TUMBUH KEMBANG MANUSIA DALAM AL-QUR’AN : STUDI PENAFSIRAN TANTAWI JAUHARI DALAM KITAB TAFSIR AL-JAWAHIR FI TAFSIR AL-QUR’AN AL-KARIM.

(1)

TUMBUH KEMBANG MANUSIA

DALAM AL-

QUR’AN

(Studi Penafsiran T{ant}a>wi> Jawhari> dalam Kitab Tafsi>r Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana S1

Oleh: NURINA ALFI NIM. E03212071

JURUSAN AL-QUR’AN DAN HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA


(2)

TUMBUH KEMBANG MANUSIA

DALAM AL-

QUR’AN

(Studi Penafsiran T{ant}a>wi> Jawhari> dalam Kitab Tafsi>r Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m)

Skripsi

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1)

Oleh:

NURINA ALFI NIM. E03212071

JURUSAN AL-QUR’AN DAN HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA


(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Nurina Alfi, E.03212071, Jurusan Tafsir Hadis, 2016, Tumbuh Kembang Manusia dalam al-Qur’an (Studi Penafsiran T{ant}a>wi Jawhari dalam Kitab Tafsi>r al-Jawa>hir fi> tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m).

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana pandangan T{ant}a>wi

Jawhari tentang ayat-ayat al-Qur’an terkait tumbuh kembang manusia dalam kitab al-Jawa>hir

fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m? 2) Apa manfaat mengetahui tumbuh kembang manusia bagi

masyarakat? 3) Apa hikmah dijadikannya manusia hingga lanjut usia?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tahapan pertumbuhan manusia dari awal hingga lansia dan perkembangan serta penurunan kemampuan yang menyertainya. Ada pun fokus penelitian ini adalah pandangan Imam T{ant}awi> Jawhari> tentang ayat-ayat

al-Qur’an terkait tumbuh kembang manusia, sehingga dapat mengetahui keunikan penafsiran beliau.

Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) dan menggunakan metode tah}lili> (analitis) yaitu dengan memaparkan berbagai aspek yang terkandung dalam ayat-ayat yang sedang ditafsirkan dan menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan dari mufasir.

Penelitian ini dilakukan karena begitu pentingnya mengetahui tahapan manusia sehingga dengan begitu semua orang dapat lebih mengetahui kondisi, kesempatan, dan hal-hal yang perlu diperhatikan di usianya. Oleh karena itu, semua orang perlu untuk menyiapkan diri sehingga dapat mengatasi permasalahan tersebut dengan baik.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Penafsiran T{ant}a>wi> dari ayat-ayat terkait tumbuh kembang manusia, yakni keduanya telah jelas membahas tentang tahapan pertumbuhan manusia secara umum. Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi ini sesuai dengan hukum alam, ada kenaikan dan penurunan. Ketika seseorang secara berangsur mencapai puncak perkembangannya, baik fisik maupun fikirannya, akan mulai menurun secara berangsur. Kemudian Manfaat mengetahui tumbuh kembang manusia bagi masyarakat adalah dapat lebih mengoptimalkan setiap potensi yang dapat dilakukannya, yang kemudian nantinya hal tersebut dapat berdampak positif pula terhadap orang lain. Dengan demikian terwujudlah manusia yang berpengetahuan, beriman, dan meraih keinginannya tanpa harus menjadi beban orang lain. Sedang hikmah dijadikannya manusia dari awal hingga lanjut usia adalah agar manusia dapat menjelaskan dan memahami kejadian dari proses penciptaan.


(7)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ………...….i

MOTTO. …….………...……...… ii

PERSEMBAHAN ………...………...iii

ABSTRAK …….……….…... iv

KATA PENGANTAR …….………..…………...…..……..v

DAFTAR ISI …….………...………..……...vii

DAFTAR TRANSLITERASI………...…...x

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ………...………1

B.Identifikasi Masalah …….………...…....5

C.Rumusan Masalah ………...….5

D.Tujuan Penelitian ...………...……...6

E. Kegunaan Penelitian………...…..…6

F. Kajian Pustaka ………...…7

G.Metode Penelitian ……….……...…7

H.Sistematika Pembahasan ………...…..…10

BAB II TAFSIR DAN MUFASIR A.Pengertian Tafsir ………..……...11

B.Perkembangan Tafsir ……….…….13

1. Tafsir pada Masa Nabi dan Sahabat………...……....…13

2. Tafsir pada Masa Tabi’in………....…..14

3. Tafsir pada Masa Pembukuan………...…15

C.Metode Tafsir……….………..…18

D.Syarat-syarat dan Adab Bagi Mufasir……….………...…19

E. Tumbuh Kembang Manusia Menurut Psikologi Perkembangan………..…21

1. Periode Pranatal (dari Konsepsi sampai Kelahiran) ………….…...…...…..22

2. Periode Neonatal (Lahir Sampai Minggu kedua) ………….…....…....…....23


(8)

4. Masa kanak-kanak Awal (berumur 2-6) ………...…..…...…...….28

5. Masa Kanak-anak Akhir (berumur 6-8) ………..……....…...….30

6. Masa Remaja Awal (Early Adolescence) berusia 11-13 tahun………...….33

7. Masa Akhir Remaja (18 tahun sampai 21 tahun) ………….………...…..36

8. Masa Dewasa Awal (21 tahun sampai 40 tahun) ………….…....…...…..36

9. Masa Akhir Dewasa (40 tahun sampai 60 tahun) ………….…...…...…..39

10. Masa Usia Lanjut (60 tahun sampai meninggal dunia) …….…...…...….39

BAB III BIOGRAFI IMAM T{ANT{A<WI> JAWHARI> DAN KEBERADAAN KITAB AL-JAWA>HIR A. Biografi Imam T{ant}a>wi> 1. Setting sosial kehidupan ………....43

2. Kehidupan keluarga ………....………...49

3. karya ………....……….…...50

B. Kitab Tafsir al-Jawa>hir 1. Metode Penulisan Tafsir ………...……...…………....53

2. Kecenderungan Tafsir al-Jawa>hir…………...………...55

BAB IV TELAAH AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG TUMBUH KEMBANG MANUSIA DALAM KITAB AL-JAWA>HIR A. Ayat-ayat Tentang Tumbuh Kembang Manusia dalam Al-Qur’an...57

B. Pandangan Imam T{ant}awi> Jawhari> tentang Ayat-ayat Al-Qur’an Terkait Tumbuh Kembang Manusia...58

C. Manfaat Mengetahui Tumbuh Kembang Manusia...63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..……….……....65

B. Saran ……….……..…..66


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah adalah pencipta semua yang ada di jagat raya ini. Salah satu ciptaanNya yakni manusia. Manusia telah diciptakan dengan sebaik-baik bentuk dan memiliki kemampuan berfikir. Melalui kemampuan berfikir tersebut, Allah memerintahkan manusia untuk mempergunakan kemampuannya memahami hakikat dirinya dan tidak semata-mata digunakan untuk menuruti hawa nafsunya. Pemahaman akan proses penciptaannya dapat menghantarkan manusia pada kesediaan mencari makna dan arti kehidupan yang kekal di akhirat nanti.

Manusia perlu mengetahui hakikat penciptaan dirinya agar hidupnya dapat lebih terarah. Sebab hidup tanpa arah dapat menyebabkan kekacauan yang tidak menentu. Sehingga dianggap perlu untuk mengarahkan manusia kepada pegetahuan tentang tahapan penciptaannya sampai akhir. Dengan demikian, pengetahuan mengenai hal tersebut adalah syarat untuk mengetahui hakikat manusia dan fungsinya dalam kehidupan.

Oleh karena itu, manusia wajib mengetahui hakikat dirinya dan mengenal penciptaanNya untuk dapat beribadah dengan baik. Tujuan dari penelitian ini agar masyarakat sekitar dapat lebih memahami tentang kondisi dirinya sehingga mereka dapat menjalani hidup dengan lebih maksimal dan menjaga diri dari hal-hal yang tidak baik untuk usianya saat itu.


(10)

2

Ketika membicarakan mengenai perkembangan manusia, sudah banyak sumber bacaan yang dapat ditemukan khususnya tentang ilmu pengetahuan sains dan umumnya telah diperkenalkan pada pelajaran sekolah yang terus mengalami pembaharuan. Namun jarang sekali hal ini dihubungkan dengan al-Qur’an yang merupakan kitab suci bagi umat Islam dan berisi berbagai petujuk untuk semua manusia di seluruh dunia.

Kemudian dari permasalahan tersebut, peneliti menemukan ayat-ayat al-Qur’an yang menggambarkan perkembangan manusia dari di dalam kandungan sampai usia lanjut. Semua manusia memiliki proses tahapan yang sama dalam hal ini, meski dalam prosesnya terdapat beberapa hal yang sedikit berbeda, namun pada umumnya sama. Proses pertumbuhan ini meliputi perubahan dari segi fisik, sedangkan pada perkembangannya meliputi perubahan dari segi intelektual, perilaku, dan kehidupan psikologinya.1

Kejadian perkembangan dan penurunan kemampuan manusia ini terdapat di dalam al-Qur’an. Kejadian seperti ini terdapat dalam beberapa ayat al-Qur’an, antara lain:

1. Dalam surat al-Ru>m ayat 54:

َ ا

َهل

َّ َِ ف عَِ همَ ث ّف عَّ َِّْ هم ق لَخ ىَِّاَ

َ

َ

َّ َِ ف عَِ همًَةِوه َ ث ّف عَ دّف ب

َ

َ ً ّف عَثةِوه َ دّف ب

ًَة بّي ش و

ََ

َهءآ ش يَا َِهقهقّخ ي

ََ

َهرّ ي د َّ اَه ّي ق فَّ اَ وه و

Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali)

1

Agung Nugroho dan Muhammad Abu Saad, Dasar-dasar Psikologis Pendidikan Islam: Masa Kanak-kanak, Balig dan Dewasa (Banjarmasin: Makalah Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari, 2014), 7-8.


(11)

3

dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Lagi Maha Kuasa.2

2. Surat al-H{ajj ayat 5

َ أ ي

اّنَّ اَا هُ ي

َ ثّف بَّ اَ َِْ ثبّي رَى فَّ هتّنهكَ ّن إَهس

َثة ق عَّ َِِ همَثة فّطُنَّ َِِ همَ ثبا ره تَّ َِّْ هم نّ ق لَاِن إ ف

َ ْي بهنََْثة ِق خَُِ رّي غ وَثة ِق خَُِثة غّضَُِّ َِِ هم

َ

َّ هم َ

ََ

ى َ إَهءآ ش نَا َِ ما حّر ّْ اَى فَُر هن و

َ

َىًم سَُِث ع أ

َّ هكِدهش أَّاوهغهقّ ب ت ََِ همًَاّف طَّ همهع رّخهنَِ هم

َ

ىِف و ته يَّ َِِّ همّن ِ و

َ

ى َ إَُد ره يَّ َِِّ همّن ِ و

َ

َ رهمهفَّ اَ ل ذّر أ

َّ َِ قّف يَ اّي م َ

َ

ًَاّي شَث ّق عَ دّف ب

َ

َ

َ ذ إ فًَة د ِا َ ضّر ّْ اَخ ر ت و

ا نَّ زّ نأَآ

َ

َ ّت ب ر وَّتِز تّ اَ ءآ مَّ اَا هّ ي ق ع

َ جّو زَْ هكَّ َِّت ت بّ ن أ و

َ

َثجّي ه ب

َ

Hai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan, dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah.3

Ayat-ayat al-Qur’an di atas secara tidak langsung menjelaskan mengenai pola tahapan perkembangan manusia secara umum. Pola yang dimaksud adalah bahwa setiap individu tumbuh dari keadaan yang lemah menuju keadaan yang kuat dan kemudian kembali melemah. Dengan kata lain, pertumbuhan dan

2

M. Shohib Thahir, dkk, Al-Qur’an Terjemah & Asbabun Nuzul (Jakarta: PT. Indiva Media Kreasi, 2009), 410.

3


(12)

4

perkembangan yang terjadi ini sesuai dengan hukum alam, ada kenaikan dan penurunan. Ketika seseorang secara berangsur-angsur mencapai puncak perkembangannya, baik fisik maupun kognitif, nantinya hal itu akan mulai menurun secara berangsur.4

Salah satu cara mengungkap isi kandungan al-Qur’an adalah dengan mempelajari dan menguasai tafsir al-Qur’an. Dengan demikian, manusia dapat mengetahui maksud atau isi al-Qur’an dengan lebih baik, sehingga nantinya dapat mengambil pelajaran darinya.

Untuk membahas Skripsi mengenai Tumbuh Kembang Manusia, maka penulis perlu memilih mufasir dengan corak tafsir ilmi>, ketika menafsirkan al-Qur’an menggunakan ilmu-ilmu pengetahuan, seperti fisika, kimia, biologi, ataupun ilmu lainnya.

Di antara kitab tafsir yang bercorak ilmi> dan sangat terkenal dari pada yang lain adalah Tafsi>r al-Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m yang ditulis oleh Tant}a>wi> Jawhari>. Kitab tafsir ini sangat menarik untuk dikaji, sebab di samping dalam menafsirkan ayat al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan ilmi>, selain itu, disertakan pula gambar-gambar untuk memperjelas dan memperkuat penafsirannya, sehingga menjadi sesuatu yang baru dan berbeda dari kitab-kitab tafsir lainnya.

Berangkat dari pemikiran tersebut, skripsi ini ingin mengangkat tema “Tumbuh Kembang Manusia dalam Al-Qur’an (Studi Penafsiran T{ant}a>wi> Jawhari> dalam Kitab al-Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m)”. Dengan tujuan meneliti

4


(13)

5

penafsiran T{ant}a>wi> Jawhari> dalam menjelaskan ayat yang berisi penjelasan mengenai tahapan perkembangan dan penurunan kehidupan manusia.

B. Identifikasi Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang timbul terkait dengan siklus kehidupan manusia di dalam al-Qur’an meliputi:

1. Bagaimana tahapan tumbuh kembang manusia? 2. Bagaimana tumbuh kembang manusia terjadi?

3. Apa manfaat mengetahui tumbuh kembang manusia bagi masyarakat luas? 4. Bagaimana biografi T{ant}a>wi> Jawhari>?

5. Apa yang mempengaruhi penafsiran T{ant}a>wi> Jawhari>?

6. Bagaimana penafsiran T{ant}a>wi> Jawhari> terhadap ayat-ayat tentang tumbuh kembang manusia?

C. Rumusan masalah

Dari identifikasi masalah di atas, peneliti dapat merumuskan beberapa permasalahan untuk memperkuat fokus penelitian ini, di antaranya:

1. Bagaimana pandangan T{ant}a>wi> Jawhari> tentang ayat-ayat al-Qur’an terkait tumbuh kembang manusia dalam kitab al-Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al -Kari>m?

2. Apa manfaat mengetahui tumbuh kembang manusia bagi masyarakat? 3. Apa hikmah dijadikannya manusia hingga lanjut usia?


(14)

6

D. Tujuan Penlitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini di antaranya:

1. Untuk mengetahui pandangan T{ant}a>wi> Jawhari> tentang ayat-ayat al-Qur’an terkait tumbuh kembang manusia dalam kitab al-Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m.

2. Untuk mengetahui manfaat mengetahui tumbuh kembang manusia bagi masyarakat.

3. Untuk mengetahui hikmah dijadikannya manusia hingga lanjut usia.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan keilmuan dalam bidang tafsir. Agar hasil penelitian ini jelas dan berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan, maka perlu dikemukakan kegunaan dari penelitian ini.

Adapun kegunaan hasil penelitian ini ada dua yaitu: 1. Kegunaan secara teoritis

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan ilmu keagamaan khususnya mengenai tumbuh kembang manusia.


(15)

7

2. Kegunaan secara praktis

Implementasi penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam memberikan penjelasan mengenai siklus kehidupan manusia yang pasti terjadi pada setiap manusia, sehingga masyarakat dapat lebih memahami dirinya untuk memanfaatkan waktunya dengan lebih baik. Serta dapat mengetahui tumbuh kembang manusia yang berlandaskan al-Qur’an.

F. Kajian Pustaka

Pernah dilakukan penelitian tentang tahapan pertumbuhan manusia juga, namun perbedaan dengan penelitian ini sangat jauh, adapun karya yang pernah ditulis yaitu: Tujuan Penciptaan Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an, Abd. Rozaq, Fakultas Ushuluddin, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2004.

Skripsi ini membahas tentang tujuan penciptaan manusia untuk beribadah kepada Allah tanpa menyentuh lebih banyak penjelasan mengenai proses penciptaan manusia. Sehingga masih terbuka lebar kesempatan penulis untuk membahas tahapan perkembangan manusia yang fokus penelitiannya pada penafsiran T{ant}awi Jawhari.

G. Metode Penelitian

Model penelitian yang penulis gunakan berupa kualitatif, sebab pada pembahasannya membutuhkan metode untuk memahami dan menafsirkan makna suatu kejadian interaksi tingkah laku makhluk atau manusia dalam situasi tertentu


(16)

8

menurut perspektif peneliti sendiri.5 Sedang jika dilihat dari jenis penelitian adalah library research (penelitian kepustakaan), yaitu penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya.6 Dengan cara mencari dan meneliti ayat yang dimaksud, kemudian mengelolanya memakai keilmuan tafsir.

Untuk mempermudah pembahasan ini, penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1. Sumber Data

Untuk mendukung tercapainya data penelitian di atas, pilihan akan akurasi literatur sangat mendukung untuk memperoleh validitas dan kualitas data, karenanya sumber data yang menjadi obyek penelitian ini adalah:

a) Sumber data primer

1) Tafsi>r al-Jawahir fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m, oleh T{ant}a>wi> Jawhari>

b) Sumber data sekunder, yaitu:

1) Dasar-dasar Psikologis Pendidikan Islam: Masa Kanak-kanak, Balig dan Dewasa, oleh Agung Nugroho dan Muhammad Abu Saad.

2) Psikologi Perkembangan, oleh Yudrik Jahja.

3) Studi Ilmu-ilmu Qur’an, oleh Manna>’ Khali>l al-Qat}t}a>n. 4) Metode Penafsiran Al-Qur’an, oleh Nashruddin Baidan.

5

Husaini Usman dan Purnomo Setiadji Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 81.

6


(17)

9

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau cara yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu: mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan fokus pembahasan, kemudian mengklarifikasi sesuai dengan sub bahasan dan penyusunan data yang akan digunakan dalam penelitian berdasarkan konsep-konsep kerangka penulisan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisa data yang penulis gunakan adalah deskriptif-kualitatif. Sedangkan pengertian dari deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada (bisa mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang).7 Sedangkan metode kualitatif adalah suatu metode yang berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku makhluk atau manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.8 Jadi penelitian deskriptif-kualitatif adalah suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan tentang tingkah laku makhluk hidup.

7

Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), 77 8


(18)

10

F. Sistematika Pembahasan

Untuk lebih mudah mengetahui secara utuh terhadap isi skripsi ini, maka perlu disusun konsep sistematika pembahasan sebagai berikut :

Bab Pertama adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, Kajian Pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua adalah landasan teori yang berisi pengertian tafsir, syarat-syarat bagi mufasir, perkembaga tafsir dan metode tafsir.

Bab ketiga adalah pengolahan data yang memaparkan biografi Imam T{ant}awi>Jawhari> dan keberadaan Kitab al-Jawa>hir.

Bab keempat adalah analisa data, yang didalamnya berisi tentang analisa terhadap ayat-ayat tentang siklus kehidupan manusia, yang di dalamnya dijelaskan pandangan Imam T{ant}awi> serta hikmah dijadikannya manusia sampai lanjut usia menurut Imam T{ant}awi> berdasarkan ayat-ayat tersebut.

Bab kelima adalah kesimpulan dan saran yang berisi tentang kesimpulan hasil penelitian serta saran-saran terhadap hasil penelitian selanjutnya.


(19)

BAB II

TAFSIR DAN MUFASIR

A. Pengertian Tafsir

Para ulama sepakat bahwa al-Qur’an adalah kitab hidayah bukan buku ilmu pengetahuan, namun dalam memahami ayat-ayat kauniyah khususnya, tidak mungkin dilakukan dengan membaca Al-Qur’an yang bertujuan ta’abud. Sehingga perlu adanya tafsir untuk mengungkap isi kandungan al-Qur’an. Tafsir adalah berbagai aktivitas yang berupaya menyikap makna yang paling jelas dan tepat di antara makna yang dimuat oleh teks lafal ayat al-Qur’an, sehingga berfungsi sebagai penjelas pesan Allah.1 Untuk menghindari kesalahfahaman pengertian tentang tafsir, berikut ini disertakan dari berbagai sumber:2

1. Tafsir Menurut Istilah (Etimologi

Menurut sebagian dari ahli tafsir menyatakan bahwa tafsir tidak termasuk ilmu pengetahuan yang terbatas. Pemikiran ini berdasarkan alasan bahwa tafsir tidak mempunyai kaidah dan batasan khusus, seperti yang terdapat pada ilmu sains yang diciptakan oleh akal manusia.3

Namun, sebagian ahli tafsir memasukan tafsir ke dalam kelompok ilmu pengetahuan, Karena dalam tafsir terdapat topik tertentu yang membutuhkan bantuan dari beberapa kaidah keilmuan yang digunakan

1

Sauqiyah Musyafa’ah, dkk, Studi Al-Qur’an (Surabaya: IAIN SA PRESS, 2012), 359-360. 2

Ibid., 357-360. 3


(20)

12

sebagai dasar pijakan dalam ilmu tafsir. Dengan adanya unsur-unsur inilah, maka tafsir dimasukkan dalam katagori ilmu pengetahuan ilmiah.4

2. Menurut al-Zarkasyi

Tafsir adalah ilmu untuk mengetahui penjelasan al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk menjelaskan berbagai makna, hukum dan hikmah yang terkandung di dalamnya.5

3. Menurut Abu Hyyan

Tafsir adalah ilmu yang membahas tentang cara-cara untuk memahami teks yang berkaitan dengan petunjuk dan hukum-hukumnya baik yang berbentuk teks maupun konteksnya serta makna yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut secara kontekstual ataupun tekstual.6

Objek pembahasannya adalah al-Qur’an yang merupakan sumber segala hikmah. Tujuan utama adanya tafsir yakni dapat berpegang pada tali yang kokoh dan mencapai kebenaran yang hakiki. Kebutuhan terhadapnya sangat tinggi karena segala kesempurnaan agamawi dan duniawi harus sejalan dengan syara’, sedangkan keseimbangan ini sangat bergantung pada pengetahuan tentang al-Qur’an.7

4

Baidan, Metode Penafsiran, 30. 5

Ibid., 13. 6

Abdul Djalal HA, Urgensi Tafsir Maudu’i Pada Masa Kini (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), 6. 7 Manna>’ Khali>l al

-Qat}t}a>n, Studi Ilmu-ilmu Qur’an terj. Mudzakkir AS (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2011), 461.


(21)

13

B. Perkembangan Tafsir

1. Tafsir pada Masa Nabi dan Sahabat

Nabi memahami al-Qur’an secara global dan terperinci. Kewajibannya adalah menjelaskannya kepada para sahabat. Para sahabat juga memahami al-Qur’an karena al-Qur’an diturunkan dalam bahasa mereka, meskipun mereka tidak memahami detailnya. Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah-Nya menjelaskan: al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab dan menurut uslub -uslub balaghah-nya. Oleh karena itu, semua orang Arab mengetahui dan memahami maknanya. Namun meski demikian, mereka berbeda-beda tingkat pemahamannya, sehingga apa yang tidak diketahui oleh seseorang kemungkinan diketahui oleh orang lain.8

Para sahabat dalam menafsirkan al-Qur’an pada masa ini berpegangan pada:

a) Al-Qur’an, sebab apa yang dikemukakan secara global di suatu ayat akan dijelaskan secara rinci pada ayat yang lain.

b) Nabi Muhammad, sebab beliau telah banyak menjelaskan kepada sahabat mengenai pertanyaan-pertanyaan tentang al-Qur’an.

c) Pemahaman dan ijtihad. Apabila para sahabat tidak mendapatkan tafsiran dalam al-Qur’an maupun dari Rasulullah, mereka melakukan ijtihad dengan mengerahkan segenap kemampuan berpikir.

8


(22)

14

Pada masa ini, tidak ada sedikitpun tafsir yang dibukukan, sebab pembukuan baru dilakukan pada abad kedua. Di samping itu, tafsir hanya merupakan cabang dari hadis, dan belum mempunyai bentuk yang teratur. Ia diriwayatkan secara bertebaran mengikuti ayat-ayat yang berserakan, tidak berurutan sesuai sistematika ayat-ayat al-Qur’an dan surat-suratnya di samping juga tidak mencakup keseluruhannya.9

2. Tafsir pada Masa Tabi’in

Dalam hal sumber tafsir, para tabi’in berpegang pada sumber-sumber yang ada pada masa para pendahulunya di samping ijtihad. Kitab-kitab tafsir memberitahukan pada generasi berikutnya terkait pendapat-pendapat tabi’in tentang tafsir yang mereka hasilkan melalui ra’yi dan ijtihad. Dan penafsirannya itu, sedikitpun bukan berasal dari Rasulullah maupun sahabat.10

Pada penjelasan sebelumnya sudah dijelaskan, tafsir yang dinukil dari Rasulullah dan para sahabat tidak mencakup semua ayat al-Qur’an. Mereka hanya menafsirkan bagian-bagian yang sulit dipahami bagi orang-orang di masanya. Kemudian kesulitan akan pemahaman tersebut semakin meningkat secara bertahap di saat manusia bertambah jauh dari masa Nabi dan sahabat. Maka para tabi’in yang menekuni bidang tafsir merasa perlu untuk menyempurnakan sebagian kekurangan itu. Oleh karenanya, mereka menambahkan ke dalam tafsir keterangan-keterangan yang dapat menghilangkan kekurangan tersebut. Setelah itu muncullah generasi sesudah

9 al-Qat}t}a>n,

Studi Ilmu-ilmu, 473. 10


(23)

15

tabi’in yang juga berusaha menyempurnakan tafsir secara terus-menerus dengan berdasarkan pada pengetahuan mereka atas bahasa Arab dan cara bertutur kata, peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa turunnya al-Qur’an yang mereka pandang dalam alat-alat pemahaman dan sarana pengkajian lainnya. 11

Penaklukan Islam semakin luas, hal ini mendorong tokoh-tokoh sahabat berpindah ke daerah-daerah taklukan dan masing-masing membawa ilmu. Dari tangan mereka, para tabi’in, murid-murid mereka belajar dan menimba ilmu, sehingga selanjutnya tumbuhlah berbagai madzhab dan perguruan tinggi.12

Pada masa ini, tafsir tetap konsisten dalam penerimaan dan periwayatannya. Akan tetapi, setelah banyak ahli kitab masuk Islam, para tabi’in banyak menukil dari mereka cerita-cerita Israilli>yat yang kemudian dimasukkan ke dalam tafsir. Selain itu, pada masa ini, mulai timbul silang pendapat mengenai status tafsir yang diriayatkan dari mereka karena banyaknya pendapat tafsir. Namun meski demikian, pendapat-pendapat tersebut sebenarnya hampir sama. Dengan demikian perbedaan itu hanya dari segi redaksional, bukan perbedaan yang berarti.13

3. Tafsir pada Masa Pembukuan

Masa pembukuan dimulai pada akhir dinasti Bani Umayah dan awal dinasti Abbasiyah. Dalam hal ini hadis mendapat prioritas utama dan pembukuannya meliputi berbagai bab, sedangkan tafsir hanya merupakan

11 al-Qat}t}a>n,

Studi Ilmu-ilmu, 474. 12

Ibid., 13


(24)

16

salah satu bab dari sekian banyak bab yang dibahasnya. Pada masa ini, penulisan tafsir belum dipisahkan secara khusus yang hanya memuat tafsir al-Qur’an, surat demi surat, dan ayat demi ayat, dari awal hingga akhir.14

Perhatian segolongan ulama terhadap periwayatan tafsir yang dinisbahkan kepada Nabi, sahabat, atau tabi’in sangat besar di samping perhatian terhadap pengumpulan hadis. Tafsir pada golongan ini tidak ada yang sampai di masa ini. Yang diterima sampai generasi akhir hanyalah nukilan-nukilan yang dinisbahkan kepada mereka sebagaimana terdapat dalam kitab-kitab tafsir bi al-ma’tsur.15

Setelah golongan tersebut, sampailah pada generasi berikutnya yang menulis tafsir secara khusus dan independen serta menjadikannya sebagai ilmu yang berdiri sendiri dan terpisah dari hadis. Al-Qur’an mereka tafsirkan sesuai urutan mushaf. Tafsir generasi ini memuat riwayat-riwayat yang disandarkan kepada Rasulullah, sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in serta terkadang disertai pen-tarjih-an terhadap pendapat-pendapat yang diriwayatkan dan penyimpulan (istinba>t}) sejumlah hukum dan juga penjelasana kedudukan kata (i’ra>b) jika diperlukan, sebagaimana yang dilakukan Ibn Jari>r al-T{abari.16

Kemudian muncul sejumlah mufasir yang aktifitasnya menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan bi al-Ma’tsur, namun dengan meringkas sanad-sanad dan menghimpun berbagai pendapat tanpa menyebutkan penggagasnya.

14 al-Qat}t}a>n,

Studi Ilmu-ilmu, 476. 15

Ibid., 477. 16


(25)

17

Oleh karena itu, persoalannya menjadi kabur dan riwayat-riwayat yang sahih bercampur dengan yang tidak sahih.17

Ketika ilmu semakin berkembang pesat, pembukuannya telah mencapai puncak, cabang-cabang ilmu mulai bermunculan, namun perbedaan pendapat mulai meningkat dan ilmu-ilmu filsafat bercorak rasional bercampur dengan ilmu-ilmu naqli serta setiap golongan berupaya mendukung madzab masing-masing. Ini semua menyebabkan tafsir kehilangan fungsi utamanya sebagai sarana petunjuk dan pengetahuan mengenai agama. Hal ini disebabkan oleh para mufasir yang dalam menafsirkan al-Qur’an berpegang pada pemahaman pribadi dan mengarah pada berbagai kecenderungan.18

Pada masa-masa selanjutnya, penulisan tafsir mengikuti pola di atas melalui upaya golongan muta’akhirin yang mengambil begitu saja penafsiran golongan mutaqaddimi>n, dengan cara meringkas dan memberi komentar. Keadaan demikian terus berlanjut sampai lahirnya pola baru dalam tafsir modern, di mana mufasir memperhatikan kebutuhan-kebutuhan kontemporer di samping upaya penyingkapan asas-asas kehidupan sosial, prinsip-prinsip

tasyri’ dan teori-teori ilmu pengetahuan dari kandungan al-Qur’an sebagaimana terlihat dalam tafsir al-Jawa>hir dan al-Mana>r.

17 al-Qat}t}a>n,

Studi Ilmu-ilmu, 477 18


(26)

18

C. Metode Tafsir

Metode tafsir adalah suatu cara yang teratur dan terencana dengan baik untuk mencapai pemahaman yang benar terkait maksud Allah di dalam kandungan ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkannya kepada Nabi Muhammad.19

Dari sejarah perkembangan tafsir, dapat dikatakan bahwa metode global

(ijmali) merupakan metode tafsir yang pertama muncul dengan mengambil bentuk

tafsir bi al-ma’tsur. Kemudian diikuti oleh bentuk tafsir bi al-ra’y seperti dalam tafsir al-jawa>hir karya T{ant}awi> Jawhari>\. Metode ini terus berkembang hingga menghasilkan metode analisis (tahlili). Setelah itu, Ulama tafsir berusaha menafsirkan al-Qur’an lebih spesifik disebabkan tuntutan perkembangan zaman. Lalu mereka mengklasifikasikan tafsir pada bidang tertentu, sehingga muncullah tafsir dengan corak fiqih, ilmiah, tasawuf, dan sebagainya.20

Pada abad modern, para ulama tafsir menyusun metode baru dalam menafsirkan al-Qur’an. Sehingga munculah metode tematik (mawdlu’i). Metode ini ditempuh dengan menghimpun seluruh ayat-ayat al-Qur’an yang membahas tentang satu tema persoalan.21

Pada periode berikutnya, sekitar abad ke 5 H, kemudian muncul metode komparatif (muqarin). Metode komparatif adalah menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan pandangan sejumlah mufasir. Penafsiran dengan metode ini mempunyai cakupan yang amat luas. Tidak terbatas pada perbandingan ayat dengan hadis tapi juga bisa membandingkan pendapat para mufasir.22

19

Baidan, Metode Penafsiran, 55. 20

Ibid,. 57-58. 21

Ibid., 58. 22


(27)

19

D. Syarat-syarat dan Adab Bagi Mufasir

Tidak semua orang dapat dan bisa menafsirkan al-Qur’an. Betapa sangat menyakitkan, ketika melihat banyak manusia mencoba menafsirkan al-Qur’an tanpa mengetahui ilmunya. Mereka tidak merasakan sama sekali akibat dari perilakunya tersebut, sehingga lidah mereka tidak berhenti, hati mereka tidak terguncang. Bahkan mereka seakan telah menguasai al-Qur’an beserta ilmunya, seakan-akan al-Qur’an telah menjadi bagian kecerdasan dan pengetahuan mereka.23

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk menjadi mufasir. Syarat yang diperuntukkan bagi mufasir ini merupakan cara umat Islam untuk tetap menjaga keaslian makna dan segala penjelasan yang terkandung di dalam al-Qur’an. Berikut ini syarat-syarat yang harus dilewati seseorang untuk menjadi mufasir yaitu:24

1. Akidah yang benar, sebab akidah sangat berpengaruh terhadap jiwa pemiliknya dan seringkali mendorongnya untuk mengubah maksud nas-nas al-Qur’an dan berkhianat dalam penyampaian berita.

2. Bersih dari hawa nafsu, sebab hawa nafsu dapat mendorong pemiliknya untuk membela kepentingan madzhabnya.

3. Ketika akan menafsirkan hendaknya lebih didahulukan menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an, sebab sesuatu yang global dan ringkas di suatu ayat telah dijelaskan di ayat yang lain.

23

Fahd bin Abdurrahman Ar-Rumi, Ulumul Qur’an Studi Kompleksitas Al-qur’an (Yogyakarta: Titan Ilahi,1996), 217.

24 al-Qat}t}a>n,


(28)

20

4. Mencari penafsiran dari hadis, sebab hadis berfunsi sebagai pensyarah dan penjelas al-Qur’an.

5. Apabila tidak ditemukan penafsiran dalam hadis, hendaknya meninjau pendapat para sahabat, sebab mereka lebih mengetahui tentang tafsir al-Qur’an.25

6. Apabila masih tidak ditemukan juga penafsiran dalam al-Qur’an, hadis, maupun pendapat para sahabat, maka menggunakan pendapat sebagian besar ulama yakni tabi’in.

7. Pengetahuan bahasa Arab dengan segala cabangnya, sebab al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab.26

8. Pengetahuan tentang pokok-pokok ulum al-qur’a>n.27 Dengan demikian, mufasir tidak akan menta’wilkan ayat-ayat berkenaan dengan Allah dan sifat-sifatNya secara melampaui batasNya.

9. Pemahaman yang cermat, sehingga mufasir dapat menyimpulkan makna yang sesuai dengan nas-nas al-Qur’an

Adapun adab yang harus dimiliki oleh mufasir, yakni:28 1. Berniat baik dan bertujuan benar.

2. Berakhlak baik29 3. Taat dan beramal

25

Ar-Rumi, Ulumul Qur’an, 193. 26

Ibid., 8 27

Ibid., 193 28 al-Qat}t}a>n,

Studi Ilmu-ilmu, 465. 29

Perpustakaan Nasional RI, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 41.


(29)

21

4. Berlaku jujur dan teliti dalam penukilan, sehingga mufasir tidak akan berbicara atau menulis kecuali setelah menyelidiki apa yang ditafsirkannya. 5. Tawadu dan lemah lembut

6. Berjiwa mulia

7. Bersuara dalam menyampaikan kebenaran

8. Berpenampilan baik, sehingga dapat menjadikannya mufasir yang berwibawa dan terhormat.

9. Bersikap tenang dan mantap

10. Mendahulukan orang lain daripada dirinya. Seorang mufasir hendaknya tidak gegabah unuk menafsirkan di hadapan orang yang lebih pandai dan hendaknya ia menganjurkan belajar dari mereka dan membaca kitab-kitabnya. 11. Mempersiapkan dan menempuh langkah-langkah penafsiran secara baik, seperti memulai dengan menyebutkan asbab al-nuzul, arti kosa kata, menerangkan susunan kalimat, dan seterusnya.

E. Tumbuh Kembang Manusia Menurut Psikologi Perkembangan

Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik setiap fase perkembangan manusia dengan hal-hal yang mempengaruhinya.30 Menurut psikologi perkembangan, untuk menentukan perkembangan seseorang, tidak cukup hanya didasarkan pada faktor usia saja, seperti yang dikemukakan oleh Papalia dan Olds bahwa aspek perkembangan manusia meliputi fisik, intelektual (kognitif), kepribadian, kemampuan sosial, serta emosional. Namun

30


(30)

22

meski demikian, batasan aspek-aspek tersebut selalu dikaitkan dengan usia.31 Perubahan fisik dan psikis yang terjadi selama hidup manusia dapat mempengaruhi sikap, proses kognitif dan perilaku individu.32

Sejumlah ahli berpendapat bahwa proses perkembangan tidak hanya mulai dari saat kelahiran saja, namun sudah dimulai ketika terjadi konsepsi atau pertemuan antara nutfah dan sel telur.33 Berikut ini perkembangan manusia menurut psikologi perkembangan yang terdiri dari 10 periode yaitu:

1. Periode Pranatal (dari Konsepsi sampai Kelahiran)

Periode pranatal adalah periode pertama yang dilalui semua manusia. Perkembangan pranatal umumnya dibagi menjadi tiga periode, yaitu periode germinal (zigot), embrionik, dan fetal (janin).34

a. Periode germinal (zigot)

Periode ini bermula sejak adanya percampuran antara nutfah dengan sel telur (ovum). Masa ini meliputi terjadinya zigot, pembelahan sel dan melekatnya zigot pada dinding rahim. Seminggu setelah pembuahan, zigot melakukan pembelahan sel. Pembelahan sel terjadi setelah terbentuknya lapisan dalam (blastosis) dan lapisan luar (tropoblas) dari calon organisme tersebut. 10 hari setelah pembuahan, zigot akan melekat di dinding rahim, peristiwa ini disebut dengan implantasi.35

31

Wiwien Dinar Pratisti, Psikologi Anak Usia Dini, (Bogor: PT Indeks, 2008), 54. 32

Chasiru Zainal Abidin, Psikologi Perkembangan, (Surabaya: UIN SA Press, 2013), 123. 33

Pratisti, Psikologi Anak, 54. 34

Christiana Hari Soetjiningsih, Seri Psikologi Perkembangan: Perkembanga Anak Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak-kanak Akhir, (Jakarta: Prenada, 2014), 51-53.

35


(31)

23

b. Masa Embrionik

Masa embrio berlangsung dari minggu ketiga hingga kedelapan setelah pembuahan. Pada masa ini, embrio mengalami peningkatan pemecahan sel yang cukup banyak, terbentuknya sistem pendukung bagi sel dan mulai terbentuknya organ. Emberio terdiri atas lapisan dalam dan luar. Lapisan dalam disebut lapisan endoderm, yang nantinya akan berkembang menjadi sistem pencernaan dan pernafasan. Sedangkan lapisan luar sel terbagi menjadi dua, yaitu lapisan ektoderm36 dan mesoderm37.38

c. Tahap Fetal atau Janin

Tahap ini dimulai sejak kehamilan pada bulan ketujuh hingga kelahiran. Pada tahap ini, fetus sudah terlihat menyerupai manusia dengan organnya yang telah tampak. Saat ini janin semakin aktif untuk menggerakkan tubuhnya.

2. Periode Neonatal (Lahir Sampai Minggu kedua)

Perkembangan pada periode kelahiran merupakan perkembangan terpendek dalam kehidupan. Dimulai sejak lahir dan berakhir umur dua minggu. Perkembangan ini dibagi dalam 2 masa, yaitu periode partunate dan periode neonate.39

36

Lapisan ektoderm adalah lapisan yang nantinya akan berkembang menjadi sistem syaraf, penerima sensor (mata, telinga dan hidung) dan bagian rambut (meliputi rambut dan kuku).

37

Mesoderm adalah lapisan tengah yang akan menjadi sistem peredaran, tulang otot, sistem pembuangan kotoran, serta sistem reproduksi.

38

Pratisti, Psikologi Anak, 59-61. 39


(32)

24

a. Periode partunate

Periode ini dimulai saat kelahiran sampai antara 15 dan 30 menit sesudah kelahiran. Periode ini bermula dari keluarnya janin dari rahim dan berakhir setelah tali pusar dipotong dan diikat.

b. Periode neonate

Periode ini dimulai dari pemotongan dan pengikatan tali pusar sampai sekitar akhir minggu kedua dari kehidupan pascamatur. Sekarang bayi adalah individu yang terpisah, mandiri dan tidak lagi merupakan parasit. Selama periode ini bayi harus menyesuaikan diri lingkungan baru di luar tubuh ibunya.40

Ada empat penyesuaian utama yang harus dilakukan bayi sebelum memperoleh kemajuan perkembangan, yaitu perubahan suhu badan, pernafasan, menghisap dan menelan serta pembuangan melalui organ sekresi.41 Adapun perkembangan pada Neonatal:

a. Perkembangan fisik

Adanya penurunan berat badan, sebagai akibat dari penyesuaian diri terhadap lingkungan dan terdapat ramut-rambut halus di kepala dan punggung.42

b. Perkembangan Psikologi

Kesadaran bayi yang baru lahir masih tidak begitu jelas, artinya pada tahap bayi tidak menyadari sepenuhnya tentang kejadian di sekitarnya. Reaksi emosionalpun hanya berkaitan dengan suatu hal yang menyenangkan

40

Soetjiningsih, Seri Psikologi , 94. 41

Ibid., 94-95. 42


(33)

25

ditandai oleh tubuh yang tenang atau suatu hal yang tidak menyenangkan ditandai degan tubuh yang tegang.43

c. Masa Bayi (berumur 0-3)

Masa bayi berlangsung dua tahun pertama setelah periode bayi yang baru lahir dua minggu. Masa bayi adalah dasar periode kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap, dan pola ekspresi emosi terbentuk.44 Meski masa bayi sering dianggap sebagai masa bayi baru lahir, tapi pada saat ini untuk membedakannya dengan periode pascanatal yang ditandai dengan keadaan lemahnya. Setelah beberapa bulan keadaan lemah itu akan sedikit berkurang. Maksudnya bayi akan semakin mandiri dan tingkat ketergantungan berkurang.45

Berikut perkembangan manusia di masa bayi:46 1. Perkembangan fisik

a) Perkembangan motorik

Pada tahun pertama, bayi dapat menggunakan otot-otot besarnya. Hal ini terdiri dari mengangkat kepala dari posisi tengkurap, berguling, merangkak sampai bayi dapat berjalan sendiri. Sedang pada tahun kedua, tulang-tulang bayi semakin kuat, sehingga memungkinkannya untuk menarik, berjalan, dan lain-lain.

43

Abidin, Psikologi Perkembangan, 81-82. 44

Ibid., 83. 45

Ibid. 46


(34)

26

b) Reflek

Suatu gerakan yang terjadi secara spontan. Contohnya, grasp reflek, yang terjadi bila jari menyentuh telapak tangan bayi, maka jari-jarinya akan langsung menggenggam dengan kuat.

c) Pertumbuhan gigi

Gigi pada bayi baru lahir meskipun belum terlihat tapi sudah ada dalam rahang. Gigi susu mulai tumbuh pada usia enam bulan dan lengkap pada usia tiga tahun. Jumlah gigi susu adalah 20 buah. d) Perkembangan panca indra

1) Perabaan, sejak lahir sudah mempunyai indra peraba. Hal ini dapat diketahui dari bayi yang akan menangis bila merasa suhunya tidak cocok atau merasa nyaman tidaknya dengan sentuhan seseorang.

2) Penglihatan, pada masa bayi penglihatannya hanya terbatas antara gelap dan terang. Namun lambat laun akan menjadi lebih baik pada usia satu bulan sebab sudah bisa mengikuti arah bayangan sinar.47

3) Pendengaran, pada waktu lahir, bayi belum bisa mendengar, setelah satu bulan bayi baru dapat mengetahui letak suara.

47

Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islam: Menyingkap Rentang Kehidupan Manusia dari Prakelahiran Hingga Pascakematian (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2008), 102.


(35)

27

4) Penciuman, bayi yang baru lahir sudah bisa membedakan bau yang ditunjukkan dari ekspresi wajahnya, yaitu memalingkan kepala bila ada bau tidak enak.48

5) Perasa, kepekaan terhadap rasa telah berkembang sejak dalam kandungan. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan pada bayi usia dua jam yang menunjukkan berbagai ekspresi wajah ketika merasakan cairan dengan berbagai rasa.49

e) Pertumbuhan otak

Pertumbuhan otak tercepat adalah pada trisemester sampai enam bulan pertama setelah lahir. Sedangkan jaringan otak dan sistem syaraf tumbuh secara maksimal selama dua tahun.

f) Pertumbuhan fungsional

Tahap ini terjadi karena kerja sama antara bermacam-macam pergerakan melalui kematangan belajar, kematangan tulang, sumsum syaraf dan perbuatan proporsi tubuh. Maka anak telah siap menggunakan tubuhnya. Ada empat macam perkembangan fungsional, yaitu merangkak, duduk, berdiri, dan manipulasi.. 2. Perkembangan psikologi

a) Perkembangan emosi, pada usia tiga sampai empat bulan perkembangan emosi bayi diketahui dari sifat-sifat bayi secara

48

Soetjiningsih, Seri Psikologi , 131. 49


(36)

28

individual dan melatihnya mengungkapkan perilakunya sesuai perasaan.50

b) Kemampuan bahasa, pada bayi dapat ditandai keluarnya suara-suara kecil dari tenggorokan, kemudian pada usia 10 bulan, bayi akan menunjukkan kemampuan untuk mengucapkan satu kata. Terakhir pada usia tiga tahun, bayi akan mampu berbicara dengan kalimat sederhana.51

c) Perkembangan inteligensi, sejak tahun pertama usia anak, funsi inteligensi sudah mulai tampak dalam tingkah lakunya seperti dalam beraktivitas maupun berbicara, serta mengenal objek-objek di lingkungannya.52

d. Masa kanak-kanak Awal (berumur 2-6) Beberapa perkembangan anak, yaitu: 1. Perkembangan fisik

a) Proporsi tubuh

Postur anak biasanya lebih langsing dan panjang daripada sebelumnya meskipun ukuran kepala masih relatif lebih besar.

50

Hasan, Psikologi Perkembangan, 167. 51

Pratisti, Psikologi Anak, 75. 52

Herawati Mansur, Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan, (Jakarta: Salemba Medika, 2009), 69.


(37)

29

b) Pertumbuhan gigi

Setelah pertumbuhan gigi susu telah lengkap, pada usia enam sampai tujuh tahun, gigi tetap mulai muncul untuk menggantikan gigi susu secara bergantian.53

c) Perkembangan memori (ingatan)

Menurut penelitian ditemukan bahwa pengalaman seorang bayi usia enam bulan masih bisa diingat oleh bayi hingga usia dua tahun kemudian bila peritiwa itu diulang lagi. Namun menurut Santrock, anak-anak dan orang dewasa hanyaa mampu mengingat sedikit atau tidak ingat lagi peristiwa sebelum usia tiga tahun. Kemudian Papalia berpendapat bahwa pada usia kanak-kanak, kemampuan untuk mengenali sudah lebih baik daripada ketika usia dua tahun, sedangkan kemampuan untuk menampilkan kembali masih sangat kurang. Kedua kemampuan ini akan meningkat pada usia lima tahun.54 Selain itu, terjadi pula perkembangan pada sistem syaraf, otot, gigi dan kerangka tubuh.

2. Perkembangan pikologi a) Perkembangan mental

Pada saat ini, anak mampu berpikir kembali ke belakang dan memperhitungkannya di waktu yang lain. Kemudian proses mental mulai aktif meskipun masih bersifat reflektif. Serta tumbuhnya superego yang berfungsi untuk menekan diri agar tidak muncul ke

53

Soetjiningsih, Seri Psikologi , 191 54


(38)

30

dalam perilaku.55 Ketika periode ini, emosi anak sangat kuat, ditandai oleh ledakan amarah, ketakutan yang hebat atau iri hati yang tidak masuk akal.56

b) Perkembangan moral

Pada perkembangan moral, anak telah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya (orang tua, saudara dan teman). Dengan pengalaman yang dimiliki dengan temannya, anak belajar memahami tentang kegiatan atau perilaku mana yang baik atau tidak baik untuk digunakan sebagai patokan pada lain waktu.57 c) Perkembangan spiritual

Menurut Hurlock, pada masa ini, keinginan anak terhadap agama sangat tinggi sehingga ia tidak ragu untuk bertanya. Pengertian agama menurut anak itu realistis, maksudnya ia menafsirkan agama dari apa yang ia lihat dan dengar sesuai apa yang ia ketahui. Anak mendapatkan keyakinannya dari tahapan dongeng, artinya anak mendapatkan keyakinan dari unsur tidak nyata.58

e. Masa Kanak-anak Akhir (berumur 6-8)

Periode ini berlangsung dari usia enam tahun hingga anak mengalami kematangan secara seksual. Selama setahun atau dua tahun terakhir dari masa kanak-kanak terjadi perubahan fisik yang menonjol sehingga mengakibatkan perubahan psikologi.

55

Pratisti, Psikologi Anak, 85. 56

Mansur, Psikologi Ibu, 79. 57

Ibid., 85. 58


(39)

31

1. Perkembangan fisik a) Pertumbuhan badan

Sesudah usia enam tahun, pertumbuhan badan menjadi agak lambat daripada sebelumnya sampai umur 10 tahun, anak laki-laki agak lebih besar dibandingkan anak perempuan, setelah itu anak perempuan lebih tinggi.59

2. Perkembangan psikologi a) Perkembangan intelektual

Pada usia sekolah dasar yakni 6-12 tahun, anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kognitif. Pada saat itu daya pikirnya sudah berkembang ke arah berpikir konkret dan rasional.

b) Perkembangan bahasa

Pada saat ini, anak sudah bisa membuat kalimat yang lebih sempurna, dapat membuat kalimat majemuk dan dapat menyusun serta mengajukan pertanyaan.60

c) Perkembangan sosial

Pada periode ini, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok temannya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.61

59

Soetjiningsih, Seri Psikologi, 249-250. 60

Mansur, Psikologi Ibu, 90. 61


(40)

32

d) Perkembangan emosi

Pada periode ini, anak mulai menyadari bahwa meluapkan emosi dengan kasar itu tidak diterima oleh masyarakat. Sehingga dia akan mengontrol ekspresi dan emosinya. Namun hal ini tidak terlepas dari cara orang tuanya mendidik anak tersebut.62

e) Perkembangan moral

Pada periode ini, anak telah dapat mengikuti tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak telah memahami alasan dari suatu peraturan.63

f) Perkembangan motorik

Pada masa ini perkembangan anak ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah.64

g) Perkembangan spiritual

Pada masa ini anak-anak banyak membicarakan tentang tata ibadah dengan temannya. Hal ini dikarenakan kemampuan berfikir makin bertambah. Selain itu, minta anak untuk mengikuti upaca keagamaan makin kuat meskipun minat terhadap doa biasanya berkurang karena merasa sebagian besar doanya tidak dikabulkan.65

62

Mansur, Psikologi Ibu, 91. 63

Ibid., 93. 64

Ibid., 94. 65


(41)

33

f. Masa Remaja Awal (Early Adolescence) berusia 11-13 tahun

Pengertian remaja ditinjau dari berbagai sumber dapat diambil kesimpulan bahwa remaja adalah anak yang telah mencapai usia 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki-laki yang ditandai dengan kematangan organ reproduksi.

Dalam buku-buku jerman dan Belanda secara global membedakan antara pubertas dan adolescence. Puber adalah remaja yang berada pada masa pemasakan seksual. Sedangkan adolenscence memiliki arti tumbuh menjadi dewasa.66 Berhubung pemasakan seksual hanya merupakan satu aspek saja dalam perkembangan remaja, maka dalam menyebutkan tahapan perkembangan remaja memakai istilah puber dan adolesence.67 1. Perkembangan fisik

Selama pertumbuhan pesat di masa puber, terjadi empat perubahan fisik penting yaitu perubahan ukuran tubuh (tinggi dan berat badan), perubahan proporsi tubuh, perkembangan ciri-ciri seks primer dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder. Ciri seks primer yaitu organ-organ seks itu sendiri.68 Sedangkan ciri seks sekunder yaitu perubahan berbagai hal yang berbeda dari sebelumnya.

66 Alief Budiyono, “Meningkatkan Moralitas Remaja Melalui Dukungan Sosial”,

Komunika: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4 No.2, (Juli - Desember, 2010), 245.

67

Abidin, Psikologi Perkembangan, 105-106. 68


(42)

34

Pada laki-laki, perubahan seks sekunder dialami yaitu tumbuhnya rambut di daerah tertentu, kulit menjadi lebih kasar, kelenjar yang memproduksi minyak lebih aktif sehingga dapat menimbulkan jerawat dan suara menjadi lebih berat.69

Pada perempuan, pubertas umumnya terjadi ketika usia 9-16 tahun. Usia pubertas memiliki keterkaitan dengan dengan faktor kesehatan, gizi, sosial ekonomi dan keturunan. Perubahan yang terjadi pada awal pubertas yakni kadar hormon LH dan FSH akan meningkat, sehingga merangsang pembentukan hormon seksual. Peningkatan hormon ini mengakibatkan berubahan fisiknya yang terdiri dari pertumbuhan payudara dan mulai berfungsinya organ-organ reproduksi. 70

Adapun perubahan remaja wanita dari segi seksual sekunder yaitu pinggul menjadi bertambah lebar, payudara berkembang, tumbuhnya rambut di daerah tertentu, kulit menjadi halus, kelenjar yang memproduksi minyak lebih aktif, dan suara menjadi lebih penuh dan merdu.71

2. Perkembangan Psikologi a) Perkembangan kognitif

Remaja pada saat ini telah mampu untuk memilih hal-hal yang perlu didahulukan daripada yang lain. Seorang remaja tidak hanya

69

Mansur, Psikologi Ibu, 107. 70

Michael Roizen, Menjadi Remaja Sehat: Panduan Remaja dan Orang tua untuk Kesehatan Usia Puber, terj. Rani S. Ekawati (Bandung: Qanita, 2012), 142.

71


(43)

35

memperhatikan yang dialaminya dan diamati, tapi juga mampu mengolah pikirannya untuk menghasilkan ide baru.72

b) Perkembangan emosi

Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat dikenal sebagai masa strom dan stres. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon pada remaja. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan ditujukan pada remaja.73

c) Perkembangan kepribadian

Perkembangan kepribadian yang paling penting pada masa remaja ialah pencarian identitas diri. Identitas diri adalah proses menjadi seseorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup.74 Pencarian jati diri terjadi pada remaja disebabkan perubahan pada diri yang diharuskan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan masyarakat.

d) Perkembangan sosial

Perkembangan sosial pada masa remaja lebih dekat dengan teman sebayanya daripada keluarga. Hal ini disebabkan seorang remaja lebih merasa nyaman dengan berkumpul bersama teman.

Perubahan psikologi yang terjadi pada remaja laki-laki maupun wanita ini mempunyai perasaan yang sama yaitu, sering merasa gelisah, resah, adanya konflik batin dengan orang tua, emosi yang meninggi, dalam berteman mulai mengelompokkan diri dengan

72

Jahja, Psikologi Perkembangan, 231 73

Ibid., 235. 74


(44)

36

teman yang memiliki satu pandangan, dan mulai mengenal lawan jenis.75

g. Masa Akhir Remaja (18 tahun sampai 21 tahun)

Secara psikologis, masa ini merupakan masa dewasa, emosinya mulai stabil dan pemikirannya juga mulai matang. Adapun perkembangan kesadaran beragama pada remaja. Dalam kehidupan beragama, remaja sudah mulai melibatkan diri dalam kegiatan keagamaan dan mengetahui peran agama untuk dirinya.76

Berikut ini beberapa faktor perkembangan agama yang terkait dengan perkembangan rohani dan jasmani:77

1. Pertumbuhan pikiran dan mental 2. Perkembangan perasaan

3. Perkembangan moral 4. Sikap dan minat 5. Ketaatan ibadah

h. Masa Dewasa Awal (21 tahun sampai 40 tahun)

Awal masa dewasa merupakan masa yang sulit bagi kebanyakan orang karena harus menyesuaikan diri terhadap tugas-tugas perkembangan yang berkaitan dengan keluarga dan karir.78 Masa dewasa biasanya dimulai sejak usia 18 tahun sampai usia 40 tahun dan ditandai dengan selesainya pertumbuhan pubertas dan organ kelamin telah berkembang dan

75

Mansur, Psikologi Ibu, 107. 76

Abidin, Psikologi Perkembangan, 121. 77

Ibid., 121-122. 78


(45)

37

mampu untuk bereproduksi. Pada masa ini, individu akan mengalami perubahan fisik dan psikologis tertentu diikuti dengan masalah-masalah penyesuaian diri dan harapan-harapan terhadap perubahan.79

1. Perubahan fisik80

a) Berat badan bertambah

b) Berkurangnya rambut dan beruban c) Kulit menjadi kering dan keriput d) Otot menjadi lembek dan mengendur e) Masalah pada persendian

f) Mata kurang bisa melihat dari jarak dekat

g) Melemahnya kemampuan telinga untuk mendengar

h) Munculnya menopause pada wanita dan klimakterik terhadap pria i) Sistem reproduksi menurun dan berhenti

2. Perubahan psikologi

a) Perkembangan bahasa, Pada tahapan ini Keterampilan berbahasa lebih dikuasai, dan lebih supel serta mudah berkomunikasi dengan orang lain. Selain itu, Keterampilan berbahasa lebih sopan dan bijak. b) Perubahan keribadian, ketika wanita mengalami masa menopause

individu menjadi cepat marah, merasa tertekan, bersifat mengkritik diri dan mempunyai rasa penyesuaian yang luas.81 Seperti halnya penjelasan di atas, pria pun mengalami perubahan kepribadian ketika mengalami klimakterik (perubahan seksual pada pria). Pada pria

79

Jahja, Psikologi Perkembangan, 245. 80

Ibid., 266-271. 81


(46)

38

sehubungan dengan hilangnya keperkasaannya mengakibatkan dirinya ikut kemunjukkan kejantanannya seperti halnya anak muda.82 c) Perkembangan spiritual, pada orang dewasa memiliki pemikiran

yang luas menurut nilai-nilai yang didapat. Selain itu, umumnya hal ini dilandasi pula dengan pendalaman pengertian dan pemahaman tentang agama yang dianut. Sehingga agama yang dianut bukan sekedar ikut-ikutan.83

d) Perkembangan sosial, pada periode ini, individu terjun dan ikut bergabung dalam organisasi masyarakat serta aktif melakukan kegiatan.84

e) Perkembangan emosi, saat itu individu berusaha menghindari perasaan terasing oleh karena itu, mereka berjuang mendapatkan cinta dan penghargaan.85

f) Perkembangan moral, Perkembangan moral pada fase ini berfokus pada prinsip-prinsip etika. Pada tahap ini menyadari bahwa individu merupakan suatu yang berbeda dari masyarakat secara umum, perspektif seseorang harus dipertimbangkan sebelum memikirkan masyarakat secara umum.86

82

Jahja, Psikologi Perkembangan, 275. 83

Abidin, Psikologi Perkembangan, 127. 84

Jahja, Psikologi Perkembangan, 283. 85

Hasan, Psikologi Perkembangan, 171. 86


(47)

39

i. Masa Akhir Dewasa (40 tahun sampai 60 tahun)

Pada saat ini manusia mengalami masa transisi. Transisi adalah menyesuaikan diri terhadap minat, nilai dan pola perilaku baru. Penyesuaian secara radikal pada pola hidup yang disertai perubahan fungsi fisik dan kemampuan ingatan dapat menyulitkan proses penyesuaian diri. Usia ini disebut juga dengan masa sepi, yakni masa ketika anaknya tidak lagi tinggal bersama orang tua.87 Berikut ini perkembangan yang mengikutinya:

1. Perkembangan spiritual pada periode dewasa akhir lebih besar daripada sebelumnya, hal ini disebabkan perhatian untuk memikirkan akhir dari hidup seseorang mulai timbul. Terkadang minat dan perhatian terhadap agama dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.88

2. Perkembangan emosi, individu mulai mengalami keadaan emosi, mereka merasakan keraguan dan kecemasan terhadap kenyataan hidup yang telah dilewati.89

j. Masa Usia Lanjut (60 tahun sampai meninggal dunia)

Usia lanjut merupakan periode di saat individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukkan kemunduran dari fungsi fisik maupun psikis yang umumnya terjadi pada usia 60 tahun sampai meninggal.90 Usia lanjut dikenal pula sebagai periode kemunduran, hal ini dikarenakan tahapan berikut ini adalah tahap terakhir yang dialami

87

Jahja, Psikologi Perkembangan, 134-135. 88

Ibid., 246. 89

Hasan, Psikologi Perkembangan, 171. 90


(48)

40

dalam kehidupannya, selain itu perubahan-perubahan tersebut mempengaruhi struktur fisik, mental maupun keberfungsiannya.91

1. Penurunan fisik

a) Perubahan penampilan, tanda-tanda yang paling dapat terlihat yaitu perubahan dari kekencangan kulit pada muka maupun tangan

b) Penurunan bagian dalam tubuh, perubahan pada kerangka tubuh (skelton) dikarenakan mengerasnya tulang-tulang, menumpuknya garam mineral dan modifikasi pada susunan organ tulang bagian dalam. Sehingga tulang menjadi mengapur dan mudah retak atau patah, sembuhnyapun lambat. Serta perubahan sistem syaraf pada otak yang diketahui dari lambatnya mempelajari sesuatu dan diikuti penurunan kemampuan intelektual.

c) Perubahan fungsi fisiologis, lansia tidak tahan pada temperatur suhu yang terlalu panas maupun dingin. Hal ini dikarenakan menurunnya pembuluh darah pada kulit. Berkurangnya tingkat metabolisme dan menurunnya kekuatan otot juga mengakibatkan sulitnya pengaturan suhu tubuh.

d) Perubahan panca indra, pada lansia fungsi seluruh organ pengindraan kurang memiliki sensivitas dan efisiensi kerja.

e) Perubahan seksual, pada periode ini merupakan masa berhentinya reproduksi keturunan. Kejadian ini lebih awal terjadi menopause pada wanita dari pada pria.

91


(49)

41

Adapun tiga faktor yang dapat memicu proses penuaan, yaitu:92 a) Faktor genetika, faktor ini adalah faktor bawaan (keturunan) dan

setiap orang memilikinya

b) Faktor endogenik, faktor ini berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi secara fisik (perusakan sel) maupun mental. Contoh perubahan fisik yakni keadaan tubuh, ketika kadar lemak dalam tubuh meningkat sedangkan aktivitas yang dilakukan sedikit, hal ini dapat menyebabkan daya motorik otot menurun dan membuat individu sulit bergerak. Sedangkan pada perubahan mental dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu kepribadian, soaial dan budaya. c) Faktor lingkungan, faktor ini meliputi segala hal yang terjadi dan

biasa dilakukan oleh lansia seperti diet, merokok dan adanya terkena polusi.

2. Penurunan psikologi a) Minat untuk mati

Semakin lanjut usia seseorang, biasanya mereka menjadi semakin kurang tertarik terhadap kehidupan duniawi dan lebih mementingkan tentang kematian ini sendiri serta kematian dirinya.93

b) Perkembangan spiritual

pada lansia ditandai dengan meningkatnya kencenderungan menerima pendapat keagamaan. Selain itu lansia akan mulai mengakui akan adanya kehidupan akhirat secara mendalam dan

92

Abidin, Psikologi Perkembangan, 145-146. 93


(50)

42

timbulnya perasaan takut pada kematian yang berdampak terhadap peningkatan sikap beribadah.94

94


(51)

BAB III

BIOGRAFI IMAM T{ANT{A<WI> JAWHARI>

DAN KEBERADAAN KITAB AL-JAWA>HIR

A. Biografi Imam T{ant}a>wi>> 1. Setting Sosial Kehidupan

Asy-Syaikh Ibn Jawhari al-Misri, yang lebih dikenal dengan sebutan

T{ant}a>wi>> Jawhari>. Beliau lahir di desa Kift Iwadillah di Hijaz, yang merupakan salah satu desa di sebelah timur wilayah Mesir, pada tahun 1287 H/ 1870 M dan beliau meninggal pada tahun 1358 H/ 1940 M. Beliau merupakan seorang pemikir dan cendekiawan di Negara Mesir, bahkan ada yang menyebutkan sebagai seorang filosof Islam.1

Setelah T{ant}a>wi> belajar di al-Ghar kemudian beliau meneruskan studinya ke al-Azhar di Kairo. Di universitas ini, beliau bertemu tokoh pembaharu terkemuka di Mesir yakni Muhammad Abduh. Pemikiran dan ilmu Abduh memiliki pengaruh besar terhadap T{ant}a>wi>> Jawhari> sebab beliau sangat tertarik pada pemikiran Abduh, terutama dalam ilmu tafsirnya sehingga pada masa berikutnya T{ant}a>wi> banyak mengikuti pemikirannya.2

Pada tahun 1889, T{ant}a>wi> pindah ke Universitas Dar al-‘Ulum dan menyelesaikannya selama empat tahun yakni tahun 1893 M. Di Universitas ini, T{ant}a>wi> mempelajari beberapa mata kuliah ilmu pengetahuan alam yang

1

Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve, 1994), 307.

2

Ignaz Goldzhiher, Madzab Tafsir dari Klasik Hingga Modern, terj. Muhammad Alaika Salamullah dkk, (Yogyakarta: elSAQ Press, 2006), 386.


(52)

44

tidak pernah diajarkan di al-Azhar, seperti matematika (al-Hisab), ilmu ukur

(handasah), botani(‘Ilm al-Nabat), fisika (‘Ilm al-Habi’ah), kimia (Kimiya’), aljabar, dan ilmu falak.3

Setelah selesai dari kuliah, T{ant}a>wi> bekerja sebagai guru di madrasah

Ibtidaiyah dan Tsanawiyah lalu diangkat menjadi dosen di almamaternya yakniDar ‘Ulum. Kemudian pada tahun 1912, beliau diangkat menjadi dosen Filsafat Islam di al-Jami’at al Musriyat.4

T{ant}a>wi> sebagai penulis telah banyak menghabiskan umurnya untuk mengarang dan menerjemahkan buku dari bahasa asing ke bahasa Arab selama 37 tahun. Aktivitas ini dilakukan sejak menjadi guru hingga pensiun di tahun 1930 dan meninggal pada 12 Januari 1940. Beliau pernah menjadi pemimpin redaksi majalah “al-Ih{wan al-Muslimin”, namun dalam waktu yang tidak lama, lalu memutuskan untuk berhenti dan memfokuskan diri dalam menulis berbagai karya selain mengajar. Beliau dikenal aktif dalam menulis artikel-artikel yang selalu muncul di Marian al-Liwa. Beliau juga telah menulis sekitar 30 judul buku, sehingga dirinya dikenal sebagai tokoh yang menggabungkan dua peradaban, yaitu antara agama dan perkembangan modern pemikiran sosial-politik.5

Ilmu pengetahuan yang menarik perhatian T{ant}a>wi> adalah ilmu tafsir, yang berawal dari pemikiran Muhammad Abduh ketika mengisi mata kuliah tafsir di kelasnya. Selain itu, beliau juga menyukai ilmu Fisika. Beliau

3 Muh{ammad H{usain al-Dhahabiy, al-Tafsir wa al-Mufassiru>n jilid 1, (Kairo: Da>r al-Hadits, 2005), 137.

4

Harun Nasution, Ensiklopedi Islam di Indonesia jilid 3, (Jakarta: Departemen Agama, 1992), 1187.

5


(53)

45

berpandangan bahwa, dengan umat Islam menguasai ilmu modern termasuk fisika maka dapat memperbaiki kesalahpahaman orang-orang yang menuduh Islam menentang ilmu dan teknologi modern.6 Pendorong semangatnya ini hanya berupa keyakinannya bahwa al-Qur’an mengajarkan kaum Muslim untuk menuntut ilmu dalam arti yang seluas-luasnya.

Hal inilah yang mendorong dirinya menyusun pembahasan yang dapat mengkompromikan pemikiran Islam dengan kemajuan ilmu pengetahuan Fisika. Pengaruh besar pemikiran Abduh yang paling menonjol dari T{ant}a>wi> adalah sikapnya yang menentang bid’ahdan memberantas taklid buta.7 Sebab menurutnya, kedua hal tersebut dapat menyeret umat Islam menuju jurang kebodohan dan keterbelakangan. Untuk menjauhkan umat dari hal di atas, maka beliau berusaha memajukan daya fikir masyarakat Islam dan menyadarkan pentingnya menuntut ilmu-ilmu modern. Oleh karena itu, beliau mendesak pemerintah untuk lebih banyak membangun sekolah-sekolah, mulai dari tingkat dasar hingga peruruan tinggi.8

Keinginannya tersebut direalisasikan dengan mendirikan lembaga pendidikan bahasa asing terutama bahasa Inggris, supaya pemuda-pemuda Islam dapat memahami ilmu Barat dan pemikiran mereka. Selain itu, T{ant}a>wi> juga aktif mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang terdapat dalam

6

Nasution, Ensiklopedi Islam, 1187 7

Abdul Majid Abdussalam al-Muhtasib, Visi dan Paradigma Tafsir al-Qur’an Kontemporer, terj. Muhammad Maghfur, (Bangil: al-Izzah, 1997), 287.

8


(54)

46

koran atau majalah dan menghadiri pertemuan-pertemuan ilmiah yang berguna untuk memajukan budaya bangsa.9

T{ant}a>wi> merasa perlu untuk ikut andil mengeluarkan segala kemampuannya demi mempertahankan eksistensi umat Islam dalam merespon perubahan modern saat itu. Gagasan dan pemikirannya lambat laun mulai mulai diperhitungkan dan menjadikannya sejajar dengan pemikir Islam terkemuka. Setidaknya ada tiga hal yang perlu dicatat dari dirinya, yaitu: a) keingiannya untuk memajukan daya fikir umat Islam, sehingga dapat meninggalkan taklid dan bid’ah untuk bisa menyesuaikan diri dengan zaman. b) pentingnya ilmu bahasa untuk memahami ilmu modern. c) pentingnya mengkaji al-Qur’an untuk mendorong perkembangan ilmu.10

Sedangkan latar belakang pemikiran Muhammad Abduh menentang bid’ah dan taklid yaitu pada abad ke-19, di mana saat itu dunia Islam terus mengalami kemunduran dan banyak negara Islam yang sedang mengalami penjajahan. Reformasi Islam lahir pada akhir abad ke-19, sebagai jawaban atas pengaruh dunia Barat yang gencar menyerang kaum muslim. Sedangkan yang menjadi masalah utama mereka adalah usaha untuk menyesuaikan antara keyakinan agama dengan pemikiran modern, termasuk pemahaman umat Islam terhadap al-Qur’an.11

9

Nasution, Ensiklopedi Islam, 1187. 10

Hasan Ikhwani, Tafsir SaintifikAl Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m Karya Syaikh T{ant}a>wi>> Jawhari, 6.

11


(55)

47

Sedikit menjelaskan mengenai Abduh, beliau merupakan seorang tokoh salaf namun tidak menghambakan diri pada teks-teks agama. Ia menjaga teks-teks agama tapi juga menghargai akal. Ia terkenal sebagai peletak aliran modern dalam Islam karena kemauan kerasnya melakukan pembaruan dan menempatkan Islam sejajar dengan tuntutan zaman modern dengan kembali pada kemurnian Islam.12

T{ant}a>wi> dilahirkan di Negara Mesir yang sedang mengalami masa transisi. Semua situasi saat itu sedang mengalami pembaruan dari politik, sosial, maupun intelektual. Sebab pada pertengahan akhir abad XXIX, terjadi peristiwa nasionalisme yang berusaha untuk membebaskan diri dari kesultanan Usmani maupun dari belenggu panjajah Inggris. Adapun pada tahun 1870-1880, ketika beliau masih kecil, terjadi peristiwa urabiyah yakni gerakan untuk memisahkan diri dari kesultanan Usmani sebagai wujud dari kuatnya nasionalisme yang lebih dikenal dengan pernyataan Misr li

al-Misriyyi>n (Mesir adalah tetap untuk rakyat Mesir).13

Di samping itu, sejak abad XIX, iklim politik di Mesir turut didominasi pula oleh pertentangan antara golongan nasionalis-sekuler dengan golongan Islam tradisional. Golongan nasionalis-sekuler atau sebut saja intelektual Barat, berpendirian bahwa sistem politik Mesir harus mengikuti Barat untuk memajukan masyarakat Islam. Sedangkan golongan Islam tradisional yang terdiri dari ulama dan penasehat pemerintah, tidak memiliki kesiapan untuk menerapkannya, Sebab di samping dipandang sebagai bid’ah

12

Ahmad al-Syirbashi, terj. Sejarah Tafsir Qur’an, (Jakarta: Pustaka Firdous, 1985), 161. 13


(56)

48

juga diperkirakan dapat mempengaruhi posisi mereka. Akhirnya mereka memilih tidak setuju atas berbagai sikap pengingkaran terhadap Islam. hal ini membuat penguasa dan intelektual Barat menganggap ulama sebagai kendala modernisasi, bahkan penyebab timbulnya keterbelakangan dibilang sosial, politik dan ekonomi.14 Sehingga muncullah sejumlah gagasan tentang pemisahan antara agama, budaya dan politik.

Dari kecenderungan pemikiran Islam di atas dapat ditarik tiga kelompok yang muncul saat itu. Pertama, The Islamic Trend (Kecenderungan pada Islam), kelompok ini diwakili oleh Rasyid Ridha dan H{assa>n al-Banna>. Kedua, The Synthetic Trend (Kecenderungan mengambil sintesa), kelompok ini berusaha memadukan antara Islam dan kebudayaan Barat, yang diwakili oleh Muhammad Abduh dan Qasim Amin. Ketiga, The Rational Scientific and Liberal Trend (kecenderungan rasional ilmiah dan pemikiran bebas). Pusat pemikiran ini sebenarnya bukan Islam melainkan peradaban Barat dan prasasti-prasasti ilmiahnya, dan yang mewakili kelompok ini adalah Lutfy al-Sayyid dan para emigran yang lari ke Mesir.15

Jika dilihat dari beberapa kecenderungan pemikiran di atas, T{ant}a>wi> berada pada kategori kedua yakni usaha memadukan antara Islam dan kebudayaan Barat. Sebagaimana perkataan al-Barun yang merupakan seorang ulama sarajevo, bahwa di setiap karyanya, T{ant}a>wi> selalu mengkompromikan mutiara-mutiara Islam dengan kebangkitan zamannya.16

14

al-Syirbashi, terj. Sejarah Tafsir, 92-93. 15

Harahap, Al-Qur’an dan Sekularisasi, 27. 16

Muhammad Ibrahim Syarf, Ittihad al-Tajdid fi Tafsir al-Qur’an al-Karim fi Misr, cet I, (Mesir: Dar al-Turas, 1982), 702.


(57)

49

Iklim politik yang sedemikian rupa telah ikut menumbuhkan perkembangan dalam bidang intelektual yang begitu pesat. Dapat dikatakan bahwa hal inilah yang turut mendorong T{ant}a>wi> menuliskan gagasannya dan memperluas pemikirannya tersebut. Apa yang dilakukannya tersebut menjadikan dirinya terkenal di Negara Mesir dan sampai di belahan dunia Timur. Seringkali penduduk di negara-negara tersebut membuat kegiatan-kegiatan baik yang berupa pengajian dan perkumpulan maupun penulisan kitab yang dinisbahkan pada dirinya. Mereka menamai perkumpulan tersebut dengan Thantawiyah, madrasah Jawhariyah, aqidah Jawhariyah dan lainnya. Hal ini mereka lakukan karena telah menganggap bahwa T{ant}a>wi>> Jawhari> sebagai syarat pertanda bagi dasar Islam.17

T{ant}a>wi> merupakan ulama yang alim meskipun masih banyak yang lebih alim dari dirinya. Selain itu, beliau sangat ahli pada beberapa bidang keilmuan, baik agama maupun ilmu-ilmu lainnya. Dia berusaha menghadirkan kebudayaan Islam di masanya serta menghubungkan antara agama dengan pendapat-pendapat yang ada pada masyarakat. Hal ini bertujuan untuk dapat mengangkat derajat manusia.18

2. Kehidupan Keluarga

Orang tua T{ant}a>wi> bekerja sebagai seorang petani.19 Mereka adalah seorang petani yang sederhana. Namun orang tuanya menginginkannya tumbuh sebagai orang berpredikat terpelajar. Atas saran pamannya, Syekh

17

Syarf, Ittihad al-Tajdid, 714. 18

Ibid. 703. 19


(58)

50

Muhammad Syalabi, yang juga Guru Besar bidang sejarah di Universitas al-Azhar, Tanthawi pun mempelajari ilmu bahasa Arab (fashahah dan balaghah) serta ilmu agama.

3. Karya

T{ant}a>wi> telah menghabiskan umurnya dengan menghasilkan karya-karya tafsir dan menerjemahkan buku tidak kurang dari 37 tahun. Kegiatannya ini sudah mulai dilakukan sejak beliau mulai bekerja sebagai guru sampai masuk usia pensiunnya. Dari waktu yang beliau habiskan tersebut menghasilkan tidak kurang dari 30 kitab yang memiliki beragam judul, di antaranya yaitu:

1. Mizan al-Jawahir fi ‘ajaini al-Kawni al-Bahir (Timbangan Mutiara Keajaiban Alam Raya

2. Jawa>hir al-‘Ulum(Mutiara Ilmu)

3. Nidha>m wa al-Islam (Aturan dan Islam)

4. Al-H{ikmatu wa al-H{ukama>’(Hikmah dan Para Ahli Hikmah)

5. Al-Ta>j al-Murassa’(Mahkota yang kokoh)

6. Al-Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur’an al-Kari>m

Dari semua kitab karangannya, ada di antaranya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa, dan yang paling terkenal dan cukup fenomenal adalah kitab al-Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur’an al-Kari>m. kitab ini dikenal dengan ‚Tafsir al-Jawa>hir‛, kitab ini terdiri dari 25 juz yang ditulisnya ketika berumur 60 tahun. Kitab ini memiliki corak ilmi.


(59)

51

Ketika membahas mengenai suatu hasil karya tentu tidak lepas dari latar belakang penulis menghasilkan karya tersebut. Latar belakang penulisan

Kitab al-Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur’an al-Kari>m terdapat dalam muqaddimah

kitab tafsirnya, T{ant}a>wi> menjelaskan bahwa sejak dulu beliau suka menyaksikan keajaiban alam, mengagumi dan merindukan keindahannya, baik yang ada di langit maupun di bumi, seperti revolusi matahari, perjalanan bulan dan keajaiban-keajaiban lainnya. Semua itu memperlihatkan pada manusia bahwa alam semesta ini berjalan dengan teratur dan berjalan sesuai tugasnya.20

Kejadian-kejadian alam mampu membuat manusia menjadi tertarik dan memiliki keinginan untuk mempelajari dan menguak misteri di dalamnya. Hal inilah, yang membuat T{ant}a>wi> berkeinginan mengkomparasikan pemikiran Islam dengan kemajuan studi ilmu alam, yang menyebabkan munculnya kitab al-Jawa>hir.

T{ant}a>wi> memaparkan dan menuliskan tafsirnya dengan menambahkan berbagai keajaiban alam semesta yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’an. Beliau menjadikan al-Qur’an relevan dengan keajaiban-keajaiban sebuah penciptaan. Tujuan dari penulisan kitab ini adalah agar umat Islam menyukai keajaiban-keajaiban alam semesta dan manusia akan lebih cenderung pada nilai agama. Beliau juga memohon pada Allah untuk dapat menjadikan segala

20 T{ant}awi Jawhari, al-Jawa>hir fi> Tafsir al-Quran Vol. 1 (Mesir: Mu’sasah Mus}t}afa> Ba>bi> al-H{alabi>, 1929), 2.


(1)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penafsiran T{ant}a>wi> dari kedua ayat yang telah dijelaskan sebelumnya, yakni keduanya telah jelas membahas tentang tumbuh kembang manusia secara umum. Pola yang dimaksud adalah bahwa setiap individu tumbuh dari keadaan yang lemah menuju keadaan yang kuat dan nantinya kembali melemah. Dengan kata lain, pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi ini sesuai dengan hukum alam, ada kenaikan dan penurunan. Ketika seseorang secara berangsur mencapai puncak perkembangannya, baik fisik maupun fikirannya, nantinya hal itu akan mulai menurun secara berangsur.

T{ant}a>wi> menambahkan dalam tafsirnya bahwa manusia hendaknya mempelajari proses penciptaannya, hal ini bertujuan agar manusia dapat menjelaskan dan memahami kejadian dari proses penciptaan. Itulah yang dimaksud penciptaan manusia, meskipun al-Qur’an tidak menjelaskan semuannya.

2. Manfaat mengetahui tumbuh kembang manusia bagi masyarakat adalah dapat lebih mengoptimalkan setiap potensi yang dapat dilakukannya, yang kemudian nantinya hal tersebut dapat berdampak positif pula terhadap orang lain. Dengan demikian terwujudlah manusia yang berpengetahuan, beriman, dan meraih keinginannya tanpa harus menjadi beban orang lain.


(2)

66

3. Hikmah dijadikannya manusia hingga lanjut usia adalah agar manusia percaya bahwa kehidupan setelah mati itu ada. Konteks ayat ini adalah pembuktian kekuasaan Allah dan peringatan untuk kaum musyrikin yang lebih ditekankan pada kondisi di masa kelemahan dan pikun. Diharapkan dengan mengingat masa tersebut, semua orang yang mengandalkan kekuatannya akan sadar bahwa suatu ketika bila usiannya mencapai lansia, dia akan mengalami kritis. Selain itu, manusia hendaknya mempelajari proses penciptaannya, hal ini bertujuan agar manusia dapat menjelaskan dan memahami kejadian dari proses penciptaan.

B. Saran-saran

1. Penafsiran T{ant}a>wi> Jawhari> sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut. Apalagi tema-tema lain mengenai sains selain tema yang telah dikaji di atas.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Chasiru Zainal. Psikologi Perkembangan. Surabaya: UIN SA Press, 2013. Akbar, Husaini Usman dan Purnomo Setiadji. Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

al-Dhahabiy, Muh{ammad H{usain. al-Tafsir wa al-Mufassiru>n jilid 1. Kairo: Da>r al-Hadits, 2005.

Ar-Rumi, Fahd bin Abdurrahman. Ulumul Qur’an Studi Kompleksitas Al-qur’an. Yogyakarta: Titan Ilahi,1996.

Djalal HA, Abdul. Urgensi Tafsir Maudu’i Pada Masa Kini. Jakarta: Kalam Mulia, 1990

al-Fanisan, Suud Ibn Abdul falah. Ikhtilaf al-Mufassirin: Asbabuhu wa Atsaruhu. Beirut: Dar al Ma’rifah, 1997.

al-Muhtasib, Abdul Majid Abdussalam. Visi dan Paradigma Tafsir al-Qur’an Kontemporer, terj. Muhammad Maghfur. Bangil: al-Izzah, 1997.

Al-Qat}t}a>n, Mann>a’ Khali>l. Studi Ilmu-ilmu Qur’an, terj. Mudzakir AS. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2011.

al-Syirbashi, Ahmad. Sejarah Tafsir Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdous, 1985. Baidan, Nashruddin. Metode Penafsiran Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2002.

Baidan, Nashruddin. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.


(4)

Budiyono, Alief. “Meningkatkan Moralitas Remaja Melalui Dukungan Sosial”, Komunika: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 4 No. 2, Juli - Desember, 2010.

Goldzhiher, Ignaz. Madzab Tafsir dari Klasik Hingga Modern, terj. Muhammad Alaika Salamullah dkk. Yogyakarta: elSAQ Press, 2006.

Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani. Filsafat Umum: Dari Metodologi Sampai Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia, 2008.

Hasan, Aliah B. Purwakania. Psikologi Perkembangan Islam: Menyingkap Rentang Kehidupan Manusia dari Prakelahiran Hingga Pascakematian. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008.

http://www.republika.co.id/berita/shortlink/8039 (6 Desember 2015, 21:02)

Ikhwani, Hasan. Tafsir Saintifik:Al Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m Karya Syaikh T{ant}a>wi> Jawhari>.

Islam, Dewan Redaksi Ensiklopedia. Ensiklopedia Islam. Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve, 1994.

Ja>du>, ‘Abdu al-Azi>z. Syaikh T{ant}a>wi> Jawhari>: Dira>satu wa Nus}us}. Tk: Dar Ma’arif, 1980.

Jahja, Yudrik. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana, 2011.

Jawhari, T{ant}a>wi. Al Jawa>hir: fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m, Juz 1. Mesir: Mustafa> al-Ba>bi> al-H{alabi>, 1350.

Jawhari, T{ant}a>wi. Al Jawa>hir: fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m, Juz 11. Mesir: Mustafa> al-Ba>bi> al-H{alabi>, 1350.


(5)

Jawhari, T{ant}a>wi. Al Jawa>hir: fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m, Juz 15. Mesir: Mustafa> al-Ba>bi> al-H{alabi>, 1350.

Mansur, Herawati. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika, 2009.

Musyafa’ah, Sauqiyah. Studi Al-Qur’an. Surabaya: IAIN SA PRESS, 2012.

Nasution, Harun. Ensiklopedi Islam di Indonesia jilid 3. Jakarta: Departemen Agama, 1992.

Nugroho, Agung dan Muhammad Abu Saad. “Dasar-dasar Psikologis Pendidikan Islam: Masa Kanak-kanak, Balig dan Dewasa”. Makalah Pascasarjana IAIN Antasari, Banjarmasin, 2014.

RI, Perpustakaan Nasional. Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Widya Cahaya, 2011.

Pratisti, Wiwien Dinar. Psikologi Anak Usia Dini. Bogor: PT Indeks, 2008.

Roizen, Michael. Menjadi Remaja Sehat: Panduan Remaja dan Orang tua untuk Kesehatan Usia Puber, terj. Rani S. Ekawati. Bandung: Qanita, 2012. Shihab,M. Quraish. Tafsir al-Mish{bah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an

Vol. 9. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Soetjiningsih, Christiana Hari. Seri Psikologi Perkembangan: Perkembanga Anak Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak-kanak Akhir. Jakarta: Prenada, 2014.

Sumanto. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset, 1995.


(6)

Syarf, Muhammad Ibrahim. Ittihad al-Tajdid fi Tafsir al-Qur’an al-Karim fi Misr, cet I. Mesir: Dar al-Turas, 1982.

Thahir, M. Shohib. Al-Qur’an Terjemah & Asbabun Nuzul. Jakarta: PT. Indiva Media

Kreasi, 2009.

Usman, Husaini dan Purnomo Setiadji Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.