sekali), Sertifikasi akreditasi program studi sarjana ini berlaku 5 (lima) tahun sejak tanggal 7 Mei 2004 sampai 7 Mei 2009.

Salah satu syarat menjadi sarjana di departemen ilmu komunikasi adalah membuat suatu penelitian yang disebut dengan skripsi. Skripsi merupakan karangan ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis (KBBI), dikatakan berhasil tidak hanya dilihat dari nilai akhir yang diberikan dengan bobot 6 SKS. Skripsi dikatakan berhasil saat peneliti mengerti dan memahami tujuan dan manfaat dilakukannya penelitian. Skripsi dikerjakan bukan hanya untuk mendapatkan nilai A pada mata kuliah skripsi, dan bukan pula sekedar memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Tujuan penulisan skripsi yang sebenarnya agar mahasiswa dapat berpikir logis, analitis dan ilmiah dalam menguraikan dan membahas suatu permasalahan sehingga dapat menuangkan hasil pemikiran dan penelitian tersebut secara sistematis dan

terstruktu

Skripsi adalah bukti integritas mahasiswa, implementasi ilmu yang telah diperoleh selama di perguruan tinggi, karya tertinggi mahasiswa S1 yang melibatkan rasa dan karsa serta kemampuan intelijen dan emosional mahasiswa. Skripsi bermanfaat untuk memberikan dedikasi kepada masyarakat dengan seluruh ilmu yang diperoleh mahasiswa selama di perguruan tinggi. Manfaat ini juga tertera dalam tridarma perguruan tinggi yakni pengabdian kepada masyarakat.

Skripsi dipandang sebagai beban dan halangan besar yang harus dilewati secepat mungkin agar bisa maju, bukan lagi sebagai dedikasi terbaik yang sudah seharusnya diberikan kepada masyarakat pada akhir pengabdian seorang mahasiswa. Proses tidak lagi berharga dan bahkan hampir tidak terlintas dalam


(20)

benak mahasiswa. Yang dipikirkan mahasiswa hanyalah cara paling instan dan mulus untuk selesai sampai bab akhir.

Penulis melihat fenomena yang terjadi pada mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU, cenderung membuat judul skripsi yang mengarah pada media massa/komunikasi massa, mengenai periklanan, atau tentang CSR (Coorporate Social Responsibility). Padahal pada departemen ilmu komunikasi terdapat banyak mata kuliah yang melibatkan banyak bidang, bukan hanya bidang media massa ataupun iklan melainkan juga mengenai desain grafis, komunikasi pembangunan sosial, komunikasi penyuluhan, komunikasi pariwisata, komunikasi internasional, komunikasi lintas budaya dan lain sebagainya.

Penulis melihat sangat jarang menemukan judul skripsi mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU yang menyinggung mengenai desain grafis, komunikasi pembangunan sosial, komunikasi penyuluhan, komunikasi pariwisata, komunikasi internasional, komunikasi lintas budaya dan lain sebagainya. Kalaupun ada, jumlahnya pun sangat kontras dengan kebanyakan skripsi mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU.

Menurut hemat penulis, kondisi seperti ini dapat mengakibatkan kesenjangan mata kuliah ilmu komunikasi. Selain itu, bisa membuat orang lain berpikir bahwa ilmu komunikasi hanya identik dengan komunikasi massa, periklanan, atau tentang CSR. Penulis akan menganalisis fenomena kesenjangan pemilihan judul skripsi pada mahasiswa ilmu komunikasi dengan menggunakan studi dokumentasi. Menurut Burhan Bungin “Metode dokumenter atau yang disebut sebagai studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk menelusuri data histories”. SedangkanSugiyono menyatakan bahwa Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”. pukul 21.15)

Metode atau studi dokumen, meski pada mulanya jarang diperhatikan dalam metodologi penelitian kualitatif, pada masa kini menjadi salah satu bagian yang penting dan tak terpisahkan dalam metodologi penelitian kualitatif. Hal ini disebabkan oleh adanya kesadaran dan pemahaman baru yang berkembang di para


(21)

peneliti, bahwa banyak sekali data-data yang tersimpan dalam bentuk dokumen dan artefak. Sehingga penggalian sumber data lewat studi dokumen menjadi pelengkap bagi proses penelitian kualitatif. Penelitian dengan menggunakan metode studi dokumentasi bersifat kualitatif. Penulis berperan mendeskripsikan hasil penelitian apapun hasilnya. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah minat mahasiswa tentang judul skripsi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU tahun ajaran 2010/2011.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai minat mahasiswa tentang penelitian di bidang komunikasi, Studi Dokumentasi Pada Judul Skripsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Tahun Ajaran 2010/2011

1.2. Fokus Masalah

Tujuan dari fokus masalah adalah untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian.

Adapun pembatasan masalah yang diteliti adalah : 1. Penelitian bersifat sebagai studi dokumentasi.

2. Objek yang akan di teliti adalah skripsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU tahun ajaran 2010/2011 dan beberapa orang dosen dan mahasiswa yang akan diwawancarai seputar bidang-bidang ilmu komunikasi yang mereka tekuni.

3. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang akan memaparkan faktor-faktor apa yang mempengaruhi minat mahasiswa terhadap penelitian di bidang komunikasi.

4. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 sampai selesai. 1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Tahun Ajaran 2010/2011.tentang penelitian di bidang komunikasi


(22)

2. Untuk menganalisis ketertarikan mahasiswa ilmu komunikasi Ilmu Komunikasi FISIP USU Tahun Ajaran 2010/2011.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, penulis dapat menerapkan ilmu yang sudah diperoleh selama menjadi mahasiswa Departemen ilmu Komunikasi FISIP USU. 2. Secara akademis, penelitian ini dapat disumbangkan kepada Departemen

Ilmu Komunikasi FISIP USU, guna memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan.

3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca mengenai minat mahasiswa Ilmu Komunikasi dalam menentukan judul skripsi.


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif/Paradigma Kajian

2.1.1 Paradigma Penelitian

Ilmu bukanlah suatu yang tunggal melainkan plural. Menurut Thomas Kunt, ilmuwan selalu bekerja dibawah satu payung paradigma asumsi ontologisme, metodologis, dan struktur nilai (Adian, 2002). Definisi paradigma yang ditawarkan oleh Kunt sendiri memiliki tiga rumusan yaitu :

1. Kerangka Konseptual untuk mengklarifikasikan dan menerangkan objek-objek fisikal alam.

2. Patokan untuk menspesifikasikan metode yang tepat, teknik-teknik, dan instrument dalam meneliti objek-objek dalam wilayah yang relevan. 3. Kesepakatan tentang tujuan-tujuan kognitif yang absah.

Paradigma menjadi kerangka konseptual dalam mempersepsi semesta. Artinya, tidak ada observasi yang netral. Semua pengalaman perseptual kita selalu dibentuk oleh kerangka konseptual yang kita gunakan. Misalnya, Aristoteles melihat gerak benda jatuh sebagai garis lurus. Sedang Newton mempersepsinya sebagai gerak pendulum. Hal ini menurut Khun disebabkan oleh perbedaan paradigm yang dianut keduanya. Aristoteles dan Newton mengadopsi asumsi ontologism yang berbeda semesta.

Dalam metode penelitian ada 4 paradigma besar yaitu positivistik, post-positivistik, kritis, dan konstruktivis. Tabel 1 berikut menyajikan perbandingan atau perbedaan dari ruang lingkup paradigma tersebut dipandang dari sisi ontologism, epistemology dan metodologis.


(24)

Tabel 2.1

Perbandingan Ontologis, Epistemologis dan Metodologis Bidang Positivisme

Post-Positivisme

Kritis Konstruktivism e Ontology Asumsi tentang realitas Realisme naïf; semesta adalah nyata dan dapat diketahui apa adanya Realisme krit is: semesta luar bersifat nyata akan tetapi tidak pernah seluruhnya diketahui secara sempurna, ada banyak kemungkinan yang dapat diketahui Realisme kritis: semesta hidup atau virtual yang dikonstruksi secara sosial, politik, budaya, ekonomi, etnik dan gend er Relativisme, semesta yang diketahui itu spesifik,lokal yang dikonstruksi oleh paradigm tertentu atau perspektif tertentu. Epistemo logy Asumsi tentang hubungan antara yang diteliti dengan yang menelit Bersifat dualis, objektivis Obyektivisme yang dimod ifikasi, yaitu objektivitas sebagai buah dari keinginan untuk mengontrol, teori Bersifat transaksional , dialogis, temuan - temuan ilmiah dimuati nilai dan kepentingan Bersifat transaksional, dialogis, teori konstruksi sebagai hasil investigasi dan proses sosial (khususnya ilmu pengetahuan


(25)

yang ersifat tentative dan probabilitas. sosial budaya) Metodolo gis Asumsi metodolo gis tentang bagaiman a peneliti mempero leh pengetah uan Eksperimental manipulatif, pembuktian atas hipotesis, kuantitatif Eksperimental yang dimodifikasi dan terbuka secara kritis pada keanekaragam an dan latar penelitian yang lebih alami Dialogis, transformativ e guna mengatasi kesadaran palsu. Hermeneutik dan dialektis, ilmu hasil konstruksi atau interaksi peneliti terhadap objek yang ditelit

Sumber: Ardianto, Elvinaro, 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung. PT.Rosda Karya.

Pendekatan positivistik mengarah pada metode kuantitatif dengan teknik statistiknya yang mendominasi analisis penelitian sejak abad ke 18 hingga saat ini. Pendekatan ini bersumber dari wawasan filsafat positivisme Comte yang menolak metaphisik dan teologik; atau setidak-tidaknya mendudukkan metaphisik dan teologi primitif. Materialisme mekanistik-mekanistik sebagai perintis pengembangan metodologi ini mengemukakan bahwa hukum-hukum mekanik itu

inheren dalam benda itu sendiri; ilmu dapat menyajikan gambar dunia secara spekulasi filsofik.

Positivisme logik lebih jauh mengembangkan metodologi aksioma teori ilmu ke dalam logika matematik, dan dikembangkan lebih jauh lagi dalam logika induktif, yaitu ilmu itu bergerak naik dari fakta-fakta khusus fenomenal ke generalisasi teoritik. Menurut positivisme, ilmu yang valid adalah ilmu yang dibangun dari empirik. Dengan pendekatan positivisme dan metodologi penelitian


(26)

kuantitatif, generalisasi dikonstruksikan dari rerata keragaman individual atau rerata frekuensi dengan memantau kesalahan yang mungkin. Menurut positivisme, ontologik realitas dapat dipecah-pecah, dipelajari independen, dieliminasikan dari objek lain, dan dapat dikontrol.

Dari segi epistimologik, pendekatan ini menuntut pilahnya subjek peneliti dengan objek penelitian. Tujuannya agar diperoleh hasil yang objektif. Tujuan penelitian yang berlandaskan filsafat positivisme menyusun bangunan ilmu nomothetik, yaitu ilmu yang berupaya membuat hukum dari generalisasinya.

Dari segi aksiologi, positivisme menuntut agar penelitian itu bebas nilai (value free). Mereka mengejar objektivitas agar dapat ditampilkan prediksi atau hukum yang keberlakuannya bebas waktu dan tempat.

Pendekatan yang muncul setelah itu adalah pendekatan post-positivistik. Karakteristik utama positivistik adalah pencarian makna dibalik data. Awal dari post-positivistik adalah pemikiran Descartes yang menjadi eksponen pertama dari rasionalisme yang menyajikan model pembuktian berangkat dari aksioma yang membuktikan sendiri kebenarnnya. Bagi pendekatan positivistick, mencari makna adalah mencari signifikasi. Bagi rasionalisme mencari makna secara ontologik bergerak yang empirik sensual, logik dan yang etik. Secara epistimologi menggunakan berpikir reflektif, verstehen, menggunakan pola pikir divergensi, kreatif, inovatif untuk mendapatkan makna yang lebih jauh lagi dari sekedar signifikasi.

Kesimpulan penelitian yang menghentikan pemahamannya sampai kesimpulan statistik atau pun terhenti sampai penjabaran verbal dari kesimpulan statistik yang masih berada pada tahap pemaknaan penerjemahan. Pemaknaan berikut adalah kemampuan mencari arti dibalik yang tersurat. Yang tersurat mungkin empirik sensual, dicari makna logik atau etiknya. Yang tertangkap kejadian kasus, dengan ketajaman reflektif dan juga verstehen mungkin tertangkap makna universalnya.

Pemaknaan yang diharapkan lebih berkembang dari hasil-hasil penelitian adalah pemaknaan yang lebih jauh lagi, yaitu pemaknaan ekstrapolasi. Kemampuan berpikir kreatif divergen tetapi juga sintesis, kemampuan berpikir kreatif sekaligus inovatif. Mampu menggunakan berpikir holografik dan


(27)

morfogenetik, mampu secara lincah bergerak antara berpikir hierarki dan heteraki, mampu berpikir konstektual sekaligus antipatif, mampu membijakkan diri untuk bergerak dari yang sensual sampai yang etik, itulah modal dan cara kerja yang diharapkan untuk dapat memberi makna lebih dalam dan lebih jauh dari hasil suatu penelitian. Membangun konseptualisasi masa depan kehidupan kemanusiaan itulah yang perlu dicapai, bukan menyajikan fragmen-fragmen kehidupan tanpa menyadari integritas totalnya.

Pendekatan selanjutnya yang muncul setelah post-positivisme adalah pendekatan kritis yang banyak diilhami oleh ajaran-ajaran Marxisme. Patti Lather mengetengahkan bahwa pendekatan teori kritis termasuk pendekatan era post-positif yang mencari makna dibalik yang empiri, dan menolak value free. Pendekatan kritis mempunyai komitmen yang tinggi kepada tata sosial yang lebih adil. Dua asumsi dasar yang menjadi landasan, yaitu : pertama ilmu sosial bukan sekedar memahami ketidakadilan dalam distribusi kekuasaan dan distribusi resources, melainkan berupaya untuk membantu menciptakan kesamaan dan emansipasi dalam kehidupan; kedua, pendekatan teori kritis memiliki keterikatan moral untuk mengkritik status quo dan membangun masyarakat yang lebih adil.

Pendekatan yang terakhir adalah pendekatan konstruktivis. Pendekatan ini termasuk dalam post-positivisme interpretif, tetapi memiliki kekhususan. Konstruktivis sebagaimana interpretif menolak objektivitas. Objektivitas sebagaimana dianut oleh post positivist berpendapat bahwa yang ada adalah pemaknaan kita tentang di luar diri yang kita konstruk, empirical-constructed facts.

Ilmu dan kebenaran dibangun, sifatnya pluralistik dan plastis. Disebut pluralistik karena realitas dapat diekspresikan dengan beragam simbol dan beragam sistem bahasa. Disebut plastis karena realitas itu tersebar dan terbentuk sesuai dengan tindakan perilaku manusia yang berkepentingan. Menggantikan teori ilmu, para konstruktivis menawarkan fungsi instrumental dan fungsi praktis dalam mengkonstruk pengetahuan. Para konstruktivis adalah anti esensialis dan mereka berasumsi bahwa self evidence apapun itu merupakan produk praktik diskursus yang sangat kompleks.


(28)

2.1.2 Konstruktivisme

Konstruktivisme berpendapat bahwa semesta secara epistimologi merupakan hasil konstruksi sosial. Pengetahuan manusia adalah konstruksi yang dibangun dari proses kognitif dengan interaksinya dengan dunia objek material. Pengalaman manusia terdiri dari interpretasi bermakna terhadap kenyataan dan bukan reproduksi kenyataan. Dengan demikian dunia muncul dalam pengalaman manusia secara terorganisir dan bermakna. Keberagaman pola konsep/kognitif merupakan hasil dari lingkungan historis, cultural, dan personal yang digali terus menerus.

Istilah konstruksi sosial sendiri menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L.Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul “The Social Construction of reality, a treatise in the sociological of knowledge”. Mereka menggambarkan bahwa proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, yang mana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. Menurut mereka, konstruktivisme merupakan penggabungan dari dua teori yaitu structural fungsionla dan interaksionisme simbolik.

Dalam aliran filsafat, gagasan konstruktisme telah muncul sejak Socrates menemukan jiwa dalam tubuh manusia dan sejak Plato menemukan akal budi dan ide. Gagasan tersebut lebih konkret lagi setelah Aristoteles mengenalkan istilah informasi, relasi, individu, substansi, materi, esensi, dan lain sebagainya. Ia mengatakan, manusia adalah makhluk sosial, setiap pernyataannya harus dibuktikan kebenarannya, bahwa kunci pengetahuan adalah logika, dan dasar pengetahuan adalah fakta. Descartes kemudia memperkenalkan ucapannya “cogito, ergo sum” atau “ saya berpikir karena saya ada”. Kata-kata Descartes yang terkenal itu menjadi perkembangan gagasan-gagasan paradigma konstruktivisme sampai saat ini. Di dalam ilmu-ilmu sosial, paradigm ini merupakan salah satu dari tiga paradigma yang ada. Dua paradigma lainnya adalah klasik dan kritis.

Bagi kaum konstruktivis, semesta adalah suatu konstruksi artinya bahwa semesta bukan dimengerti sebagai semesta yang otonom, akan tetapi dikonstruksi secara sosial, dan karenanya plural. Konstruktivisme menolak pengertian ilmu


(29)

sebagai yang terberi dari objek adanya hubungan yang antara pikiran yang membentuk ilmu pengetahuan dengan objek atau eksistensi manusia. Dengan demikan paradigm konstruktivis mencoba menjembatani dualisme objektivisme-subjektivisme dengan mengafirmasi peran subjek dan objek dalam ilmu pengetahuan.

Positivisme meyakini bahwa pengetahuan harus merupakan representasi (gambaran atau ungkapan) dari kenyataan dunia yang terlepas dari pengamat (objektivisme). Pengetahuan dianggap sebagai kumpulan fakta. Sedangkan konstruktivisme menegaskan bahwa pengetahuan tidak lepas dari subjek yang sedang belajar mengerti. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Secara ringkas gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat dirangkum sebagai berikut (Elvinaro & Bambang, 2007:155) :

1. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. 2. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang

perlu untuk pengetahuan.

3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.

Jadi intinya konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada, karena terjadi realsi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang di sekitarnya. Kemudian individu membagun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihatnya itu berdasarkan pada struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Konstruksi semacam ini yang oleh Berger dan Luckman disebut dengan konstruksi sosial.

Realitas sosial yang dimaksud Berger dan Luckman ini terdiri dari realitas objektif, simbolik, dan subjektif. Realitas objektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman dunia objektif, yang berada di luar individu dan realitas ini


(30)

dianggap sebagai kenyataan. Realitas simbolik adalah reaksi simbolis dari realitas-realitas objektif dalam berbagai bentuk. Sedangkan realitas subjektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali objektif dan simbolik ke dalam individu melalui proses internalisasi. Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara alamiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi.

Dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah ganda/plural. Setiap orang bisa mempunyai pengalaman, profesi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing-masing. Dalam melakukan pekerjaan, peneliti sebagai seorang konstruktivis akan melakukan konstruksi dan perlu meyakinni bahwa individu melakukan interpretasi dan bertindak sesuai dengan kategori konseptual dalam pemikirannya. Hal ini sesuai dengan asumsi bahwa individu memandang dunia melalui sistem konstruk personalnya. Konstruk personal adalah indikator adanya kompleksitas kognitif. Kompleksitas kognitif merupakan bangunan kognitif yang disesuaikan dengan realitasnya. Bangunan ini kemudian memberi perintah pada persepsi seseorang (Antonius, 2004:110). Subjek memiliki kemampuan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Komunikasi dipahami, diatur dan dihidupkan oleh pernyataan-pernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan menciptakan makna, yakni tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jati diri sang pembicara. 2.2 Kajian Pustaka

Pada suatu penelitian, peneliti harus memiliki landasan teori yang sesuai dengan masalah yang akan ditelitinya. Teori memberikan pemahaman dan penjelasan terhadap sesuatu yang sulit untuk dimengerti dimana teori adalah abstraksi dari realitas Teori memberikan dasar dalam suatu penelitan untuk memprediksi dan merumuskan pernyataan-pernyataan yang menyangkut pemahaman pemikiran (Severin & Tankard, 2008:12-13)

Teori merupakan proposisi yang memberikan penjelasan atas suatu gejala. Teori memberikan suatu jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana. Teori merupakan penjelasan atau rumusan yang pada umumnya benar (Soehartono,


(31)

2008:6). Kerangka teori disusun berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan.

Selain itu, Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi dan proposisi, yang mengemukakan pendapat sistematis tentang gejala yang menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004 : 6).

Setiap penelitian mempunyai titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti sebuah masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok yang menggambarkan diri dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti. Dalam penelitian ini, adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah:

2.2.1 Komunikasi

Bila ditinjau secara etimologi, dapat disebutkan bahwa istilah komunikasi dalam Bahasa Inggris yaitu communication berasal dari kata Latin communis,

artinya sama. Maksudnya bila seseorang mengadakan kegiatan komunikasi dengan sesuatu pihak, maka orang tersebut cenderung berusaha untuk mengatakan persamaan arti dengan pihak lain yang menjadi lawan komunikasinya atau menyamakan dirinya dengan yang diajaknya berkomunikasi (Suwardi, 2007:6-7).

Dalam kehidupan sehari-hari pasti kita akan menemukan peristiwa komunikasi dimana-mana dalam berbagai cara berkomunikasi. Karena komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi setiap individu. Dikatakan sebagai hal yang mutlak karena, pada dasarnya manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya. Kita mengkomunikasikan pemikiran, perasaan, dan keinginan. Sederhana atau kompleks, baik disengaja maupun tidak sengaja, aktif maupun pasif, komunikasi merupakan salah satu perlengkapan penting dalam mencapai hasil, pemuasan kebutuhan, dan pemenuhan ambisi, sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan bagian terbesar dalam kehidupan kita sehari-hari. Lazimnya, komunikasi diartikan sebagai kegiatan interaksi dan bertukar pesan, namun berikut ini akan dijelaskan beberapa definisi dari komunikasi.


(32)

2.2.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah istilah yang populer dewasa ini. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa latin communicatio

dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang digunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan sama makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa tersebut. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan

komunikatif apabila kedua-duanya selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti dari bahan yang dipercakapkan.

Pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga

persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain.

Seperti yang dikatakan oleh Samovar dkk, bahwa komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalui penggunaan simbol (Samovar, dkk, 2010: 18). Bagi Everett M. Rogers, komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Sedangkan menurut Joseph A. Devito, komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, yakni kegiatan menyampaikan dan menerima pesan yang mendapat distorsi dari gangguan-gangguan dalam suatu konteks yang menimbulkan efek dan kesempatan untuk arus balik (Effendy, 2006: 5). Komunikasi menurut Everett M, Rogers seperti yang dikutip Onong Uchjana

Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih. Richard dan Yoshida mengatakan bahwa komunikasi terjadi jika setidaknya suatu sumber membangkitkan respons pada penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau simbol, baik bentuk verbal ataupun nonverbal,


(33)

tanpa harus memastikan terlebih dahulu bahwa kedua pihak yang berkomunikasi punya suatu sistem simbol yang sama (Mulyana, 2004: 3). Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan non verbal. Bagi Everett Rogers, komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

Sedangkan menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap (Uchjana, 2006: 10). Batasan lingkup komunikasi adalah berupa penyebaran informasi, ide-ide, sikap-sikap atau emosi dari seorang atau kelompok kepada yang lain (atau lain-lainnya) terutama melalui simbol-simbol (Nawawi 1995: 40). Simbol atau lambang adalah sesuatu yang mewakili sesuatu lainnya berdasarkan kesepakatan bersama (Mulyana, 2004:3).

Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya elemen komunikasi, yaitu sebagai berikut:

1. Sumber

Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya organisasi atau lembaga. Sumber disebut juga sebagai pengirim atau komunikator. Dalam hal ini yang bertindak sebagai komunikator adalah Dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

2. Pesan

Pesan dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Dalam hal ini, pesan yang disampaikan berupa komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.

3. Media

Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Media bisa bermacam-macam bentuknya yaitu, indera manusia, saluran komunikasi berupa media cetak dan elektronik, dan


(34)

media komunikasi sosial seperti balai desa, kesenian rakyat, dan pesta rakyat.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi karena dialah yang menjadi sasaran komunikasi. Dalam hal ini, yang bertindak sebagai komunikan adalah Mahasiswa Ilmu Komunikasi Tahun Ajaran 2010/2011.

5. Efek

Efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Efek bisa juga diartikan sebagai perubahan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan (Cangara, 1998: 23-25). Efek yang akan terlihat berupa minat mahasiswa dalam memilih judul skripsi Tahun Ajaran 2010/2011.

6. Tanggapan Balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bias juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi waktu (Cangara, 2004:23-27).

2.2.1.2 Proses Komunikasi

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan dari seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan,


(35)

kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar “gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat dimengerti, diterima dan bahkan dilakukan oleh komunikan (Effendy, 2005:11).

Wilbur Schramm (Effendy, 1992:32-33) dalam karyanya “How Communication Works” mengatakan the condition of success in communication

diringkas sebagai berikut:

a. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud.

b. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama dapat dimengerti.

c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan dan menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

d. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok tempat komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Proses komunikasi pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu (Effendy,2000;11) :

1. Proses komunikasi secara primer, yaitu proses pencapaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang sebagai media dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan perasaan komunikator kepada komunikannya.

2. Proses komunikasi secara sekunder, yaitu merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Komunikator dalam hal ini menggunakan media kedua dalam


(36)

melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau berjumlah banyak.

Komunikasi yang efektif adalah sejauhmana komunikator mampu berorientasi kepada komunikannya. Berorientasi maksudnya melihat dan memahami pesan yang disampaikan, terkait dengan bentuk pesan, makna pesan, cara penyajian pesan termasuk penentuan saluran yang ditentukan oleh Komunikator.

2.2.1.3 Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi (Effendy, 2005:8), yaitu : 1. Menyampaikan informasi (to inform).

2. Mendidik (to educate).

3. Menghibur (to entertain).

4. Mempengaruhi (to influence).

2.2.1.4 Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi (Effendy, 2005:8), yaitu : 1. Perubahan sikap (attitude change).

2. Perubahan pendapat (opinion change).

3. Perubahan perilaku (behavior change).

4. Perubahan sosial (social change).

2.2.1.5 Prinsip Komunikasi

Menurut Samovar, dkk, ada enam prinsip komunikasi, yaitu:

1. Komunikasi merupakan proses dinamis. Dinamis menandakan aktivitas yang sedang dan terus berlangsung; tidak statis. Komunikasi itu seperti gambar hidup, bukan hasil jepretan. Kata atau tindakan tidak membeku


(37)

ketika individu berkomunikasi, namun selalu berganti dengan kata atau tindakan yang lain. Proses dinamis mengandung arti bahwa pengiriman dan penerimaan pesan melibatkan sejumlah variabel penting yang bekerja dalam waktu yang bersamaan. Kedua belah pihak yang terlibat sama-sama melihat, mendengar atau tersenyum dalam waktu yang sama. Konsep “proses” dalam kata dinamis juga berarti bahwa seseorang dengan orang lain merupakan bagian dari suatu proses dinamis komunikasi. Seseorang dipengaruhi oleh pesan orang lain dan sebagai akibatnya seseorang tersebut berubah; pesan seseorang itu juga mengubah orang lain. Dapat dikatakan bahwa seseorang mengalami perubahan fisik dan psikologis tiada akhir hingga ia mati.

2. Komunikasi merupakan simbol. Simbol merupakan ekspresi yang mewakili atau menandakan sesuatu hal yang lain. Salah satu karakteristik simbol adalah bahwa simbol tidak mempunyai hubungan langsung dengan apa yang diwakilinya, sehingga dapat berubah-ubah. Manusia menggunakan simbol bukan hanya dalam berinteraksi. Gudykunst dan Kim (dalam Samovar, dkk, 2010 ) mengatakan bahwa suatu simbol menjadi simbol ketika sejumlah orang sepakat menjadikannya suatu simbol.

3. Komunikasi merupakan kontekstual. Komunikasi dikatakan kontekstual karena komunikasi terjadi pada situasi atau sistem tertentu yang mempengaruhi apa dan bagaimana kita berkomunikasi dan apa arti dari pesan yang kita bawa. Seperti yang dikemukakan oleh Littlejohn, “komunikasi selalu terjadi dalam konteks dan sifat komunikasi sangat bergantung pada konteks ini.” Hal ini berarti bahwa tempat dan lingkungan menolong seseorang untuk menentukan kata serta tindakan yang dia hasilkan dan mengartikan simbol yang dihasilkan orang lain. Pakaian, bahasa, perilaku menyentuh, dan lainnya diadaptasikan dalam konteks.

4. Komunikasi merupakan refleksi diri. Refleksi diri menyatakan bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk memikirkan diri sendiri, teman mereka berkomunikasi, pesan-pesan mereka, dan akibat potensial dari


(38)

pesan tersebut (terjadi dalam waktu yang sama). Manusia adalah satu-satunya spesies yang dapat berada dalam posisi yang sama di waktu yang bersamaan pula. Ciri ini mengizinkan seseorang untuk memonitor tindakannya dan membuat beberapa penyesuaian penting ketika hal itu dibutuhkan.

5. Kita belajar untuk berkomunikasi. Kemampuan seseorang berkomunikasi merupakan hubungan yang saling mempengaruhi antara apa yang ada dalam dirinya dan apa yang ia pelajari tentang komunikasi selama hidup. Seseorang dapat menerima satu fakta secara bergantian dan otaknya menyimpan fakta tersebut. Seseorang itu mungkin punya masalah mengingat, tetapi sebenarnya informasi itu tetap ada disana. Tidak semua orang memiliki pengalaman yang sama dan apa yang seseorang ketahui belum tentu diketahui orang lain.

6. Komunikasi memiliki konsekuensi. Inti dari prinsip ini adalah bahwa kegiatan mengirim dan menerima simbol mempengaruhi semua orang yang terlibat di dalamnya. Respons seseorang terhadap suatu pesan berbeda, baik dari segi cara maupun jenisnya. Hal ini mungkin membantu seseorang untuk mencoba menggambarkan respons potensial yang ia miliki dalam suatu rangkaian kesatuan. Di akhir setiap rangkaian ini terdapat respons terhadap pesan yang jelas dan mudah dimengerti. Salah satu implikasi penting dari prinsip ini adalah pengaruh potensial yang seseorang miliki atas orang lain. Apa yang seseorang katakan pasti berpengaruh pada orang lain: bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri, bagaimana mereka berpikir tentang diri mereka sendiri, dan bagaimana mereka berpikir tentang orang lain (Samovar, dkk, 2010: 18-25).

2.2.1.6 Ruang Lingkup Komunikasi

Adapun ruang lingkup komunikasi adalah (Effendy, 2005:7-9): 1. Berdasarkan bentuk komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut:

1.1 Komunikasi Personal(personal communication).


(39)

Komunikasi intra personal yaiut dengan diri sendiri, proses mengambil keputusan apakah menerima atau menolak suatu pesan yang disampaikan komunikator.

2) Komunikasi antarpersonal (interpersonal communication).

Komunikasi inter personal (antar pribadi), yaitu komunikasi antar manusia secara tatap muka dan umpan baliknya biasanya bersifat langsung.

1.2 Komunikasi Kelompok (group communication).

1.2.1 Komunikasi kelompok kecil (smallgroup communication).

1) Ceramah(lecture).

2) Diskusi panel (panel discussion). 3) Simposium(symposium).

4) Forum. 5) Seminar. 6) Curahsaran. 7) Dan lain-lain.

1.2.2 Komunikasi Kelompok Besar (large group communication).

1) Rhetorika. 2) Public Speaking. 3) Kampanye.

1.3 Komunikasi Massa(mass communication)

Komunikasi Massa, yaitu komunikasi yang menggunakan sarana media untuk meneruskan suatu pesan kepada para komunikan yang jauh lokasinya dan banyak jumlahnya atau keduanya, melalui media seperti :

1) Pers 2) Radio 3) Film 4) Televisi 5) Dan lain-lain.

1.4 Komunikasi Media (media communication).


(40)

2) Telepon. 3) Pamflet. 4) Poster. 5) Spanduk. 6) Lain-lain.

2. Berdasarkan sifat komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut: 2.1.1 Tatap muka(face toface).

2.1.2 Bermedia (mediated).

2.1.3 Komunikasi verbal (communication verbal).

1) Lisan (oral).

2) Tulisan/cetak (written/printed).

2.1.4 Komunikasi nonverbal (communication non-verbal). 1) Kial/isyarat badaniah (gestural).

2) Bergambar (pictorial).

3. Berdasarkan Metode Komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut: 3.1.1 Jurnalistik (journalism)

Jurnalistik yaitu, keterampilan atau kegiatan mengelola berita dari mulai peliputan sampai siap dikonsumsi khalayak. Jenis-jenis jurnalistik yaitu :

1) Jurnalistik cetak (printed journalism)

2) Jurnalistik elektronik (electronic journalism) 3) Jurnalistik radio (radio journalism)

4) Jurnalistik televisi (television journalism).

3.1.2 Hubungan Masyarakat (public relations).

Hubungan masyarakat, yaitu keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara hubungan baik dan saling pengertian antara satu organisasi dengan khalayaknya.

3.1.3 Periklanan (advertising).

Periklanan, yaitu kegiatan merancang pesan persuasif yang paling tepat dan efektif terhadap suatu produk barang dan jasa


(41)

3.1.5 Publisitas (publicity).

3.1.6 Propaganda.

Propaganda, yaitu kegiatan mempengaruhi orang lain melalui cara bujukan.

3.1.7 Perang urat saraf (psychological warfare)

3.1.8 Penerangan.

4. Berdasarkan teknik komunikasi, adalah :

4.1.1 Komunikasi informatif (informative communication). 4.1.2 Komunikasi persuasif (persuasive communication).

4.1.3 Komunikasi instruktif/koersif (instructive/coersive communication). 4.1.4 Hubungan manusiawi (human relations).

5. Berdasarkan Model Komunikasi, diklasifikasikan sebagai berikut : 5.1.1 Komunikasi satu tahap (one step flow communication). 5.1.2 Komunikasi dua tahap (two step flow communication). 5.1.3 Komunikasi multi tahap (multistep flow communication). 6. Berdasarkan bidang komunikasi, meliputi:

6.1.1 Komunikasi sosial (social communication).

6.1.2 Komunikasi manajemen/organisasi (management/organizational communication).

6.1.3 Komunikasi perusahaan (bussines communication). 6.1.4 Komunikasi politik (political communication).

6.1.5 Komunikasi internasional (international communication).

6.1.6 Komunikasi antarbudaya (intercultural communication).

6.1.7 Komunikasi pembangunan (development communication)

6.1.8 Komunikasi lingkungan (environment communication). 6.1.9 Komunikasi tradisional (traditional communication).

2.2.2 Psikologi Komunikasi

Komunikasi memiliki makna yang luas, komunikaasi meliputi segala penyampaian tanda dan sebagainya. Kata komunikasi sendiri dipergunakan sebagai proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh dan lainnya. Sedangkan psikologi membantu memahami diri sendiri dan orang lain, bagaimana individu membuat


(42)

interaksi lebih bermakna maupun bagaimana mengubah sikap dan perilaku seseorang.

George A. Miller 1974 (dalam Rakhmat 2007:9) membuat defenisi psikologi komunikasi, yakni “psychology is the science that attempts to describe predicr and control mental and behavioral events. Dengan demikian psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalkan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi.

Komunikasi sangat esensial untuk pertumbuhan kepribadian manusia. Kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan kepribadian. Komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman kesadaran manusia. Dalam sejarah perkembangannya komunikasi memang dibesaran oleh para peneliti psikologi. Bapak Ilmu Komunikasi yang disebut Wilbur Schramm adalah sarjana psikologi. Kurt Lewin adalah ahli psikologi dinamika kelompok. Komunikasi bukan subdisiplin dari psikologi. Sebagai ilmu, komunikasi dipelajari bermacam-macam disiplin ilmu, antara lain sosiologi dan psikologi.

Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi Hovland, Janis, dan Kelly, semuanya psikolog, mendefinisikan komunikasi sebagai ”the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience). Dance mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme sebagai usaha “menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal”. Psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikasi, psikologi memberikan karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang memengaruhi perilaku komunikasinya. (Rahmat, 2005). Psikologi juga tertarik pada komunikasi diantara individu : bagaimana pesan dari seorang individu menjadi stimulus yang menimbulkan respon pada individu lainnya. Komunikasi boleh ditujukan untuk memberikan informasi, menghibur, atau memengaruhi. Persuasif sendiri dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi dan mengendalikan perilaku orang lain melalui pendekatan psikologis

Komunikasi begitu esensial dalam masyarakat manusia sehingga setiap orang yang belajar tentang manusia mesti sesekali waktu menolehnya.


(43)

Komunikasi telah ditelaah dari berbagai segi : antropologi, biologi, ekonomi, sosiologi, linguistik, psikologi, politik, matematik, enginereering, neurofisiologi, filsafat, dan sebagainya. Sosiologi mempelajari komunikasi dalam kontesks interkasi sosial, dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok. Colon Cherry (1964) mendefinisikan komunikasi sebagai, ”usaha untuk membuat suatu satuan sosial dari individu dengan menggunakan bahasa atau tanda. Memiliki bersama serangkaian peraturan untuk berbagai kegiatan mencapai tujuan.” Psikologi uga meneliti kesadaran dan pengalaman manusia. Psikologi tertama mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyababkan terjadinya perilaku manusia itu. Bila sosiologi melihat komunikasi pada interaksi sosial, filsafat pada hubungan manusia dengan realitas lainnya, psikologi pada perilaku individu komunikan.

Fisher menyebut 4 ciri pendekatan psikologi pada komunikasi : 1. Penerimaan stimuli secara indrawi (sensory reception of stimuli)

2. Proses yang mengantarai stimuli dan respon (internal meditation of stimuli)

3. Prediksi respon (prediction of response) dan 4. Peneguhan respon (reinforcement of responses).

Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respon yang terjadi pada masa lalu dapat meramalkan respon yang terjadi pada masa yang akan datang. Tanda-tanda komunikasi efektif menimbulkan lima hal :

1. Pengertian : Penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksudkan oleh komunikator.

2. Kesenangan : Komunikasi fatis (phatic communication), dimaksudkan menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan.

3. Mempengaruhi sikap : Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan menimbulkan efek pada komunikate. Persuasi didefiniksikan sebagai ”proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.


(44)

4. Hubungan sosial yang baik : manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Abraham Maslow menyebutnya dengan ”kebutuhan akan cinta” atau ”belongingness”. William Schutz merinci kebuthan dalam tiga hal : kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengar orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), cinta serta rasa kasih sayang (affection).

5. Tindakan : Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dihendaki. Menimbukan tindakan nyata memang indikator efektivitas yang paling penting. Karena untuk menimbulkan tidakan, kita harus berhasil lebih dulu menanamkan pengertian, membentuk dan menguhan sikap, atau menumbukan hubungan yang baik.

Psikologi melihat komunikasi dimulai dengan dikenakannya berupa masukan kepada organ-organ penginderaan kita yang berupa data. Stimuli berbentuk pesan, suara, warna, segala hal yang mempengaruhi kita. Sapaan berupa hai, apa kabar merupakan satuan stimuli yang terdiri dari berbagai stimuli baik dari segi pemandangan, suara, penciuman dan sebagainya. Stimuli ini kemudian diolah dalam jiwa kita, dan kita akhirnya mengambil kesimpulan atas apa yang terjadi. Kita mengetahui jika seseorang tersenyum, tepuk tangan dan meloncat-loncat , pasti ia dalam keadaan gembira.

Bila individu-individu berinteraksi dan saling mempengaruhi maka terjadilah proses belajar yang meliputi aspek kognitif dan afektif (aspek berfikir dan merasa), proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang dan mekanisme penyesuaian diri seperti sosialisasi.

Komunikator dapat menganalisa karakter komunikasi komunikan sebagai sumber informasi. Bagaimana komunikan mengartikan pesan yang disampaikan. dapat diteliti kerangka rujukan yang dipakai dan dapat dilacak pola komunikasi interpersonal yang dilakukan. Psikolog komunikasi berusaha memahami peristiwa komunikasi dengan menganalisa keadaan internal, “suasana batiniah “ individu,


(45)

akan diteliti bagaimana suasana perasaan, motif atau cara individu mendefinisikan situasi yang dihadapinya.

2.2.3 Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula berasal dari bidang ilmu psikologi . Teori ini kemudian muncul menjadi bagian teori komunikasi, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.

Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan (Effendy, 2007:254). Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik (sikap).

Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap manusia, Perubahan serta Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting (Effendy, 2007:255), yaitu:

1. Perhatian 2. Pengertian

2.1 Pengetahuan 2.2 Pemahaman 3. Penerimaan

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin akan diterima atau mungkin akan ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak mendapat pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan dari


(46)

Stimulus-Organism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi.

Model stimulus-respon (S-R) adalah model komunikasi paling dasar. Model dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Model tersebut menggambarkan hubungan stimulus-respons.

Gambar 2.1 Model S-R

Stimulus Respon

Stimulus Respon Theory atau S-R Theory menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangasang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif, misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyumini merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model nilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori ini pun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat tehadap komunikan.

Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah;

1. Pesan (stimulus, S)

Stimulus atau pesan yang dimaksud di sini adalah mata kuliah jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan (mahasiswa) dan kemungkinan akan diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.


(47)

Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap atau opini.

2. Komunikan (organism, O)

yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU TA 2010/2011.

3. Efek (Response, R)

Yaitu terbentuknya perilaku mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU sebagai response yang ditujukan terhadap perangsang yang bersifat kontroversif. Asumsi stimulus respon mengacu kepada isi mata kuliah jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU sebagai stimulus yang diberikan kepada individu yang menghasilkan respon tertentu yang sesuai dengan

stimulus yang diberikan.

Dalam proses perubahan sikap yang akan dialami oleh komunikan, sikapnya akan berubah jika stimulus yang menerpanya benar-benar melebihi apa yang pernah ia alami. Dalam mempelajari sikap yang baru tersebut ada tiga variabel yang harus diperhatikan, yaitu: perhatian, pengertian, dan penerimaan. Prosesnya adalah sebagai berikut:

STIMULUS

Organism : - Perhatian - Pengertian - penerimaan

Gambar 2.2


(48)

Teori S-O-R (Effendy, 2002: 253)

Gambar di atas menunjukan bahwa perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin tidak diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya, komunikan mengerti, setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organism (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapa tmeyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organism ini, faktor


(49)

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

1. Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources)misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.

Pendekatan teori S-O-R lebih mengutamakan cara-cara pemberian imbalan yang efektif agar komponen konasi dapat diarahkan pada sasaran yang dikehendaki. Sedangkan pemberian informasi penting untuk dapat berubahnya komponen kognisi. Komponen kognisi itu merupakan dasar untuk memahami dan mengambil keputusan agar dalam keputusan itu terjadi keseimbangan. Keseimbangan inilah yang merupakan system dalam menentukan arah dan tingkah laku seseorang. Dalam penentuan arah itu terbentuk pula motif yang mendorong terjadinya tingkah laku tersebut. Dinamika tingkah laku disebabkan pengaruh internal dan eksternal.

Dalam teori S-O-R, pengaruh eksternal ini yang dapat menjadi stimulus dan memberikan rangsangan sehingga berubahnya sikap dan tingkah laku seseorang. Untuk keberhasilan dalam mengubah sikap maka komunikator perlu memberikan tambahan stimulus (penguatan) agar penerima berita mau mengubah sikap. Hal ini dapat dilakukan dalam barbagai cara seperti dengan pemberian imbalan atau hukuman. Dengan cara demikian ini penerima informasi akan mempersepsikannya sebagai suatu arti yang bermanfaat bagi dirinya dan adanya sanksi jika hak ini dilakukan atau tidak. Dengan sendirinya penguatan ini harus dapat dimengerti, dan diterima sebagai hal yang mempunyai efek langsung


(1)

I : Perlu adanya pengajuan kepada departemen karena komunikasi penyuluhan itu sangat penting sekali. Pada bidang komunikasi penyuluhan sebenarnya ada dana dari pemerintah. Biasanya komunikasi penyuluhan ada pada tingkat kecamatan, kabupaten, kota, provinsi dan sampai pusat

P : Sebenarnya apa saja yang bisa diteliti pada Komunikasi Penyuluhan? I : Biasanya ide baru perlu diberitahukan kepada sebuah lembaga atau

perorangan misalnya lembaga pertanian, kesehatan, hukum dsb. Pada komunikasi penyuluhan adanya titik jenuh.

Informan IX

Nama : Drs. Hendra Harahap, M.A Jenis Kelamin : Pria

Dosen : Komunikasi Massa

P : Peneliti I : Informan

P : Menurut bapak, apa itu pengertian Komunikasi Massa?

I : Ditinjau dari suatu sisi yaitu dari suatu lembaga kepada banyak orang. Apa yang ditampilkan dari sebagian orang dari media massa makan akan berubah menjadi to many. Jadi banyak media kepada banyak orang. Didalamnya itu ada ditinjau dari isi, pesan dan konten media massa. Bisa diibaratkan seperti sebuah kotak (bisa dilihat dari sisi bawah, atas, kanan dan kiri) mulai dari isi, dampak penggunaan komunikasi massa. Jadi kalau mau mempelajari komunikasi massa sebenarnya harus mempelajari semua, kemudian akan dipilah, dilihat dan kemudian ditunuk 1 sisi bahwa kita menyatakan bahwa ahli komunikasi massa hanya membahas 1 sisi dan itu pun hanya membahas 1 teori dari suatu sisi.


(2)

P : Menurut bapak, mengapa mata kuliah Komunikasi Massa menjadi urutan paling tinggi? Apa yang membuat peminatnya tinggi?

I : Kalau misalnya kita lihat dari cakupan komunikasi massa itu kemudian dari 1 bidang saja. Katakana saja banyak hal yang dikaji dan ini bisa menjadi inspiring atau membuat cakrawala orang misalnya kalau ada yang mau buat skripsi yang begini bisa menjadi contoh kita tidak melihat ilmu komunikasi massa dalam pengertian arti yang sempit. Semacam ada jalur atau jalan A,B,C,D,E dan F contoh jika anak mau melihat teks, dampak, faktor, penggunaan media, konsep isi antar media komunikasi massa dan ekonomi politik jalur itulah yang diambil semua orang. Bahayanya 90% orang yang bergelut dalam bidang komunikasi itu selalu melihat komunikasi itu sama dengan komunikasi massa. Bagi orang yang mengajar seperti saya satu sisi saya bangga karena diminati akan tetapi bagi akademisi itu menjadi hal yang bahaya. Misalnya bagi akademisi itu bahaya kalau misalnya bagi akademisi teori komunikasi dilihat dari teoritis atau teori didalamnya. Contoh teori komunikasi datang dari komunikasi massa sedangkan komunikasi massa punya founding founder, sejarah sendiri, latar budaya, karakteristik dan begitu juga dengan komunikasi antar pribadi, organisasi dan kelompok punya sejarah tersendiri. Dan ini yang sebenarnya harus dikembangkan supaya dimengerti oleh semua orang komunikasi. Hingga kemudian sejarah komunikasi/kajian/skripsi komunikasi tidak didominasi oleh satu titik. Jadi pengaruhnya disitu yang seakan-akan bahwa komunikasi massa itu lebih dominan dengan pengertian bahwa komunikasi itu tidak sama dengan komunikasi massa.

P : Apakah ada hubungannya karena mata kuliah Komunikasi Massa menjadi mata kuliah wajib bagi mahasiswa?

I : sebenarnya tidak ada hubungannya. Yang menjadi urusan sebenarnya ada kemungkinan tumpang tindih dalam skripsi. Misalnya materi kuliah A sama dengan mata kuliah yang lain dalam arti mungkin ada 4 mata kuliah mengajarkan materi yang sama. Bagi saya, mengajar mahasiswa


(3)

itu dalam member materi harus bisa merangsang mahasiswa melihat tentang komunikasi dan harus ada misi dan tujuan.

P : Bagaimana upaya bapak supaya mata kuliah Komunikasi Massa tetap menjadi pilihan utama?

I : Lebih mengarah keoada penguasaan mahasiswa pada kemampuan teori. Tujuan mata kuliah ini member penguatan kepada mahasiswa supaya bias meneliti dan kemampuan dalam teori. Misalnya pengajaran komunikasi massa jenis media massa dan kelemahannya. Pada S1 sebenarnya harus mempunyai kemampuan meriset dan teori. Makanya semua materi ada disitu. Mulai dari sejarah, teori dan aplikasinya karena itu domain teori dari komunikasi itu harus dijelaskan.

P : Apakah ada upaya bapak menyampaikan kepada departemen agar jumlah judul skripsi Komunikasi Massa dengan yang lain tidak terlalu kontras perbedaannya? Bagaimana?

I : - Tidak apa penggantian penelitian. Kalau pada departemen sudah ada keinginan merevisi kurikulum

- Merevisi kurikulum mau mengevaluasi satuan acara perkuliahan atau materi perkuliahan. Jadi sekecil mungkin akan dikurangi/diminimalisir materi-materi yang tumpang tindih kecuali memang diharuskan

- Terkait dengan risetnya mahasiswa, judul di departemen sebenarnya sudah ada tim yang mengontrol judul-judulnya walaupun sebenarnya tidak dapat dipungkiri mahasiswa pasti akan mengambil judul yang pasti agak merefresh atau melakukan pencarian judul-judul yang dahulu. Yang kita lakukan adalah judul yang hampir sama tidak lebih dari 40%.

P : Dari 26 judul skripsi yang ada, apakah sesuai dengan apa yang bapak harapkan?

I : - Tema yang diambil sudah sesuai walaupun persoalannya berupa kedalaman kajian. Misalnya bias mengambil tentang apapun tapi dia seharusnya punya kedalaman kajian.


(4)

- Kekuatan metodologi, untuk unsure metodologi skripsi tentanf analisis wacana, semiotik, framing terus terang tidak fair dikalangan pendidik terhadap mahasiswa dalam arti tidak ada satu mata kuliah pun tentang penelitian yang bersifat kualitatif. Dan akan diberi penghargaan kepada mahasiswa yang meneliti kualitatif walaupun ada kecurigaan kita terhadap mahasiswa kualitatif. Sebenarnya mahasiswa kualitatif menghindari yang namanya terjun ke lapangan sehingga perlu analisis sendiri. Katakanlah misalnya 10 orang yang mengambil analisis kualitatif berupa framing dan teks wacana masih 50 % dalam arti hanya 5 yang melakukan baik dan sisanya mengecewakan. Contoh mau melihat teori dan meneliti tentang mitos tapi ketika menganalisis mitos jadi seperti apa dan kitatidak tahu bagaimana dia melakukan. Yang kita lihat sih ada keberanian tanpa harus melakukan persiapan yang cukup matang.

- Analisis kualitatif dalam menggali lebih dalam tentang apa yang diteliti secara lebih detail atau dia punya cukup bahan dan pengetahuan untuk melakukan riset. Bahayanya yang sering terjadi misalnya pengetahuan tentang yang diteliti tidak begitu dikuasai walaupun kurang memenuhi harapan. Kita mulai saja kualitatif secara perlahan

P : Penelitian seperti apa yang bapak harapkan kepada mahasiswa yang akan meneliti Komunikasi Massa?

I : Semua aspek dapat diteliti, sebagai akademisi tidak akan pernah bias dikatakan bahwa teori A lebih baik dari teori B (belajar mengenai paradigma). Belajar teori dan paradigm bukan berarti teori A menjadi teority. Seharusnya lebih membahas persoalan fenomena yang terjadi., misalnya pendekatan kuantitatif ya harus kuantitatif begitu juga kualitatif dibebaskan pemikirannya terhadap suatu hal misalnya pendekatan analisis isi, framing agenda setting. Pendekatan seperti itu dipakai dalam menyatakan bahwa tayangan kartun di televise sangat berbahaya terhadap anak. Nah hasil penelitian itu bias dipakai untuk membangkitkan persoalan media literacy


(5)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Telp (061) 8217168

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI NAMA : Rahel Fitriani Purba

NIM : 080904063

PEMBIMBING : Emilia Ramadhani, S.Sos,M.A.

NO. TGL.PERTEMUAN PEMBAHASAN PARAF

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

28 Maret 2012 13 September 2012 29 September 2012 09 Oktober 2012 03 November 2012 12 Desember 2012 15 Desember 2012 23 Maret 2013 29 April 2013 07 Mei 2013

ACC Proposal Seminar Bimbingan Bab I & II ACC Bab I & II Bimbingan Bab III ACC Bab III

Bimbingan Petunjuk Wawancara ACC Petunjuk Wawancara Bimbingan Bab IV dan V

Penyerahan Revisi Bab IV dan V ACC Bab IV & V dan ACC untuk Sidang Meja Hijau

Catatan : Minimal pertemuan 6 (enam) kali untuk setiap pembimbing

Mengetahui, Dosen Pembimbing

Emilia Ramadhani, S.Sos,M.A. NIP. 19731021200642001


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rahel Fitriani Purba

Tempat/tanggal lahir : P.Siantar, 24 april 1990

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jln. Kopi v no 20 Perumnas Simalingkar, medan.

Email

No telp : 085373881050

Nama Ayah : Edisyahman Purba

Nama Ibu : Nelvi Saragih

Pekerjaan Orang Tua : Ayah : Pegawai BUMN Ibu : Wiraswata

Alamat orangtua : Jln. Kopi v no 20 Perumnas Simalingkar, Medan.

Pendidikan Formal

• Tahun 2002 tamat dari : SD Budi Murni 2 Medan

• Tahun 2005 tamat dari : SMP Swasta Putri Cahaya Medan • Tahun 2008 tamat dari : SMA Methodist 1 Medan


Dokumen yang terkait

Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi)

4 95 99

Minat Mahasiswa Tentang Penelitian Di Bidang Komunikasi (Studi Dokumentasi Pada Judul Skripsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Tahun Ajaran 2010/2011)

1 84 127

Citra Departemen Ilmu Komunikasi dan Ekspektasi Mahasiswa (Studi Deskriptif tentang Citra Departemen Ilmu Komunikasi dan Ekspektasi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

6 70 134

Studi Kasus Persepsi Mahasiswa Tentang Komunikasi Nonverbal Dosen di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

0 65 257

Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi Mahasiswa dan Dosen Pembimbing dalam Proses Penyusunan Skripsi (Studi Kasus pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2007-2009 FISIP UNILA

8 64 70

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori. - Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbing

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. - Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bim

0 0 6

Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi)

0 1 14

Minat Mahasiswa Tentang Penelitian Di Bidang Komunikasi (Studi Dokumentasi Pada Judul Skripsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Tahun Ajaran 2010/2011)

0 2 24

MINAT MAHASISWA TENTANG PENELITIANN DI BIDANG KOMUNIKASI (Studi Dokumentasi Pada Judul Skripsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Tahun Ajaran 20102011)

0 0 12