DAMPAK DAN SASARAN BANTUAN BENIH PADI UNTUK KELOMPOK TANI DI KECAMATAN PURBOLINGGO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(1)

DAMPAK DAN SASARAN BANTUAN BENIH PADI UNTUK KELOMPOK TANI DI KECAMATAN PURBOLINGGO KABUPATEN

LAMPUNG TIMUR

Oleh

RYEN MUTIARA SYARLI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

DAMPAK DAN SASARAN BANTUAN BENIH PADI UNTUK KELOMPOK TANI DI KECAMATAN PURBOLINGGO KABUPATEN

LAMPUNG TIMUR

Oleh

RYEN MUTIARA SYARLI

Kemajuan perekonomian di Kabupaten Lampung Timur terus berjalan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2007 – 2012 rata-rata mencapai 5,82 %. dan tingkat pendapatan perkapita pada tahun 2012 sebesar Rp. 3.625.000 Kemajuan perekonomian ini didukung oleh kontribusi sektor ekonomi non pertanian, seperti jasa, perdagangan dan industri pengolahan. Sedangkan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB di kabupaten ini terus menurun selama 5 (lima) tahun terakhir rata-rata hanya 46,8 % dan hampir 78,6 % penduduk di Kabupaten Lampung Timur bekerja dan mata pencahariannya disektor ini. Sedangkan ketergantungan masyarakat terhadap produksi hasil pertanian masih cukup tinggi, yang ditunjukkan oleh permintaan dan pola konsumsi dan 70 % dari pendapatan digunakan untuk pengeluaran kebutuhan pangan.

Dengan semakin melemahnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB, maka pemerintah menganggap pembangunan sektor ini tetap menjadi skala prioritas untuk dibangun dan di kembangkan. Petani padi sebagai produsen, dalam proses produksi sangat tergantung pada beberapa hal, seperti harga-harga faktor produksi, tingginya harga pupuk, pembagian air irigasi yang berdasarkan waktu, pola tanam yang tergantung musim.Sedangkan penjualan hasil produksi selain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, nilai tukar pertaniannya sangat rendah, yang disebabkan adanya harga jual gabah yang diatur dalam kebijakan harga terendah dan harga tertinggi.

Keadaan diatas menyebabkan posisi petani sebagai produsen padi sangat lemah dan menyebabkan tingkat kesejahteraan petani menjadi sangat rendah. Menyadari keadaan ini pemerintah mengeluarkan Program khusus yang disebut dengan Program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) untuk petani.

Permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini adalah apakah perencanaan dan pelaksanaan program Bantuan Langsung Benih Unggul di Desa Fajar Asri Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur cukup efektif jika dilihat


(3)

Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

Berdasarkan hasil perhitungan dan data yang didapatkan di lapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan Program Bantuan Benih Padi di Kecamatan Purbolinggo, secara keseluruhan ditinjau dari segi ketepatan sasaran, ketepatan jumlah, ketepatan waktu, dan ketepatan bentuk telah berjalan dengan efektif, dengan persentase pencapaian sebesar 73,61%.

Untuk lebih meningkatkan efektifitas pelaksanaan Program bantuan benih padi, pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian diharapkan selalu memonitoring dan mengevaluasi pelaksanaan program ini.


(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………...……..……… 1

B. Permasalahan ...………..……….. 13

C. Tujuan Penulisan ...………..……….…... 14

D. Kerangka Pemikiran ... 14

E. Sistem Penulisan ... 16

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Fungsi dan Peranan pemerintah...………... 17

B. Pengeluaran Pemerintah ... 18

C. Teori Efektivitas ... 22

D. Ketahanan Pangan ... 24

E. Bantuan langsung benih unggul ... 24

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data……...………... 28

B. Teknik Pengumpulan Data …...……….... 29

C. Teknik Penarikan Sampel...………..………….... 30


(7)

E. Teknik Analisis Data ... 35 F. Sejarah Singkat Kecamatan Purbolinggo... 36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sifat dan Keadaan Responden ...…..……….. 39 B. Hasil Pengujian/Perhitungan ...…..…..………... 40 C. Analisis Berdasarkan Hasil Jawaban Responden ....……… 42 D. Tanggapan Responden Tentang Sosialisasi Program BLBU

terhadap Petani Penerima BLBU ...…... 50 E. Implikasi dan Pembahasan.. ... 53 F. Identifikasi Hambatan Dalam Pelaksanaan Program BLBU…….... 55 V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ...………..………. 57 B. Saran…...………..………... 58 DAFTAR PUSTAKA


(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi pada dasarnya adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah yang melibatkan masyarakat sebagai steakholder serta pihak swasta, secara bersama-sama untuk mencapai kemajuan ekonomi yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Sebagai indikator dari kemajuan ekonomi adalah, terciptanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, meningkatnya pendapatan per kapita, ketersediaanya kebutuhan dasar hidup masyarakat dan berkembangnya sektor- sektor ekonomi di masyarakat. Pembangunan ekonomi di Indonesia sejak orde baru, penataan pembangunan ekonomi dimulai dengan konsep perencanaan pembangunan yang tersusun secara baik dan terukur dengan konsep Pembangunan Lima tahunan yang dibuat dalam Repelita untuk jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Konsep perencanaan ini dikenal dengan Trilogi Pembangunan sesuai dengan yang diamanatkan Pancasila dan UUD 1945, dengan beberapa peran dan fungsinya yang dapat dirumuskan dalam trilogi pembangunan, yaitu : 1. Tujuan alokasi

2. Tujuan distribusi 3. Tujuan stabilisasi


(9)

Tujuan alokasi atau alokasi sumber-sumber daya ekonomi adalah usaha untuk memanfaatkan segala barang dan jasa dalam masyarakat sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sehingga terhindar dari segala pemborosan termasuk pengangguran.

Tujuan distribusi adalah usaha pemerintah untuk mengurangi perbedaan penghasilan dan kekayaan diberbagai golongan dan daerah dalam masyarakat dengan menggunakan instrumen fiskal seperti pajak progresif, perluasan kesempatan kerja, dan pemerataan pembangunan.

Tujuan pokok stabilisasi adalah mengurangi atau menghilangkan fluktuasi kehidupan ekonomi akibat depresi, inflasi, defisit neraca pembayaran dan tingkat pengangguran yang tinggi.

Sejalan dengan pembangunan ekonomi di Kabupaten Lampung Timur, sejak tahun 2005 – 2013 rata-rata pertumbuhan ekonominya sebesar 5,82 % merupakan pertumbuhan ekonomi yang relative tinggi dibawah pertumbuhan ekonomi kabupaten Induk yaitu Kabupaten Lampung Tengah rata-rata 6,31 %.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Kabupaten Lampung Timur ini, selain telah memacu perkembangan sektor-sektor ekonominya, juga berdampak pada sektor pertanian. Konsekuensi pembanguan ekonomi pada sektor pertanian selama tahun 2005 hingga tahun 2013 kontribusinya pada Produkk Domestik Regional Bruto (PDRB) terus menurun. Penurunan ini disebabkan adanya transformasi sektor ekonomi, atau lebih sering dikenal dengan peranan sektor pertanian dalam membentuk PDRB telah digantikan oleh sektor ekonomi lainnya.

Sudah menjadi suatu kewajaran dalam pembangunan ekonomi peranan sektor pertanian semakin melemah perannya dalam meningkatkan pertumbuhan


(10)

ekonomi, dan peran sektor industri pengolahan, perdagangan, jasa dan keuangan semakin penting.

Dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan per kapita dan naiknya daya beli masyarakat mendorong naiknya permintaan masyarakat akan barang-barang yang dihasilkan dari sektor pertanian. Di sisi lainnya dengan semakin rendahnya produktivitas output sektor pertanian, secara teori akan menyebabkan terjadinya excess demand.

Pada posisi lainnya petani yang berperan sebagai produsen,khususnya petani padi dihadapkan pada kebijakan pemerintah yang menetapkan kebijakan pembelian gabah dengan adanya harga dasar terendah dan batas harga dasar tertinggi, kebijakan ini menimbulkan posisi petani produsen di pasar menjadi sangat lemah, sebab petani bukan sebagai penentu harga jual gabah akan tetapi sebagai price taker.

Dengan keadaan diatas peran sektor pertanian patut jadi perhatian serius pemerintah karena penduduk Indonesia merupakan penduduk dengan jumlah terbesar ketiga setelah negara India dan China. Penduduk Indonesia sebagian besar tinggal di pedesaan hampir mencapai 83% yang tinggal di pedesaan memiliki mata pencaharian disektor pertanian.

Saat ini dunia pertanian di Indonesia menghadapi tantangan besar. Sebagai penunjang kehidupan berjuta-juta masyarakat Indonesia, sektor pertanian memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kukuh dan pesat. Sektor ini juga perlu menjadi salah satu komponen utama dalam program dan strategi pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Di masa lampau, pertanian Indonesia telah mencapai hasil yang baik dan memberikan kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi


(11)

Indonesia, termasuk menciptakan lapangan pekerjaan dan pengurangan kemiskinan secara drastis. Hal ini dicapai dengan memusatkan perhatian pada bahan-bahan pokok seperti beras, jagung, gula, dan kacang kedelai, akan tetapi dengan adanya penurunan tajam dalam hasil produktifitas panen dari hampir seluruh jenis bahan pokok, ditambah mayoritas petani yang bekerja di sawah kurang dari setengah hektar, aktifitas pertanian kehilangan potensi untuk menciptakan tambahan lapangan pekerjaan dan peningkatan penghasilan.

Dari sisi anggaran dukungan pemerintah terhadap penyediaan benih bersubsidi bagi petani bisa dikatakan terabaikan. Alasan itu pula lah yang menyebabkan besarnya anggaran untuk subsidi benih terbilang yang paling kecil. Tabel 1 menunjukan subsidi pemerintah dan masing-masing alokasi anggaran tiap subsidi (dalam milyar rupiah) pada APBN tahun 2012.

Tabel 1. Alokasi Anggaran Untuk Berbagai Jenis Subsidi di Indonesia (dalam milyar rupiah) pada APBN 2012

NO Subsidi APBN Persentase (%)

1. BBM 45.807,40 46,80

2. Listrik 29.783,30 30,43

3. Pangan 6.603,00 6,74

4. Pupuk 7.519,10 7,68

5. Benih 725 0,74

6. PSO 1.688,40 1,72

7. Kredit Program 2.148,40 2,19 8. Subsidi Minyak Goreng 600 0,61 9. Subisdi Pajak 3.000,00 3,07

Jumlah 97.874,60 100

Sumber: Departemen Keuangan Republik Indonesaia 2013

Dari data tersebut (Tabel 1), dapat kita lihat bahwa persentase anggaran subsidi BBM terbesar yaitu sebesar 46,80% , sedangkan persentase anggaran subsidi terkecil adalah subsidi Minyak Goreng yaitu sebesar 0,61%. Sementara persentase anggaran subsidi benih hanya sebesar 0,74%, sepuluh kali lebih kecil dari


(12)

persentase anggaran subsidi pupuk.Tabel diatas menunjukkan bahwa dukungan pemerintah terhadap penyediaan benih bersubsidi masih terabaikan.

Salah satu masalah rendahnya produktifitas petani adalah tingginya biaya faktor – faktor produksi baik biaya pembelian maupun biaya sewa. Biaya pembelian meliputi antara lain penyediaan benih unggul bermutu, pupuk, obat hama dan penyakit, sementara biaya sewa meliputi antara lain biaya sewa tenaga kerja, sewa mesin produksi dan lain – lain. Hal tersebut lebih lanjut dapat menghambat pencapaian program swasembada pangan dan peningkatan kesejahteraan petani karena petani kecil akan semakin sulit memenuhi tingginya biaya faktor – faktor produksi.

Untuk mengantisipasi kesengsaraan petani akibat meningkatnya harga BBM yang diikuti semakin meningkatnya harga faktor – faktor produksi pertanian pemerintah mencanangkan program khusus untuk mengatasi masalah tersebut. Sebelumnya pemerintah telah melaksanakan program pupuk bersubsidi kemudian pemerintah mencanangkan program baru untuk mendukung ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani.

Program tersebut adalah program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU). Bahwa untuk mendukung upaya peningkatan produktifitas/ produksi padi, jagung dan kedelai serta meringankan beban petani, pada tahun 2012 pemerintah menyediakan anggaran melalui Bantuan Langsung Benih Unggul.

Anggaran untuk Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) berasal dari APBN TA 2012, yang dialokasikan kepada PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT Pertani (Persero) untuk pengadaan benih padi, jagung dan kedelai bermutu.


(13)

1. Meringankan beban produksi Petani Padi dan Jagung.

2. Meningkatkan kesadaran penggunaan benih varietas unggul bermutu; dan 3. Mendukung penigkatan produktifitas dan produksi padi , jagung dan

kedelai.

Daerah penerima BLBU yaitu daerah yang produktifitas tanamnya masih relatif rendah sampai sedang atau daerah yang masih dapat ditingkatkan produktifitasnya dan daerah irigasi teknis yang ketersedian airnya terjamin. Bukan daerah endemik Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) utama terutama wereng coklat dan tungro.

Dalam penentuan besaran jumlah BLBU yang diterima tiap Kabupaten/ Kota didasarkan pada luas areal tanam Kabupaten/ Kota. Tabel 2 menunjukan jumlah areal tanam Padi dan Jagung di Provinsi Lampung berdasarkan data Dinas Pertanian Provinsi Lampung yang dikelompokan berdasarkan Kabupaten/ Kota luas areal tanam tersebut.

Tabel 2. Jumlah luas Areal Tanam Padi dan Jagung di Provinsi Lampung Pada Musim Tanam Tahun 2012

NO KABUPATEN/KOTA

AREAL TANAM PADI (Ha) JAGUNG (Ha) JUMLAH (Ha)

1 Tulang Bawang 2590 1500 4090

2 Lampung selatan 4500 8000 12500

3 Pesawaran 2700 2000 4700

4 Tanggamus 6500 2500 9000

5 Lampung Utara 3500 3500 7000

6 Metro 50 100 150

7 Way Kanan 1000 1000 2000

8 Bandar lampung 800 - 800

9 Lampung timur 13580 1400 14980

10 Lampung Barat 3000 - 3000

11 Lampung tengah 13160 1400 14560

JUMLAH 51380 21400 72780


(14)

Dari data tersebut (Tabel 2), dapat kita lihat bahwa jumlah luas areal tanam padi di provinsi lampung berjumlah 51.380 Ha yang terbagi dalam 11 kabupaten/ kota, dengan areal tanam padi terluas berada pada Kabupaten Lampung Timur dengan luas 13.580 Ha dan areal tanam padi terkecil berada pada Kotamadya Metro dengan luas 50 Ha.

Sedangkan menurut luas areal tanam jagung di provinsi lampung berjumlah 21.400 Ha, areal tanam jagung terluas berada di Kabupaten Lampung Timur dengan luas 1400 Ha,

Tabel 3 menunjukkan jumlah petani penerima Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi dan jagung, alokasi benih dan luas areal tanam di Kabupaten Lampung Timur. berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Timur yang dikelompokkan berdasarkan jumlah Kecamatan di Kabupaten Lampung Timur.


(15)

Tabel 3. Jumlah Petani, Luas Areal Tanam dan Alokasi Benih BLBU di Kabupaten Lampung Timur Pada Tahun 2012.

NO KECAMATAN

PADI JAGUNG

Petani Luas Benih Petani Luas Benih (Orang) (Ha) (Kg) (Orang) (Ha) (Kg)

1 Metro Kibang - - - - - -

2 Batanghari - - - -

3 Sekampung 1.672 620 9.300 250 100 1.500

4 Marga Tiga 96 50 750 - - -

5 Sekampung Udik 234 200 3000 175 175 2.625 6 Jabung 897 850 12.750 100 100 1500 7 Pasir Sakti 973 800 12.000 - - - 8 Waway Karya 600 600 9.000 100 100 1500 9 Marga Sekampung - - - - - - 10 Labuhan Maringgai 1131 800 12000 - - - 11 Mataram Baru 1.138 750 11.250 - - - 12 Bandar

Sribhawono 138 80 1.200 125 175 2.625

13 Melinting - - - 158 150 2.250

14 Gunung Pelindung 76 50 750 - - - 15 Way Jepara 1.242 750 11.250 - - - 16 Braja Selebah 791 700 10.500 - - - 17 Labuhan Ratu 365 300 4.500 - - - 18 Sukadana 297 200 3000 73 70 1.050

19 Bumi Agung - - -

20 Batanghari Nuban 1.105 810 11.400 100 100 1.500 21 Pekalongan 1.623 500 7.500 - - - 22 Raman Utara 432 500 7.875 110 70 1.050 23 Purbolinggo 806 500 7.500 - - - 24 Way Bungur 1.063 600 9.000 - - - Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Timur 2013

Dari data tersebut (tabel 3), dapat kita lihat bahwa jumlah petani yang mendapatkan alokasi benih padi terbanyak berada di Kecamatan Sekampung dengan jumlah 1.672 orang, sedangkan jumlah petani yang mendapatkan alokasi benih paling sedikit berada di Kecamatan Gunung Pelindung dengan jumlah 76 orang. Daerah yang memiliki areal tanam padi terluas berada di Kecamatan Jabung dengan luas 850 Ha, sedangkan daerah yang memiliki areal tanam padi terkecil berada di Kecamatan Gunung Pelindung dan Marga Tiga dengan luas 50 Ha.


(16)

Alokasi banyaknya benih unggul yang disalurkan di tiap kecamatan ditentukan berdasarkan luas areal tanam di kecamatan tersebut. Kecamatan yang mendapatkan alokasi benih terbanyak berada di Kecamatan Jabung dengan jumlah benih 12.750 Kg, sedangkan kecamatan yang mendapatkan alokasi benih terkecil berada di Kecamatan Gunung Pelindung dan Marga Tiga dengan jumlah benih 750 Kg. Pada musim tanam Jagung tahun 2012 ada 10 kecamatan yang tidak mendapatkan jatah alokasi benih jagung, yaitu : Labuhan Maringgai, Way Jepara, Mataram Baru, Labuhan Ratu, Pasir Sakti, Gunung Pelindung, Pekalongan, Braja selebah, Purbolinggo, Way Bungur dan Marga Tiga. Dan ada 4 kecamatan pada musim tanam tahun 2012 yang tidak mendapatkan alokasi benih BLBU, yaitu : Metro Kibang, Batanghari, Marga Sekampung, dan Bumi Agung.

Alokasi Benih BLBU yang tidak merata tentunya akan menimbulkan peningkatan produktifitas yang tidak merata ditiap kecamatan di Kabupaten Lampung Timur.


(17)

Tabel 4. Jumlah Produksi Padi dan Jagung (dalam Ton) di Kabupaten Lampung Timur Tahun 2011 - 2012.

NO KECAMATAN 2011 2012 (%) Perubahan

Padi Jagung Padi Jagung Padi Jagung

1 Metro Kibang 945 34.322 2.251 28.945 138,20% -15,66%

2 Batang Hari 23.216 12.009 57.175 16.818 146,27% 40,04%

3 Sekampung 24.286 22.961 33.489 31.877 37,89% 38,83%

4 Marga Tiga 3.461 16.215 8.016 17.207 131,60% 6,11%

5 Sekampung Udik 10.085 51.002 9.528 71.660 -5,52% 40,50%

6 Jabung 31.092 40.085 20.528 52.632 -33,97% 31,30%

7 Pasir Sakti 21.226 1.289 19.848 3.925 -6,49% 204,49%

8 Waway Karya 14.460 28.506 15.087 35.238 4,33% 23,61%

9

Marga

Sekampung 2.684 41.475 3.180 58.866 18,47% 41,93%

10

Labuhan

Maringgai 16.923 572 15.593 418 -7,85% -26,92%

11 Mataram Baru 15.669 416 14.993 221 -4,31% -46,87%

12

Bandar

Sribhawono 3.749 70.903 5.239 85.462 39,74% 20,48%

13 Melinting 7.498 25.709 6.032 34.740 -19,55% 35,12%

14

Gunung

Pelindung 7.803 6.512 8.362 6.181 7,16% -5,08%

15 Way Jepara 13.899 18.353 20.006 27.072 43,93% 47,50%

16 Braja Selebah 30.878 4.272 12.421 16.748 -59,80% 292,04%

17 Labuhan Ratu 8.022 6.414 12.566 8.708 56,64% 35,76%

18 Sukadana 9.053 9.653 14.780 15.775 63,26% 63,42%

19 Bumi Agung 3.515 12.388 7.840 15.629 123,04% 26,16%

20

Batanghari

Nuban 10.764 4.988 18.510 6.749 71,96% 35,30%

21 Pekalongan 22.936 6.294 14.801 10.382 -35,46% 64,95%

22 Raman Utara 33.138 3.570 23.633 8.607 -28,68% 141,09%

23 Purbolinggo 26.641 2.819 15.102 10.269 -43,31% 264,27%

24 Way Bungur 9.379 2.831 10.724 6.605 14,34% 133,30%

Total rata-rata 14.638,14 17.648,14 15.404,33 23.780,58

27,16% 62,15%

Sumber: Dinas Pertanian Lampung Timur 2013

Berdasarkan data jumlah produksi padi dan jagung perkecamatan di Kabupaten Lampung Timur (Tabel 4), menunjukkan bahwa jumlah produksi padi dan jagung pada tiap kecamatan tidak semuanya mengalami peningkatan. Ada 8 kecamatan yang mengalami penurunan produksi padi pada tahun 2012, yaitu Kecamatan Jabung, Pasir Sakti, Mataram Baru, Melinting, Braja Selebah, Pekalongan, Raman Utara dan Purbolinggo, 4 kecamatan mengalami penurunan produksi jagung


(18)

pada tahun 2012, yaitu: Batang Hari, Labuhan Maringgai, Mataram Baru dan Gunung Pelindung. Persentase peningkatan produksi jagung terbesar berada di Kecamatan Braja Slebah, sebesar 292,04%, sebaliknya Kecamatan Braja Selebah juga mengalami persentase penurunan produksi padi terbesar, yaitu sebesar 59,80%.

Daerah penelitian pada penulisan ini adalah Kecamatan Purbolinggo, yang terbagi dalam tujuh desa, yaitu:

 Taman Asri  Taman Sari  Taman Bogo  Taman Endah  Taman Dadi  Taman Fajar  Tegal Gombo

Sistem tanam yang digunakan di tiap desa di Kecamatan Purbolinggo adalah satu jenis tanaman setiap satu musim. Petani di Kecamatan Purbolinggo tergabung dalam kelompok tani dimasing-masing desa, Adapun Jumlah petani yang mendapat alokasi BLBU di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur dapat dilihat pada Tabel 5.


(19)

Tabel 5. Jumlah Petani yang Mendapat Alokasi BLBU di Kecamatan Purbolinggo (Tahun 2012)

NO DESA Jumlah Jumlah

Kelompok Tani (Orang)

1 Taman Asri 4 100

2 Taman Fajar 6 170

3 Taman Bogo 3 68

4 Taman Enda 5 150

5 Taman Sari 5 140

6 Taman Dadi 5 138

7 Tegal Gondo 1 25

Jumlah 29 791

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Timur 2013

Dari data Tabel.5 diketahui bahwa Desa Taman Fajar merupakan desa dengan jumlah kelompok tani yang mendapat alokasi BLBU yang terbanyak, yaitu sebanyak 6 kelompok tani yang terdiri dari 170 anggota petani, dan Desa Tegal Gondo merupaka desa dengan jumlah petani yang mendapat alokasi BLBU paling kecil, yaitu 1 kelompok tani yang terdiri dari 25 anggota petani pada tahun 2012. Pada dasarnya Perencanaan pemerintah dengan Program BLBU dapat dilaksanakan dan mencapai sasarannya serta dikatakan berhasil apabila masyarakat yang menerima manfaat dari subsidi tersebut mampu meningkatkan kesejahteraan dan memberikan manfaat maksimal kepada masyarakat khususnya petani padi. Beberapa permasalahan yang ada, merupakan bukti bahwa Perencanaan Program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) tidak terlepas kemungkinan terjadinya permasalahan. Masalah yang timbul tentunya tidak bisa dijadikan ukuran efektif atau tidak program tersebut.

Efektifitas pelaksanaan bantuan suatu program dibagi dalam 4 indikator. 1. Tepat sasaran

2. Tepat waktu 3. Tepat jumlah 4. Tepat bentuk


(20)

(Pedoman Pelaksanaan BLBU, 2012 : 3)

Dasar yang menjadi alasan dilakukannya penelitian di Kecamatan Probolinggo adalah disebabkan Kecamatan Probolinggo merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Lampung Timur memenuhi syarat untuk menerima bantuan subsidi BLBU, seperti; Kecamatan tersebut sebagian besar mata pencaharian penduduk bergerak dibidang pertanian yang mendapat aliran irigasi teknis dan merupakan daerah pertanian yang memiliki penurunan produktifitas yang cukup tinggi tetapi masih dapat ditingkatkan lagi karena jenis pengairan areal tanamnya menggunakan Sistem Irigasi Teknis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan “Apakah pelaksanaan program Bantuan Langsung Benih Unggul di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur cukup efektif jika dilihat dari indikator tepat sasaran, tepat waktu, tepat jumlah dan tepat bentuk ”.

 Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat memberikan manfaat, maka untuk lebih memusatkan penelitian perlu ditetapkan batasan dan ruang lingkup penelitian sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan terbatas pada subsidi In Natura Bantuan

Langsung Benih Unggul (BLBU) khususnya petani Padi dan di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

2. Penelitian akan difokuskan pada efektifitas pelaksanaan program Bantuan Langsung Benih Unggul musim tanam tahun 2012.


(21)

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk “Mengetahui seberapa efektif Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Benih Unggul bagi petani padi di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur”.

D. Kerangka Pemikiran

Subsidi pada hakikatnya merupakan instrument fiskal yang bertujuan untuk memastikan terlaksananya peran Negara dalam aktivitas ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan secara adil dan merata.

Subsidi dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu subsidi BBM dan subsidi non-BBM (Departemen Keuangan RI,op.cit.,2002,hal 45–46). Salah satu program subsidi pemerintah yaitu subsidi BLBU adalah sejumlah tertentu benih varietas unggul bermutu yang disalurkan oleh pemerintah kepada petani yang telah ditetapkan sesuai dengan sasaran subsidi BLBU

(PP No: 17/Permetan/OT.140/2/2008) . Namun masih banyak kejadian petani masih dibebankan sejumlah biaya tambahan untuk memperoleh benih BLBU. Jika tepat sasaran akan diberikan pada petani khususnya petani padi dan jagung yang memiliki kriteria sesuai dengan pedoman pelaksanaan BLBU.

Dalam pemberian subsidi bidang pertanian, pemerintah memberikan subsidi dalam bentuk subsidi In Natura, yaitu pemberian sejumlah benih unggul kepada petani di masing-masing kecamatan tersebut sesuai dengan data luas areal tanam dan jumlah petani pada daerah tersebut. Adapun proses pemilihan petani sebagai berikut. Dinas Pertanian Provinsi memferifikasi dan merekapitulasi kelompok tani penerima bantuan benih dari kabupaten/kota di wilayahnya setelah melalui proses


(22)

verifikasi. Kepala Dinas Pertanian Provinsi menyetujui usulan dari kabupaten/kota tersebut dan selanjutnya disampaikan kepada Direktorat Jendral Tanaman Pangan. Sasaran Program Bantuan Langsung Benih Unggul adalah semua kecamatan yang memiliki areal tanam padi, jagung dan kedelai di seluruh kabupaten/kota dan provinsi diseluruh Indonesia. Besaran benih unggul yang diterima Kepala Cabang Dinas (KCD) Pertanian di tiap kecamatan dihitung berdasarkan luas areal tanam dan jumlah petani dengan ketentuan benih padi sebanyak 25 Kg/ha, benih jagung sebanyak 15 Kg/ha, di tiap musim tanam .

Benih BLBU diberikan tepat waktu yaitu saat musim tanam tiba, tepatnya satu bulan sebelum masuk waktu tanam dan sudah mulai dilaksanakan pada awal tahun musim tanam 2012. Namun banyak kejadian bantuan benih BLBU datangnya saat akhir tahun musim tanam 2012 dan diberikan pada petani saat sudah memasuki waktu tanam sehingga benih yang ada menjadi tidak terpakai.

Petani menerima benih BLBU dalam bentuk benih unggul bermutu dengan masa kadaluwarsa paling kurang satu bulan, dengan jumlah 25 kg/ha benih padi. Namun banyak kejadian benih yang diterima petani dalam kondisi kurang baik dan jumlah benih yang diberikan tidak sesuai dengan ketentuan pedoman pelaksanaan BLBU. Beberapa kekeliruan yang terjadi di lapangan akan mengakibatkan produktifitas dan produksi petani menurun.


(23)

E. Sistematika Penulisan

Sistimatika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, berisikan latar belakang, permasalahan, tujuan penulis, kerangka pemikiran, dan sistem penulisan.

Bab II Tinjauan pustaka, yang berisikan tentang teori yang berkaitan dengan penulisan ini.

Bab III Metode penelitian, yang meliputi jenis data dan sumber data serta analisis yang digunakan.

Bab IV Hasil perhitungan dan pembahasan terhadap penelitian dengan menggunakan analisis yang telah ditetapkan.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Fungsi dan Peranan Pemerintah

Menurut Adam Smith ( l976), pemerintah suatu negara mempunyai tiga fungsi pokok sebagai berikut:

1. Memelihara keamanan dan pertahanan dalam negeri. 2. Menyelenggarakan peradilan.

3. Menyediakan barang-barang yang tidak disediakan oleh pihak swasta. Fungsi pemerintah menurut Richard A. Musgrave dibedakan menjadi tiga fungsi dan tujuan kebijakan anggaran belanja pemerintah, yaitu:

1. Fungsi Alokasi (Allocation Branch)

Yaitu fungsi pemerintah untuk menyediakan pemenuhan untuk kebutuhan Publik (public needs)

2. Fungsi Distribusi (Distribution Branch)

Yaitu fungsi yang dilandasi dengan mempertimbangkan pengaruh sosial ekonomis; yaitu pertimbangan tentang kekayaan dan distribusi

pendapatan, kesempatan memperoleh pendidikan, mobilitas sosial, struktur pasar. Macam-ragam warga negara dengan berbagai bakatnya termasuk tugas fungsi tersebut.

3. Fungsi Stabilisasi (Stabilizaton Branch)

Yaitu fungsi menyangkut usaha untuk mempertahankan kestabilan dan kebijaksanaan- kebijaksanaan yang ada. Disamping itu, fungsi ini bertujuan


(25)

untuk mempertahankan kestabilan perekonornian (stabilisator perekonomian)(Guritno, 2000:2)

Kaitan dari permasalahan fungsi atau tujuan diatas hampir selalu dijumpai pada setiap permasalahan mengenai tujuan atau kebijakan tertentu, misalnya mengenai tujuan untuk politik pembangunan, tujuan untuk kebijakan perdagangan, kesempatan kerja, kesempatan memperoleh pendidikan pertanian, perburuhan, pengangkutan, dan lain-lain.

Peranan pemerintah dalam perekonomian antara lain :

a. Menetapkan kerangka hukum (legal framework) yang melandasi suatu perekonomian,

b. Mengatur atau meregulasi perekonomian dengan alat subsidi dan pajak, c. Memproduksi komoditas tertentu dan menyediakan berbagai fasilitas seperti

kredit, penjaminan simpanan, dan asuransi,

d. Membeli komoditas tertentu termasuk yang dihasilkan oleh perusahaan swasta, misalnya persenjataan.

e. Meredistribusikan (membagi ulang) pendapatan dari satu kelompok ke kelompok lainnya, dan

f. Menyelenggarakan sistem jaminan sosial, misalnya memelihara anak-anak terlantar, menyantuni fakir miskin, dan sebagainya.

2. Pengeluaran Pemerintah

Di negara – negara yang sudah sangat maju pajak adalah sumber utama dari perbelanjaan pemerintah. Sebagian dari pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai kegiatan – kegiatan pembangunan, membayar gaji pegawai – pegawai pemerintah, membiayai perbelanjaan untuk angkatan bersenjata, membiayai sistem pendidikan dan kesehatan rakyat dan membiayai infrastruktur yang penting artinya dalam pembangunan.


(26)

Menurut Suparmoko (1994:47), pengeluaran pemerintah secara umum dibedakan menjadi :

a. Pengeluaran pemerintah berupa investasi untuk menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa mendatang.

b. Pengeluaran itu langsung untuk memberikan kesejahtraan dan kegembiraan masyarakat.

c. Merupakan penghematan pengeluaran yang akan datang.

d. Menyediakan kesempatan kerja lebih banyak dan penyebaran tenaga yang lebih luas.

2.1 Sifat Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah sering disimbolkan dengan G mempunyai dua sifat, yaitu:

1. Sifat Exhaustive

Yaitu Pengeluaran Negara untuk pembelian barang dan jasa yang langsung dikonsumsi untuk menghsilkan barang dan jasa lainnya yang lebih bersifat memacu pertumbuhan ekonomi.

2. Sifat Transfer

Yaitu segala pemindahan kekayaan kepada individu untuk kesejahteraan, termasuk subsidi yang merupakan alat retribusi pendapatan.

Pengeluaran pemerintah adalah semua pengeluaran yang dilakukan pemerintah dan pemerintah langsung mendapatkan balas jasa atas pengeluaran tersebut. Secara garis besar, pengeluaran pemerintah dibagi menjadi dua yaitu :

1. Pengeluaran Rutin

Pengeluaran pemerintah yang ditunjukan untuk membiayai kegiatan rutin pelaksanaan pemrintah.

2. Pengeluaran Pembangunan

Pengeluaran pembangunan yang ditunjukan untuk membiyai kegiatan pembangunan (sektor – sektor).


(27)

2.2. Pengertian dan Jenis Subsidi

Subsidi yaitu transfer pemerintah pusat ke daerah yang merupakan bagian dari pusat ke daerah yang merupakan bagian dari pengeluaran rutin atau pengeluaran lainnya, yaitu pengeluaran negara dalam upaya pemindahan kekayaan kepada individu untuk kesejahteraan rakyat. Menurut suparmoko (1994 : 38-40) pemberian subsidi dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu :

1. Subsidi Dalam Bentuk Uang (Pendapatan)

Dalam hal ini pemerintah dapat memberikan subsidi dalam bentuk uang sebagai tambahan penghasilan kepada konsumen atau dapat pula pemerintah memberikan subsidi dalam bentuk penurunan harga barang.

2. Subsidi In Natura (Harga)

Subsidi barang dengan jumlah tertentu terjadi apabila pemerintah

menyediakan suatu jenis barang tertentu dengan jumlah tertentu pula kepada konsumen tanpa dipungut bayaran atau mungkin dengan pembayaran tetapi dibawah harga pasar.

Gambar 2. Kurva Ilustrasi Kebijakan Subsidi (In Natura)

m

q

v e

n

P S

(1-s) P e’

B1

S’

D

B2 Y

X


(28)

Diasumsikan bahwa permintaan suatu barang mengikuti garis permintaan D. Penawarannya diasumsikan elastisitas sempurn amengikuti garis horisontal S. Dengan kurva penawaran S dan kurva permintaan D, menghasilkan tingkat keseimbangan yang berarti bahwa dengan tingkat harga P maka kuantitas barang yang diminta sebesar B1.

Misalkan harga suatu barang di pasaran dianggap terlalu mahal oleh pemerintah, maka pemerintah memberikan subsidi terhadap suatu barang tersebut agar seluruh masyarakat terutama masyarakat yang tergolong miskin dapat memenuhi

kebutuhan primer nya. Subsidi yang dilakukan pemerintah tersebut menyebabkan kurva penawaran S bergeser kebawah menjadi S’ dan harga barang tersebut turun menjadi (1-s) P. Jika tujuan pemerintah melakukan subsidi adalah meningkatkan jumlah konsumsi maka program tersebut telah sukses dilakukan. Namun jika tujuan kebijakan adalah memaksimisasi kemakmuran, maka program tersebut harus dilihat lebih komprhensif lagi. Sebelum diberi subsidi surplus konsumen sebesar m n e’ dan setelah diberi subsidi menjadi m q e’. Manfaat yang diterima konsumen sebesar e v e’.(Guritno, 2000:2.)

Pengaruh subsidi barang (In Natura) dengan jumlah tertentu bisa mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:

1. Mengurangi jumlah pembelian untuk barang-barang yang disubsidikan tetapi konsumsi total bertambah.

2. Tidak mengubah konsumsi total 3. Konsumsi menjadi terlalu tinggi 4. Konsumsi menjadi terlalu rendah

Bila dua jenis subsidi di atas dibandingkan, bisa dilihat bahwa pemberian subsidi dalam bentuk uang jauh lebih efisien dibandingkan dengan subsidi barang. Hal itu dikarenakan:


(29)

1. Kepuasan yang diperoleh masyarakat bisa lebih maksimum karena dengan adanya subsidi tersebut dapat meningkatkan daya beli masyarakat serta tidak membatasi pilihan masyarakat atau konsumen akan suatu barang.

2. Jumlah anggaran yang harus dikeluarkan pemerintah untuk subsidi uang tersebut jauh lebih kecil ketimbang subsidi barang.

Berdasarkan penggunaanya ada tiga jenis pemberian subsidi yaitu : 1. Block Grant

Yaitu subsidi bagi daerah dimana daerah tersebut bebas untuk menggunkannya.

2. Canditional Grant

Yaitu subsidi yang penggunaannya diarahkan oleh pemerintah pusat antara lain diarahkan untuk proyek – proyek kesehatan, pariwisata, keluarga berencana dan lain – lain.

3. Matching Grant

Yaitu pemberian subsidi kepada daerah dengan syarat daerah telah memiliki sejumlah dana dan subsidi tersebut sebagai pelengkap. Macam – macam subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat ternagi atas subsidi kebutuhan pangan, subsidi pendidikan, subsidi kesehatan, dll.

3.Teori Efektifitas

Menurut Husein Umar (1998: 10), efektivitas merupakan ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai.

Sedangkan menurut Chester I. Bernard, “Efektfitas adalah pencapaian sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama” (Gibsen Donely, 1994: 16) . Tingkat pencapaian menunjukan tingkat efekfitas. Selanjutnya, H. Emerson (Soewarno Handoyoningrat, 1992: 16) menyatakan bahwa arti dari efektifitas adalah pengukuran dalam arti tercapainva tujuan atas sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.


(30)

Efektifitas merupakan salah satu ukuran dalam menentukan keberhasilan suatu program atau rencana. Tujuan merupakan hal yang menjadi indikator dalam menentukan efektivitas, oleh karena itu tujuan dari suatu program harus jelas agar pada akhirnya dapat diketahui apakah rencana dari program tersebut telah

dilaksanakan.

Pengukuran efektifitas program hanya mungkin dilakukan jika dokumen program tersebut menunjukkan:

1. Tujuan-tujuan program dirumuskan dengan jelas dan dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang terukur.

2. Persoalan serius seringkali muncul karena hasil program merupakan proses negosiasi dan perumusan dari tujuan tersebut merupakan hasil dari

kompromi, solusi dilakukan dengan perumusan tujuan secara kabur atau dalam bentuk pernyataan-pernyataan ambisius.

3. Evaluator menghadapi masalah karena atasannya memiliki penafsiran yang berbeda mengenai tujuan program.

Efektifitas program dapat diukur sebagai berikut:

tujuan hasil s

efektifita

Berdasarkan pengertian diatas, dapat diartikan bahwa efektifitas pada umumnya digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam melakukan suatu aktifitas atau kegiatan ( Wahab, 1997: 33).

Dean J.C, dalam Basic Statistic for Statistical Research, seperti yang dikutip oleh Fara Dian Meylani (2002: 11), menyebutkan bahwa klasifikasi efektivitas adalah sebagai berikut:


(31)

4. Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau (PP RI No. 68 Tahun 2002 : Pasal 1)

Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem

ketersediaan distribusi konsumsi. Kinerja dari masing-masing sub sistem tersebut tercermin dalam hal stabilitas pasokan pangan, akses masyarakat terhadap pangan serta pemanfaatan pangan (food utilization) termasuk pengaturan menu dan distribusi pangan dalam keluarga. Apabila salah satu atau lebih dari ke tiga subsistem tersebut tidak berfungsi dengan baik, maka akan terjadi masalah kerawanan pangan yang berdampak peningkatan kasus gizi kurang dan/atau gizi buruk. Dalam kondisi demikian, negara atau daerah dapat dikatakan belum mampu mewujudkan ketahanan pangan.

Ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan yang cukup, tetapi juga kemampuan untuk mengakses (termasuk membeli) pangan tidak terjadinya ketergantungan pangan pada pihak manapun.

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang Diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman (UU RI No. 7 Tahun 1996 : Pasal 1).

5. Bantuan Langsung Benih Unggul( BLBU)

Dalam upaya peningkatan ketahanan pangan, kendala yang dihadapi antara lain masih rendahnya produktifitas tanaman oleh karena sebagian petani belum menggunakan benih varietas unggul bermutu dalam budidayanya. Salah satu penyebab relatif rendahnya penggunaan benih varietas unggul bermutu antara lain; akibat daya beli dan tingkat kesadaran serta keyakinan petani terhadap


(32)

manfaat penggunaan benih varietas unggul bermutu dibeberapa daerah masih rendah.

Untuk mendukung upaya peningkatan produktifitas dan produksi padi, jagung dan kedelai serta meringankan beban petani dalam rangka peningkatan penggunaan benih varietas unggul bermutu, maka pemerintah menyediakan anggaran untuk Bantuan langsung Benih Unggul (BLBU) yang beasal dari APBN TA 2008, yang dialokasikan kepada PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT Pertani (Persero) untuk pengadaan dan penyaluran benih unggul bermutu.

6. Tujuan Program Bantuan Langsung Benih Unggul

Program bantuan Langsung Benih Unggul memiliki tujuan umum untuk meringankan beban petani dalam meningkatkan produktifitas dan

kesejahteraan petani Padi, Jagung dan Kedelai. Adapun tujuan khusus BLBU adalah :

a. Meringankan beban petani dalam penyediaan dan penggunaan benih varietas unggul bermutu,

b. Menigkatkan kesadaran penggunaan benih varietas unggul bermutu, c. Mendukung peningkatan produktifitas dan produksi padi, jagung dan kedelai.

6.1 Sasaran Program dan Besar Bantuan

Sasaran program Bantuan Langsung Benih Unggul adalah semua petani padi, jagung dan kedelai yang berada pada daerah dengan teknis irigasi yang baik. Jumlah benih BLBU yang diterima petani dihitung berrdasarkan luas areal tanam padi, jagung dan kedelai dengan ketentuan:

a. Benih Padi sebanyak 25 Kg/ha b. Benih Jagung sebanyak 15 Kg/ha c. Benih Kedelai sebanyak 40 Kg/ha.


(33)

6.2 Pembinaan dan Pendampingan

a. Pembinaan dilaksanakan oleh direktorat Jendral Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Kecamatan secara berjenjang

b. Pembinaan sebagaimana dimaksud butir 1 dilaksanakan bersama-sama PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT Pertani (Persero).

c. Pendampingan kepada kelompok tani/petani penerima BLBU dilaksanakan oleh petugas lapang (PPL, PBT/POPT) dikordinasikan oleh mantri tani/ KCD Kecamatan.

6.3 Monitoring dan Evaluasi

a. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan oleh direktorat Jendral Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Kecamatan.

b. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan bersama-sama PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT Pertani (Persero).

c. Aspek-aspek yang dimonitor dan dievaluasi mencakup realisasi penyaluran bantuan benih, kualitas benih, realisasi tanam, realisasi panen, produktifitas dan produksi serta permasalahan yang dihadapi.

d. Berdasarkan hasil evaluasi, apabila diperlukan Direktur Jendral Tanaman Pangan dapat melakukan realokasi kebutuhan BLBU antar komoditas dan antar lokasi.


(34)

6.4 Pelaporan

a. Pelaporan disampaikan secara berjenjang mulai dari kecamatan ke Dinas Pertanian Kabupayen/Kota, dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ke Dinas Pertanian Provinsi dan dari Dinas Provinsi ke Direktur Jenderal Tanaman Pangan c.q Direktur Perbenihan.

b. Laporan mencakup realisasi penyaluran bantuan benih, realisasi tanam, realisasi panen, produktifitas dan produksi serta permasalahan yang dihadapi.

c. Jenis Pelaporan Meliputi:

a) laporan awal yaitu data kelompok tani penerima bantuan yang telah disetujui oleh Dinas Pertanian Provinsi.

b) laporan perkembangan, setiap 2 minggu sekali yang berisi realisasi penyaluran bantuan benih, realisasi tanam, realisasi panen, produktifitas dan produksi serta permasalahan yang dihadapi.

c) laporan akhir, dikirimkan setelah pelaksanaan kegiatan berakhir/ Desember 2012.


(35)

III.METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penyebaran kuisioner kepada petani di kecamatan penerima Bantuan Langsung Benih Unggul. Tujuan penyebaran kuisioner adalah untuk mengetahui keefektivan program subsidi BLBU di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi yang berhubungan dengan penelitian yaitu Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Timur. Adapun jenis data yang diperlukan yaitu:

a. Data luas areal tanam padi dan jagung perkabupaten di Provinsi Lampung. b. Data jumlah petani, areal tanam dan alokasi benih BLBU perkecamatan di

Kabupaten Lampung Timur.

c. Data jumlah produksi padi dan jagung perkecamatan di Kabupaten Lampung Timur.


(36)

B. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dari hasil penelitian yang dikumpulkan dengan menggunakan beberapa cara yaitu:

1. Studi Dokumentasi

Yaitu penelitian secara langsung pada Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Timur guna memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Kemudian ditambah dengan mempelajari berbagai literatur, karya ilmiah, surat kabar, dan media elektronik lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

2. Observasi

Penelitian dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung kebeberapa petani di Kecamatan Purbolinggo. Adapun pengambilan wilayah Kecamatan Purbolinggo karena diduga terjadi penyimpangan penyaluran BLBU.

3. Daftar Pertanyaan

Metode ini dilakukan melalui penyebaran kuisioner kepada responden yang alternatif jawabannya telah disediakan (kuisioner tertutup) dan responden diminta untuk memilih alternatif jawaban yang menurutnya paling tepat. Dalam hal ini, responden yang dimaksud adalah petani Padi dan Jagung. Sesuai dengan sampel yang telah ditentukan, kriteria umum skor yang

digunakan dalam kuisioner ini adalah 3, 2, 1 untuk jawaban a, b, c pada setiap item pertanyaan.


(37)

C. Teknik Penarikan Sampel

Dalam penelitian ini, penentuan sampel dilakukan dengan cara Purposive Random Sampling yaitu sampling didasarkan atas tinjauan informasi yang didahuluinya (previous knowledge) tantang keadaan populasi, dan informasi ini harus tidak lagi diragukan (Sayuti, Husain,1987:79).

Sampel-sampel tersebut diambil dari:

a. Untuk sampel petani, diambil dari masing-masing desa yang ada di Kecamatan Purbolinggo.

1.Metode Pengambilan Sampel Jumlah Petani

Berdasarkan data alokasi petani penerima BLBU tahun 2012, diperoleh populasi sebanyak 791 orang petani yang tergabung dalam 29 kelompok tani padi, dalam hal ini subsidi BLBU diberikan oleh petani secara perorangan, penerima BLBU di Kecamatan Purbolinggo. Selanjutnya penarikan sampel diambil melalui simple random sampling dengan rumus:

Dimana:


(38)

Keterangan: n = Sampel

N = Jumlah Populasi/penerima BLBU p = Proporsi

D = Estimasi terhadap rata-rata B = Bound of Error

Karena p tidak diketahui, maka p dianggap 0,5 saja dengan B = 0,10

Jadi jumlah sampel petani padi adalah 89 orang, yang terdiri dari petani yang mendapatkan alokasi BLBU padi di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

D. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif kuantitatif, yaitu menjelaskan, menggambarkan atau memaparkan fakta yang diperoleh dari penelitian. Dimana data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan rumus atau ketentuan matematik/ststistik, dengan merubah ke dalam bentuk simbol-simbol atau angka. Jawaban responden pada kuisioner perlu dirubah dalam bentuk angka-angka untuk mengkuantitatifkan data yang di peroleh.


(39)

Efektivitas pelaksanaan BLBU pada penelitian ini dilihat dari segi tepat sasaran, tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat bentuk program BLBU pada Kecamatan Purbolinggo.

1.Analisis Hasil Jawaban Responden

Dalam analisis hasil jawaban responden, dilakukan pengukuran variabel penelitian tentang Pelaksanaan program BLBU di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. Pengukuran setiap item perrtanyaan menggunakan skala ordinal, dan setiap item pertanyaan pada kuisioner dibuat alternatif. Dimana, alternatif jawaban berjenjang dimulai jenjang tertinggi dengan skor 3 dan jenjang terendah dengan skor 1. Jawaban responden pada kuisioner perlu dirubah dalam bentuk angka-angka untuk mengkuantitatifkan data yang diperoleh, dimana jawaban yang tersedia diberi skor secara berjenjang dari yang tertinggi hingga yang terendah.

Alternatif jawaban yang diberikan menggunakan simbol a, b, dan c, yang masing-masing akan diberikan nilai :

a. Nilai 3 untuk alternatif jawaban (a) yang memiliki kategori tinggi b. Nilai 2 untuk alternatif jawaban (b) yang memiliki kategori sedang c. Nilai 1 untuk alternatif jawaban (c) yang memiliki kategori rendah

Penulis menggunakan tiga pilihan jawaban ini karena sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang memiliki pendidikan rendah, sehingga bila menggunakan pilihan jawaban yang lebih dari tiga kategori dikhawatirkan masyarakat tidak dapat fokus untuk menjawab pertanyaannya dengan benar. Hasil jawaban ini


(40)

nantinya akan disajikan dalam bentuk analisa tabel. Pada alternatif jawaban yang menggunakan peringkat oleh setiap kolom data belum menunjukkan letak nilai, maka sebagai konsekuensinya setiap centangan dalam setiap kolom jawaban menunjukkan nilai tertentu (SuharsimiArikunto2006 : 216). Dengan demikian, maka analisis data dilakukan dengan mencermati banyaknya centangan dalam setiap kolom yang berbeda nilainya, kemudian mengalihkan frekuensi pada masing – masing kolom dengan nilai kolom yang bersangkutan, jumlah nilai tersebut harus dibagi dengan banyaknya responden yang menjawab kuisioner tersebut.

Seperti yang dikatakan oleh Suharsimi Arikunto (2006:239) bahwa “ Apa pun jenis penelitiannya, data riset deskriptif proses pengolahan data juga sederhana dan dapat dinalar secara gamblang. Caranya sama saja karena data yang diperoleh wujudnya sama. Hal ini yang membedakan adalah cara menginterpretasi data dan mengambil keputusan.

Keterangan : i = Variabel ke i j = Responden ke j

Sij = Skor total untuk variabel i

Kaidah keputusan : 81 – 100 = Sangat Efektif 61 – 80 = Efektif


(41)

41 – 60 = Cukup Efektif 21 – 40 = Kurang Efektif 0 – 20 = Tidak Efektif (Nasir, 2003:306)

Dengan menggunakan kaidah keputusan tersebut diatas, akan diketahui : Efektivitas Pelaksanaan Program BLBU secara menyeluruh, dimana dengan kriteria akan diketahui tahapan mana yang masih lemah sehingga menjadi diprioritaskan dalam pengelolaannya.

Suharsimi Arikunto (2006:216) menyatakan bahwa pada alternatif jawaban yang bergradasi atau menggunakan peringkat oleh setiap kolom dan tabel menunjukkan letak nilai, maka sebagai konsekuensinya setiap centangan dalam setiap kolom jawaban menunjukkan nilai tertentu. dengan demikian, maka analisis data dilakukan dengan mencermati banyaknya centangan dalam setiap kolom yang berbeda nilainya tersebut, lalu mengalikan frekuensi pada masing-masing kolom dengan nilai kolom yang bersangkutan.

Untuk mengetahui peringkat nilai akhir untuk butir yang bersangkutan, jumlah nilai tersebut harus dibagi dengan banyaknya responden yang menjawab angket tersebut.


(42)

E. Teknik Analisis Data

Kuisioner untuk responden diuji dengan instrument:

1. Validitas yang digunakan untuk menghitung kevalitan ataupun kesahihan suatu instrument. Tinggi rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gembaran tentang validitas yang dimaksud.

Untuk mengukur validitas digunakan rumus yang dikemukakan oleh pearson, yang dikenal dengan rumus Korelasi Product Moment sebagai berikut

} ) ( ( }{ ) ( {( ) )( ( 2 2 2

2

 

   Y Y n X X n Y X XY n rxy Keterangan:

rxy= Koefisien Korelasi antara X dan Y

X = Skor tiap butir pertanyaan Y = Skor total

n = Jumlah sampel

(Suharsimi Arikunto, 2006:170).

2. Realibilitas

Reliable adalah data dapatdipercayasehinggadapatdiandalkan. Data realibilitas diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan. Dalam mengukur tingkat realibilitas digunakan rumus alpha sebagai berikut:


(43)

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen.

K = banyaknya butir soal atau butir pertanyaan. = jumlah varians butir.

= Varians total.

(Suharsimi Arikunto, . 2006:196)

Jika kita sudah memperoleh angka reliabilitasnya, langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel r product moment.

Tabel 6. Tabel Interprestasi Reliabilitas Instrument

Besarnya Nilai r11 Kriteria

0.00 - 0.199 Sangat rendah

0.20 - 0.399 Rendah

0.40 - 0.599 Sedang/cukup

0.60 - 0.799 Kuat

0.80 - 1.000 Sangat Kuat

(Suharsimi Arikunto, 2006)

F. Sejarah Singkat Kecamatan Purbolinggo 1. Monografi Kecamatan Purbolinggo

Kecamatan Purbolinggo merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung Timur yang berpenduduk 23.058 jiwa dengan luas wilayah 247,61 Ha, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

1) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Raman Utara.

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pekalongan dan Kecamatan Kota Gajah.


(44)

3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Batanghari. 4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bungur.

Ibukota Kecamatan Purbolinggo berkedudukan di Desa Fajar Asri. Wilayah Kecamatan Purbolinggo terdiri atas 7 Desa, yaitu:

1. Taman Asri 2. Taman Sari 3. Taman Bogo 4. Taman Endah 5. Taman Dadi 6. Taman Fajar 7. Tegal Gombo

2.Aspek Kependudukan

Tabel 7. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Purbolinggo Tahun 2012.

NO DESA Rumah- Penduduk Sex

tangga Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio

1. Taman Asri 749 1.376 1.456 2.832 94.5

2. Taman Sari 900 1.783 1.732 3.515 102.9

3. Taman Bogo 696 1.340 1.305 2.645 102.7

4. Taman Enda 1.359 2.767 2.821 5.588 98.1

5. Taman Dadi 909 1.763 1.669 3.432 105.6

6. Taman Fajar 804 1.808 1.689 3.497 107.0

7. Tegal Gondo 434 814 735 1.549 110.7

Jumlah 5.851 11.651 11.407 23.058 102.1


(45)

Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Dewasa dan Anak-anak di Kecamatan Purbolinggo Tahun 2012.

NO DESA Dewasa Anak-anak

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Taman Asri 896 752 497 687 2.832

2. Taman Sari 996 983 659 877 3.515

3. Taman Bogo 857 724 469 595 2.645

4. Taman Enda 1.645 1.726 849 1.368 5.588

5. Taman Dadi 1.158 1.143 503 628 3.432

6. Taman Fajar 1.310 1.077 439 671 3.497

7. Tegal Gondo 517 414 259 359 1.549

Jumlah 7.379 6.819 3.675 5.185 23.058

Sumber: Kantor Camat Purbolinggo 2012

3. Aspek Pertanian

Tabel 9. Luas Lahan Sawah dan Bukan Sawah (Ha) di Kecamatan Purbolinggo Tahun 2012.

NO DESA Sawah Bukan sawah Jumlah

1. Taman Asri 198.25 511.25 709.50

2. Taman Sari 215.70 874.30 1.090.00

3. Taman Bogo 180.80 415.20 596.00

4. Taman Enda 439.75 635.25 1.075.00

5. Taman Dadi 305.50 345.25 650.75

6. Taman Fajar 220.85 625.50 846.35

7. Tegal Gondo 136.40 334.00 470.40

Jumlah 1.697.25 3.740.75 5.438.00

Sumber: Kantor Camat Purbolinggo 2012

Tabel 10. Luas Tanaman Padi dan Jagung Tahun 2011(Ha) di Kecamatan Purbolinggo Tahun 2012.

No Desa Padi Jagung

1 Taman Asri 185,75 70,50

2 Taman Sari 376,00 302,00

3 Taman Bogo 30,00 125,00

4 Taman Enda 310,00 215,00

5 Taman Dadi 315,00 68,00

6 Taman Fajar 280,25 320,00

7 Tegal Gondo 136,40 65,24

Jumlah 1633,40 1165,74


(46)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari pembahasan mengenai pelaksanaan program BLBU di Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Perencanaan dan Pelaksanaan BLBU di Kecamatan Purbolinggo, secara keseluruhan ditinjau dari segi ketepatan sasaran, ketepatan jumlah, ketepatan waktu, dan ketepatan bentuk termasuk dalam kategori efektif.

2. Berdasarkan pengukuran variable pelaksanaan program ini dengan tingkat persentase sebesar 73,61%. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program Ini berjalan dengan efektif.

3. Dengan adanya Program BLBU di Kecamatan Purbolinggo ini membantu petani padi di daerah ini dalam penyediaan benih padi unggul bermutu.

4. Pemberian benih padi (BLBU) memberikan pengaruh positif kepada petani padi,kelompok tani, di Kecamatan Purbolinggo.

5. Bantuan Langsung Benih Unggul ini membantu dalam mengurangi biaya produksi padi, walaupun dalam pelaksanaannya berjalan dengan efektif tetapi produktifitas menurun. Hal ini terjadi karena hasil produksi padi ditentukan juga oleh faktor alam dan sistem irigasi di daerah tersebut.


(47)

B. Saran

Dari hasil uraian-uraian dan kesimpulan diatas, diberikan beberapa pemikiran yang kiranya dapat berguna untuk memperbaiki dan meningkatkan pencapaian efektivitas pelaksanaan Program BLBU di Kecamatan Purbolinggo sebagai berikut :

1. Agar pihak petugas BLBU tidak membebankan biaya operasional kepada Petani penerima BLBU sehingga petani dapat menerima subsidi BLBU secara Penuh tanpa adanya baiaya tambahan yang harus dikeluarkan.

2. Agar pihak petugas BLBU selalu memeriksakan kondisi benih BLBU yang Akan diberikan kepada petani agar tidak ada petani yang menerima benih BLBU dengan kondisi rusak.

3. Agar pihak petugas BLBU lebih merata dalam pembagian jumlah benih BLBU dan sesuai dengan pedoman pelaksanaan BLBU sehingga petani Dapat memperoleh benih BLBU dengan jumlah yang sesuai dengan ketentuan program.

4. Agar pihak petugas BLBU dapat memberikan benih BLBU sesuai dengan waktunya.

5. Agar pihak petugas BLBU lebih aktif lagidalam mensosialisasikan program BLBU kepada petani agar petani mendapatkan informasi secara lengkap Mengenai adanya bantuan tersebut,serta lakukan pelatihan dan pendampingan kepada petani padi di Kecamatan Purbolinggo.

6. Agar para petani dapat menggunakan benih padi sesuai ketentuan yang ditetapkan agar hasil produksi dan produktifitas meningkat.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian Nasional. 2012. Tentang Pedoman Umum Bantuan Langsung Benih Unggul. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Dinas Pertanian Nasional. Daftar Alokasi Benih BLBU Tahun 2012. Lampung Timur.

Sugiono. 2006. Statistik Untuk penelitian. Bandung: L Fabata.

Djayasinga, Marselina. 2006. Ekonomi Publik Suatu Pengantar. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Kantor BPS Kabupaten Lampung Timur. 2013. Kecamatan Purbolinggo Dalam Angka.

Mangkoesoebroto, Guritno. 2000. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE. Undang-Undang RI No. 7, 1996. Pangan, Jakarta.

Nazir, Moh. 2000. Metode Penelitian. Jakarta: PT Ghalia Indonesia. Nurdajaman, Arsyad. 1992. Keuangan Negara. Jakarta: Intermedia. Sayuti, Husain. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: Fajar Agung.

Suparmoko, M. 1997. Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: BPFE.

Teguh, Muhammad. 2005. Metodologi Penelitian EkonomiTeori dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan EkonomiEdisi ke-5. Jakarta: Bumi Aksara.


(49)

Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Yulistiana, Dewi. 2008 “Efektivitas Penyaluran Raskin (Program Beras Untuk Keluarga Miskin) Dalam memenuhi Kebutuhan Pangan Masyarakat Miskin Di Kelurahan Kota Karang Kota Bandar Lampung Tahun

2007”.Skripsi. Universitas Lampung.

Sumber Lain : www.google.com


(1)

3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Batanghari. 4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bungur.

Ibukota Kecamatan Purbolinggo berkedudukan di Desa Fajar Asri. Wilayah Kecamatan Purbolinggo terdiri atas 7 Desa, yaitu:

1. Taman Asri 2. Taman Sari 3. Taman Bogo 4. Taman Endah 5. Taman Dadi 6. Taman Fajar 7. Tegal Gombo

2.Aspek Kependudukan

Tabel 7. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Purbolinggo Tahun 2012.

NO DESA Rumah- Penduduk Sex

tangga Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio 1. Taman Asri 749 1.376 1.456 2.832 94.5 2. Taman Sari 900 1.783 1.732 3.515 102.9 3. Taman Bogo 696 1.340 1.305 2.645 102.7 4. Taman Enda 1.359 2.767 2.821 5.588 98.1 5. Taman Dadi 909 1.763 1.669 3.432 105.6 6. Taman Fajar 804 1.808 1.689 3.497 107.0

7. Tegal Gondo 434 814 735 1.549 110.7

Jumlah 5.851 11.651 11.407 23.058 102.1 Sumber: Registrasi Penduduk akhir tahun


(2)

38

Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Dewasa dan Anak-anak di Kecamatan Purbolinggo Tahun 2012.

NO DESA Dewasa Anak-anak

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Taman Asri 896 752 497 687 2.832

2. Taman Sari 996 983 659 877 3.515

3. Taman Bogo 857 724 469 595 2.645

4. Taman Enda 1.645 1.726 849 1.368 5.588

5. Taman Dadi 1.158 1.143 503 628 3.432

6. Taman Fajar 1.310 1.077 439 671 3.497

7. Tegal Gondo 517 414 259 359 1.549

Jumlah 7.379 6.819 3.675 5.185 23.058

Sumber: Kantor Camat Purbolinggo 2012

3. Aspek Pertanian

Tabel 9. Luas Lahan Sawah dan Bukan Sawah (Ha) di Kecamatan Purbolinggo Tahun 2012.

NO DESA Sawah Bukan sawah Jumlah

1. Taman Asri 198.25 511.25 709.50

2. Taman Sari 215.70 874.30 1.090.00

3. Taman Bogo 180.80 415.20 596.00

4. Taman Enda 439.75 635.25 1.075.00

5. Taman Dadi 305.50 345.25 650.75

6. Taman Fajar 220.85 625.50 846.35

7. Tegal Gondo 136.40 334.00 470.40

Jumlah 1.697.25 3.740.75 5.438.00

Sumber: Kantor Camat Purbolinggo 2012

Tabel 10. Luas Tanaman Padi dan Jagung Tahun 2011(Ha) di Kecamatan Purbolinggo Tahun 2012.

No Desa Padi Jagung

1 Taman Asri 185,75 70,50

2 Taman Sari 376,00 302,00

3 Taman Bogo 30,00 125,00

4 Taman Enda 310,00 215,00

5 Taman Dadi 315,00 68,00

6 Taman Fajar 280,25 320,00

7 Tegal Gondo 136,40 65,24

Jumlah 1633,40 1165,74


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari pembahasan mengenai pelaksanaan program BLBU di Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Perencanaan dan Pelaksanaan BLBU di Kecamatan Purbolinggo, secara keseluruhan ditinjau dari segi ketepatan sasaran, ketepatan jumlah, ketepatan waktu, dan ketepatan bentuk termasuk dalam kategori efektif.

2. Berdasarkan pengukuran variable pelaksanaan program ini dengan tingkat persentase sebesar 73,61%. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program Ini berjalan dengan efektif.

3. Dengan adanya Program BLBU di Kecamatan Purbolinggo ini membantu petani padi di daerah ini dalam penyediaan benih padi unggul bermutu.

4. Pemberian benih padi (BLBU) memberikan pengaruh positif kepada petani padi,kelompok tani, di Kecamatan Purbolinggo.

5. Bantuan Langsung Benih Unggul ini membantu dalam mengurangi biaya produksi padi, walaupun dalam pelaksanaannya berjalan dengan efektif tetapi produktifitas menurun. Hal ini terjadi karena hasil produksi padi ditentukan juga oleh faktor alam dan sistem irigasi di daerah tersebut.


(4)

58

B. Saran

Dari hasil uraian-uraian dan kesimpulan diatas, diberikan beberapa pemikiran yang kiranya dapat berguna untuk memperbaiki dan meningkatkan pencapaian efektivitas pelaksanaan Program BLBU di Kecamatan Purbolinggo sebagai berikut :

1. Agar pihak petugas BLBU tidak membebankan biaya operasional kepada Petani penerima BLBU sehingga petani dapat menerima subsidi BLBU secara Penuh tanpa adanya baiaya tambahan yang harus dikeluarkan.

2. Agar pihak petugas BLBU selalu memeriksakan kondisi benih BLBU yang Akan diberikan kepada petani agar tidak ada petani yang menerima benih BLBU dengan kondisi rusak.

3. Agar pihak petugas BLBU lebih merata dalam pembagian jumlah benih BLBU dan sesuai dengan pedoman pelaksanaan BLBU sehingga petani Dapat memperoleh benih BLBU dengan jumlah yang sesuai dengan ketentuan program.

4. Agar pihak petugas BLBU dapat memberikan benih BLBU sesuai dengan waktunya.

5. Agar pihak petugas BLBU lebih aktif lagidalam mensosialisasikan program BLBU kepada petani agar petani mendapatkan informasi secara lengkap Mengenai adanya bantuan tersebut,serta lakukan pelatihan dan pendampingan kepada petani padi di Kecamatan Purbolinggo.

6. Agar para petani dapat menggunakan benih padi sesuai ketentuan yang ditetapkan agar hasil produksi dan produktifitas meningkat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian Nasional. 2012. Tentang Pedoman Umum Bantuan Langsung Benih Unggul. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Dinas Pertanian Nasional. Daftar Alokasi Benih BLBU Tahun 2012. Lampung Timur.

Sugiono. 2006. Statistik Untuk penelitian. Bandung: L Fabata.

Djayasinga, Marselina. 2006. Ekonomi Publik Suatu Pengantar. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Kantor BPS Kabupaten Lampung Timur. 2013. Kecamatan Purbolinggo Dalam Angka.

Mangkoesoebroto, Guritno. 2000. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE. Undang-Undang RI No. 7, 1996. Pangan, Jakarta.

Nazir, Moh. 2000. Metode Penelitian. Jakarta: PT Ghalia Indonesia. Nurdajaman, Arsyad. 1992. Keuangan Negara. Jakarta: Intermedia. Sayuti, Husain. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: Fajar Agung.

Suparmoko, M. 1997. Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: BPFE.

Teguh, Muhammad. 2005. Metodologi Penelitian EkonomiTeori dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan EkonomiEdisi ke-5. Jakarta: Bumi Aksara.


(6)

Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Yulistiana, Dewi. 2008 “Efektivitas Penyaluran Raskin (Program Beras Untuk Keluarga Miskin) Dalam memenuhi Kebutuhan Pangan Masyarakat Miskin Di Kelurahan Kota Karang Kota Bandar Lampung Tahun

2007”.Skripsi. Universitas Lampung.

Sumber Lain : www.google.com