ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN GURU SEKOLAH DASAR TENTANG PEMBELAJARAN TERPADU PADA KURIKULUM 2013 DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

(2)

ABSTRAK

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN GURU SEKOLAH DASAR TENTANG PEMBELAJARAN TERPADU PADA KURIKULUM 2013

DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Maryeni

Penelitian ini berfokus pada tingkat pemahaman guru sekolah dasar kelas IV tentang pembelajaran terpadu pada kurikulum 2013 di Kota Bandar Lampung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pemahaman guru tentang pembelajaran terpadu yang meliputi aspek konsep pembelajaran terpadu dan aspek prosedur pembelajaran terpadu yang meliputi penyusunan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Penelitian ini menggunakan metode kombinasi dengan desain penelitian Sequential Explonatory. Populasi penelitian ini 18 sekolah dasar yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan 52 guru. Teknik pengambilan sampel adalah Purposive Sampling, sehingga jumlah sampel penelitian ini 9 sekolah dasar dengan 30 guru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 15 guru atau (50,00%) cukup memahami aspek konsep pembelajaran terpadu, 12 guru atau (40,00%) memahami aspek prosedur penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu, 15 guru atau (50,00%) cukup memahami aspek pelaksanaan pembelajaran terpadu, 22 guru atau (73,33%) kurang memahami aspek prosedur evaluasi pembelajaran terpadu dan secara keseluruhan guru cenderung kurang memahami tentang pembelajaran terpadu pada aspek evaluasi pembelajaran terpadu.


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Maryeni, dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 5 Juli 1991. Penulis adalah anak bungsu dari enam bersaudara, dari Bapak M. Husaini dan Ibu Mastuni (Alm).

Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah:

1. TK Dharma Wanita Kota Agung Surabaya tahun 1995-1998

2. Sekolah Dasar Negeri 3 Bumi Waras Bandar Lampung tahun 1998-2004 3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Bandar Lampung 2004-2007 4. Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung Karang Bandar Lampung 2007-2010

Tahun 2010, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Keterampilan Minat dan Bakat (PKAB). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan (HIMAJIP), Perkumpulan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka Universitas lampung.


(7)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini dengan kerendahan hati mengharap Ridho Allah SWT, sebagai tanda cinta kasihku kepada:

Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda M.Husaini dan Ibunda Mastuni (Alm) yang telah menjaga, mendidik, mendo’akan dan memotivasi penulis dengan penuh

kesabaran dan kasih sayang demi keberhasilanku yang tak akan bisa kubalas dengan sempurna

Keluarga besarku “aa dan teteh” yang selalu mendo’akan dan memberikan dukungan untuk keberhasilanku

Guru dan Dosen yang telah berjasa memberikan bimbingan dan ilmu yang sangat berharga melalui ketulusan dan kesabaranmu.

Seseorang yang kelak menjadi pendamping hidup penulis. Keluarga besar PGSD 2010

Keluarga besar UKM Pramuka Unila Almamater tercinta Universitas Lampung


(8)

MOTO

Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah)

dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.

(Al-Baqarah:1:153)

Jika engkau tidak bisa menjadi batang nyiur yang tegar

jadilah segumpal rumput tetapi mampu memperindah taman

(Sandi Racana Putera Saburai)

Kesuksesanmu tergantung seberapa banyak do

amu, seberapa besar

usahamu dan seberapa kuat kesabaranmu.


(9)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim.

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Pemahaman Guru Sekolah Dasar Tentang Pembelajaran Terpadu di Kota Bandar Lampung.” Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan sebagai Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(10)

4. Ibu Dr. Rochmiyati, M.Si., Pembimbing I, yang telah banyak membantu mengarahkan, membimbing dan memberi motivasi dengan kesabaran yang tulus sampai skripsi ini selesai.

5. Ibu Dra. Sasmiati, M.Hum., Pembimbing II, yang telah banyak membantu mengarahkan, membimbing, dan memberi motivasi dengan kesabaran yang tulus sampai skripsi ini selesai.

6. Ibu Dr. Een Y. Haenilah, M.Pd., Penguji utama yang telah membantu mengarahkan dan memberi motivasi sampai skripsi ini selesai.

7. Bapak dan Ibu Dosen Staf Karyawan Jurusan Ilmu Pendidian, yang telah membantu sampai skripsi ini selesai.

8. Kepala Sekolah dan wali kelas IV di Sekolah Dasar Negeri (SD Negeri) 1 Rawa Laut, Sekolah Dasar Negeri (SD Negeri) 2 Rawa Laut, Sekolah Dasar Negeri (SD Negeri) 1 Pengajaran, Sekolah Dasar Negeri (SD Negeri) 2 Labuhan Ratu, Sekolah Dasar Negeri (SD Negeri) 1 Gotong Royong, Sekolah Dasar Negeri (SD Negeri) 1 Surabaya, SD Kartika II-5, SD Kartika II-6 dan SD IT Permata Bunda yang telah membantu kelancaran selama penelitian. 9. Kedua orang tuaku, kakakku Roji dan Yudi, tetehku Nur, Yani, Leni dan

keluarga besarkutelah memberikan do’a, motivasi, dan bantuan dalam menyelesaikan studi ini.

10. Kak Arifin yang telah menemaniku dalam suka maupun duka, terimakasih

telah menemani, membantu, memberikan motivasi dan do’a sampai skripsi


(11)

11. Teman seperjuangan di PGSD 2010, Nisa, Tanti, mba Vico, Devy, Dewi,

Ma’sum,Septi, Cica, Kiki, Fina, Winda, Linda, Indah Suri, Dwi Indah,

Laddy, Reni, Ai, Rika, Nisa, Risa, Yosi, Yani, Suci, Ria, Marina, Imam, Sainer, Nio, Aji, Pindo, Rahmat, Dedi, yang telah membantu, memotivasi sampai skripsi ini selesai dan terimakasih atas kekeluargaan dan kebersamaan yang telah diberikan.

12. Sahabatku Nani, Ulan, Kak Mete, Kak Odi, Sandi, Kak Erwin, Kak Fauzi, Kakak-Kakak dan adik-adikku tercinta di Pramuka Unila, terimakasih untuk kebersamaan dan kekeluargaan serta dukungan, bantuan dan motivasi yang telah diberikan.

13. Keluarga besar UKM Pramuka Unila atas kebersamaan, kekeluargaan, dan motivasi yang diberikan.

14. Teman-teman dan keluarga besar KKN-KT Desa Canggu Lampung Barat yang sudah memberikan pelajaran berharga kepada penulis akan

kekeluargaan, kebersamaan, dan gotong-royong.

15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya. Kritik dan saran yang membangun demi peningkatan kualitas skripsi ini di masa mendatang sangat penulis harapkan.

Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis,


(12)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DEPAN ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN JUDUL DALAM SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN... iv

HALAMAN PENGESAHAN... v

HALAMAN PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP... vii

KATA PERSEMBAHAN... viii

MOTTO ... ix

SANWACANA... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Pembatasan Masalah ... 6

1.4 Rumusan Masalah ... 7

1.5 Tujuan Penelitian ... 7

1.6 Manfaat Penelitian ... 8

1.7 Ruang Lingkup Penelitian... 9

II. KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Deskripsi Teoritis... 10

2.1 Pemahaman Guru ... 10

2.2 Ukuran Pemahaman ... 13

2.3 Pembelajaran Terpadu Pada Kurikulum 2013 ... 15

2.3.1 Konsep Pembelajaran Terpadu ... 15

2.3.2 Prinsip-prinsip Pembelajaran Terpadu... 19

2.3.3 Pentingnya Pembelajaran Terpadu ... 22

2.3.4 Karakteristik Pembelajaran Terpadu ... 23

2.3.5 Langkah-langkah (Sintaks) Pembelajaran Terpadu ... 25


(13)

xiv

III. METODE PENELITIAN... 31

3.1 Metode Penelitian ... 31

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

3.2.1 Populasi ... 32

3.2.2 Sampel dan Teknik Sampel ... 32

3.3 Definisi Konseptual ... 34

3.4 Definisi Operasional ... 34

3.5 Pengembangan Instrumen ... 35

3.6 Teknik Pengumpulan Data... 35

3.7 Teknik Analisis Data... 36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1 Pelaksanaan Penelitian ... 40

4.2 Hasil Penelitian ... 41

4.2.1 Pemahaman Guru pada Aspek Konsep Pembelajaran Terpadu ... 41

4.2.2 Pemahaman Guru pada Aspek Prosedur Pembelajaran Terpadu dalam hal Penyusunan Perencanaan ... 44

4.2.3 Pemahaman Guru pada Aspek Prosedur Pembelajaran Terpadu dalam hal Pelaksanaan... 47

4.2.4 Pemahaman Guru pada Aspek Prosedur Pembelajaran Terpadu dalam hal Evaluasi... 51

4.2.5 Kategori Hasil Pemahaman Guru Mengenai Konsep PembelajaranTerpadu Dan Prosedur Pembelajaran Terpadu Dalam Hal Penyusuna Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi... 53

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

4.3.1 Aspek Konsep Pembelajaran Terpadu ... 57

4.3.2 Aspek Prosedur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu... 62

4.3.3 Aspek Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu ... 68

4.3.4 Aspek Prosedur Evaluasi Pembelajaran Terpadu ... 79

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 85

5.1 Simpulan ... 85

5.2 Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN 92


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Sintaks Pembelajaran Terpadu ... 26

2. Sampel Penelitian ... 33

3. Definisi Operasional Variabel ... 34

4. Tingkat Pemahaman Guru ... 39

5. Persentase Pemahaman Guru Terhadap Penguasaan Konsep Pembelajaran Terpadu ... 42

6. Persentase Pemahaman Guru Terhadap Penguasaan Tema Pembelajaran Terpadu... 43

7. Persentase Pemahaman Guru Terhadap Prosedur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu ... 45

8. Persentase Pemahaman Guru Terhadap Peranannya dalam Pelaksanaan Pembelajaran ... 48

9. Persentase Pemahaman Guru Terhadap Peranan Peserta Didik dalam Pelaksanaan Pembelajaran ... 50

10. Persentase Pemahaman Guru Terhadap Prosedur Evaluasi Pembelajaran Terpadu... 52

11. Hasil Keseluruhan Pemahaman Guru Mengenai Aspek Konsep Pembelajaran Terpadu dan Aspek Prosedur Pembelajaran Terpadu Meliputi Penyusunan Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi ... 54


(15)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Berpikir ... 30 2. proses penelitian dalam model urutan pembuktian


(16)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Instrumen Pemahaman Guru Tentang Pembelajaran Terpadu ... 88

2. Hasil Tes Pemahaman Responden Mengenai Penguasaan Konsep Pembelajaran Terpadu ... 89

3. Hasil Tes Pemahaman Responden Mengenai Penguasaan Tema Pembelajaran Terpadu ... 90

4. Hasil Tes Pemahaman Responden Mengenai Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu ... 91

5. Hasil Tes Pemahaman Responden Mengenai Peranan Guru Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran ... 92

6. Hasil Tes Pemahaman Responden Mengenai Peranan Peserta Didik Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran ... 93

7. Hasil Tes Pemahaman Responden Mengenai Prosedur Evaluasi Pembelajaran Terpadu... 94

8. Surat Penelitian Pendahuluan dari Kampus ... 95

9. Surat Izin Penelitian dari Kampus ... 103

10. Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah... 104

11. Daftar Sekolah SD yang Sudah Mengimplementasikan Kurikulum 2013 ... 112


(17)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan merupakan upaya seseorang untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pendidikan sangat penting bagi kehidupan karena melalui pendidikan, seseorang diharapkan memiliki kemampuan untuk hidup berguna dan bermakna, memiliki ilmu pengetahuan yang berlandaskan nilai-nilai agama dimana nilai-nilai budaya yang dapat digunakan sebagai panduan hidup di masyarakat. Sejalan dengan pelaksanaan program pendidikan di Indonesia pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan nasional. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 dinyatakan bahwa,

Pendidikan nasional Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Terkait dengan tujuan pendidikan nasional tersebut, pemerintah secara bertahap berusaha meningkatkan kualitas pendidikan di antaranya melakukan penyempurnaan sistem pendidikan, salah satunya diterapkan kurikulum 2013. Beralihnya sistem pendidikan ke kurikulum 2013 bukan berarti kurikulum sebelumnya kurang baik, namun tata kelola kurikulum yang dilakukan


(18)

2

pemerintah merupakan upaya penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Hal yang harus di pahami bahwa, kurikulum 2013 menyeimbangkan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Diketahui bahwa kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran tematik terpadu. Guru harus mampu mengintegrasikan satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain untuk mencapai kompetensi yang ditentukan. Model pembelajaran yang mengintegrasikan satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain lebih dikenal dengan pembelajaran terpadu. Model pembelajaran terpadu dirancang dan wajib untuk di implementasikan pada satuan pendidikan di sekolah dasar.

Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek antar mata pelajaran yang di kemas dalam tema atau topik suatu wacana yang isinya mempelajari materi dari beberapa bidang studi dalam waktu bersamaan yang pembelajarannya memperhatikan tingkat perkembangan anak. Hal tersebut sesuai dengan model belajar humanisme yang merujuk pada teori belajar konstruktivisme oleh Carl Ransom Rogers dalam (Nabisi Lapono, 2010:34) bahwa,

Model belajar humanisme memandang kegiatan belajar merupakan kegiatan yang melibatkan potensi psikis yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik dan dalam teori humanisme didasarkan pada pemikiran bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang dalam upayanya memenuhi kebutuhan hidupnya.


(19)

3

Mengenai pendapat di atas sesuai bahwa, pembelajaran terpadu dipengaruhi oleh model belajar humanisme, dimana pembelajaran terpadu menekankan pada tingkat perkembangan dan tingkat intelektual peserta didik yang memberikan pengalaman langsung yang merupakan kunci pembelajaran yang membentuk peserta didik menjadi kreatif dan menggali potensi yang dimiliki peserta didik tersebut. Menurut Depdikbud dalam (Trianto, 2012:56) menyatakan bahwa,

Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang memerhatikan dan menyesuaikan pemberian konsep sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Pendekatan berangkat dari teori pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.

Menurut pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa, pembelajaran terpadu menolak pembelajaran yang hanya menekankan pada cara mengajar memberikan materi dengan latihan. Latihan saja tidak cukup bagi peserta didik untuk mendapatkan pengalaman dan meningkatkan potensi yang dimilikinya. Lebih lanjut Trianto (2012:7) menyatakan bahwa,

“….melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh

pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Pembelajaran terpadu memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar, disamping itu, pembelajaran terpadu menyajikan beberapa keterampilan dalam suatu proses pembelajaran. Selain mempunyai sifat luwes, pembelajaran terpadu memberikan hasil

yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak”.

Menurut pendapat di atas jelas bahwa, pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana peserta didik mendapat pengalaman melalui konsep yang telah dipelajarinya, sehingga melalui pembelajaran terpadu peserta didik mendapatkan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat


(20)

4

dan kebutuhannya. Adapun tujuan model pembelajaran terpadu menurut Trianto (2012:7) bahwa,

Pembelajaran terpadu bertujuan meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajari secara bermakna. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah dan memanfaatkan informasi. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain. Meningkatkan gairah dalam belajar. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

Memperhatikan hal di atas bahwa, tujuan pembelajaran terpadu adalah mengharapkan siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Tujuan pembelajaran terpadu dapat tercapai ditentukan oleh seberapa luas wawasan dan pemahaman guru tentang pembelajaran terpadu, karena guru sebagai pelaksana pembelajaran harus memahami pembelajaran terpadu sebagaimana kurikulum 2013 guru harus melaksanakan pembelajaran tematik terpadu. Terkait dengan wawasan dan pemahaman guru tentang pembelajaran tematik terpadu.

Berdasarkan data sekolah dasar yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013 yang diperoleh melalui situs Kemendikbud, wilayah Kota Bandar Lampung memiliki 234 sekolah dasar, dan hanya 18 sekolah dasar yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013 dan berdasarkan hasil studi pendahuluan berupa wawancara pada guru kelas IV yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013, bahwa implementasi kurikulum 2013 belum bisa dilaksanakan secara maksimal, terutama di kelas IV. Hal ini


(21)

5

belum sesuai dengan kenyataan yang mengharuskan guru melaksanakan proses pembelajaran menggunakan pendekatan tematik terpadu yang ditetapkan dalam kurikulum 2013. Hal ini disebabkan guru kelas IV belum siap untuk menggunakan pembelajaran tematik terpadu dalam proses pembelajaran karena dengan latar belakang guru kelas IV adalah guru kelas yang sebelumnya mengajar berdasarkan bidang studi. Guru kelas IV mengalami kesulitan untuk mengimplementasikan pembelajaran tematik terpadu, di duga guru kelas IV belum memahami pembelajaran tematik terpadu dalam hal mempersiapkan materi pembelajaran tematik terpadu, mengalami kesulitan untuk membuat rancangan pembelajaran tematik terpadu dan belum tepat dalam menggunakan strategi dalam proses pembelajaran terpadu, dimana isi pelajaran diajarkan dengan strategi pembelajaran secara terpisah.

Kesulitan yang dihadapi oleh guru kelas IV disebabkan kurangnya pemahaman guru kelas IV tentang konsep pembelajaran terpadu maka guru kelas IV diharapkan dapat mempersiapkan materi dan mampu melaksanakan proses pembelajaran terpadu dengan tepat. Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian mengenai tingkat pemahaman guru tentang pembelajaran tematik terpadu sesuai kurikulum 2013. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Analisis Tingkat Pemahaman Guru Sekolah Dasar Tentang Pembelajaran Terpadu pada Kurikulum 2013 di Kota Bandar Lampung”.


(22)

6

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Implementasi pembelajaran tematik terpadu belum dilaksanakan dengan baik khususnya di kelas IV.

2. Guru kelas IV mengalami kesulitan dalam mempersiapkan materi

pembelajaran tematik terpadu karena sudah terbiasa melaksanakan satuan mata pelajaran.

3. Guru kelas IV mengalami kesulitan untuk membuat rancangan

pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran tematik terpadu. 4. Guru kelas IV mengalami kesulitan dalam melakukan pembelajaran

tematik terpadu.

1.3 Pembatasan Masalah

Penelitian ini membatasi pada masalah bagaimana tingkat pemahaman guru kelas IV tentang pembelajaran tematik terpadu pada kurikulum 2013 di Kota Bandar Lampung.


(23)

7

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Bagaimanakah tingkat pemahaman guru tentang pembelajaran terpadu yang meliputi:

a. Aspek konsep pembelajaran terpadu

b. Aspek prosedur penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu c. Aspek prosedur pelaksanaan pembeajaran terpadu

d. Aspek prosedur evaluasi pembelajaran terpadu

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk.

1. Mengetahui tingkat pemahaman guru tentang pembelajaran terpadu yang meliputi:

a. Aspek konsep pembelajaran terpadu

b. Aspek prosedur penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu c. Aspek prosedur pelaksanaan pembeajaran terpadu


(24)

8

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi sekolah

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah dasar terutama dalam implementasi pembelajaran terpadu.

b. Bagi guru

Sebagai bahan evaluasi diri, refleksi dan masukan bagi guru, sejauh mana tingkat pemahamannya dalam upaya mengembangkan kurikulum 2013 dan pembelajaran terpadu untuk menumbuhkan semangat dalam upaya meningkatkan kemampuan pelaksanaan tugas-tugas sesuai dengan lingkup pekerjaan dan kompetensinya ke arah yang lebih baik, sehingga, kinerja guru dapat ditingkatkan dalam peningkatan kualitas pembelajaran yang mereka laksanakan di sekolah.

c. Bagi peneliti lain

Dapat menjadi gambaran dalam mengembangkan penelitian pembelajaran terpadu yang berkaitan dengan aspek pemahaman guru dalam konsep yang berbeda.


(25)

9

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pemahaman guru tentang pembelajaran tematik terpadu berbasis kurikulum 2013.

2. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru sekolah dasar yang telah menerapkan kurikulum 2013 di Kota Bandar Lampung.

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bandar Lampung. 4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2013/2014.


(26)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

2.1Pemahaman Guru

Pemahaman merupakan salah satu bagian daripada domain kognitif dari Taksonomi Anderson yang merupakan revisi dari Taksonomi Bloom. Menurut Anderson, segala upaya yang menyangkut aktifitas otak termasuk dalam ranah kognitif. Kawasan kognitif terdiri atas 6 (enam) tingkatan yang berurut dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, yakni mengingat (remember), memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate) dan membuat (create). Pemahaman menurut Anderson (2001:70) bahwa,

As we indicated, when the primary goal of instruction is to promote retention, the focus is on objectives that emphasize remember. when the goal of instruction is to promote transfer, however, the focus shifts to the other five cognitive processes, understand through create.

Menurut pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa, ketika seseorang menyampaikan informasi, pusat yang ditekankan adalah mengingat. Namun, ketika tujuan utama pengajaran adalah untuk meyalurkan informasi maka seseorang dapat memahami apabila di sertai proses


(27)

11

menciptakan atau membuat sesuatu dari informasi tersebut. Hal ini berkaitan dengan kinerja otak dalam proses berpikir dan belajar dalam memahami sesuatu. Dikatakan demikian karena untuk menuju ke arah pemahaman perlu diikuti dengan belajar dan berpikir. Menurut Em Zul dkk menyatakan bahwa,

Pemahaman merupakan proses, perbuatan dan cara memahami. Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami”. (Em Zul, Fajri & Ratu Aprilia Senja, 2008 : 607-608).

Menanggapi hal di atas bahwa, memahami di dapatkan melalui proses perbuatan. Sedangkan menurut Anas Sudijono (2005:50),

Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai sudut. Seorang guru dapat dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Menanggapi hal di atas bahwa, pemahaman merupakan ukuran kemampuan seseorang untuk dapat mengerti atau memahami sesuatu, apabila seseorang dapat diketahui memahami apabila seseorang dapat memberikan penjelasan dari informasi yang di dapat secara rinci dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Kata kunci dalam pemahaman menurut Anderson (2001:70) bahwa,

“.…Cognitive processes in the category of understand include interpreting, exemplifying, classifying, summarizing, inferring, comparing and explaining.


(28)

12

Memperhatikan hal di atas dapat dijelaskan bahwa, proses kognitif dalam kategori memahami adalah menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, meringkas, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tingkatan pemahaman dari yang terendah sampai yang tertinggi merupakan proses perbuatan memahami dengan cara berpikir dan belajar. Apabila pemahaman merupakan ukuran kemampuan seseorang untuk dapat mengerti atau memahami kegiatan yang dilakukannya, maka dalam pembelajaran, guru harus mengerti atau memahami apa yang diajarkannya kepada peserta didik. Hal ini sesuai dengan Daryanto (2008:106) bahwa,

Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Guru dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain.

Guru merupakan seorang pendidik yang memiliki tanggung jawab terhadap kualitas pendidikan. Menurut UU No. 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 1 tentang Guru dan Dosen bahwa,

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Menanggapi hal di atas bahwa, guru sebagai pendidik profesional mempunyai tugas utama dan peran penting untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran. Menurut Direktorat


(29)

13

Tenaga Kependikan Depdiknas (Kunandar, 2007:56), Keprofesionalan guru memuat beberapa kompetensi,

Standar kompetensi guru meliputi beberapa komponen, yaitu pengelolaan pembelajaran, pengembangan potensi, penguasaan akademik, sikap kepribadian. Secara keseluruhan standar kompetensi terdiri dari tujuh kompetensi, yaitu penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan interaksi belajar mengajar, penilaian prestasi belajar peserta didik, pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik, pengembangan profesi, pemahaman wawasan pendidikan, penguasaan bahan kajian akademik.

Memperhatikan hal di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman guru adalah kemampuan guru dalam menguasai suatu proses pembelajaran dalam hal menguasai langkah-langkah dan interaksi dalam pembelajaran. Mampu mengerti dan memahami materi atau bahan yang diajarkannya dan mampu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi guna meningkatkan kemampuan peserta didik.

2.2Ukuran Pemahaman

Ukuran pemahaman seseorang diketahui apabila dilakukan pengukuran. Menurut Djemari Mardapi (2012:7) bahwa,

Pengukuran merupakan kegiatan penentuan angka bagi suatu objek secara sistematik. Penentuan angka ini merupakan suatu usaha untuk menggambarkan karakteristik suatu objek. Kemampuan seseorang dalam bidang tertentu dinyatakan dengan angka.


(30)

14

Memperhatikan di atas bahwa, pengukuran dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam bidang tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka. Sehingga ukuran pemahaman diketahui melalui pengukuran dengan mengumpulkan data secara pengamatan empiris, yaitu proses pemberian angka dimana seseorang telah mencapai karakteristik tertentu. Sedangkan menurut Benjamin S. Bloom dalam Anas Sudijono (2005:49-50) bahwa,

Ukuran pemahaman termasuk dalam ranah proses berpikir (cognitive domain) yang mencakup kegiatan mental (otak) dan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang yang paling tinggi dan pemahaman termasuk dalam jenjang yang kedua. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat dan lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, ukuran pemahaman seseorang dapat dinilai berdasarkan pengumpulan data secara pengamatan empiris yaitu proses pemberian angka dimana seseorang telah mencapai karakteristik tertentu. Dalam hal ini ukuran pemahaman dapat diketahui dengan empat kategori pemahaman guru, yakni, kurang memahami, cukup memahami, memahami dan sangat memahami dengan mengadaptasi standar rata-rata Saifuddin Azwar (2005:108) yaitu. Interval nilai 76 – 100 sangat memahami, 51 – 75 memahami, 26 – 50 cukup memahami dan 0 – 25 kurang memahami.


(31)

15

2.3Pembelajaran Terpadu pada Kurikulum 2013 2.3.1 Konsep Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu sudah ada sekitar empat puluh tahun lalu, para ahli banyak mengemukakan pendapatnya mengenai pembelajaran terpadu. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan terpadu diharapkan dapat memperbaiki kualitas pendidikan dasar. Menurut Joni T.R dalam (Trianto, 2012:56) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu merupakan,

Suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuwan secara holistik, bermakna, dan otentik.

Menanggapi hal di atas bahwa, pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang dapat dilakukan secara individual atau secara kelompok dimana peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sesuai dengan pendapat diatas menurut Hadisubroto dalam (Trianto, 2012: 56), pembelajaran terpadu adalah,

Pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dangan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar anak, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Apabila dikaitkan dengan tingkat perkembangan anak, pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang memerhatikan dan menyesuaikan pemberian konsep materi sesuai


(32)

16

dengan tingkat perkembangan anak. Hal ini diperkuat Depdikbud dalam (Trianto, 2012:56) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu adalah,

Pendekatan berangkat dari teori pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.

Menanggapi hal di atas bahwa, pembelajaran terpadu menolak suatu cara mengajar yang hanya menekankan peserta didik untuk melakukan latihan dalam kegiatan pembelajaran, karena apabila hanya ditekankan pada latihan saja, peserta didik tidak akan memperoleh suatu pembelajaran yang bermakna dan tidak menemukan potensi yang dimilikinya. Pendekatan belajar mengajar seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak didik. Menurut Prabowo dalam (Iif Khoiru Ahmadi dkk, 2011:44-45), arti bermakna disini karena,

Pembelajaran terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pelajari dengan melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami. Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik (Developmentally Practical).

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan terpadu diharapkan dapat memperbaiki kualitas pendidikan dasar, terutama untuk mencegah penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran di sekolah. Dampak negatif dari penjejalan kurikulum akan


(33)

17

berakibat buruk terhadap perkembangan anak. hal tersebut terlihat dengan dituntutnya anak untuk mengerjakan berbagai tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Mereka kurang mendapat kesempatan untuk belajar, untuk membaca dan sebagainya. Disamping itu mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran alamiah langsung. Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri yaitu, berpusat pada anak, proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, serta pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas. Disamping itu pembelajaran terpadu menyajikan beberapa konsep dari berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran. Kecuali mempunyai sifat luwes, pembelajaran terpadu juga memberi hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan, Depdikbud dalam Iif Khoiru Ahmadi dkk, (2012:46) sebagai berikut:

1. Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya.

2. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

3. Kegiatan belajar bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat bertahan lama.

4. Keterampilan berpikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.

5. Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai dengan lingkungan anak.

6. Keterampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. Keterampilan sosial ini antara lain adalah: kerja sama, komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat orang lain.


(34)

18

Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa pembelajaran terpadu mempunyai kelebihan yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam membantu peserta didik berkembang sesuai dengan taraf perkembangan intelektualnya. Menurut Iif Khoiru Ahmadi dkk (2012:47-48) bahwa,

Pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa. Dengan pendekatan terpadu siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri. Dalam pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama.

Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi bebagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan peserta didik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi dimana pembelajarannya diawali dengan pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain yang dilakukan secara spontan atau


(35)

19

direncanakan serta pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry yang melibatkan siswa secara aktif mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, berani bekerja secara kelompok, belajar dari hasil pengalamannya langsung dan mengemukakan pendapatnya sendiri yang dalam hal ini akan memberi hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat, kebutuhan dan perkembangan anak.

2.3.2 Prinsip-prinsip Pembelajaran Terpadu

Prinsip dasar pembelajaran terpadu umumnya memiliki keterkaitan materi atau tema dengan dunia siswa. Menurut Ujang Sukandi, dkk dalam (Trianto, 2012:57),

Pembelajaran terpadu memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa materi pelajaran.

Pembelajaran terpadu perlu memilih materi beberapa materi pelajaran yang mungkin dan saling terkait. Dengan demikian, materi yang dipilih dapat megungkapkan tema secara bermakna. Pembelajaran terpadu tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi sebaliknya pembelajaran terpadu harus mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum dapat dipadukan dalam satu tema perlu mempertimbangkan karakteristik siswa, seperti minat, kemampuan, kebutuhan dan pengetahuan awal. Menurut Trianto (2012:58-59),


(36)

20

secara umum prinsip-prinsip pembelajaran terpadu dapat diklasifikasikan menjadi:

(1) Prinsip Penggalian Tema

Prinsip penggalian tema hendaklah memerhatikan beberapa persyaratan.

1. Tema hendaknya tidak terlalu luas. 2. Tema harus bermakna.

3. Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.

4. Tema dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak.

5. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar.

6. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan dari masyarakat. 7. Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan

ketersediaan sumber belajar. (Trianto, 2012:58).

Berdasarkan hal di atas bahwa, prinsip penggalian tema dalam pembelajaran terpadu hendaknya diperhatikan, karena hal ini menentukan fokus peserta didik dalam pembelajaran terpadu. Tema yang ditentukan harus mewakili semua yang dibutuhkan peserta didik, yakni memberikan bekal bagi peserta didik untuk belajar selanjutnya.

(2) Prinsip Pengelolaan Pembelajaran

Prinsip pengelolaan pembelajaran hendaklah guru dapat berlaku sebagai berikut.

1. Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar. 2. Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus

jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok.

3. Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan. (Trianto, 2012:58-59).


(37)

21

Berdasarkan hal di atas, guru hendaknya sebagai mediator dan fasilitator dalam pengelolaan pembelajaran. Suasana dalam pembelajaran yang dikelolanya harus mengaktifkan dan melibatkan peserta didik dalam pengelolaan pembelajaran dan tujuan dalam pembelajaran hendaknya jelas dan terarah. Sehingga pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses pembelajaran.

(3) Prinsip Evaluasi

Prinsip evaluasi dalam pembelajaran terpadu, diperlukan beberapa langkah-langkah positif antara lain:

1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self evaluation/self assessment) di sampimg bentuk avaluasi lainnya.

2. Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai. (Trianto, 2012:59)

Berdasarkan hal di atas bahwa, evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila dilakukan evaluasi. Evaluasi tidak dilakukan oleh guru secara individual saja, tetapi guru dapat melibatkan peserta didik untuk melakukan evaluasi dalam pembelajaran. Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk melakukan penilaian diri. Hal ini akan membuat peserta didik mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan dalam pembelajaran dan dapat melakukan perbaikan positif dalam pembelajaran selanjutnya.


(38)

22

(4) Prinsip Reaksi

Dampak pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam KBM. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna. Pembelajaran terpadu memungkinkan hal ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan kepermukaan hal-hal yang dicapai melalui dampak pengiring. (Trianto, 2012:59).

Berdasarkan hal di atas dapat dijelaskan bahwa, selain guru dituntut untuk mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Guru harus melibatkan peserta didik dalam pembelajaran guna mencapai tujuan yang diharapkan. Selain itu, guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang tidak mengarahkan ke aspek yang sempit, namun ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna bagi peserta didik. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu terdiri atas prinsip penggalian tema, prinsip pengelolaan pembelajaran, prinsip evaluasi dan prinsip reaksi.

2.3.3 Pentingnya Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini disampaikan dengan pendapat Trianto (2012:59-61). Ada beberapa alasan yang mendasarinya, antara lain sebagai berikut.


(39)

23

Dunia anak adalah dunia nyata, proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa objek lebih terorganisir, pembelajaran akan lebih bermakna, memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri, memperkuat kemampuan yang diperoleh dan efisiensi waktu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa alasan yang mendasari pentingnya pembelajaran terpadu dalam kegiatan pembelajaran adalah dunia anak adalah dunia nyata, proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa objek lebih terorganisir, pembelajaran akan lebih bermakna, memberi peluang peserta didik untuk mengembangkan kemampuan diri, memperkuat kemampuan yang diperoleh dan efisiensi waktu.

2.3.4 Karakteristik Pembelajaran Terpadu

Menurut Depdikbud (dalam Trianto, 2012:61-63), pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri, yaitu: holistik, bermakna, otentik, dan aktif.

1. Holistik

Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang terkotak-kotak.

2. Bermakna

Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari.


(40)

24

3. Otentik

Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik.

4. Aktif

Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri. Holistik. Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu peristiwa dari segala sisi, yang pada nantinya hal ini akan membuat siswa menjadi tahu dan bijaksana dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada di depan mereka.

Bermakna. Setiap peristiwa yang dipelajari oleh peserta didik terbentuk dari suatu jalinan konsep-konsep yang berhubungan. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari. Selanjutnya hal ini akan mengakibatkan pembelajaran yang berfungsi, dimana siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan suatu masalah yang muncul dalam kehidupannya.


(41)

25

Otentik. Pembelajaran terpadu memungkinkan peserta didik memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan pembelajaran secara langsung. Dikatakan otentik, sebab peserta didik dapat memahami dari hasil belajar sendiri, dari hasil interaksinya dengan fakta dan peristiwa bukan hasil pemberitahuan guru, informasi dan pengetahuan yang di peroleh sifatnya lebih otentik atau dapat dipercaya, guru hanya sebagai fasilitator dan peserta didik sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuannya.

Aktif. Pembelajaran terpadu dikembangkan berdasar kepada pendekatan inquiri, dimana siswa terlibat aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan proses evaluasinya. Oleh sebab itu, pembelajaran terpadu menekankan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. Baik secara fisik, mental, intelektual maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa.

2.3.5 Langkah-langkah (Sintaks) Pembelajaran Terpadu

Langkah-langkah dalam pembelajaran terpadu meliputi tiga tahap yakni, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Hal ini dapat di kemukakan menurut pendapat Prabowo dalam Trianto bahwa,


(42)

26

Pada dasarnya langkah-langkah (sintaks) pembelajaran terpadu mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. (Prabowo dalam Trianto, 2012:63).

Menurut Trianto (2012:63), berkaitan dengan hal di atas maka sintaks model pembelajaran terpadu dapat direduksi dari berbagai model pembelajaran seperti,

Model pembelajaran langsung (direct instructions), model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), maupun model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based instructions). Dengan demikian, sintaks pembelajaran terpadu dapat bersifat luwes dan fleksibel.

Artinya, bahwa sintaks dalam pembelajaran terpadu dapat diakomodasi dari berbagai model pembelajaran yang dikenal dengan istilah setting atau merekontruksi.

Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Terpadu

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap Perencanaan Fase

Perencanaan

1.Menentukan jenis materi dan jenis keterampilan yang dipadukan

2.Memilih kajian materi, kompetensi inti dan indikator

3.Menentukan sub keterampilan yang dipadukan

4.Merumuskan indikator hasil belajar

5.Menentukan langkah-langkah pembelajaran Tahap

Pelaksanaan

Fase-1 Pendahuluan

1. Mengaitkan materi sekarang dengan materi sebelumnya

2. Memotivasi siswa

3. Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui konsep-konsep


(43)

27

Tahap Tingkah Laku Guru

prasyarat yang sudah dikuasai oleh siswa 4. Menjelaskan tujuan pembelajaran

Fase-2 Presensi Materi

1. Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasai oleh siswa melalui demontrasi dan bahan bacaan

2. Presentasi keterampilan proses yang dikembangkan

3. Presensi alat dan bahan yang dibutuhkan melalui charta/bagan

4. Memodelkan penggunaan peralatan melalui charta/bagan

Fase-3 Membimbing

pelatihan

1. Menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

2. Mengingatkan cara siswa bekerja dan berdiskusi secara kelompok sesuai komposisi kelompok

3. Membagi buku siswa dan LKS

4. Mengingatkan cara menyusun laporan hasil kegiatan

5. Memberikan bimbingan seperlunya 6. Mengumpulkan hasil kerja kelompok

setelah batas waktu yang telah ditentukan

Fase-4 Menelaah pemahaman dan

memberikan umpan balik

1. Mempersiapkan kelompok belajar untuk diskusi kelas

2. Meminta salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil kegiatan sesuai dengan LKS yang telah dikerjakan 3. Meminta anggota kelompok lain

menanggapi hasil presentasi

4. Membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi Tahap Evaluasi Fase-5 Mengembangkan dengan memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

1. Mengecek dan memberikan umpan balik terhadap tugas yang dilakukan

2. Membimbing siswa menyimpulkan seluruh materi pembelajaran yang baru saja dipelajari


(44)

28

Tahap Tingkah Laku Guru

Fase-6 Menganalisis

dan Mengevaluasi

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap kinerja mereka

Sumber: Buku Model Pembelajaran Terpadu (Trianto, 2012:68) Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah (sintaks) pembelajaran terpadu mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Sintaks pembelajaran terpadu bersifat luwes dan fleksibel dan sintaks model pembelajaran terpadu dapat direduksi dari berbagai model pembelajaran seperti model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, maupun model pembelajaran berdasarkan masalah.

B. Kerangka Pikir

Penerapan Kurikulum 2013 oleh pemerintah menimbulkan masalah baru bagi guru. Permasalahannya antara lain, guru belum memahami tentang pembelajaran terpadu, khususnya guru kelas tinggi. Hal ini dikarenakan guru kelas tinggi sebagai guru kelas yang sebelumnya mengajar berdasarkan bidang studi mengalami kesulitan untuk melaksanakan pembelajaran terpadu.


(45)

29

Kesulitan guru antara lain dalam pembuatan rancangan pembelajaran (RPP) tematik terpadu, karena guru belum paham untuk mengembangkan materi pembelajaran pada bahan ajar yang sesuai dengan tema yang sudah ditetapkan oleh pemerintah walaupun pada kurikulum baru ini, guru tidak lagi dibebani dengan kewajiban membuat silabus pembelajaran. Kesulitan dalam melakukan penilaian kepada siswa. Hal ini diketahui melalui wawancara, bahwa guru masih menggunakan metode konvensional di dalam kelas, guru masih memisahkan antar bidang studi dalam pengajarannya.

Pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan yang melibatkan peserta didik secara aktif mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, berani bekerja secara kelompok, belajar dari hasil pengalamannya langsung dan mengemukakan pendapatnya sendiri yang dalam hal ini akan memberi hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat, kebutuhan dan perkembangan anak. Maka, dalam kurikulum 2013 guru sebagai pelaksana kurikulum harus memahami tentang pembelajaran tematik terpadu dalam hal konsep pembelajaran terpadu baik dari definisi, karakteristik dan manfaat pembelajaran terpadu dan guru memahami pembelajaran terpadu dalam hal prosedur pembelajarannya, baik dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Apabila guru memahami tentang konsep pembelajaran terpadu. Maka, guru pasti akan memahami prosedur pembelajaran terpadu yang meliputi penyusunan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Berdasarkan permasalahan dan kajian teoritis yang telah dikemukakan, maka disusun kerangka pikir sebagai berikut.


(46)

30

Gambar 1. Kerangka Berpikir Pemahaman Guru

Tentang Pembelajaran Terpadu

1. Memahami aspek konsep pembelajaran terpadu

2. Memahami aspek prosedur penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu

3. Memahami aspek prosedur pelaksanaan pembelajaran terpadu

4. Memahami aspek prosedur evaluasi pembelajaran terpadu


(47)

31

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kombinasi (Mixed Methods). Menurut Sugiyono (2011:404) bahwa,

Metode penelitian kombinasi (mixed methods) adalah suatu metode penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kuantitatif dan metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel dan objektif.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa, metode penelitian kombinasi adalah metode penelitian yang menggunakan dua metode yaitu metode penelitian kuantitatif dan kualitatif untuk digunakan dalam suatu kegiatan penelitian. Sehingga diperoleh data yang lebih lengkap dan menyeluruh. Desain penelitian ini menggunakan Sequential Explanatory. Menurut Sugiyono bahwa,

Model penelitian Sequential Explonatory design dicirikan dengan melakukan pengumpulan data dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama, dan diikuti dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua, guna memperkuat hasil penelitian kuantitatif yang dilakukan pada tahap pertama. (Sugiyono, 2011: 409).

Sesuai dengan definisi di atas maka desain penelitian ini menggunakan model Sequential Explonatory, yakni model penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan menganalisis data kuantitatif pada tahap pertama,


(48)

32

kemudian melakukan pengumpulan data dan menganalisis data kualitatif pada tahap kedua, selanjutnya menganalisis data secara keseluruhan untuk kemudian diambil kesimpulan dari analisis data tersebut.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian dalam suatu wilayah. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:173),

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru SD kelas IV yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013 pada wilayah Kota Bandar Lampung, dalam hal ini hanya 18 SD Kota Bandar Lampung yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan jumlah guru kelas IV adalah 52 guru. Jadi Populasi pada penelitian ini sebanyak 52 guru.

3.2.2 Sampel dan Teknik Sampel

Sampel merupakan sebagian dari subyek populasi yang akan diteliti. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:177). Mengenai berapa banyaknya sampel yang diambil, maka peneliti perlu mempertimbangkan hal-hal berikut.


(49)

33

1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.

2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.

3. Besar kecilnya resiko yang di tanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang risikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.

Berdasarkan pendapat di atas maka penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Menurut (Surhasimi Arikunto, 2010:183).

Sampel bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya: alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.

Berdasarkan teknik sampel di atas maka dari populasi 18 sekolah dasar dengan jumlah 52 guru, yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah 30 guru dengan jumlah 9 sekolah dasar. Jadi, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 9 sekolah dasar Kota Bandar Lampung dengan jumlah 30 guru. Berikut rincian sampel penelitian.

Tabel 2. Sampel penelitian

No. Nama Sekolah Dasar Status

Akreditasi

Jumlah Guru Kelas IV

1 SD Negeri 1 Rawa Laut A 6 orang

2 SD Negeri 2 Rawa Laut A 6 orang

3 SD Negeri 1 Gotong Royong A 1 orang

4 SD Negeri 1 Pengajaran A 2 orang

5 SD Negeri 2 Labuhan Ratu A 3 orang

6 SD Negeri 1 Surabaya A 1 orang

7 SD Kartika II-5 A 7 orang

8 SD Kartika II-6 A 2 orang

9 SD IT Permata Bunda A 3 orang


(50)

34

3.3 Definisi Konseptual

Pemahaman Guru Sekolah Dasar Tentang Pembelajaran Terpadu

Definisi konseptual pemahaman guru tentang pembelajaran terpadu pada penelitian ini adalah guru paham mengenai konsep pembelajaran terpadu baik dalam definisi, maupun yang berkaitan dengan keterpaduan dan paham akan prosedur penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu, prosedur pelaksanaan pembelajaran terpadu dan prosedur evaluasi pembelajaran terpadu.

3.4 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Tabel 3. Definisi Operasional Variabel

Variabel

Pemahaman Aspek Indikator Item

Nomor item Pemahaman Guru Tentang Pembelajaran Terpadu Konsep pembelajaran terpadu Konsep pembelajaran terpadu

Guru mengetahui definisi pembelajaran terpadu

1, 2, 3, 4, 5, 6 Guru dapat memilih tema

pembelajaran terpadu 7, 8, 9 Prosedur Penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu Memahami strategi pembelajaran terpadu Guru mengetahui langkah-langkah merencanakan pembelajaran terpadu 10, 11, 12, 13, 14, 15 Prosedur Pelaksanaan pembelajaran terpadu Peranan guru dalam kegiatan pembelajaran Guru memahami

peranannya pada kegiatan di awal, inti dan penutup pembelajaran 16, 17, 18, 19, 20 Peranan peserta didik dalam pembelajaran

Guru memahami peserta didik dalam pengelolaan pembelajaran 21, 22, 23, 24, 25, 26 Prosedur evaluasi pembelajaran terpadu Menilai hasil belajar peserta didik

Memahami cara penilaian kepada peserta didik

27, 28, 29, 30


(51)

35

3.5 Pengembangan Instrumen

Berdasarkan indikator dari beberapa aspek mengenai pemahaman guru tentang pembelajaran terpadu dikembangkan pada instrumen penelitian berbentuk tes. Diketahui penelitian ini memiliki enam indikator yang kemudian menjadi acuan untuk menyusun instrumen. Secara keseluruhan terdapat tiga puluh pernyataan item tes untuk mengetahui pemahaman guru mengenai konsep pembelajaran terpadu, prosedur penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu, prosedur pelaksanaan pembelajaran terpadu dan prosedur evaluasi pembelajaran terpadu.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik tes dan wawancara

a. Tes

Salah satu alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes, menurut Suharsimi Arikunto (2010:193) bahwa,

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Berdasarkan pendapat di atas maka tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes tipe objektif benar-salah (true-false). Hasil akhir tes berupa skor dan data yang dikumpulkan melalui tes akan digunakan untuk menjawab serta menemukan seberapa jauh pemahaman guru tentang pembelajaran terpadu.


(52)

36

b. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi melalui guru tentang pembelajaran terpadu yang berhubungan dengan konsep dan prosedur pembelajaran terpadu sebagai tambahan yang dirasakan perlu untuk menunjang data penelitian, terutama dalam hal pembelajaran terpadu.

3.7 Teknik Analisis Data

Tindak lanjut dari pengumpulan data adalah menganalisis data, untuk menganalisis dua jenis data kuantitatif dan kualitatif maka digunakan analisis sesuai dengan metode penelitian yang digunakan yakni, menggunakan dua metode penelitian dengan desain penelitian sequential explonatory. Maka, analisis data kuantiatif dijadikan sebagai metode utama sedangkan analisis data kualitatif menjelaskan lebih dalam tentang data kuantitatif. Secara rinci dapat ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Sumber: (Creswell dalam Sugiyono, 2011:409)

Gambar 2. Proses penelitian dalam model urutan pembuktian (Sequential Explonatory)

KUAN kual

KUAN Pengumpulan

Data

KUAN

Analisis Data

kual

Pengumpulan Data

Interpretasi keseluruhan analisis

Kual

Analisis Data


(53)

37

Bagan penelitian di atas dinamakan model sequential explanatory.

Explanatory Strategy in mixed methods research is characterized by the collection and analysis of quantitative data in a first phase followed by the collection and analysis of qualitative data in a sacond phase that build on the result of initial quantitative. (Creswell dalam Sugiyono, 2011:409)

Model penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan menganalisis data kuantitatif pada tahap pertama, kemudian melakukan pengumpulan data dan menganlisis data kualitatif pada tahap kedua, selanjutnya menganilis data secara keseluruhan untuk kemudian di ambil kesimpulan dari analisis data tersebut. Analisis data kuantitatif pada penelitian ini digunakan untuk menghitung skor dan persentase yang terdapat pada lembar tes. Sedangkan analisis data kualitatif digunakan untuk membuktikan, memperdalam, memperluas dan melengkapi gambaran yang diperoleh dari analisis data kuantitatif yaitu dengan menguraikan kata-kata dalam kalimat secara sistematis.

Cara yang dilaksanakan untuk menganalisis data kuantitatif adalah untuk mengetahui pemahaman yang diperoleh guru SD tentang pembelajaran terpadu, maka cara yang digunakan untuk menganalisis data hasil tes yaitu menggunakan rumus.


(54)

38

Keterangan:

% = Hasil persentase yang diperoleh n = Jumlah skor yang diperoleh N = Jumlah skor maksimal (Suharsimi Arikunto, 1998:245)

Selanjutnya membuat klasifikasi pemahaman dengan menententukan lebar interval terlebih dahulu dengan rumus.

Keterangan: I = Interval

NT = Nilai Tertinggi NR = Nilai Terendah K = Kategori

(Sutrisno Hadi, 1986:12)

Langkah-langkah yang dilaksanakan untuk menganalisis data kualitatif yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data ini melalui teknik wawancara untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan yakni, guru kelas empat mengenai pembelajaran terpadu, baik konsep dan prosedur pembelajarannya yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2. Pemilihan data

Pemilihan data dalam penelitian ini dengan cara menentukan sejumlah data dari hasil wawancara yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu tentang konsep dan prosedur pembelajaran terpadu.


(55)

39

3. Pengkategorian

Pengkategorian data dalam penelitian ini memiliki empat kategori yakni kurang memahami, cukup memahami, memahami, sangat memahami. 4. Pembandingan

Pembandingan data dalam penelitian ini dengan cara membandingkan hasil dengan konsep atau teori yang menjadi acuan pada pembelajaran terpadu.

5. Penyatuan

Penyatuan data dalam penelitian ini dengan cara menyatukan data kuantitatif yang dilaksanakan melalui penyebaran angket kemudian dijelaskan dengan melakukan analisis kualitatif yang dilaksanakan melalui studi wawancara mengenai bukti yang terjadi di lapangan dan dihubungkan dengan teori atau konsep.

6. Penafsiran data

Penafsiran data hasil analisis digunakan dengan mengadaptasi standar rata-rata Saifuddin Azwar yang bertujuan untuk menarik kesimpulan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diketahui sebagai berikut.

Tabel 4. Kriteria Penilaian Rancangan Perangkat Peer Assesment

No. Interval Nilai Kategori

1 76 100 Sangat Memahami

2 51 75 Memahami

3 26 50 Cukup Memahami

4 0 25 Kurang Memahami


(56)

85

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Pemahaman guru tentang pembelajaran terpadu ditemukan bahwa guru kurang memahami pada aspek prosedur evaluasi pembelajaran. Secara khusus penelitian ini menemukan bahwa:

a. Pemahaman guru pada aspek konsep pembelajaran terpadu cukup memahami, artinya guru cukup memahami bahwa pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang bukan memadukan beberapa konsep dalam satu mata pelajaran, pembelajaran terpadu tidak selalu diawali di kurikulum terpadu, pembelajaran terpadu tidak hanya mempelajari satu tema, namun berbagai tema. Guru cukup memahami bahwa pembelajaran terpadu mempunyai prinsip adanya pemisahan antarmata pelajaran tidak terlihat jelas, memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa dan merupakan pemaduan dari beberapa konsep antarmata pelajaran.

b. Pemahaman guru pada aspek prosedur penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu ditemukan memahami. Artinya guru memahami bahwa, pembelajaran yang akan dilakukan harus terancang, terarah dan sistematis dalam menyusun skenario pembelajaran, guru perlu


(57)

86

menganalisis kompetensi inti, pengembangan indikator disesuaikan dengan kompetensi dasar. Indikator yang dikembangkan dapat diamati dan diukur, pelaksanaan apersepsi pembelajaran dirancang dengan hal-hal yang sudah diketahui oleh siswa dan memberi kesempatan siswa lebih aktif dalam proses belajar dan pembelajaran dibanding guru.

c. Pemahaman guru pada aspek prosedur pelaksanaan pembelajaran terpadu ditemukan cukup memahami, artinya guru cukup memahami bahwa, mempersiapkan siswa dalam pembelajaran sangat penting, memberikan kesempatan untuk siswa berfikir kreatif, pembelajaran berpusat pada siswa, menempatkan siswa dalam kelompok belajar, siswa perlu dilibatkan dalam pemanfaatan media dan media yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan lingkungan sekitar.

d. Pemahaman guru pada aspek prosedur evaluasi pembelajaran terpadu ditemukan kurang memahami. Artinya guru kurang memahami bahwa, dalam pembelajaran terpadu harus melakukan evaluasi proses, tetapi juga tetap melakukan evaluasi hasil. Guru kurang memahami bahwa, penilaian terhadap siswa dapat dilakukan setiap saat bukan hanya dilakukan di awal (pre-test) atau di akhir program pembelajaran (post-test).


(58)

87

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, maka dapat diajukan saran-saran untuk meningkatkan pemahaman guru sekolah dasar tentang pembelajaran terpadu pada kurikulum 2013 yaitu sebagai berikut. 1. Bagi sekolah

Hendaknya sekolah memfasilitasi guru untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan pemerintah atau lembaga lain mengenai pembelajaran terpadu guna meningkatkan pemahaman konsep dan pelaksanaan pembelajaran terpadu sesuai dengan kurikulum 2013.

2. Bagi guru

Hendaknya guru aktif dalam mencari informasi mengenai pembelajaran terpadu yang ditetapkan dalam kurikulum 2013, guru aktif dalam mengikuti kegiatan sosialisasi pembelajaran pada kurikulum 2013 yang diselenggarakan oleh pemerintah. Guru dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya lebih optimal dan mau berusaha mempelajari dan memahami tentang pembelajaran terpadu pada kurikulum 2013.

3. Bagi dinas pendidikan

Bagi dinas pendidikan disarankan untuk menyelenggarakan peningkatan kompetensi guru sekolah dasar, khususnya mengenai pembelajaran terpadu pada kurikulum 2013.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Khairu Iif, Sofan Amri, Tatik Elisah. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu: pengaruhnya terhadap konsep, mekanisme, dan proses pembelajaran swasta dan negeri. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya

Anderson, L. W., dan Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing; A revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. New York: Addison Wesley Lonman Inc

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta

.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Azwar, Saifuddin. 2005. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

EPIK. Sekolah Sasaran Kurikulum 2013.

http://kurikulum.kemdikbud.go.id/public/school. Diunduh pada tanggal 14 Maret 2013

Fajri, Em Zul dan Ratu Aprilia Senja. 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Semarang: Difa Publisher

Hadi, Sutrisno. 1986. Metode Reseach. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada

Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Lapono, Nabisi dkk. 2010. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Mardapi, Djemari. 2012. Pengukuran Penilaian&Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha Medika


(60)

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta

Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Tim Penyusun Unila. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Unila

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Kemendikbud

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Kemendikbud


(1)

3. Pengkategorian

Pengkategorian data dalam penelitian ini memiliki empat kategori yakni kurang memahami, cukup memahami, memahami, sangat memahami. 4. Pembandingan

Pembandingan data dalam penelitian ini dengan cara membandingkan hasil dengan konsep atau teori yang menjadi acuan pada pembelajaran terpadu.

5. Penyatuan

Penyatuan data dalam penelitian ini dengan cara menyatukan data kuantitatif yang dilaksanakan melalui penyebaran angket kemudian dijelaskan dengan melakukan analisis kualitatif yang dilaksanakan melalui studi wawancara mengenai bukti yang terjadi di lapangan dan dihubungkan dengan teori atau konsep.

6. Penafsiran data

Penafsiran data hasil analisis digunakan dengan mengadaptasi standar rata-rata Saifuddin Azwar yang bertujuan untuk menarik kesimpulan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diketahui sebagai berikut.

Tabel 4. Kriteria Penilaian Rancangan Perangkat Peer Assesment No. Interval Nilai Kategori

1 76 100 Sangat Memahami

2 51 75 Memahami

3 26 50 Cukup Memahami

4 0 25 Kurang Memahami


(2)

85

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Pemahaman guru tentang pembelajaran terpadu ditemukan bahwa guru kurang memahami pada aspek prosedur evaluasi pembelajaran. Secara khusus penelitian ini menemukan bahwa:

a. Pemahaman guru pada aspek konsep pembelajaran terpadu cukup memahami, artinya guru cukup memahami bahwa pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang bukan memadukan beberapa konsep dalam satu mata pelajaran, pembelajaran terpadu tidak selalu diawali di kurikulum terpadu, pembelajaran terpadu tidak hanya mempelajari satu tema, namun berbagai tema. Guru cukup memahami bahwa pembelajaran terpadu mempunyai prinsip adanya pemisahan antarmata pelajaran tidak terlihat jelas, memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa dan merupakan pemaduan dari beberapa konsep antarmata pelajaran.

b. Pemahaman guru pada aspek prosedur penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu ditemukan memahami. Artinya guru memahami bahwa, pembelajaran yang akan dilakukan harus terancang, terarah dan sistematis dalam menyusun skenario pembelajaran, guru perlu


(3)

menganalisis kompetensi inti, pengembangan indikator disesuaikan dengan kompetensi dasar. Indikator yang dikembangkan dapat diamati dan diukur, pelaksanaan apersepsi pembelajaran dirancang dengan hal-hal yang sudah diketahui oleh siswa dan memberi kesempatan siswa lebih aktif dalam proses belajar dan pembelajaran dibanding guru.

c. Pemahaman guru pada aspek prosedur pelaksanaan pembelajaran terpadu ditemukan cukup memahami, artinya guru cukup memahami bahwa, mempersiapkan siswa dalam pembelajaran sangat penting, memberikan kesempatan untuk siswa berfikir kreatif, pembelajaran berpusat pada siswa, menempatkan siswa dalam kelompok belajar, siswa perlu dilibatkan dalam pemanfaatan media dan media yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan lingkungan sekitar.

d. Pemahaman guru pada aspek prosedur evaluasi pembelajaran terpadu ditemukan kurang memahami. Artinya guru kurang memahami bahwa, dalam pembelajaran terpadu harus melakukan evaluasi proses, tetapi juga tetap melakukan evaluasi hasil. Guru kurang memahami bahwa, penilaian terhadap siswa dapat dilakukan setiap saat bukan hanya dilakukan di awal (pre-test) atau di akhir program pembelajaran (post-test).


(4)

87

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, maka dapat diajukan saran-saran untuk meningkatkan pemahaman guru sekolah dasar tentang pembelajaran terpadu pada kurikulum 2013 yaitu sebagai berikut. 1. Bagi sekolah

Hendaknya sekolah memfasilitasi guru untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan pemerintah atau lembaga lain mengenai pembelajaran terpadu guna meningkatkan pemahaman konsep dan pelaksanaan pembelajaran terpadu sesuai dengan kurikulum 2013.

2. Bagi guru

Hendaknya guru aktif dalam mencari informasi mengenai pembelajaran terpadu yang ditetapkan dalam kurikulum 2013, guru aktif dalam mengikuti kegiatan sosialisasi pembelajaran pada kurikulum 2013 yang diselenggarakan oleh pemerintah. Guru dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya lebih optimal dan mau berusaha mempelajari dan memahami tentang pembelajaran terpadu pada kurikulum 2013.

3. Bagi dinas pendidikan

Bagi dinas pendidikan disarankan untuk menyelenggarakan peningkatan kompetensi guru sekolah dasar, khususnya mengenai pembelajaran terpadu pada kurikulum 2013.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Khairu Iif, Sofan Amri, Tatik Elisah. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu: pengaruhnya terhadap konsep, mekanisme, dan proses pembelajaran swasta dan negeri. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya

Anderson, L. W., dan Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing; A revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. New York: Addison Wesley Lonman Inc

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta

.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Azwar, Saifuddin. 2005. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

EPIK. Sekolah Sasaran Kurikulum 2013.

http://kurikulum.kemdikbud.go.id/public/school. Diunduh pada tanggal 14

Maret 2013

Fajri, Em Zul dan Ratu Aprilia Senja. 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Semarang: Difa Publisher

Hadi, Sutrisno. 1986. Metode Reseach. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada

Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Lapono, Nabisi dkk. 2010. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Mardapi, Djemari. 2012. Pengukuran Penilaian&Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha Medika


(6)

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta

Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Tim Penyusun Unila. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Unila

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Kemendikbud

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Kemendikbud