APLIKASI BLUE OCEAN STRATEGY PADA SEKTOR PARIWISATA (Studi pada Objek Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat)
ABSTRACT
APPLICATION OF BLUE OCEAN STRATEGY ON TOURISM SECTOR (Studies on Tourism Object in the District of West Coast)
By
RISYAH APRIGASI
This study uses the theory of Blue Ocean Strategy is challenging the companies to get out of the red ocean of bloody competition by creating market space uncontested.
The purpose of this study is to determine the potential of tourism into a new tourism opportunities in the District of West Coast through the Aplication of Blue Ocean Strategy.
Descriptive method in this research is a qualitative approach focuses on the BOS (blue ocean strategy) approach.
The results obtained are: 1) Department of Tourism and Creative Economy of the West Coast District has great potential to apply Blue Ocean Strategy; 2) Eliminate, Reduce, Raise and Create is a step in developing tourism in the West Coast District. Create indicators that have been outlined, the Department of Tourism and Creative Economy can focus on Culinary Tourism Pocessed Fish of Blue Marlin and Business Tourism in the Forest Damar.
The need for innovation and creativity in developing tourism, so as to display the uniqueness and distinctiveness which is owned by the District of the West Coast that can attract tourists to visit.
(2)
ABSTRAK
APLIKASI BLUE OCEAN STRATEGY PADA SEKTOR PARIWISATA (Studi pada Objek Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat)
Oleh
RISYAH APRIGASI
Penelitian ini menggunakan teori Blue Ocean Strategy yaitu menantang perusahaan untuk keluar dari samudra merah atau persaingan berdarah dengan cara menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi wisata yang menjadi peluang pariwisata baru di Kabupaten Pesisir Barat melalui Aplikasi Blue Ocean Strategy.
Metode deskriptif dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif berfokus pada pendekatan BOS (Blue Ocean Strategy).
Hasil penelitian yang diperoleh adalah: 1) Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Pesisir Barat memiliki potensi yang besar untuk menerapkan Blue Ocean Strategy; 2) Hapuskan, Kurangi, Tingkatkan, dan Ciptakan adalah langkah dalam mengembangkan pariwisata Kabupaten Pesisir Barat. Dari indikator ciptakan yang telah dijabarkan, maka Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dapat fokus pada Wisata Kuliner Olahan Ikan Blue Marlin dan Wisata Bisnis di Hutan Damar.
Diperlukannya inovasi dan kreativitas dalam mengembangkan pariwisata, sehingga mampu menampilkan keunikan dan kekhasan yang dimiliki oleh Kabupaten Pesisir Barat yang dapat menarik para wisatawan untuk berkunjung. Kata Kunci :BOS (Blue Ocean Strategy), Strategi Pemasaran Pariwisata.
(3)
APLIKASI BLUE OCEAN STRATEGY PADA SEKTOR PARIWISATA (Studi pada Objek Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat)
Oleh
RISYAH APRIGASI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI BISNIS
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2016
(4)
APLIKASI BLUE OCEAN STRATEGY PADA SEKTOR PARIWISATA (Studi pada Objek Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat)
(Skripsi)
Oleh
RISYAH APRIGASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2016
(5)
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.2. Jumlah Kunjungan Wisatawan Asing ... 5
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ... 29
Gambar 3.1. Kerangka Kerja Empat Langkah ... 42
Gambar 4.1. Peta Wisata Kabupaten Pesisir Barat ... 53
Gambar 4.2. Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat ... 90
Gambar 4.3. Skema Hapuskan, Kurangi, Tingkatkan, Ciptakan, Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat ... 91
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 9
1.3Tujuan Penelitian ... 10
1.4Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1Strategi Pemasaran ... 11
2.1.1 Unsur Pokok Strategi Pemasaran ... 12
2.1.2 Konsep Strategi Pemasaran ... 14
2.1.3 Konsep Bauran Pemasaran ... 18
2.2Strategi Pemasaran Pariwisata ... 20
2.3Strategi Samudera Biru (Blue Ocean Strategy) ... 22
2.4Inovasi Nilai ... 23
2.5Pentingnya Strategi ... 24
2.6Definisi Pariwisata ... 25
2.7Penelitian Terdahulu ... 27
2.8Kerangka Berfikir ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30
3.1Jenis Penelitian ... 30
3.2Lokasi Penelitian ... 31
3.3Fokus Penelitian ... 33
3.4Subjek dan Objek Penelitian ... 34
3.5Sumber dan Jenis Data ... 35
3.5.1 Penentuan Informan ... 35
3.5.2 Jenis Data ... 36
3.6Instrumen Penelitian ... 36
3.7Proses dan Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.8Konsep Strategi Samudera Biru (Blue Ocean Strategy) ... 38
(7)
ii
3.10 Langkah Kerja ... 39
3.11 Kerangka Kerja Empat Langkah ... 42
3.12 Teknik Keabsahan Data ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
4.1Gambaran Lokasi Penelitian ... 48
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Pesisir Barat ... 48
4.1.2 Potensi Pariwisata yang Dimiliki Kabupaten Pesisir Barat ... 51
4.1.3 Perairan ... 58
4.1.4 Akses Menuju Kabupaten Pesisir Barat ... 58
4.2Tugas dan Fungsi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Pesisir Barat ... 59
4.2.1 Visi dan Misi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Pesisir Barat... 59
4.2.2 Rencana Program dan Kegiatan Dinas Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif ... 61
4.2.3 Strategi dan Kebijakan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Pesisir Barat ... 63
4.3Bauran Pemasaran ... 65
4.4Gambaran Informan ... 67
4.5Hasil Penelitian ... 69
4.5.1 Perkembangan Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat .... 69
4.5.2 Langkah Kerja ... 72
4.5.2.1 Sekretaris Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Drs. H. Romli, M.M) ... 72
4.5.2.2 Pengelola Pantai Labuhan Jukung (Bapak Eko) ... 76
4.5.2.3 Pengelola dan Tokoh Masyarakat Tanjung Setia (Bapak Pratin) ... 79
4.5.2.4 Wisatawan (Bapak Agus) ... 83
4.6Pembahasan ... 85
4.6.1 Bauran Pemasaran Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat ... 85
4.6.2 Penerapan Blue Ocean Strategy dalam Mengembangkan Pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat ... 90
4.6.3 Kerangka Kerja Empat Langkah ... 91
4.6.4 Tiga Ciri Strategi yang Baik ... 96
4.6.5 Mengeksekusi Blue Ocean Strategy ... 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101
5.1Kesimpulan ... 101
5.2Saran ... 102
5.2.1 Bagi Dinas Pariwisata dan Pelaku Bisnis ... 103
(8)
iii
DAFTAR PUSTAKA ... 104 LAMPIRAN ... 107
(9)
vi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Panduan Wawancara ... 108
2. TranskipWawancara ... 109
3. Triangulasi Sumber Hasil Reduksi Data ... 121
4. Profil Informan ... 123
5. Rencana dan Strategi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Pesisir Barat ... 124
(10)
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Unsur-Unsur Pokok dalam Strategi Pemasaran ... 13
Tabel 2.2. Perbedaan Strategi Merah dan Strategi Biru ... 24
Tabel 2.3. Penelitian Terdahulu ... 27
Tabel 3.1. Lokasi Wisata dari 3 Kecamatan ... 32
Tabel 3.2. Narasumber/Informan Ahli ... 36
Tabel 3.3. Indeks Ide Strategi Samudera Biru Pengembangan Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat ... 41
Tabel 4.1. Nama, Luas Wilayah dan Jumlah Desa Per-Kecamatan di Kabupaten Pesisir Barat ... 50
Tabel 4.2. Data Objek Wisata di Kabupaten Pesisir Barat ... 54
Tabel 4.3. Data Potensi Sumber Daya Wisata Tarian & Kesenian Kab. Pesisir Barat ... 56
Tabel 4.4. Data Potensi Sumber Daya Wisata Kerajinan ... 57
Tabel 4.5. Data Informan ... 67
(11)
(12)
(13)
(14)
MOTO
“Man Jadda Wajada”
Barang siapa yang bersungguh-sungguh dia akan
mendapatkan
(Pepatah Arab)
“Mereka yang takut mengambil risiko tidak akan
meraih apa pun dalam hidupnya”
(Muhammad Ali)
“Do all things with sincerity and selfless, then you
will
get a wonderful thing”
(15)
PERSEMBAHAN
Teriring rasa syukur dan cintaku kepada sang pencipta yang maha
kasih ALLAH SWT dan pencerahan hidup NABI MUHAMMAD SAW
yang selalu melimpahkan kebahagiaan bagi setiap umatnya
Bismillahirohmanirohim
Kupersembahkan Karya Kecilku ini Untuk:
“Ayah dan Ibuku yang selalu menjadi motivasiku dalam setiap
perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, dan
terimakasih atas kasih sayang, pengorbanan, dan keikhlasannya.”
“Keluarga besarku yang selalu mendukung cita
-
citaku.”
“Dosen Pembimbing d
an Dosen Penguji yang sangat berjasa, serta
(16)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahiirkan di Bandar Lampung, 10 April 1994 sebagai
anak pertama dari 2 bersaudara dan dilahirkan oleh rahim
wanita yang sangat luar biasa, ibuku Sri Tuti darinya lah
penulis menemukan kebenaran filosofi dimana wanita adalah
tangan dunia dan jembatan akhirat, dan juga kepada ayahku
Hariansyah, SH yang banyak memberikan pelajaran tentang hidup dan bagaimana
menjadi pribadi yang sederhana, bisa lebih mandiri dan terus bergerak untuk
maju.
Penulis mengarungi sebagian waktunya pula pada masa perjalanan keilmuanya
ditanah kelahiranya. Menamatkan Sekolah Dasar (SD) di Al-Kautsar Bandar
Lampung yang diselesaikan pada tahun 2006, kemudian melanjutkan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di Al-Kautsar Bandar Lampung dan lulus pada tahun
2009, kemudian pendidikan diteruskan di Sekolah Menengah Atas (SMA) di
SMA N 14 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2012.
Pada tahun 2012, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi
Bisnis Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur
penerimaan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
(17)
penulis juga menyelami dinamika kehidupan kampus dengan mengikuti beberapa
organisasi internal kampus, diantaranya penulis pernah menjadi anggota Bidang
Enterpreuner periode 2013-2014 Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), dan
pernah menjabat sebagai General Vice Leader (Wakil Ketua Umum) pada periode
2014-2015 UKM F SPEC (Social Political English Club), yaitu salah satu UKM
Bahasa Inggris yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung. Pada tahun 2015 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Tematik di Desa Pakuan Sakti, Kecamatan Pakuan Ratu, Kabupaten Way kanan
selama 40 hari.
Selama menjadi mahasiswa penulis telah melakukan beberapa kegiatan progja
sosial (Socialize the Education Project) yang diadakan oleh UKM F SPEC seperti
menjadi volunteer untuk mengajar, sharing dan berbagi ilmu tentang pentingnya
Bahasa Inggris di berbagai sekolah yaitu di TK Al-Huda Bandar Lampung, MTs
Negeri 2 Bandar Lampung, SMP N 11 Bandar Lampung, TPA Al-Huda Way
Kanan, SMA/MA Mathla’ul Anwar Bandar Lampung. Semoga hari esok penulis
menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan menjadi orang yang bermanfaat bagi
(18)
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah begitu banyak
memberikan karunia, hidayah dan nikmat-Nya kepada penulis dan dengan
izin-Nya penulis mampu menyelesaikan tugas akhir kuliah atau skripsi ini. Shalawat
kepada Rasulullah, Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi inspirasi bagi
penulis dan mengajarkan penulis bahwa perjuangan penulis beumlah seberapa jika
dibandingkan perjuangannya yang sangat besar sehingga penulis dapat merasakan
nikmatnya Islam saat ini. Skripsi dengan judul “Aplikasi Blue Ocean Strategy
pada Sektor Pariwisata (Studi pada Objek Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat)”
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis
di Universitas Lampung. Oleh karena itu dengan penuh rasa hormat dan rasa
bangga penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya
kepada:
1. ALLAH SWT
2. Ayah, sosok seorang laki-laki yang penulis banggakan karena selalu
memberikan dorongan, motivasi, dan mendidik penulis menjadi seorang yang
selalu sabar, sederhana dan terus bergerak maju kedepan. Terimakasih pula
atas segala pengorbanan yang diberikan dari penulis lahir kedunia sampai saat
(19)
3. Ibu yang telah dengan setengah mati melahirkan penulis kedunia ini. Kepada
ibu tersayang yang telah dengan sepenuh hati mendukung segala kegiatan dan
mendidik penulis.
4. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu
Politik Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. A. Efendi, M.M Selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas
Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Lampung sekaligus Dosen Penguji yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan saran, petunjuk, arahan,
masukan, dan motivasi kepada penulis. Penulis memohon maaf untuk salah
dan khilaf penulis selama ini.
6. Bapak Ahmad Rifa’i, S.Sos., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Lampung.
7. Bapak Suprihatin Ali, S.Sos., M.Sc selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Adminsistrasi Bisnis sekaligus Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran, arahan,
masukan, dan motivasi kepada penulis. Penulis memohon maaf untuk salah
dan khilaf penulis selama ini.
8. Seluruh Bapak Dosen dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis
Universitas Lampung.
9. Ibu Mertayana selaku staff Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Universitas
Lampung.
10.Bapak Drs. H. Romli, M.M selaku Sekretaris Dinas Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Kabupaten Pesisir Barat yang telah membantu saya selama penelitian
(20)
11.Bang Agus selaku pengelola pantai Labuhan Jukung Kabupaten Pesisir Barat
yang telah memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti
12.Adik-adiku Irma Ramadhani dan M. Tharif Arkandhana dan seluruh keluarga
besar yang telah turut mendoakan kelancaran proses skripsi penulis.
13.Reysha Betharia dan Reysti Betharia my three siblings, sahabat kecil, teman
kecil yang selalu kompak hingga saat ini yang selalu memberikan dorongan,
motivasi, saran, dan waktu kepada penulis dalam semua hal.
14.Ismi Dina Aprilia yang selalu membantu, memberikan dorongan,
memberikan waktu, dan memberikan motivasi penulis dalam membuat karya
ilmiah ini.
15.Kak May Roni selaku senior ABI dan juga seorang sahabat yang telah
membantu dan mendukung peneliti selama ini.
16. Kelompok kecilku “Anak Alam”, Guswindi, Widi, Eri, Agung, Fidel, Afik, Ardi, Dimas, Bakso (zulfikar), Sentong (rama). Kalian adalah teman akrab
penulis melakukan berbagai pengalaman traveling, advanture, hiking, dan
aktifitas outdoor lainya. Terimakasih atas setiap pembelajaran dalam
pergaulan yang kita lakukan selama ini.
17.Ibu Andi Windah selaku Dosen Pembina SPEC yang selalu memberikan
pembelajaran, motivasi, dan ilmu baru kepada penulis.
18.Team Leader UKM F SPEC (Social Political English Club). Jojo, Ica, Melin,
Armand, Bona, Bakso (zulfikar), Jaka, Puspa, Febri, Sabrina, Muti, Akbar,
Wendi, dan Afi. Terimakasih atas kebersamaan dan pembelajaran selama ini.
19.Seluruh Anggota SPEC, terimakasih atas kebersamaan dan pembelajaran
(21)
20.Geng alay yang telah membantu peneliti yaitu Fidyananta, Fitria, Armand,
Ica, Melin, Muti, dan Riska.
21.Geng Karikatur yang telah membantu peneliti yaitu Dita, Nijun, Jawir, dan
Arisa.
22.Geng Nero yang telah membantu peneliti sekaligus teman jalan-jalan yaitu
Ovi, Aming, Lily, Nia, Sayu, dan Tika.
23.Seluruh sekolah-sekolah yang menjadi tempat penulis mencari pengalaman,
belajar, dan memberikan ilmu yang bermanfaat seperti TK Al-Huda, MTs N
2, SMP N 11, SMA/MA Mathla’ul, SD Al-khairiyah, dan TPA Al-Huda Way kanan.
24.SUN Education yang telah membantu untuk mengeksiskan SPEC,
memberikan pengelaman dan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
25.Seluruh Keluarga Besar Himpunan Mahawasiswa Jurusan Ilmu Administrasi
Bisnis (HMJ Adm Bisnis) Universitas Lampung, Alumni, Senior, dan Junior.
26.Bidang Enterpreuner HMJ Adm. Bisnis Periode 2014/2015. Terimakasih atas
pembelajaran selama ini.
27.Keluarga baru ketika melaksanakan kegiatan KKN di Desa Pakuan Sakti,
Kecamatan Pakuan Ratu, Kabupaten Way Kanan.
28.Kafe Bisnis yang sudah menjadi tempat-tempat bersantai, menunggu dosen,
dan tempat berkumpulnya Anak Alam dan Mahasiswa ABI.
29.Seluruh senior dan adik-adik ABI yang telah memberikan dukungan,
informasi dan pembelajaran selama ini.
(22)
31.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin
Bandar Lampung, 03 Februari 2016
Penulis
(23)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdagangan dan investasi senantiasa menjadi dua sektor pendulang pendapatan
negara. Pada sektor pariwisata sangat perlu diperhatikan dengan seksama, karena
tanpa kita sadari bahwa sektor pariwisata semakin mengokohkan dirinya menjadi
salah satu peraup devisa yang sangat penting di negara-negara Asia Pasifik,
karena disebabkan dari sebuah kenyataan yang tidak bisa dibantah bahwa
pariwisata telah menjadi kebutuhan primer masyarakat maju dan kekayaan alam
yang ada di indonesia menjadikannya potensi pariwisata yang sangat luar biasa.
Melimpahnya potensi pariwisata yang ada di Indonesia, jika dapat dikelola
dengan baik dan tepat maka pariwisata tersebut dapat memberikan dampak yang
positif terhadap bidang ekonomi maupun bidang sosial budaya. Karena dari
kegiatan pariwisata tersebut secara tidak langsung menyentuh dan melibatkan
masyarakat.
Pariwisata adalah sektor ekonomi mutlak di Indonesia. Pada tahun 2015,
pariwisata tempati urutan keempat dalam hal penerimaan devisa sesudah komoditi
minyak dan gas, batu bara, dan minyak sawit mentah. Menurut data tahun 2015,
(24)
2
Pariwisata menyumbangkan devisa untuk negara sebesar US$ 10,69 miliar.
(iwisataindonesia.com di akses tanggal 11 September 2015).
Menurut Marpaung (2002) perkembangan kepariwisataan bertujuan memberikan
keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat
memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan
ekonomi yang didapat dari tempat tujuan wisata. Dalam perkembangan
infrastruktur dan fasilitas rekreasi, keduanya menguntungkan wisatawan dan
warga setempat, sebaliknya kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan
tempat tujuan wisata.
Menurut Pendit (2002) jenis pariwisata yang dikenal saat ini antara lain: wisata
budaya, wisata kesehatan, wisata olahraga, wisata komersil, wisata industri,
wisata politik, wisata konvensi, wisata sosial, wisata pertanian, wisata maritim,
wisata cagar alam, wisata buru, wisata pilgrim, wisata bulan madu dan wisata
petualangan, serta jenis wisata lainnya tergantung kepada kondisi dan situasi
perkembangan dunia kepariwisataan di suatu daerah atau negara yang memang
mendambakan industri pariwisatanya dapat maju dan berkembang.
Pengembangan Pariwisata dapat dijadikan sebagai suatu stimulus pertumbuhan
ekonomi maupun wadah penciptaan sebagian besar lapangan pekerjaan. Dalam
hal ini peran pemerintah itu sendiri sangat penting untuk bisa lebih aktif ikut serta
mengembangkan pariwisata agar pariwisata di Indonesia bisa lebih maju lagi.
Sebagai salah satu contoh peran pemerintah untuk meningkatkan jumlah
(25)
3
(TKI). Program ini difokuskan ke pertemuan, intenstif, konvensi dan pertunjukan
dan wisata laut.
Pada tahun 2010, pemerintah Indonesia mencanangkan kembali Tahun Kunjungan
Indonesia (TKI) dan Tahun Kunjung Museum. Program ini dikerjakan untuk
mendorong kesadaran penduduk pada museum dan menambah jumlah
pengunjung museum. Pemerintah Indonesia juga mengambil keputusan Wonderful
Indonesia sebagai manajemen merk baru pariwisata di Indonesia. Melalui
program Tahun Kunjungan Indonesia (TKI), pemerintah dapat memperkenalkan
atau mempromosikan berbagai kekayaan alam dan keragaman budaya lokal
sebagai bentuk upaya dalam mempertahankan budaya dan melestarikan alamnya.
Di Lampung sendiri terdapat banyak sekali potensi pariwisata dan kebudayaan,
salah satunya adalah daerah Kabupaten Pesisir Barat (Puspar.ugm.ac.id di akses
tanggal 01 Oktober 2015).
Seperti provinsi-provinsi umumnya di Indonesia, Provinsi Lampung memiliki
banyak objek wisata yang tersebar di 15 kabupaten/kota. Pada tahun 2013 tercatat
sebanyak 350 objek wisata, yang berupa taman hiburan umum, peninggalan
sejarah, objek wisata alam dan tirta, objek wisata budaya, objek wisata religius,
objek wisata agro, objek wisata bahari, serta objek wisata buatan. Dari sekian
banyak objek wisata di Provinsi Lampung terdapat 7 kawasan wisata unggulan
yang banyak menarik minat baik bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan
mancanegara, yaitu Pantai Tanjung Setia, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
(26)
4
Gunung Krakatau, Menara Siger, serta wisata Kota Bandar Lampung (Neraca
Satelit Pariwisata Daerah Provinsi Lampung).
Menurut Chandra (2007), upaya kegiatan mempromosikan tempat kunjungan
wisata di daerah tidak semudah dengan kegiatan serupa yang dilakukan untuk
produk-produk perusahaan. Disamping karakternya yang berbeda, tempat wisata
perlu dijual dengan memanfaatkan jasa kegiatan public relations di pasar
internasional.
Promosi tempat tujuan wisata sangat diperlukan oleh daerah-daerah yang banyak
potensi ditanah air termasuk Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung. Upaya
ini menjadi sangat penting dalam kerangka penyelenggaraan otonomi daerah,
promosi tempat wisata yang dirancang dengan baik akan memberikan tambahan
penerimaan asli daerah, dan mendorong proses multiflier perkembangan ekonomi
lokal disekitar daerah tujuan wisata.
Sektor pariwisata merupakan potensi andalan dari Kabupaten Pesisir Barat, setiap
tahun ratusan bahkan ribuan turis datang ke Kabupaten Pesisir Barat untuk
berlibur, berselancar, dan menikmati keindahan pantainya. Selain pantai-pantai di
Pesisir Barat juga memiliki dua pulau eksotis yaitu pulau pisang dan pulau betuah,
yang alam dan keindahanya tidak kalah dengan pulau-pulau destinasi wisata di
dunia, hanya memang potensi itu belum tereksplorasi (lampungprov.go.id).
Kabupaten pesisir barat (KBP), merupakan sebuah kabupaten termuda di provinsi
Lampung. Kabupaten Pesisir Barat merupakan hasil pemekaran Kabupaten
(27)
5
Tahun 2012 tentang Pembentukan Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung dan
disahkan pada tanggal 22 April 2013 (pesisirbaratkab.go.id di akses tanggal 01
Oktober 2015).
Krui adalah ibukota dari Kabupaten Pesisir Barat, dan Krui berada di daerah
pesisir Samudera Hindia. Sebagai daerah pesisir, Krui memiliki potensi pariwisata
terutama wisata pantai. Potensi Krui sebagai daerah tujuan wisata sudah terkenal
sampai mancanegara. Wilayah ini sering dikunjungi wisatawan, baik wisatawan
lokal maupun wisatawan mancanegara, dengan tujuan utama untuk berselancar.
Belakangan ini arus kunjungan wisata ke wilayah Pesisir Barat semakin
meningkat dengan semakin gencarnya promosi, baik di dalam negeri maupun di
luar negeri, baik melalui media cetak maupun media elektronik
(pesisirbaratkab.go.id di akses tanggal 01 Oktober 2015).
Sumber: Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kab. Pesisir Barat tahun 2014
Gambar 1.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan Asing Kec. Pesisir Selatan
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Jumlah Kunjungan Wisatawan Asing Kec. Pesisir Selatan pada Juni-Desember 2014
(28)
6
Ke depan, wilayah ini diproyeksikan menjadi salah satu tujuan wisata unggulan
dengan dibukanya lapangan terbang Seray sebagai sarana transportasi cepat
menuju wilayah ini. Dengan dibukanya lapangan terbang seray, industri
pariwisata bisa berkembang menjadi industri andalan utama di wilayah ini
(pesisirbaratkab.go.id di akses tanggal 01 Oktober 2015).
Potensi sumber daya alam yang dihasilkan adalah dari hasil bumi yang sudah
dikenal dunia internasional seperti damar, lada dan cengkeh. Kabupaten Pesisir
Barat juga memiliki potensi pariwisata pantai-pantai yang eksotis seperti Pantai
Way Jambu, Pantai Mandiri, Pantai Labuhan Jukung, Pantai Tanjung Setia, Pantai
Penangkaran Penyu Muara Tembulih, Pantai Walur dan masih banyak
pantai-pantai eksotis lainya yang terdapat di Kabupaten Pesisir Barat. (Dinas Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif Pesisir Barat)
Sunset Pantai Tanjung Setia Pantai di Goa Matu
Dengan persaingan industri pariwisata di Provinsi Lampung, maka pemerintah
Provinsi Lampung mengandalkan kawasan wisata Pesisir Barat (Pesibar) dan
Gunung Anak Krakatau (GAK) untuk dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK). Melihat segala potensi wisata khususnya yang dimiliki Kabupaten Pesisir
Barat maka Pemerintah daerah dan Dinas Pariwisata harus berbenah untuk
(29)
7
sektor pariwisata yang dimiliki Kabupaten Pesisir Barat (lampungprov.go.id di
akses tanggal 11 September 2015).
Seperti yang kita ketahui pariwisata sangatlah penting untuk dikembangkan
karena sektor pariwisata sendiri dapat memberikan dampak yang positif terhadap
pendapatan negara maupun daerah, karena pariwisata itu sendiri berhubungan
langsung kepada manusia, masyarakat, kelompok, organisasi, dan kebudayaan.
Ada beberapa alasan mengapa sektor pariwisata itu penting. Pertama, sektor
pariwisata adalah sektor paling mudah menciptakan lapangan pekerjaan karena
pariwisata itu sendiri berhubungan langsung kepada masyarakat. Kedua, sektor
pariwisata menjadi penghubung banyak sektor, sehingga dengan adanya
pariwisata secara tidak langsung sektor-sektor lainya akan hidup dan sektor
pariwisata dapat menciptakan ekonomi kerakyatan dengan meningkatkan kembali
industri-industri kreatif karena produk kreatif bisa dijual seiring dengan
perkembangan pariwisata. Ketiga, sektor pariwisata memiliki nilai tambah yang
besar karena dalam satu objek pariwisata sektor perhubungan sangat berperan
yang nantinya diharapkan menguntungkan saling simbiosis mutualisme. Keempat,
sektor pariwisata salah satu penyumbang devisa bagi negara.
Kabupaten Pesisir Barat termasuk daerah yang menempatkan pariwisata sebagai
prioritas pembangunan, pilihan yang tepat jika melihat potensi pariwisata yang
dimiliki daerah ini. Potensi wisata laut, wisata alam, maupun wisata budaya,
tersebar di seluruh kawasan Kabupaten Pesisir Barat, bahkan untuk wisata tertentu
hanya ada di daerah ini, seperti Pulau Pisang yang siap menyuguhkan hiburan
(30)
8
sebagai surganya para peselancar karena karakterisitik dari Pantai Tanjung Setia
ini memiliki ombak yang panjang dan besar, sehingga banyak digemari oleh para
peselancar lokal dan mancanegara.
Seperti yang kita ketahui bahwa persaingan industri pariwisata di Indonesia saat
ini sangatlah ketat, setiap daerah berlomba untuk menonjolkan keunikannya
tersendiri. Dengan adanya persaingan industri pariwisata yang ketat tersebut,
khususnya Provinsi Lampung, maka kondisi ini akan mempengaruhi secara
langsung maupun tidak langsung terhadap tingkat pengunjung lokal maupun
pengunjung mancanegara di Kabupaten Pesisir Barat. Untuk memperoleh
gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi pariwisata di Kabupaten Pesisir
Barat agar temuan-temuan dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dan pertimbangan bagi upaya pengembangan pariwisata sebagai sektor
unggulan dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dapat
membuka lapangan kerja baru serta meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat, maka penelitian mengenai Penerapan Blue Ocean Strategy dalam
mengembangkan Pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat ini sangat penting untuk
dilaksanakan.
Keunggulan dari Blue Ocean Strategy itu sendiri adalah kita dapat merubah cara
berfikir kita yang sibuk untuk merebut konsumen dari para kompetitor menjadi
bagaiamana cara menciptakan peluang pasar baru yang dimana pesaing nyaris
tidak ada (Blue Ocean) dan melepaskan kita dari sebuah kondisi yang dimana
terjadi persaingan yang sangat ketat untuk mendapatkan pasar yang sama dengan
(31)
9
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian dan
mencoba menggali lebih dalam serta merancang dan menciptakan ruang pasar
baru tanpa pesaing terkait dengan manajemen strategi dalam pengembangan pada
Sektor Pariwisata yang ada di Kabupaten Pesisir Barat dengan judul Penelitian
“Aplikasi Blue Ocean Strategy Pada Sektor Pariwisata” (Studi pada
Kabupaten Pesisir Barat)” 1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka permasalahan
dalam penelitian ini adalah: Potensi wisata apa sajakah yang menjadi peluang
pariwisata baru di Kabupaten Pesisir Barat melalui Aplikasi Blue Ocean Strategy?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas,
maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui potensi wisata yang
menjadi peluang pariwisata baru di Kabupaten Pesisir Barat melalui Aplikasi Blue
Ocean strategy.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini diharapakan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan dan
pemahaman serta menjadi aplikasi ilmu pengetahuan yang telah didapatkan
(32)
10
2. Manfaat Praktis
Bahan pertimbangan bagi sektor pariwisata Kabupaten Pesisir Barat untuk
mengambil langkah efektif dalam menetapkan strategi pemasaran sektor
(33)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Strategi pemasaran
Pengertian strategi pemasaran menurut Assauri (1987) strategi pemasaran pada
dasarnya adalah rencana yang menyeluruh, terpadu dan menyatu dibidang
pemasaran, yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan
untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan. Dengan kata lain
strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan
yang memberi arah pada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu kewaktu
pada masing-masing tingkatan dan acuan serta alokasinya, terutama sebagai
tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan persaingan yang selalu
berubah.
Strategi pemasaran didefinisikan oleh Cravens (1996) merupakan strategi
pengembangan proses orientasi pasar yang terlibat dalam lingkungan bisnis yang
berubah dan kebutuhan untuk mencapai tingkat kepuasan konsumen.
Menurut Chandra (2002), Strategi pemasaran merupakan rencana yang
menjabarkan ekspektasi perusahaan akan dampak dari berbagai aktifitas atau
program pemasaran terhadap permintaan produk atau lini produknya di pasar
(34)
12
pemasaran adalah pola pikir pemasaran yang akan digunakan oleh unit bisnis
untuk mencapai tujuan pemasarannya.
Lebih lanjut strategi pemasaran menurut Tjiptono (2008) merupakan rencana yang
menjabarkan ekspektasi perusahaan akan dampak dari berbagai aktivitas atau
program pemasaran terhadap permintaan produk atau lini produknya di pasar
sasaran tertentu. Program pemasaran meliputi tindakan-tindakan pemasaran yang
dapat mempengaruhi permintaan terhadap produk, diantaranya dalam hal
mengubah harga, memodifikasi kampanye iklan, merancang promosi khusus,
menentukan pilihan saluran distribusi, dan lain-lain.
Oleh karena itu dalam pengembangan pariwisata, sebaiknya suatu daerah harus
menerapkan suatu strategi baru yang harus keluar dari Status Quo, harus
menciptakan strategi masa depan yang gemilang, menerapkan penjauhan dari
kompetisi. Harus menekankan penciptaan ruang pasar yang belum ada
pesaingnya, fokus pada penumbuhan permintaan dan gerak menjauh dari
kompetisi dalam bidang pariwisata yang sangat ketat saat ini baik antar daerah
dalam negara Indonesia maupun dengan negara lain.
2.1.1. Unsur Pokok Strategi Pemasaran
Program pemasaran meliputi tindakan-tindakan pemasaran yang bisa
mempengaruhi permintaan terhadap produk, diantaranya mengubah harga,
memodifikasi kampanye iklan, merancang promosi khusus, menentukan pilihan
saluran distribusi, dan sebagainya. Dalam penerapannya, kerapkali berbagai
program pemasaran dipadukan atau dilaksanakan secara bersama-sama. Namun,
(35)
13
pemasaran yang ‘terbaik’ dikarenakan keterbatasan anggaran Dalam melakukan
menentukan pilihan program pemasaran terbaik tersebut, manajer pemasran harus
terlebih dahulu menyusun dan mengkomunikasikan strategi pemasaran yang jelas.
Strategi pemasaran merupakan rencana yang menjabarkan ekspektasi perusahaan
akan dampak dari berbagai aktivitas atau program pemasaran terhadap permintaan
produk atau lini produknya di pasar sasaran tertentu. Perusahaan bisa
menggunakan dua atau lebih program pemasaran secara bersamaan, sebab setiap
jenis program (seperti periklanan, promosi penjualan, personal selling, layanan
pelanggan, atau pengembangan produk) memiliki pengaruh yang berbeda-beda
terhadap permintaan. Oleh sebab itu, dibutuhkan mekanisme yang dapat
mengkoordinasikan program-program pemasaran agar program-program itu
sejalan dan terintegrasi dengan dinergistik (Tjiptono dan Chandra 2012).
Mekanisme ini disebut strategi pemasaran. Umumnya peluang pemasaran terbaik
diperoleh dari upaya memperluas permintaan primer, sedangkan peluang
pertumbuhan terbaik berasal dari upaya memperluas permintaan selektif.
Unsur-unsur pokok dalam strategi pemasaran tersaji dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1 Unsur-unsur pokok dalam strategi pemasaran
Unsur Alternatif
Pemilihan pasar sasaran Semua pembeli di pasar relevan Pembeli di beberapa segmen Pembeli di satu segmen ceruk pasar Tipe permintaan yang ingin distimulasi Permintaan primer
= Di antara para pemakai baru = Di antara para pemakai saat ini Permintaan selektif
= Dalam served market yang baru = Di antara pelanggan pesaing = Dalam basis pelanggan saat ini Sumber: Tjiptono dan Chandra (2012)
(36)
14
Perlu dipahami bahwa strategi pemasaran merupakan jembatan antara strategi
korporat dan analisis situasi disatu pihak dengan program pemasaran yang
sifatnya action-oriented di lain pihak. Oleh karenanya, program pemasaran harus
konsisten dan didasarkan pada strategi pemasaran.
2.1.2. Konsep strategi pemasaran
Setiap fungsi manajemen memberikan kontribusi tertentu pada saat penyusunan
strategi pada level yang berbeda. Pemasaran merupakan fungsi yang memiliki
kontak paling besar dengan lingkungan eksternal, padahal perusahaan hanya
memiliki kendali yang terbatas terhadap lingkungan eksternal. Oleh karena itu
pemasaran memainkan peran penting dalam pengembangan strategi.
Dalam peranan strategisnya, pemasaran mencakup setiap usaha untuk mencapai
kesesuaian antara perusahaan dengan lingkungannya dalam rangka mencari
pemecahan atas masalah penentuan dua pertimbangan pokok. Pertama, bisnis apa
yang digeluti perusahaan pada saat ini dan jenis bisnis apa yang dapat dimasuki
dimasa mendatang. Kedua, bagaimana bisnis yang telah dipilih tersebut dapat
dijalankan dengan sukses dalam lingkungan yang kompetitif atas dasar perspektif
produk, harga, promosi, dan distribusi (bauran pemasaran) untuk melayani pasar
sasaran. Dalam konteks penyusunan strategi, pemasaran memiliki 2 dimensi, yaitu
dimensi saat ini dan dimensi yang akan datang. Dimensi saat ini berkaitan dengan
hubungan yang telah ada antara perusahaan dengan lingkunganya. Sedangkan
dimensi yang akan datang mencakup hubungan di masa yang akan datang
diharapkan akan dapat terjalin dan program tindakan yang diperlukan untuk
(37)
15
Pada dasarnya strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitanya dengan
variabel-variabel seperti segementasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning,
elemen bauran pemasaran, dan biaya bauran pemasaran. Strategi pemasaran
merupakan bagian integral dari strategis bisnis yang memberikan arah pada semua
fungsi manajemen suatu organisasi.
Menurut Corey dalam Dolan (1991), strategi pemasaran terdiri atas lima elemen
yang saling berkaitan. Kelima elemen tersebut adalah:
1. Pemilihan pasar, yaitu memilih pasar yang akan dilayani. Keputusan ini
didasarkan pada faktor-faktor (Jain, 1990):
a. Persepsi terhadap fungsi produk dan pengelompokan teknologi yang dapat diproteksi dan di dominasi.
b. Keterbatasan sumber daya internal yang mendorong perlunya pemusatan (fokus) yang lebih sempit.
c. Pengalaman kumulatif yang didasarkan pada trial-and-error di dalam menanggapi peluang dan tantangan.
d. Kemampuan khusus yang berasal dari akses terhadap sumber daya langka atau pasar yang terproteksi.
Pemilihan pasar dimulai dengan melakukan segmentasi pasar dan kemudian
memilih pasar sasaran yang paling memungkinkan untuk dilayani oleh
perusahaan.
2. Perencanaan produk, meliputi produk spesifik yang dijual, pembentukan lini
produk, dan desain penawaran individual pada masing-masing lini. Produk
itu sendiri menawarkan manfaat total yang dapat diperoleh pelanggan
dengan melakukan pembelian. Manfaat tersebut meliputi produk itu sendiri,
nama merek produk, ketersediaan produk, jaminan atau garansi, jasa
reparasi, dan bantuan teknis yang disediakan penjual, serta hubungan
(38)
16
3. Penetapan harga, yaitu menentukan harga yang dapat mencerminkan nilai
kuantitatif dari produk kepada pelanggan.
4. Sistem distribusi, yaitu saluran perdagangan grosir dan eceran yang dilalui
produk hingga mencapi konsumen akhir yang membeli dan
menggunakannya.
5. Komunikasi pemasaran (promosi), yang meliputi periklanan, personal
selling, promosi penjualan, direct marketing, dan public relations.
Menurut Jain (1990) kemampuan strategi pemasaran suatu perusahaan untuk
menanggapi setiap perubahan kondisi pasar dan faktor biaya tergantung pada
analisis terhadap faktor-faktor berikut:
a. Faktor Lingkungan
Analisis terhadap faktor lingkungan seperti pertumbuhan populasi dan
peraturan pemerintah sangat penting untuk mengetahui pengaruh yang
ditimbulkanya pada bisnis perusahaan. Selain itu faktor-faktor seperti
perkembangan teknologi, tingkat inflasi, dan gaya hidup juga tidak boleh di
abaikan. Hal-hal tersebut merupakan faktor lingkungan yang harus
dipertimbangkan sesuai dengan produk dan pasar perusahaan.
b. Faktor Pasar
Setiap perusahaan perlu memperhatikan dan mempertimbangkan
faktor-faktor seperti ukuran pasar, tingkat pertumbuhan, tahap perkembangan,
trend dalam sistem distribusi, pola perilaku pembeli, permintaan musiman,
segmen pasar yang ada saat ini atau yang dapat dikembangkan lagi, dan
(39)
17
c. Persaingan
Dalam kaitannya dengan persaingan, setiap perusahaan perlu memhami
siapa pesaingnya, bagaimana posisi/pasar pesaing tersebut, apa strategi
mereka, kekuatan dan kelemahan pesaing, struktur biaya pesaing, dan
kapasitas produk para pesaing.
d. Analisis Kemampuan Internal
Setiap perusahaan perlu menilai kekuatan dan kelemahannya dibandingkan
para pesaingnya. Penilaian tersebut dapat didasarkan pada faktor-faktor
seperti teknologi-teknologi, sumber daya finansial, kemampuan
pemanufakturan, kekuatan pemasaran, dan basis pelanggan yang dimiliki.
e. Perlikau Konsumen
Perilaku Konsumen perlu dipantau dan dianalisis karena hal ini sangat
bermanfaat bagi pengembangan produk, desain produk, penetapan harga,
pemilihansaluran distribusi, dan penentuan strategi promosi. Analisis
perilaku konsumen dapat dilakukan dengan penelitian (riset pasar), baik
melalui observasi maupun metode survey.
f. Analisis Ekonomi
Dalam analisis ekonomi, perusahaan dapat memperkirakan pengaruh setiap
peluang pemasaran terhadap kemungkinan mendapatkan laba. Analisis
ekonomi terdiri atas analisis terhadap komitmen yang diperlukan, analisis
BEP (break event point), penilaian risiko/laba, dan analisis faktor ekonomi
(40)
18
2.1.3. Konsep Bauran Pemasaran
Manajemen pemasaran dikelompokkan dalam empat aspek yang sering dikenal
dengan marketing mix atau bauran pemasaran. Menurut Kotler dan Armstrong
(2008) bauran pemasaran (marketing mix) adalah kumpulan alat pemasaran taktis
terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang
diinginkannya di pasar sasaran. Menurut Booms dan Bitner ada 7 elemen dalam
bauran pemasaran pada perusahaan jasa yang lebih dikenal dengan 7 P (product,
price, place, promotion, people, physical evidence, and process).
a. Produk (product)
Bali memiliki beragam produk pariwisata (wisata tirta, alam, budaya,
alternatif, spiritual, dan lain-lain), yang telah disesuaikan dengan trend
permintaan pasar saat ini. Permintaan pasar selalu mengalami perubahan
seiring terjadinya perubahan motivasi dan pengetahuan wisatawan. Jadi
dapat dikatakan bahwa Bali supermarket pariwisata karena mampu
mengemas berbagai macam daya tarik menjadi produk pariwisata.
b. Harga (price)
Dalam penentuan harga untuk produk pariwisata yang ditawarkan harus
seimbang dengan daya beli pasar dan menarik bagi calon wisatawan.
Mengenai harga jual produk kepariwisataanya, Bali menawarkan produk
pariwisatanya dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan
destinasi-destinasi lainya yang berada di Asia Tenggara, seperti Malaysia,
(41)
19
c. Tempat (place)
Memasarkan produk pariwisata Bali lewat chanel-chanel saluran distribusi
sehingga dapat membentuk image dan mempermudah menjaring wisatawan,
misalnya dengan bekerja sama dengan tour operator asing serta operator
dalam negeri, dimana tour operator merupakan salah satu saluran distribusi
dalam pemasaran pariwisata.
d. Promosi (promotion)
Kegiatan promosi yang dilakukan oleh Bali dan Indonesia pada umumnya
tergolong kurang efektif, sehingga kurang dapat menarik calon wisatawan
baik itu aktual maupun potensial. Fenomena ini disebabkan oleh terbatasnya
dana promosi baik yang dilakukan lewat iklan, sales promotion, personal
selling, publicity, direct marketing, public relation dan merchandising.
e. Personel (people)
Keterlibatan seluruh aktor (wisatawan, pemerintah, masyarakat, pihak
swasta, karyawan, dan contact people lainya) dalam kegiatan
kepariwisataan sangat diperlukan terutama dalam memengaruhi persepsi
wisatawan, baik itu pemerintah lewat regulasi-regulasi yang telah
ditetapkan, masyarakat dan stake holder yang melaksanakan
sebaik-baiknya, baik itu menjaga, memelihara fasilitas dan lingkungan sekitarnya,
sehingga tercipta suasana nyaman dan aman.
f. Evidensi Fisik (physical evidence)
Kondisi lingkungan fisik juga sangat membantu kelancaran pemasaran
pariwisata, dimana suatu pelayanan interaksi dengan setiap komponen nyata
(42)
20
alamiah dan budaya daerah setempat misalnya pembangunan fasilitas
disesuaikan dengan menggunakan arsitektur Bali, penampilan brosur,
topografi dan lain-lain.
g. Proses management
Dalam proses management ini penting juga dilakukan penelitian mengenai
perilaku konsumen dalam membeli produk pariwisata, sehingga proses
pemasaran jadi lebih kompetitif. Kegiatan ini berupa kemudahan dalam
prosedur kontak bisnis yang dilakukan seluruh komponen manajemen dan
wisatawan sehingga dapat meyakinkan wisatawan untuk mau membeli
produk parwisata yang ditawarkan melalui kontak pskologis dan kontak
antar pribadi, misalnya mempermudah proses transaksi, menuliskan
kebijakan-kebijakan mengenai penanganan pelayanan, mengatasi
keluhan-keluhan wisatawan dan lain-lain.
2.2. Strategi Pemasaran Pariwisata
Pemasaran pariwisata baik yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat, pemerintah
daerah serta industri pariwisata harus dilaksanakan dengan strategi bauran
pemasaran (marketing mix). Strategi ini sangat diperlukan karena pariwisata
adalah industri yang sifatnya sangat komplek. Peralatan yang dapat dipergunakan
untuk pemasaran sangat banyak. Namun pariwisata juga sangat rentan terhadap
perubahan baik yang terjadi secara eksternal maupun yang terjadi secara internal.
Misalnya salah satu alat tidak sesuai dengan apa yang di promosikan maka
berakibat pada kedatangan wisatawan. Maka pemasaran harus dilaksanakan
(43)
21
Dikenal ada beberapa konsep pemasaran, yang dapat dipergunakan untuk menjual
produk pariwisata sebagai berikut:
1) Konsep produksi
Konsep ini menempatkan pertimbangan bahwa konsumen hanya mau
membeli barang yang bisa dibeli dengan harga murah dan mudah didapat.
Untuk pariwisata yang memenuhi dua kriteria ini adalah produk pariwisata
buatan atau kemasan baru dan untuk mass production. Taman rekreasi,
resort wisata buatan, souvenir buatan pabrik dan event olahraga dan
convention dapat menggunakan pendekatan produksi ini.
2) Konsep produk
Konsep produk ini menggunakan asumsi bahwa konsumen hanya akan
membeli barang yang memiliki keunikan, inovatif dan superioritas. Produk
pariwisata yang dapat dijual dengan pendekatan ini adalah pariwisata minat
khusus yang bertemakan budaya (heritage dan living culture), alam
(ekowisata, wisata pendidikan dan penelitian) dan souvenir kerajinan
tangan.
3) Konsep penjualan
Pemasaran yang bertujuan untuk menjual produk untuk mendapatkan laba
dari penjualan yang banyak volumenya dengan promosi yang agresif.
Produk pariwisata yang dapat dijual dengan pendekatan ini adalah bentuk
pariwisata profone misalnya taman rekreasi, souvenir produksi masal buatan
(44)
22
4) Konsep pemasaran
Suatu konsep yang diterpakan dengan mempertimbangkan bahwa
keuntungan akan dicapai melalui upaya memberikan kepuasan pada
konsumen yang terlebih dahulu melakukan pengidentifikasian kebutuhan
dan keinginan wisatawan. Seluruh produk wisata seharusnya menggunakan
pendekatan ini.
5) Konsep pelanggan
Konsep ini merupakan pengembangan dari konsep pemasaran, dimana
kepuasan konsumen harus diusahakan tercapainya kepuasan setiap
pelanggan secara individual. Seluruh produk wisata hendaknya
menggunakan konsep ini dalam pemasaran pariwisata.
6) Konsep ekologikal dan humanistik
Konsep yang mempertimbangkan adanya profit dicapai melalui kepuasan
konsumen dengan cara pengidentifikasian kebutuhan wisatawan dengan
pengintegrasian kegiatan pemasaran dengan mempertibangkan
kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Pemasaran yang demikian
ini diperankan oleh pemerintah untuk produk-produk pariwisata kawasan
yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah seperti halnya kawasan taman
nasional dan taman hutan raya.
2.3. Strategi Samudra Biru (Blue Ocean Strategy)
Strategi samudra biru (Blue Ocean Strategy) ditandai oleh ruang pasar yang
belum terjelajahi, penciptaan permintaan, dan peluang pertumbuhan yang sangat
(45)
23
Pada strategi samudra merah (Red Ocean Strategy) batasan-batasan dalam industri
telah didefinisikan dan telah diterima, dan aturan-aturan persaingan telah
diketahui (Kim, 2005). Perbandingan antara strategi samudra biru dengan merah
akan disajikan pada tabel 2.2 pada halaman selanjutnya.
Selanjutnya Kim dan Mauborgne (2005) menyatakan bahwa Blue ocean strategy
menantang perusahaan untuk keluar dari samudera merah persaingan berdarah
dengan cara menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya, sehingga kata
kompetisipun menjadi tak relevan. Dalam hal ini pemerintah Provinsi Lampung,
Kabupaten Pesisir Barat harus menciptakan ruang pasar baru atau sasaran
wisatawan tertentu yang dijadikan target utama yaitu wisatawan yang memiliki
keterkaitan dengan suku yaitu suku Lampung Sai Batin beserta potensi wisata
yang dimiliki, sehingga yang harusnya menjadi target sasaran adalah
negara-negara yang tertarik akan kekayaan budaya dan pariwisata seperti negara-negara-negara-negara
Eropa dan Asia.
2.4. Inovasi Nilai
Inovasi nilai merupakan batu pijak untuk samudra biru. Inovasi nilai Menurut
Kim dan Mauborgne (2005) diciptakan dalam wilayah dimana tindakan
perusahaan secara positif mempengaruhi struktur biaya dan tawaran bagi pembeli.
Penghematan biaya dilakukan dengan menghilangkan dan mengurangi
faktor-faktor yang menjadi titik persaingan dalam industri. Nilai pembeli ditingkatkan
dengan menambah dan menciptakan elemen–elemen yang belum ditawarkan industri. Biaya berkurang lebih jauh ketika ekonomi skala waktu bekerja setelah
(46)
24
memberikan penekanan setara pada nilai dan inovasi. Nilai tanpa inovasi
cenderung berfokus pada penciptaan nilai dalam skala besar, sesuatu yang
meningkatkan nilai tapi tidak memadai untuk membuat anda unggul secara
menonjol dipasar. Inovasi tanpa nilai cenderung bersifat mengandalkan teknologi,
pelopor pasar, atau futuristik, dan sering membidik sesuatu yang belum siap
diterima dan dikonsumsi oleh pembeli. Dalam inovasi nilai berfokus pada
menciptakan nilai baru untuk pengembangan sektor pariwisata. Berikut ini
merupakan tabel yang membedakan antara samudara biru (blue ocean) dengan
samudra merah (red ocean) menurut Kim & Mauborgane 2005.
Tabel 2.2. Perbedaan antara Strategi Samudra Merah dengan Samudra Biru
Samudra Merah Samudra Biru
Bersaing dalam ruang pasar yang sudah ada.
Menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya.
Memerangi kompetisi. Menjadikan kompetisi tidak relevan. Mengeksploitasi permintaan yang ada. Menciptakan dan menangkap permintaan
baru. Memilih antara nilai-biaya (value cost
trade-off)
Mendobrak pertukaran nilai-biaya Memadukan keseluruhan sistem kegiatan
perusahaan dengan pilihan strategis antara diferensiasi atau biaya rendah.
Memadukan keselurahan sistem kegiatan perusahaan dalam mengejar diferensiasi dan biaya rendah.
Sumber : (Kim & Mauborgne 2005)
2.5. Pentingnya Strategi
Ketika perusahaan mendapat tekanan untuk meningkatkan laba usahanya
sementara persaingan dalam kategori jasa yang sama semakin ketat, maka
disinilah pentingnya untuk menyusun dan membuat strategi baru. Perusahaan
harus mampu memenuhi keinginan konsumen pasar sasarannya untuk membeli
produk/jasanya sebagai usaha meningkatkan labanya. Untuk itu, pemasaran
sebagai salah satu ujung tombak penentu keberhasilan bisnis harus melengkapi
(47)
25
Pentingnya strategi juga merupakan sebuah rencana yang meungkinkan
perusahaan mengoptimalkan penggunaan sumber dayanya untuk mencapai tujuan
pemasaran dan perusahaan. Kegiatan yang termasuk di dalamnya antara lain:
proses pengambilan keputusan-keputusan tentang biaya pemasaran, bauran
pemasaran, alokasi pemasaran dalam hubungan dengan keadaan lingkungan yang
diharapkan dan kondisi persaingan (Andayani 2014)
2.6. Definisi Pariwisata
Menurut Spilane (1987), pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat
lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai sebagai
usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan
hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu. Di tambah pula bahwa
pariwisata terbagi atas beberapa jenis, yaitu:
1.) Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism) 2.) Pariwisata untuk berekreasi (recreation tourism)
3.) Pariwisata untuk budaya (culture tourism) 4.) Pariwisata untuk olahraga (sport tourism)
5.) Pariwisata untuk usaha dagang (business tourism) 6.) Pariwisata untuk berkonvensi (conventional tourism)
Menurut Joyosuharto (1995), pengembangan pariwisata memiliki tiga fungsi
yaitu:
a.) Menggalakan ekonomi
b.) Memlihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup
c.) Memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa
Sejalan dengan Pendit (1990), pariwisata mampu menghasilkan pertumbuhan
ekonomi, karena dapat menyediakan lapangan kerja, menstimulasi berbagai sektor
produksi, serta memberikan kontribusi secara langsung bagi kemajuan-kemajuan
(48)
26
serta mendorong pelaksanaan program kebersihan dan kesehatan, proyek sarana
budaya, pelestarian lingkungan hidup dan sebagainya yang dapat memberikan
keuntungan dan kesenangan baik kepada masyarakat setempat maupun wisatawan
dari luar.
Pariwisata telah memberikan devisa yang cukup besar bagi berbagai negara.
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508
pulau atau disebut juga sebagai nusantara atau negara maritim, telah menyadari
pentingnya sektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia dikarenakan
pertumbuhan pariwisata Indonesia selalu di atas pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sejak tahun 1978, pemerintah terus berusaha untuk mengembangkan
kepariwisataan. Hal ini dituangkan dalam TAP MPR No. IV/MPR/1978, yaitu
bahwa pariwisata perlu ditingkatkan dan diperluas untuk meningkatkan
penerimaan devisa, memperluas lapangan kerja dan memperkenalkan kebudayaan.
Pembinaan serta pengembangan pariwisata dilakukan dengan tetap
memperhatikan terpeliharanya kebudayaan dan kepribadian nasional. Untuk itu
perlu diambil langkah-langkah dan pengaturan-pengaturan yang lebih terarah
berdasarkan kebijaksanaan yang terpadu, antara lain bidang promosi, penyediaan
fasilitas serta mutu dan kelancaran pelayanan.
Pengembangan pariwisata yang telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun
swasta telah meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan dari suatu daerah ke
daerah lain. Kunjungan wisatawan akan merangsang interaksi sosial dengan
(49)
27
sekitarnya sesuai dengan kemampuan mereka dalam beradaptasi baik di bidang
perekonomian, kemasyarakatan maupun kebudayaan mereka.
2.7. Penelitian Terdahulu Tabel 2.3. Penelitian Terdahulu
NO NAMA ISI PENELITIAN
1. Hastuti (2005) Dalam penelitianya yang berjudul Analisis Potensi Wisata Alam di Daerah Pesisir Selatan Kabupaten Gunung Kidul, memiliki tujuan potensi wisata daerah pantai dan faktor pembeda kunjungan wisatawan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dan analisis data sekunder dengan observasi dan didapat hasil: a. Daerah penelitian mempunyai tiga potensi
yaitu tinggi, sedang dan rendah.
b. Faktor yang berpengaruh terhadap perbedaan kunjungan wisata adalah industri pariwisata dan sarana pengunjung.
2. Hamsani dan Valeriani (2014) Melakukan analisis mengenai Blue Ocean Strategy dalam mengembangkan pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif kualitatif dan didapat hasil bahwa: Objek penelitian ada di 4 lokasi yaitu kota PangkalPinang, Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung, dan Kabupaten Belitung Timur. Dalam menghilangkan (elimate), mengurangi (reduce), menambahkan (raise) dan menciptakan (create) faktor-faktor pariwisata, Dinas Budaya dan Pariwisata belum sepenuhnya memperhatikan non-potensi dan potensi faktor-faktor pariwisata yang dimiliki.
3. Muzha (2015) Dalam penelitianya yang berjudul Manajemen Strategi Pengembangan Pariwisata dengan Pendekatan Blue Ocean Strategy di daerah Kota Batu Kabupaten Malang, memiliki tujuan wisata alam pegunungan, wisata taman rekreasi akomodasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan dengan menggunakan metode kualitatif. Dan didapat hasil: Kota Batu merupakan aset wisata utam di Jawa Timur yang berskala nasional sampai internasional. Kota Batu memiliki potensi pariwisata yang besar, baik wisata alam, buatan, maupun budaya.
(50)
28
2.8. Kerangka Berpikir
Sektor pariwisata yang ada di Provinsi Lampung Kabupaten Pesisir Barat harus
dikembangkan karena mempunyai keunggulan kompetitif serta peluang pasar
yang masih terbuka lebar, dikarenakan Kabupaten Pesisir Barat memiliki banyak
peluang dan potensi yang bisa dikembangkan, Kabupaten Pesisir Barat adalah
salah satu ikon pariwisata kebanggaan Provinsi Lampung yang mampu menyaingi
pariwisata-pariwisata yang ada di pulau Jawa dan Bali, namun untuk bisa
mengembangkan dan menjadikan wisata terbaik, maka Kabupaten Pesisir Barat
harus mampu merumuskan strategi pemasaran yang tepat agar dapat mencapai
tujuan yang di inginkan.
Untuk bisa menetapkan strategi pemasaan yang tepat yang nantinya akan
direkomendasikan pada Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Barat dan para
pelaku wisata, maka dalam penelitian ini peneliti akan menganalisis beberapa
tahapan. Tahapan pertama, yakni menganalisis perkembangan sektor pariwisata
yang ada di Kabupaten Pesisir Barat berdasarkan hasil studi literatur dan
wawancara dengan beberapa responden. Tahap kedua, yakni dengan menganalisis
bauran pemasaran pariwisata yang ada di Kabupaten Pesisir Barat dan mencari
informasi kepada responden melalui langkah kerja (indeks ide strategi samudra
biru) untuk menentukan apakah blue ocean strategy mampu diterapkan di
Kabupaten Pesisir Barat atau tidak. Pada tahap selanjutnya maka akan
menghasilkan kerangka kerja empat langkah sebagai penentu strategi samudra
biru atau blue ocean strategy. Hasil analisis tersebut akan dikomparasikan dengan
hasil wawancara dengan beberapa responden, dimana hasil analisisnya ini akan
(51)
29
Berdasarkan latar belakang penelitian dan teori yang telah dikemukakan
sebelumnya, kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Sektor Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat
Analisis Perkembangan Pariwisata Kabupaten Pesisir Barat
Analisis Bauran Pemasaran Pariwisata di Kabupaten Pesisir
Barat
Langkah Kerja (indeks ide strategi samudra biru)
Kerangka Kerja Empat Langkah
Blue Ocean Strategy (strategi samudra biru)
Mengeksekusi Blue Ocean Strategy (strategi samudra biru)
Fokus
Divergensi/Bergerak
(52)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Tipe yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tipe penelitian deksriptif
dengan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2005)
mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang di amati. Strauss dan Corbin (2003) menyatakan bahwa
penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang
temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan
lainnya.
Metode deskriptif adalah mempelajari tentang masalah dalam masyarakat serta
tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi tertentu, termasuk tentang
hubungan, kegiatan, sikap, pandangan serta proses yang sedang berlangsung dan
pengaruh dari suatu fenomena atau peristiwa. Metode kualitatif dapat digunakan
untuk mengungkap dan memahami sesuatu dibalik fenomena yang sedikitpun
belum diketahui ataupun mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit
(53)
31
Lebih lanjut Sugiyono (2008) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
(sebagai lawanya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, pengambilan sampel sumber datadilakukan secara purposive dan snowball,
teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisa data bersifat
kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna generalisasi.
Dengan demikian penelitian deskriptif kualitatif adalah jenis penelitian yang
menggambarkan secara terperinci dari kejadian-kejadian atau peristiwa yang
berdasarkan fakta dan data yang terjadi pada saat melakukan penelitian. Penelitian
ini menggunakan kualitatif yaitu hanya mendeskripsikan atau mengkonstruksikan
wawancara-wawancara mendalam terhadap subjek penelitian sehingga dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai strategi yang ada di sektor pariwisata
Kabupaten Pesisir Barat.
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian, terutama
sekali dalam menangkap fenomena atau penelitian yang sebenarnya terjadi dari
objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat.
Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja. Dalam penentuan lokasi
penelitian (Moloeng dalam Perdamen, 2012) menyatakan cara yang terbaik
ditempuh dengan jalan mempertimbangkan langkah teori subtantif dan menjejaki
lapangan untuk mencari keksesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan,
semacam keterlibatan geografis dan praktis seperti waktu, biaya dan tenaga perlu
(54)
32
yang mendasari peneliti untuk menentukan lokasi penelitian dengan cara sengaja
(purposive).
Penelitian ini dilaksanakan pada beberapa sektor pariwisata yang terletak di
Kabupaten Pesisir Barat. Kabupaten Pesisir Barat terdiri dari 11 kecamatan yang
memiliki lokasi wisata, yaitu:
1. Bengkunat Belimbing 2. Bengkunat
3. Ngambur 4. Pesisir selatan 5. Krui selatan 6. Pesisir tengah 7. Way krui
8. Karya penggawa 9. Pesisir utara 10. Lemong 11. Pulau pisang
Dari 11 kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir Barat, penelitian ini dilakukan
di 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Pesisir Selatan, Kecamatan Krui Selatan,
Kecamatan Pesisir Tengah, Kecamatan Karya Panggawa, dan Kecamatan
Ngambur serta observasi dilakukan di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Pesisir Barat dengan mengamati proses yang terjadi didalamnya.
Tabel 3.1 Lokasi Wisata dari 5 Kecamatan
No Kecamatan Lokasi Wisata
1. Pesisir Selatan 1. Pantai Tanjung Setia 2. Pantai Biha
2. Krui Selatan 1. Muara Way Ilahan 2. Pantai Mandiri
3. Pesisir Tengah 1. Pantai Labuhan Jukung 2. Repong Damar
4. Karya Panggawa 1. Goa Matu
5 Ngambur 1. Penangkaran Penyu
(55)
33
Pemilihan kelima kecamatan tersebut di pilih secara sengaja (Purposive) dengan
pertimbangan bahwa di kecamatan tersebut merupakan kawasan sektor pariwisata
yang sangat potensial untuk dikembangkan. Kecamatan Pesisir Selatan,
Kecamatan Krui Selatan, Kecamatan Pesisir Tengah, Kecamatan Karya
Panggawa, dan Kecamatan Ngambur yang paling banyak dikunjungi tiap tahunya
karena cenderung memiliki karakteristik gelombang yang tinggi dan panjang
menjadikan daerah tersebut sebagai surga bagi para kaum peselancar. Selain itu
juga menawarkan lingkungan sekitar yang masih alami dan beberapa keindahan
alam yang menakjubkan. Pasir putihnya halus dan terhampar di sepanjang pesisir
pantai. Matahari terbenam yang sangat indah menawarkan atraksi menarik
disamping gelombang menantang. Disamping itu di kelima kecamatan dan Dinas
Pariwsata dan Kebudayaan Kabupaten Pesisir Barat tersebut dengan potensi
pariwisata yang diberikan maka diperoleh informasi beragam terkait strategi
pemasaran pariwisata yang ada di Kabupaten Pesisir Barat.
3.3. Fokus Penelitian
Fokus penelitian bermanfaat bagi suatu pembatasan mengenai objek kajian yang
diangkat. Manfaat lainnya adalah agar peneliti tidak terjebak pada banyaknya data
yang diperoleh dilapangan. Penentuan fokus lebih diarahkan pada tingkat
kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi perekonomian dan sosial.
Fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif sekaligus
membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan mana yang tidak
relevan (Moleong, 2005). Pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih didasarkan
pada tingkat kepentingan, urgensi dan feasebilitas masalah yang akan dipecahkan.
(56)
34
pariwisata di kawasan Kabupaten Pesisir Barat yaitu di Dinas Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Kabupaten Pesisir Barat.
3.4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dan objek penelitian diperoleh dari informan. Informan adalah orang yang
diharapkan dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
belakang. Penentuan informan dilakukan secara sengaja (purposive sampling)
berdasarkan tingkat kepentingan, pengetahuan, pemahaman serta pengalaman
mengenai strategi pengembangan terkait dengan pemasaran pariwisata di
Kabupaten Pesisir Barat. Subjek penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah pihak-pihak terkait mengenai pengembangan pariwisata di Kabupaten
Pesisir Barat yaitu pengelola pariwisata setempat dan Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Pesisir Barat.
Menurut Satori dalam Kaelan (2012) dalam proses penelitian kualitatif, penentuan
sampel lebih tepat tidak didasarkan pada teknik probability sampling atau
penarikan sampel peluang. Penelitian kualitatif juga tidak menggunakan istilah
populasi, tetapi oleh Spradley (Sugiyono, 2013) dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors),
dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial itu dapat
dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi di
dalamnya. Dapat diketahui bahwa objek dalam penelitian ini adalah strategi
(57)
35
3.5. Sumber dan Jenis Data 3.5.1. Penentuan Informan
Arikunto (2006) menyatakan bahwa sumber data adalah subjek dari mana data
dapat diperoleh dan untuk memudahkan peneliti dalam mengidentifikasi sumber
data, peneliti hendaknya menggunakan rumus 3P, yaitu:
a. Person (orang): tempat peneliti bertanya mengenai variabel yang diteliti. b. Paper (kertas): tempat peneliti membaca dan mempelajari segala sesuatu
yang berhubungan dengan penelitian, seperti arsip, angka, gambar, dokumen-dokumen, simbol-simbol dan lain sebagainya.
c. Place (tempat): tempat berlangsungnya suatu kegiatan yang berhubungan dengan penelitian.
Menurut Lofland dalam Moleong (2005) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan yang didapat dari informan melalui
wawancara, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Untuk mendapatkan data dan informasi maka informan dalam penelitian ini
ditentukan secara purposive atau sengaja dimana informan telah ditetapkan
sebelumnya. Informan merupakan orang-orang yang terlibat atau mengalami
proses pelaksanaan dan perumusan program di lokasi penelitian. Informan yang
baik harus memenuhi beberapa kriteria informan, yaitu:
1) Masyarakat yang berdomisili di Kecamatan Pesisir Selatan, Kecamatan Krui Selatan, dan Kecamatan Pesisir Tengah.
2) Berusia antara 25–60 tahun dan tidak pikun sehingga mampu memberikan informasi data yang representatif.
3) Tidak cacat wicara. 4) Bisa diajak komunikasi. 5) Bersedia menjadi informan.
(58)
36
Tabel 3.2 Narasumber/Informan Ahli
No Kelompok
Narasumber/Informan Ahli
Jumlah (orang) 1. Dinas Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Kabupaten Pesisir Barat
2
2. Pelaku Pariwisata (Pengelola Pariwisata)
2
Total Responden 4
3.5.2. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berasal dari dua sumber, yaitu :
a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan baik melalui
observasi maupun melalui wawancara dengan pihak yang terkait mengenai
pengembangan pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat. Metode pengambilan
data primer dilakukan dengan cara wawancara langsung terhadap pihak yang
terkait mengenai pengembangan pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat yaitu
pengelola pariwisata setempat, dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Pesisir Barat.
b. Data sekunder adalah berupa dokumen-dokumen atau literatur-literatur dari
BPS, internet, surat kabar dan jurnal. Pengumpulan data sekunder dilakukan
dengan mengambil atau menggunakannya sebagian/seluruhnya dari
sekumpulan data yang telah dicatat atau dilaporkan.
3.6. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini data di kumpulkan dengan menggunakan interview guide
(pedoman wawancara) atau daftar pertanyaan berisi pertanyaan-pertanyaan yang
digunakan dalam interview (wawancara) dan di rekam dengan alat perekam
(59)
37
sehingga memudahkan untuk mengelompokkan data. Kamera digital digunakan
untuk mengambil gambar yang terkait dengan aktivitas pengunjung, aktivitas
pengelola pariwisata setempat, dan aktivitas masyarakat setempat yang berada di
sekeliling wisata serta panorama yang disajikan.
3.7. Proses dan Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2014) proses pengumpulan data yang akan dilakukan dalam
penelitian ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
a. Proses memasuki lokasi penelitian
Sebelum memasuki lokasi penelitian untuk memperoleh berbagai data, maka
pada tahap ini terlebih dahulu peneliti memperkenalkan diri dan meminta izin
kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pesisir Barat dan
pengelola wisata setempat dengan membawa surat izin formal penelitian dari
Pembantu Dekan 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung. Setelah itu peneliti mengutarakan maksud dan tujuan penelitian
untuk menciptakan kepercayaan kepada masing-masing pihak, kemudian
menentukan waktu dalam hal wawancara.
b. Ketika berada dilokasi penelitian (getting along)
Dalam hal ini peneliti berusaha melakukan hubungan secara pribadi yang
akrab dengan subjek penelitian, mencari informasi dan berbagai sumber data
yang lengkap serta berusaha menangkap makna dari berbagai informasi yang
diterima serta fenomena yang diamati. Oleh karena itu, peneliti berusaha
sebijak mungkin sehingga tidak menyinggung informan baik secara formal
(60)
38
c. Pengumpulan data (logging data)
Pada tahap ini, peneliti melakukan proses pengumpulan data yang telah
ditetapkan berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Observasi yang bertujuan untuk mengamati obyek penelitian, sehingga
memahami kondisi yang sebenarnya. Pengamatan bersifat non
partisipatif, yaitu peneliti berada di luar sistem yang diamati.
2) Wawancara mendalam (indepht interview) yang dilakukan kepada Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan dan para pengelola wisata setempat serta
para pengunjung dengan cara melakukan tanya jawab atau percakapan
langsung dengan seluruh sumber data yang ada berdasarkan daftar
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti sebagai panduan sumber data.
3) Dokumentasi yang merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu dan
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang
(Sugiyono, 2005). Dokumen berguna karena dapat memberikan latar
belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian yang dapat
dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek data dan merupakan bahan
utama dalam penelitian.
3.8. Konsep Blue Ocean Strategy
Menurut Kim dan Mauborgne (2005) strategi ini menantang perusahaan untuk
keluar dari persaingan dengan cara menciptakan ruang pasar yang belum ada
pesaingnya, dengan kompetisi pun tidak menjadi relevan. Strategi samudra biru
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan temuan dilapangan dan hasil pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Pesisir Barat belum sepenuhnya menerapkan Blue Ocean Strategy (strategi samudra biru) dalam mengembangkan pariwisata.
2. Dinas pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Pesisir Barat memiliki potensi yang besar untuk menerapkan Blue Ocean Strategy, sehingga Blue Ocean Strategy dapat diterapkan di sektor pariwisata Kabupaten Pesisir Barat untuk mengembangkan pariwisatanya, karena Pesisir Barat memiliki potensi wisata yang luar biasa dan mendukung.
3. Untuk menerapkan Blue Ocean Strategy (strategi samudra biru) belum sepenuhnya didukung oleh semua pelaku bisnis pariwisata yang ada di Kabupaten Pesisir Barat.
4. Dalam menghilangkan (elimate), mengurangi (reduce), menambahkan (raise), dan menciptakan (create) faktor-faktor pariwisata, Dinas Pariwisata
(2)
102
dan Ekonomi Kreatif belum sepenuhnya memperhatikan potensi dan non potensi faktor-faktor pariwisata yang dimiliki.
5. Dari hasil perumusan Blue Ocean Strategy yang telah diperoleh, ada beberapa faktor yang menjadi faktor penting sebagai alternatif strategi untuk mengembangkan sektor pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat, yaitu faktor yang perlu dihapuskan adalah ketatnya identitas pelanggan, prosedur pemesanan, biaya keamanan, kebersihan, dan pungutan liar. Faktor yang perlu dikurangi adalah pajak restoran, promosi yang kurang tepat, harga makanan dan minuman terlalu tinggi, dan kurangi intensitas wisata bahari/alam dan pariwisata rekreasi. Faktor yang perlu ditingkat adalah fasilitas dan pelayanan (penginapan, rumah makan/restoran, tempat wisata), akses menuju ke setiap destinasi yang ada di Pesisir Barat, pelestarian kebudayaan asli, ketersediaan listrik, pelayanan transportasi udara dan laut, dan promosi melalui iklan dan marchendise. Faktor yang perlu dicipatakan di pariwisata Pesisir Barat adalah pariwisata budaya, pariwisata olahraga, pariwisata ziarah, pariwisata bisnis, kerjasama dengan travel agency dan bandara, transportasi umum/wisata di Pesisir Barat, dan yang terpenting dan harus difokuskan adalah menciptakan wisata kuliner olahan ikan Blue Marlin dan Wisata Bisnis pada hutan damar yang dimana ikan Blue Marlin dan pohon damar tersebut adalah ikon dan hanya dimiliki oleh Kabupaten Pesisir Barat saja.
(3)
103
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, terdapat beberapa saran dan pertimbangan yang disajikan berdasarkan penelitian ini antara lain:
a. Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Pelaku Bisnis
1) Perlu adanya kesungguhan dari seluruh pihak khususnya Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan para pelaku bisnis (rumah makan/restoran, galeri kerajinan, penginapan, pusat oleh-oleh, travel agent, pengelola pantai) untuk menerapkan Blue Ocean Strategy dalam mengembangkan pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat, dan menetapkan harga makanan dan minuman yang terjangkau sehingga tidak meninggalkan kesan mahal bagi pengunjung pariwisata di Kabupaten Pesisir Barat
2) Diperlukan inovasi dan kreativitas dalam mengembangkan pariwisata sehingga mampu menampilkan keunikan dan kekhasan yang dimiliki oleh Kabupaten Pesisir Barat yang mampu menarik wisatawan untuk berkunjung ke pariwisata Kabupaten Pesisir Barat.
3) Perlu kajian ekonomi, sosial, dan budaya yang mendalam dalam menerapkan Blue Ocean Strategy.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya hendaknya melakukan penelitian yang lebih mendalam, komprehensif, dan cakupan objek yang lebih luas agar penelitian mengenai Blue Ocean Strategy lebih akurat dan lebih mengetahui keadaan persaingan, sehingga pengabdian keilmuan yang dilakukan akan lebih memiliki pengaruh yang lebih besar.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, Ni Luh Henny. 2014. Manajemen Pemasaran Pariwisata. Yogyakarta: Penebit Graha Ilmu.
Amstrong, Gary dan Kotler, Philip. 2009. Prinsip-prinsip pemasaran, cetakan pertama. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi revisi IV. Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta.
Assauri, Sofyan. 1987. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Penerbit Rajawali Pers Benyamin dan Roland Alexander. 2014. Strategi Pengembangan Kawasan Wisata
Kepulauan Banda. Jurnal Fakultas Ekonomi Unversitas Udayana Budhi. 2015. Pesisir Barat dan Gunung Anak Krakatau Unggulan Pariwisata Lampung. http://www.lampungprov.go.id/berita-878-pesisir-barat-dan-gunung-anak-krakatau-unggulan-pariwisata-lampung
(Di akses tanggal 11 September 2015)
Correy, Dolan. 1991. Strategic Marketing Management. Boston Massachusetts. Harvard Business School Publication.
Cravens, David W. 1996. Pemasaran Strategis, Jilid 1 Edisi Keempat, Terjemahan Lina Salim, M. B. A. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Fandeli, CH. 1995. Pengertian dan Kerangka Dasar Kepariwisataan Alam, Editor: Ch, Fandeli. Yogyakarta. Liberty.
Gronroos, C. 1983, Strategic Management and Marketing in The Service Sector, Boston, Ma; Marketing Science Institute.
Hayes, R., dan S. Wheelwright. 1979a. Link Manufacturing Process and Product Life Cycles, Harvard Business Review, January-February.
Hastuti, Retno. 2009. Analisis Potensi Wisata Alam di Daerah Pesisir Selatan Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Ekonomi Pembangunan.
(5)
Hamsani dan Valeriani. 2014. Blue Ocean Strategy Pengembangan Pariwisata di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Bangka Belitung.
Ikhwan, Qudratul. 2014. Sejarah Kabupaten Pesisir Barat. 2014. http://www.pesisirbaratkab.go.id/?page_id=66 (Di akses tanggal 01 Oktober 2015).
Iwisata. 2015. Pariwisata Indonesia. 2015. iwisata:
http://www.iwisataindonesia.com/78/pariwisata-indonesia.html (Di akses tanggal 11 September 2015).
Jain, SC. 1990. Marketing Planing and Strategy. Forth Edition, Cicinnati. South Western Publishing Company.
Jogiyanto. 2009. Metode Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan Pengalaman. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE.
Joyosuharto, S. 2000. Aspek Ketersediaan dan Tuntutan Kebutuhan Dalam Pariwisata, Dalam Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam, Editor: Ch. Fandeli. Yogyakarta. Liberty.
Kartajaya, Hermawan. 2007. Boosting loyalty marketing Performance : Menggunakan Teknik Penjualan, Customer Relationship Management, dan Servis untuk Mendongkrak Laba. Bandung: Penerbit Mizan Pustaka.
Kim, Chan. W dan Mauborgne, Renee. 2005. Blue Ocean Strategy, Terjemahan Satrio Wahono. Jakarta: Penerbit PT. Serambi Ilmu Semesta.
Kotler,Philip dan Keller Kevin Lane. 2009. Manajemen pemasaran, Jilid 2 Edisi Ketiga Belas, Terjemahan Bob Sabran, MM. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Lampung. Bandar Lampung: Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pesisir Barat, 2015.
Mazhaly. 2014. Penerapan Blue Ocean Strategy di PT.X Dalam menghadapi persaingan penjualan Automatic Tank Gauging Di Indonesia. Jurnal Magister Teknik Industri Universitas Trisakti.
(6)
Marpaung, Fernando. 2014. Pusat Studi Pariwisata. 2014. http://puspar.ugm.ac.id/webpuspar/?p=916 (Di akses Tanggal 01 Oktober 2015)
Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya : Bandung.
Monacool. 2012. Sejarah Pariwisata di Indonesia. 2012.
http://forum.republika.co.id/forum/gaya-hidup/jalan-jalan/22370-sejarah-pariwisata-di-indonesia
(Di akses tanggal 11 September 2015)
Siagian, Sondang P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Soebagyo. 2012. Strategi Pengembangan Pariwisata Di Indonesia. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta
Spilane, JJ. 1987. Pariwisata Indonesia, Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Tjiptono, Fandy dan Chandra Gregorius. 2012. Pemasaran Strategik, Edisi Kedua. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset