Biografi Imam T{ant}awi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id koran atau majalah dan menghadiri pertemuan-pertemuan ilmiah yang berguna untuk memajukan budaya bangsa. 9 T{ant}awi merasa perlu untuk ikut andil mengeluarkan segala kemampuannya demi mempertahankan eksistensi umat Islam dalam merespon perubahan modern saat itu. Gagasan dan pemikirannya lambat laun mulai mulai diperhitungkan dan menjadikannya sejajar dengan pemikir Islam terkemuka. Setidaknya ada tiga hal yang perlu dicatat dari dirinya, yaitu: a keingiannya untuk memajukan daya fikir umat Islam, sehingga dapat meninggalkan taklid dan bid’ah untuk bisa menyesuaikan diri dengan zaman. b pentingnya ilmu bahasa untuk memahami ilmu modern. c pentingnya mengkaji al- Qur’an untuk mendorong perkembangan ilmu. 10 Sedangkan latar belakang pemikiran Muhammad Abduh menentang bid’ah dan taklid yaitu pada abad ke-19, di mana saat itu dunia Islam terus mengalami kemunduran dan banyak negara Islam yang sedang mengalami penjajahan. Reformasi Islam lahir pada akhir abad ke-19, sebagai jawaban atas pengaruh dunia Barat yang gencar menyerang kaum muslim. Sedangkan yang menjadi masalah utama mereka adalah usaha untuk menyesuaikan antara keyakinan agama dengan pemikiran modern, termasuk pemahaman umat Islam terhadap al- Qur’an. 11 9 Nasution, Ensiklopedi Islam, 1187. 10 Hasan Ikhwani, Tafsir Saintifik Al Jawahir fi Tafsir al- Qur’an al-Karim Karya Syaikh T{ant}awi Jawhari , 6. 11 Harun Nasution, Islam Rasional, Bandung: Mizan, 1998, 43. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Sedikit menjelaskan mengenai Abduh, beliau merupakan seorang tokoh salaf namun tidak menghambakan diri pada teks-teks agama. Ia menjaga teks-teks agama tapi juga menghargai akal. Ia terkenal sebagai peletak aliran modern dalam Islam karena kemauan kerasnya melakukan pembaruan dan menempatkan Islam sejajar dengan tuntutan zaman modern dengan kembali pada kemurnian Islam. 12 T{ant}awi dilahirkan di Negara Mesir yang sedang mengalami masa transisi. Semua situasi saat itu sedang mengalami pembaruan dari politik, sosial, maupun intelektual. Sebab pada pertengahan akhir abad XXIX, terjadi peristiwa nasionalisme yang berusaha untuk membebaskan diri dari kesultanan Usmani maupun dari belenggu panjajah Inggris. Adapun pada tahun 1870-1880, ketika beliau masih kecil, terjadi peristiwa urabiyah yakni gerakan untuk memisahkan diri dari kesultanan Usmani sebagai wujud dari kuatnya nasionalisme yang lebih dikenal dengan pernyataan Misr li al- Misriyyin Mesir adalah tetap untuk rakyat Mesir. 13 Di samping itu, sejak abad XIX, iklim politik di Mesir turut didominasi pula oleh pertentangan antara golongan nasionalis-sekuler dengan golongan Islam tradisional. Golongan nasionalis-sekuler atau sebut saja intelektual Barat, berpendirian bahwa sistem politik Mesir harus mengikuti Barat untuk memajukan masyarakat Islam. Sedangkan golongan Islam tradisional yang terdiri dari ulama dan penasehat pemerintah, tidak memiliki kesiapan untuk menerapkannya, Sebab di samping dipandang sebagai bid’ah 12 Ahmad al-Syirbashi, terj. Sejarah Tafsir Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdous, 1985, 161. 13 Ibid. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id juga diperkirakan dapat mempengaruhi posisi mereka. Akhirnya mereka memilih tidak setuju atas berbagai sikap pengingkaran terhadap Islam. hal ini membuat penguasa dan intelektual Barat menganggap ulama sebagai kendala modernisasi, bahkan penyebab timbulnya keterbelakangan dibilang sosial, politik dan ekonomi. 14 Sehingga muncullah sejumlah gagasan tentang pemisahan antara agama, budaya dan politik. Dari kecenderungan pemikiran Islam di atas dapat ditarik tiga kelompok yang muncul saat itu. Pertama, The Islamic Trend Kecenderungan pada Islam, kelompok ini diwakili oleh Rasyid Ridha dan H{assan al-Banna. Kedua, The Synthetic Trend Kecenderungan mengambil sintesa, kelompok ini berusaha memadukan antara Islam dan kebudayaan Barat, yang diwakili oleh Muhammad Abduh dan Qasim Amin. Ketiga, The Rational Scientific and Liberal Trend kecenderungan rasional ilmiah dan pemikiran bebas. Pusat pemikiran ini sebenarnya bukan Islam melainkan peradaban Barat dan prasasti-prasasti ilmiahnya, dan yang mewakili kelompok ini adalah Lutfy al- Sayyid dan para emigran yang lari ke Mesir. 15 Jika dilihat dari beberapa kecenderungan pemikiran di atas, T{ant}awi berada pada kategori kedua yakni usaha memadukan antara Islam dan kebudayaan Barat. Sebagaimana perkataan al-Barun yang merupakan seorang ulama sarajevo, bahwa di setiap karyanya, T{ant}awi selalu mengkompromikan mutiara-mutiara Islam dengan kebangkitan zamannya. 16 14 al-Syirbashi, terj. Sejarah Tafsir, 92-93. 15 Harahap, Al- Qur’an dan Sekularisasi, 27. 16 Muhammad Ibrahim Syarf, Ittihad al-Tajdid fi Tafsir al- Qur’an al-Karim fi Misr, cet I, Mesir: Dar al-Turas, 1982, 702. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Iklim politik yang sedemikian rupa telah ikut menumbuhkan perkembangan dalam bidang intelektual yang begitu pesat. Dapat dikatakan bahwa hal inilah yang turut mendorong T{ant}awi menuliskan gagasannya dan memperluas pemikirannya tersebut. Apa yang dilakukannya tersebut menjadikan dirinya terkenal di Negara Mesir dan sampai di belahan dunia Timur. Seringkali penduduk di negara-negara tersebut membuat kegiatan- kegiatan baik yang berupa pengajian dan perkumpulan maupun penulisan kitab yang dinisbahkan pada dirinya. Mereka menamai perkumpulan tersebut dengan Thantawiyah, madrasah Jawhariyah, aqidah Jawhariyah dan lainnya. Hal ini mereka lakukan karena telah menganggap bahwa T{ant}awi Jawhari sebagai syarat pertanda bagi dasar Islam. 17 T{ant}awi merupakan ulama yang alim meskipun masih banyak yang lebih alim dari dirinya. Selain itu, beliau sangat ahli pada beberapa bidang keilmuan, baik agama maupun ilmu-ilmu lainnya. Dia berusaha menghadirkan kebudayaan Islam di masanya serta menghubungkan antara agama dengan pendapat-pendapat yang ada pada masyarakat. Hal ini bertujuan untuk dapat mengangkat derajat manusia. 18 2. Kehidupan Keluarga Orang tua T{ant}awi bekerja sebagai seorang petani. 19 Mereka adalah seorang petani yang sederhana. Namun orang tuanya menginginkannya tumbuh sebagai orang berpredikat terpelajar. Atas saran pamannya, Syekh 17 Syarf, Ittihad al-Tajdid, 714. 18 Ibid. 703. 19 Goldzhiher, Madzab Tafsir, 386. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Muhammad Syalabi, yang juga Guru Besar bidang sejarah di Universitas al- Azhar, Tanthawi pun mempelajari ilmu bahasa Arab fashahah dan balaghah serta ilmu agama. 3. Karya T{ant}awi telah menghabiskan umurnya dengan menghasilkan karya- karya tafsir dan menerjemahkan buku tidak kurang dari 37 tahun. Kegiatannya ini sudah mulai dilakukan sejak beliau mulai bekerja sebagai guru sampai masuk usia pensiunnya. Dari waktu yang beliau habiskan tersebut menghasilkan tidak kurang dari 30 kitab yang memiliki beragam judul, di antaranya yaitu: 1. Mizan al-Jawahir fi ‘ajaini al-Kawni al-Bahir Timbangan Mutiara Keajaiban Alam Raya 2. Jawahir al-‘Ulum Mutiara Ilmu 3. Nidham wa al-Islam Aturan dan Islam 4. Al-H{ikmatu wa al-H{ukama’ Hikmah dan Para Ahli Hikmah 5. Al-Taj al-Murassa’ Mahkota yang kokoh 6. Al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim Dari semua kitab karangannya, ada di antaranya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa, dan yang paling terkenal dan cukup fenomenal adalah kitab al-Jawahir fi Tafsir al- Qur’an al-Karim. kitab ini dikenal dengan ‚Tafsir al-Jawahir‛, kitab ini terdiri dari 25 juz yang ditulisnya ketika berumur 60 tahun. Kitab ini memiliki corak ilmi. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Ketika membahas mengenai suatu hasil karya tentu tidak lepas dari latar belakang penulis menghasilkan karya tersebut. Latar belakang penulisan Kitab al-Jawahir fi Tafsir al- Qur’an al-Karim terdapat dalam muqaddimah kitab tafsirnya, T{ant}awi menjelaskan bahwa sejak dulu beliau suka menyaksikan keajaiban alam, mengagumi dan merindukan keindahannya, baik yang ada di langit maupun di bumi, seperti revolusi matahari, perjalanan bulan dan keajaiban-keajaiban lainnya. Semua itu memperlihatkan pada manusia bahwa alam semesta ini berjalan dengan teratur dan berjalan sesuai tugasnya. 20 Kejadian-kejadian alam mampu membuat manusia menjadi tertarik dan memiliki keinginan untuk mempelajari dan menguak misteri di dalamnya. Hal inilah, yang membuat T{ant}awi berkeinginan mengkomparasikan pemikiran Islam dengan kemajuan studi ilmu alam, yang menyebabkan munculnya kitab al-Jawahir. T{ant}awi memaparkan dan menuliskan tafsirnya dengan menambahkan berbagai keajaiban alam semesta yang terdapat dalam ayat-ayat al- Qur’an. Beliau menjadikan al- Qur’an relevan dengan keajaiban-keajaiban sebuah penciptaan. Tujuan dari penulisan kitab ini adalah agar umat Islam menyukai keajaiban-keajaiban alam semesta dan manusia akan lebih cenderung pada nilai agama. Beliau juga memohon pada Allah untuk dapat menjadikan segala 20 T{ant}awi Jawhari, al-Jawahir fi Tafsir al-Qur ’an Vol. 1 Mesir: Mu’sasah Mus}t}afa al-Babi al- H{alabi, 1929, 2. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id macam ilmu sebagai bagian dari penginterpretasian serta penyempurnaan wahyu al- Qur’an. 21 Ketika perhatian T{ant}awi tertuju pada situasi dan kondisi umat Islam serta pendidikan keagamaan saat itu, beliau mengetahui mayoritas pemikir dan sebagian ulama tidak tertarik dengan fenomena alam yang terjadi dan hanya fokus dalam hal fiqih. Sebagian dari mereka merasa tidak perlu lagi memikirkan setiap kejadian semesta alam yang memang merupakan ciptaan Tuhan. 22 Kondisi ini yang mendorong T{ant}awi untuk mengeluarkan opininya lewat berbagai hasil karya tulisnya dengan corak tafsir ilmi. Berdasarkan penelitiannya, T{ant}awi menemukan sekitar 750 ayat-ayat al-Quran yang menggambarkan dan memotifasi manusia menuju kemajuan dalam pengetahuan. Beliau heran dengan para mufasir yang kebanyakan cenderung mengkaji ilmu fiqih dan perbedaan pendapat fuqaha’, padahal jika diteliti jumlah ayat-ayat tersebut tidak lebih dari 500 ayat sharih. Mereka lengah dengan petunjuk al-Qur ’an yang menjelaskan tentang kejadian alam, seperti tumbuh-tumbuhan, biologi, ilmu fisika, sosial dan lainnya. Demikianlah yang menjadi salah satu daya tarik bagi T{ant}awi untuk menulis tafsir dengan corak ilmi. 23 Sikap dan gejolak jiwa T{ant}awi sebenarnya merupakan respon dari ketidakpuasan dirinya terhadap situasi dan kondisi yang tidak diinginkannya. Kemudian pada akhirnya, beliau berkeyakinan bahwa Tuhan di dunia ini ada, 21 Jawhari , al-Jawahir: Vol. 1 , 4. 22 al-Muthalib, visi dan, 286. 23 Jawhari , al-Jawahir: Vol. 1 , 3. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id bila diketahui oleh orang yang menggunakan kekuatan dan kemampuan akalnya.

B. Kitab Tafsir al-Jawahir

1. Metode penulisan tafsir Dalam penulisan Tafsir al-Jawahir, T{ant}awi menafsirkan al- Qur’an dengan langkah-langkahnya, yaitu menafsirkan lafad ayat-ayat yang disebutkan, kemudian dibacanya dengan syarah dan penelitian sesuai dengan susunan dalam mushaf. Ketika beliau menafsirkan surat, dia berusaha untuk menjelaskan dan mengklasifikasikan suatu surat ke dalam surat Makkiyah dan Madaniyah yang relevan dengan periode turunnya al-Qur ’an. akan tetapi, beliau tidak mengemukakan secara detail akan perbedaan klasifikasi turunnya suatu ayat dengan karakteristik umum suratnya, serta tak mengungkapkan riwayat yang terkait dengan penggolongan suatu surat. Sebuah karakteristik tersendiri bagi T{ant}awi ketika menafsirkan al- Qur ’an selalu menyertai gagasan ilmiah dalam penjelasannya, apalagi yang sangat berkaitan dengan alam. Dengan hal itu maka mayoritas tokoh mufakat mengkategorikan Tafsir al-Jawahir sebagai tafsir ilmiah. 24 24 Su ’ud Ibn Abdul falah al-Fanisan, Ikhtilaf al-Mufassirin: Asbabuhu wa Atsaruhu Beirut: Dar al Ma’rifah, 1997, 53 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id a. Sistematika penulisan Adapun sistematika penafsiran dalam kitab tafsir al-Jawahir adalah sebagai berikut: 1 Dalam muqaddimah terdapat pengklasifikasian surat, untuk mengetahui surat tersebut termasuk dalam surat makki atau madani. 2 Dipaparkan pula jumlah ayat, terkadang disebutkan tertib turunnya serta keterkaitan surat dengan yang sebelumnya munasabah. 3 Surat yang panjang terbagi ke dalam beberapa bagian, dalam setiap bagian terdiri dari beberapa ayat. 4 Memisahkan Bismillah pada setiap awal surat. 5 Dalam satu kelompok ayat dimulai dengan tafsir al-Lafdzi, kemudian Lat}aif Haz al-Qasm untuk menjelaskan inti kandungan ayat yang telah disebutkan di awal, terkadang Abhats, Jawahir atau cerita-cerita. 6 Terkadang memuat judul khusus yang terkait dengan judul sebelumnya dan akhir surat dicantumkan tambahan penafsiran surat yang meliputi beberapa fase. 7 Biasanya memuat al-lathaif umum pada setiap bagian. 8 Setiap kajian kecuali Tafsir al-lat}aif termuat dengan pembahasan ilmiah yang diperjelas dengan gambar dan rincian yang mendalam. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Metode penafsiran T{ant}awi memiliki metode sendiri dalam menafsirkan al- Qur’an, berdasarkan penafsiran yang beliau kemukakan dalam Tafsir al-Jawahir, maka dapat dipahami bahwa beliau menggunakan metodologi penafsiran sebagai berikut: 1 Mengemukakan makna mufradat ayat Tafsir al-Mufradat 2 Tabel dan gambar diperlihatkan dalam menafsirkan ayat-ayat yang berkitan dengan masalah alam 3 Ketika menafsirkan ayat hukum dan teologi, Imam T{ant}awi menafsirkan dengan al- Qur’an, Hadis, perkataan sahabat serta asbabun nuzul. 4 Beliau mengutip hadis dan pendapat para ulama ataupun ilmuan tanpa memberi kritikan terhadapnya. 2. Kecenderungan Tafsir al-Jawahir Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat diketahui bahwa bentuk Tafsir al-Jawahir adalah bi al- Ra’yi. Bi al-Ra’yi adalah tafsir al-Qur’an di mana para mufasirnya ketika menjelaskan atau menafsirkan al- Qur’an menggunakan pemikiran atau ijtihadnya. 25 Sedangkan manhaj atau cara Tafsir al-Jawahir dalam menjelaskan al- Qur’an menggunakan metode tahlili. Tafsir al-Jawahir juga bercorak ilmi sebab bernuansakan ilmiah dalam penjelasan yang dikemukakan dan hampir semua tokoh sepakat memasukkannya dalam tafsir ilmi. 25 Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, 46. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dengan corak ilmi, yang di dalam tafsirnya terdapat pembahasan menggunakan teori-teori ilmu pengetahuan, hasil eksperimen ilmiah dan bahkan menambahkan gambar untuk menjelaskan ayat dalam al- Qur’an. Oleh karena itu, beliau mendapatkan kecaman dari para ahli tafsir. Berikut ini pernyataan Manna’ Khalil al-Qat}t}an , “Pengarang tafsir tersebut T{ant}awi Jawhari telah mencampur-adukkan kesalahan di dalam kitabnya. Ia memasukkan ke dalamnya gambar tumbuh-tumbuhan, binatang, pemandangan alam, dan berbagai eksperimen ilmu pengetahuan. Seakan- akan, buku itu adalah sebuah diktat tentang ilmu pengetahuan. Ia menerangkan hakekat-hakekat keagamaan dengan apa yang ditulis Plato dalam Republica-nya dan kelompok Ikhwan al-Shafa dalam risalah mereka, memaparkan ilmu pasti dan ilmu modern. Dalam pandangan kami, T{ant}awi Jawhari telah melakukan kesalahan besar pada tafsir dengan perbuatannya itu. Ia mengira dirinya telah berbuat baik, padahal tafsirnya tidak diterima oleh banyak orang terpelajar karena mengandung pemaksaan dalam membawakan ayat kepada apa yang bukan maknanya. Oleh karena itu, Tafsir ini mendapat predikat yang sama dengan yang diperoleh Tafsir al-Razi. Maka terhadapnya dikatakan, di dalamnya terdapat segala sesuatu keculi tafsir.” 26 26 Manna’ Khalil al-Qat}t}an, Studi Ilmu- ilmu Qur’an terj. Mudzakir AS Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2011, 511.