49
pencegahan dan penangulangan kejahatan pada tahap aplikasi dan eksekusi.
26
2. Sanksi Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi
Sanksi menurut Lawrence M. Friedman 1975 diterjemahkan oleh M. Khozin 2011 dan dikutip dalam
buku Hernold Ferry Makawimbang 2014: “Kerugian Keuangan Negara: Dalam Tindak Pidana Korusi, Suatu
Pendekatan Hukum Progresif”, menjelaskan bahwa: sanksi adalah cara-cara menerapkan suatu norma atau peraturan.
27
Sedangkan sanksi hukum adalah sanksi-sanksi yang digariskan atau diotoritasi oleh hukum.
28
Tentang sanksi pidana juga ditulis oleh Suhariyono 2012, dengan mengutip pendapat Herbert L.Packer tentang
sangat perlunya sanksi pidana, lebih lanjut disimpulkan sebagai berikut
: “Sanksi pidana sangatlah diperlukan, sanksi pidana merupakan alat atau sarana terbaik yang tersedia,
26
Ibid.hlm.79.
27
Hernold Ferry Makawimbang. Kerugian Keuangan Negara: Dalam Tindak Pidana Korupdi, Suatu Pendekatan Hukum Progresif. Yogyakarta: Thafa Media.
Hlm.180.
28
Hernold Ferry Makawimbang. Ibid.Hlm.180.
50
yang kita miliki untuk menghadapi bahaya-bahaya besar dan sanksi pidana ketika merupakan penjamin yang utama atau
terbaik.
29
Berdasarkan jenis pidana yang dijatuhkan pada umumnya mengacu pada Pasal 10 Kitab Undang-undang
Hukum Pidana KUHP.
30
Sedangkan dalam hukum pidana khusus ada perluasan atau penambahan jenis pidana di luar
KUHP. Menurut Pasal 10 KUHP jenis pidana ada dua yaitu pidana pokok dan pidana tambahan. Dalam pidana pokok
antara lain pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan, pidana denda dan pidana tutupan. Sedangkan pidana
tambahan meliputi beberapa hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu, dan pengumuman putusan hakim.
Sedangkan Sanksi pidana yang diatur dalam Undang- undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yaitu sebagai berikut:
31
29
Suhariyono. Pembaharuan Pidana Denda. Jakarta: Papas Sinar Sianti. Op.cit.Hlm.59.
30
Teguh Prasetyo.Hukum Pidana Edisi Revisi.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.Hlm.117
31
Efi Laila Kholis. Pembayaran Uang {engganti Dalam Perkara Korupsi. Jakarta:Solusi Publishing. Hlm.6.
51
1. Pidana Mati
Baik berdasarkan Pasal 69 KUHP, Undang- undang Nomor 31 Tahun 1999 maupun
berdasarkan hak tinggi manusia pidana mati adalah pidana terberat karena pelaksanaannya
berupa penyerangan terhadap hak hidup manusia yang merupakan hak asasi manusia yang utama.
Dalam hal ini bahwa hanya perbuatan pidana yang benar-benar berat yang diancam oleh pidana
mati, karena tidak dapat dikoreksi atau diperbaiki eksekusi yang telah terjadi apabila dikemudian
hari ditemukan kekeliruan.
32
2. Pidana Penjara
Esensi pidana penjara adalah perampasan kemerdekaan yang merupakan hak dasar diambil
secara paksa. Dalam hal ini bahwa pemidaanaan
32
Efi Laila Kholis. Ibid.Hlm.7.
52
dipergunakan demi kepentingan
reclassering pemasyarakatan atau pembinaan.
33
Menurut Undang-undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi bahwa semua tindak
pidana diancam dengan pidana penjara baik penjara seumur hidup maupun sementara. Pidana
penjara seumur hidup terdapat dalam Pasal 2 ayat 1, Pasal 3, Pasal 12, Pasal 12B ayat 2. Pidana
penjara sementara
diancam dengan
batas makssimum dan batas minimum.
34
Sedangkan batas minimum ditentukan dalam Pasal-pasal dalam Undang-undang sebagai salah
satu upaya dalam rangka mencapai tujuan yang lebih efektif untuk mencegah dan meberantas
tindak pidana korupsi. 3.
Pidana Denda Pidana denda adalah hukuman berupa
kewajiban seseorang
untuk mengembalikan
33
Efi Laila Kholis. Ibid.Hlm. 7.
34
Efi Laila Kholis.ibid. Hlm. 8-9.
53
keseimbangan hukum atau menebus dosa-dosanya dengan membayar sejumlah uang tertentu.
35
Dalam undang-undang Pemberantassan Tindak Pidana meretapkan pidana denda yamg tinggi
sebagai salah satu upaya dalam rangka mencapai tujuan yang lebih efektif untuk mencegah dan
memberantasa tindak pidana korupsi. 4.
Pidana Tambahan Pidana tambahan adalah hanya menambah
pidana pokok yang dijatuhkan. Pidana tambahan bersifat fakultatif, artinya dapat dijatuhkan, tetapi
tidak ada keharusan.
36
3. Pengaturan Pembayaran kerugian Keuangan negara