pada orang yang mengalami kesulitan. Sedangkan individu yang memiliki daya tarik fisik mempunyai kemungkinan yang lebih
besar untuk menerima bantuan. Perilaku prososial juga dipengaruhi oleh jenis hubungan antara orang seperti yang terlihat
dalam kehidupan sehari-hari. Misal, individu lebih suka menolong teman dekat daripada orang asing.
2 Menolong orang yang pantas ditolong
Individu membuat penilaian sejauh mana kelayakan kebutuhan yang diperlukan orang lain, apakah orang tersebut
layak untuk diberi pertolongan atau tidak. Penilaian tersebut dengan cara menarik kesimpulan tentang sebab-sebab timbul
kebutuhan orang tersebut. Individu lebih cenderung menolong orang lain bila yakin bahwa penyebab timbul masalah berada di
luar kendali orang tersebut.
2.1.4 Karakteristik Kepribadian yang Mendorong Perilaku Prososial
Adapun karakteristik kepribadian yang mendorong seseorang perilaku prososial dalam Marisa, 2010, antara lain :
1. Empati, individu yang menolong memiliki rasa empati yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak menolong.
2. Komponen kognitif
3. Kebutuhan untuk disetujui
4. Kepercayaan interpersonal, individu yang memiliki kepercayaan
interpersonal yang tinggi akan terlibat dalam lebih banyak tingkah laku prososial daripada individu yang tidak mempercayai orang lain.
5. Emosi yang positif
6. Sosialibilitas dan keramahan
7. Tidak agresif
8. Percaya akan dunia yang adil, individu yang menolong
mempersepsikan dunia sebagai tempat yang adil dan percaya
bahwa tingkah laku yang baik akan mendapat pahala dan tingkah laku yang buruk mendapat hukuman
9. Tanggung jawab sosial, individu yang menolong mengekspresikan
kepercayaan bahwa setiap orang bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik untuk menolong orang yang membutuhkan.
10. Locus of Control Internal, kepercayaan individual dimana individu
dapat memilih untuk bertingkah laku dalam cara yang memaksimalkan hasil akhir yang baik dan meminimalkan yang
buruk. Orang yang menolong mempunyai locus of control internal yang tinggi.
11. Tidak adanya egosentris, individu yang menolong memiliki sifat
egosentris yang rendah. 12.
Generativitas atau komitmen pada diri sendiri 13.
Bukan Machiavellian, dimana individu tidak merujuk pada orang- orang yang dikarakteristikan oleh ketidakpercayaan, sinisme,
egosentris, dan kecendrungan untuk memanipulasi orang lain. 14.
Kesediaan untuk bertindak.
2.1.5 Motivasi Untuk Bertindak Prososial
Terdapat konsep teori yang berusaha menjelaskan motivasi seseorang untuk bertindak prososial dalam Dayakisni, 2006:
1. Empathy-Altruism Hypothesis Dikemukakan Fultz, Batson, Fortenbach, dan McCarthy 1986
yang menyatakan bahwa tindakan prososial semata-mata
dimotivasi oleh perhatian terhadap kesejahteraan orang lain si penolong. Tanpa ada empati, orang yang melihat kejadian darurat
tidak akan melakukan pertolongan, jika individu dapat mudah melepaskan
diri dari
tanggungjawab untuk
memberikan pertolongan.
2. Negative State Relief Hypothesis Perilaku prososial dimotivasi oleh keinginan untuk mengurangi
perasaan negatif yang ada dalam diri calon si penolong, bukan karena ingin menyokong kesejahteraan orang lain
3. Empathy Joy Hypothesis Tindakan prososial dimotivasi oleh perasaan positif ketika
seseorang menolong. Ini terjadi jika seseorang belajar tentang dampak dari tindakan pososial itu. Sebagaimana pendapat Bandura
1977 bahwa orang dapat belajar melakukan tindakan menolong dapat memberi hadiah bagi diri sendiri, yaitu merasa bahwa diri
sendiri baik.
2.2 Internal Locus Of Control