C. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Masalah belajar adalah merupakan inti dari kegiatan pengajaran dalam proses pendidikan di sekolah. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik, dimana
dalam proses belajar mengajar tersebut, siswa akan memperoleh pengetahuan, keterampilan serta sikap, perilaku sebagai hasil dari
pengalaman jasmaniah fisik dan pengalaman rohaniah psikis. Kata “Prestasi Belajar” terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan
belajar. Prestasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “hasil
yang diperoleh dari sesua tu yang dilakukan, dan sebagainya”.
28
Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa prestasi merupakan nilai pencapaian yang mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana
telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan di setiap bidang studi.
29
Belajar adalah “suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang mencakup
perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan sebagainya”.
30
Pendapat ini diperkuat oleh Muhibbin Syah yang mengatakan “Belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu
28
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, hal. 895
29
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1990, hal. 282
30
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, hal. 49
yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.
31
Rachman Abror dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Pendidikan” membedakan delapan jenis belajar, mulai dari bentuk belajar
yang sederhana sampai dengan yang kompleks.
32
Pertama, belajar secara sinyal
signal learning
, dalam belajar ini yang sering pula disebut “persyaratan klasik”
classical conditioning
= hewan atau individu memperoleh respon bersyarat
conditioned respone
terhadap sinyal yang diberikan.
Kedua
,
Belajar secara stimulus-respon
stimulus response learning
.Dalam belajar ini, dapat dicontohkan dengan latihan hewan, hewan mengandalkan gerakan-gerakan yang tepat dari rangka ototnya
dengan menanggapi terhadap perangsang-perangsang stimuli khusus. Ketiga, Perangkaian chaining. Dalam jenis belajar ini, yang sering
disebut “belajar keterampilan”
skill learning
– orang merangkai bersama-sama dengan dua buah unit atau lebih belajar secara stimulus-
respon. Keempat, asosiasi lisan
verbal asosiation .
Belajar ini sebenarnya termasuk ke dalam jenis belajar merangkai, hanya saja rangkaian-
rangkaiannya berupa unit-unitverbal. Kelima, belajar membedakan hal
31
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, hal. 90
32
Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1993, hal. 68.
yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang berbeda terhadap rangsangan yang hampir sama sifatnya.
Keenam, belajar konsep, yaitu menempatkan objek menjadi klasifikasi tertentu. Ketujuh, belajar kaidah atau prinsip, yaitu
menghubungkan-hubungkan beberapa konsep. Kedelapan, belajar memecahkan masalah, yaitu menggabungkan beberapa kaidah atau
prinsip untuk memecahkan persoalan.
33
Pengertian prestasi belajar sebagaimana yang tercantum dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah: “penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.
34
Berdasarkan uraian di atas, maka prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil belajar yang diperoleh setelah menempuh proses belajar
matematika yang dilambangkan dengan nilai hasil belajar. Jadi prestasi belajar matematika adalah bukti keberhasilan usaha yang
dicapai dalam belajar matematika Sedangkan definisi baru dari pengertian prestasi belajar
matematika, merupakan penilaian tentang penguasaan atau keterampilan seseorang setelah berusaha belajar dan berlatih matematika melalui
kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk, simbol, angket, huruf ataupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai
33
Ibid., hal. 68-69
34
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar ...., hal. 895
dalam periode tertentu selama belajar matematika yang biasanya ditunjukkan dalam nilai raport.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri faktor
internal maupun dari luar diri faktor eksternal individu.
35
Yang termasuk faktor internal adalah:
36
a. Faktor jasmaniah fisiologi baik yang bersifat bawaan maupun
diperoleh. Misalnya: penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh,
terdiri dari: 1
Faktor intelektif yang meliputi: a
Faktor potensial yang meliputi kecerdasan dan bakat. b
Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. 2
Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,
penyesuaian diri. c.
Faktor kematangan fisik maupun psikis. Yang tergolong faktor eksternal adalah:
37
35
Abu Ahmadi dan Supriyono Widodo, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008, hal. 138
36
Ibid.., hal. 64
37
Ibid.., hal. 65
a. Faktor sosial yang terdiri dari:
1 Lingkungan keluarga
2 Lingkungan sekolah
3 Lingkungan masyarakat
4 Lingkungan kelompok
b. Faktor budaya meliputi: adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian. c.
Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
d. Faktor lingkungan spiritual dan keamanan.
Selain dua faktor tersebut prestasi belajar juga dipengaruhi oleh faktor pendekatan belajar. Pendekatan belajar merupakan segala cara atau
strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu.
38
D. Kajian Penelitian yang Relevan