HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PEDAGANG JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN PEWARNA RHODAMIN B DI KECAMATAN SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PEDAGANG JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN PEWARNA RHODAMIN B DI KECAMATAN
SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
Oleh
AULIA AGRISTIKA
Latar Belakang. Pewarna Rhodamin B merupakan jenis pewarna tekstil yang dilarang digunakan untuk bahan tambahan pangan karena memiliki efek yang buruk terhadap kesehatan. Kurangnya pengetahuan dan sikap pedagang jajanan sekolah dasar menyebabkan masih tingginya penggunaan Rhodamin B.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri terhadap perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B.
Metode Penelitian. Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode Observasional dengan pendekatan Cross Sectional (mempelajari hubungan sebanyak satu kali dan bersamaan), dengan alat dan instrumen penelitian berupa kuesioner dan tes kit BPOM.
Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari semua responden (n=37) sebagian besar pedagang berumur produktif yakni 20-40 tahun (59,4%), pedagang dengan jenis kelamin terbanyak adalah wanita yaitu 28 pedagang (75,7%), dengan tingkat pendidikan yang baik yakni SMA-Perguruan Tinggi sebanyak 18 pedagang (48,6%), dengan lama berdagang 1-10 tahun sebanyak 27 pedagang (72,9%), yang memiliki pengetahuan baik (54,1%) sebanyak 20 pedagang, sikap pedagang yang mayoritas kurang sebanyak 22 pedagang (59,2%), dan perilaku pedagang mayoritas menggunakan pewarna Rhodamin B yakni sebanyak 19 pedagang (51,4%).
Simpulan. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku penggunaan Rhodamin B dengan nilai p=0,001; begitu pula dengan sikap terhadap perilaku penggunaan Rhodamin B yang memiliki hubungan bermakna dengan nilai p=0,002.
(2)
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF CHILDREN PRIMARY STATE SNACKS TRADERS OF USAGE BEHAVIOR OF DYE RHODAMIN BIN DISTRICT OF SUKARAME
BANDAR LAMPUNG 2015
By
AULIA AGRISTIKA
Background. Dye Rhodamine B is a type of textile dyes are banned from use in food additives because it has a bad effect on the health. Lack of knowledge and attitude of children primary state snacks traders led to the high use of Rhodamine B.
Aim. This study aims to determine the relationship between knowledge and attitude of street food vendors in public primary school children on usage behavior of dye Rhodamine B.
Research Method. This study was observational research method with cross sectional approach (studying the relationship as much as one and the same), with the research tools and instruments a questionnaire and a test kit from BPOM. Results. The results showed that all of respondents (n=37) most traders the productive age of 20-40 years (59.4%), traders with the highest gender was a woman of 28 traders (75.7%), with a good level of the old high school education college of as many as 18 traders (48.6%), with 1-10 year old trade as many as 27 traders (72.9%), which has a good knowledge (54.1%) of 20 merchants, traders attitude of the majority was less by 22 traders (59.2%), and the behavior of the majority traders using Rhodamine B dye that as many as 19 traders (51.4%). Conclusion. There was a significant association between knowledge and usage behavior of Rhodamine B with p=0.001; as well as the attitude toward the usage behavior of Rhodamine B which has a significant relationship with p=0.002.
(3)
iii
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PEDAGANG JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN PEWARNA RHODAMIN B DI KECAMATAN
SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
Oleh
AULIA AGRISTIKA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(4)
(5)
(6)
(7)
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Sekampung, Lampung Timur pada tanggal 23 April 1992, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Mariyanto, SP dan Ibu Herawati.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Al-Qur’an Metro pada tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Al-Qur’an Metro pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 3 Metro pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 3 Metro pada tahun 2010.
Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Ujian Mandiri Universitas Lampung. Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakutas Kedokteran Universitas Lampung memalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif pada organisasi Forum Studi Islam (FSI) FK Unila.
(8)
PERSEMBAHAN
Untuk Ibu dan Ayah atas segala kasih sayang, doa, motivasi, dan kesabarannya. Semoga Allah selalu melindungi, dunia maupun akhirat.
(9)
MOTO
“ Jadilah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, tumbuh di tepi jalan. Dilempar buahnya dengan batu, tetapi tetap dibalas
dengan buah”
MAN JADDA WAJADA
siapa bersungguh-sungguh pasti berhasil MAN SHABARA ZHAFIRA
siapa yang bersabar pasti beruntung MAN SARA ALA DARBI WASHALA
(10)
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T., karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.
Skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pedagang Jajanan Anak Sekolah Dasar Negeri Terhadap Perilaku Penggunaan Pewarna Rhodamin B di Kecamatan Sukarame Bandar Lampung Tahun 2015” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Azelia Nusadewiarti, MPH selaku pembahas yang telah bersedia meluangkan waktu, memberi kritik, saran serta nasihat yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini;
2. dr. Reni Zuraida, M.Si, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan kesempatan serta meluangkan waktu diantara kesibukan-kesibukannya baik melalui telepon, sms, ataupun berkunjung ke rumahnya, bersedia membagi ilmunya, memberikan kritik, saran, serta nasihat yang tak akan saya lupakan;
(11)
xi
3. dr. Rika Lisiswanti, M.Med Ed, selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk meluangkan waktunya, memberikan bimbingan, saran, kritik, serta nasihat-nasihat dalam proses penyelesaian skripsi ini; 4. dr. Khairun Nisa, M.Kes., AIFO, selaku Pembimbing Akademik sejak
semester awal hingga akhir di Fakultas Kedokteran yang telah meluangkan waktu diantara kesibukannya;
5. Ayah Mariyanto, S.P., yang selalu mendoakan, membimbing, menguatkan, dan tidak pernah lupa mengingatkan saya untuk selalu mengingat Allah S.W.T. Semoga Allah selalu melindungi dan menjadikan ladang pahala di akhirat kelak;
6. Ibu Herawati yang selalu mendengar segala keluh kesah, mendoakan, membimbing, dan memberikan kasih sayangnya. Semoga Allah selalu melindungi dan menjadikan ladang pahala di akhirat kelak;
7. Adik-adik saya, Arya Permana dan Adi Sheza Satria, yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat, canda, dan kasih sayangnya. Juga keluarga besar saya yang ada dimana-mana, terima kasih untuk dukungan, dan doa nya.
8. Teman saya J Hamdan Sanjaya, S.P., terima kasih sudah bersedia merepotkan diri untuk menjadi kakak dan membimbing, mendukung dan mendoakan, dan berbagi pengalaman.
9. Seluruh staf pengajar Program Studi Pendidikan Dokter Unila atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai cita-cita;
(12)
10.Seluruh Staf Tata Usaha, Akademik, pegawai, dan karyawan FK Unila; Pak Makmun, Mba Lisa, Mba Luthfi, Mba Qori, Mba Ida, Mba Yulis, Mas Heri, Pak Iskandar, Mas Bayu dan civitas akademik lainnya yang telah memberikan doa, semangat, motivasi, dan nasihat selama pembelajaran di FK Unila;
11.Teman-teman sejak awal propti, Cici Yuliana Sari, Magista Vivi Anisa, Jeanna Salima, Gita Augesti, Putri Fitriana, Putri Rinawati, Bianti Nuraini, dan Anisa Ratya. Terima kasih atas kebersamaan, kerjasama, cerita, dan candaannya yang membuat suasana menjadi lebih ceria dan ramai;
12.Teman-teman satu kosan Ayu Aprilia, Restyana NF, Selvia Farahdina, terima kasih atas segala bantuannya, nasihatnya, semangatnya, tawanya, sedihnya, dan kekonyolannya.
13.Teman yang sudah pindah kosan Ratih Nur Indah S yang dengan baiknya mau telaten mendengarkan dan membantu saya, Melly Anida yang selalu bilang “selow selow” sampai sekarang.
14.Teman-teman tak terduga Mirna Candra Dewi dan Ani Yuli Yanti, terima kasih atas segala bantuannya dan maaf jika selalu merepotkan.
15.Teman sejawat 2011 lainnya yang tentu saja bisa disebutkan satu per satu, Yolanda, Seulanga, Tryvanie, Ayu Lestari, Dila, Ario, Andini, Devi, Rozi, Nurul, Oci, Pad, Ferina, Fini, Lita, Lala, Sabrine, Pau, Adit, Ane, Ara, Fatwa, Likha, Caca, Tanti, Rama, Felis, Filla, Gede, Vandy, Sugma, Novita, Lian, Stevan, Robby, Angga, Wayan, Fadil, Olin, Belda, Gusti, Gusti Ayu, Ibor, Tiara, Bela, Andina, Agatha, Anggia, Yogi, Dina, Sarah, Anggidian, Topaz, Sandra, Dwitya, Gita Dewita, Danar, Gulbud, Giok,
(13)
xiii
Belinda, Marizka, Hein, Jaya, Anwar, Fitri, Asih, Azatu, Diah, Nor, Diano, Syafiq, Neola, Andina, Kartika, Mirdes, Ika, Dika, Imay, Nayuv, Okta, Fabella, Erot, Karimah, Niluh, Tegar, Bulan, Naomi, Lina, Dea, Berta, Pufit, Yuda, Agung, Fariz, Gilang, Sakinah, Bono, Rifka, Tata, Aryati, Ririn, Ega, Zuy, RestyR, Tiwi Aminah, Taufiq, Baji, Raissa, Tagor, Fira, Desta, Mahe, Yusi, Vivi, Budiman, Satria, Yudo, Rizqun, Dessy, Tiwi, Nyimas, Jihan, dan Mardi. Terima kasih atas segala suka duka, motivasi, keriuhan, dan kebersamaan yang terjalin selama 4 tahun ini;
16.Kakak-kakak dan adik-adik tingkat angkatan 2002-2015 (Kak Nora, Uni Ririn, Mbak Ima, Indah SN, Lana A, Indri, Leo, Dita, Natasya, Ajeng dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu) yang sudah memberikan semangat kebersamaan dan bantuan dalam satu kedokteran.
17.Teman-teman baru di Laboratorium Pertanian, yang sudah membantu proses penelitian saya Pak Beki, asisten lab Ani Agung Asmara, mantan asisten lab Evanjelina Pristica.
18.Teman-teman dan keluarga KKN di Labuhan Ratu VI, Bapak dan Ibu Karyanto, arif, buero, ardiansyah, anwar sadat lubis, mbak ana, Andi MS, Ratu Aqila AK, Ayu Kumala S. Terima kasih untuk kebersamaan yang tetap terjalin, untuk doa dan dukungannya, untuk pelajarannya pengalamannya, untuk suka dukanya juga.
19.Teman-teman TK, SD, SMP, dan SMA saya yang ada diamanapun kalian berada, terima kasih untuk kesediaannya merepotkan diri bertanya “aul, kapan wisuda?”.
(14)
20.Teman-teman di “skies potograph” terutama mbak tyas, yang selalu memberikan permen lolipop dan cokelat kesukaan, atas doa dan dukungannya juga.
21.Pak Radi dan mbak prapti yang setia membukakan gerbang saat pulang kekosan terlalu larut.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Bandar Lampung, November 2015 Penulis
(15)
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Daftar zat pewarna yang dinyatakan sebagai pewarna berbahaya…. 9
Tabel 2. Definisi Operasional…….………. 38
Tabel 3. Karakteristik pedagang berdasarkan umur... 45
Tabel 4. Karakteristik pedagang berdasarkan jenis kelamin... 45
Tabel 5. Karakteristik pedagang berdasarkan tingkat pendidikan... 46
Tabel 6. Karakteristik pedagang berdasarkan lama berdagang... 46
Tabel 7. Distribusi pengetahuan pedagang... 47
Tabel 8. Distribusi sikap pedagang... 48
Tabel 9. Distribusi perilaku pedagang... 48
Tabel 10. Distribusi hubungan pengetahuan pedagang dengan perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B... 49
Tabel 11. Distribusi hubungan sikap pedagang dengan perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B... 50
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Informed Consent
2. Persetujuan Setelah Penjelasan 3. Etik Penelitian
4. Surat Izin Penelitian 5. Kuesioner Penelitian 6. Jawaban Kuesioner 7. Dummy Table 8. Uji Validitas
9. Data Karakteristik Responden 10.Data Hasil Kuesioner
11.Data Hasil Perhitungan 12.Dokumentasi Penelitian
(17)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Struktur Kimia Rhodamin B……… 8
2. Kerangka Teori Penelitian……… 33
3. Kerangka Konsep Penelitian……… 34
(18)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
COVER DALAM ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iv
LEMBAR PENGESAHAN ... v
LEMBAR PERNYATAAN ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
MOTO ... ix
SANWACANA ... x
DAFTAR ISI ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR TABEL ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Peneltian ... 5
D. Manfaat peneltian... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Rhodamin B ... 7
B. Makanan Jajanan ... 13
1. Jenis Makanan Jajanan ... 13
2. Fungsi Makanan Jajanan ... 13
C. Pengetahuan ... 14
1. Pengertian Pengetahuan ... 14
2. Tingkat Pengetahuan ... 14
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 16
D. Sikap ... 17
1. Pengertian Sikap ... 17
2. Komponen Pokok Sikap ... 18
3. Tingkatan Sikap ... 18
4. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap ... 19
E. Perilaku ... 20
1. Pengertian Perilaku ... 20
(19)
xvi
3. Proses Pembentukan Perilaku ... 23
4. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku ... 24
5. Determinan Perilaku ... 25
6. Teori Perubahan Perilaku ... 26
7. Bentuk Perubahan Perilaku ... 30
8. Strategi Perubahan Perilaku ... 31
F. Indikator Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku ... 32
G. Kerangka Teori ... 33
H. Kerangka Konsep ... 34
I. Hipotesis ... 34
III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 35
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 35
1. Waktu Penelitian ... 35
2. Tempat Penelitian ... 35
C. Populasi dan Sampel ... 36
1. Populasi Penelitian ... 36
2. Sampel Penelitian ... 36
D. Variabel Penelitian ... 37
1. Variabel Bebas ... 37
2. Variabel Terikat ... 37
E. Definisi Operasional ... 38
F. Pengumpulan Data ... 39
1. Jenis Data ... 39
2. Alat dan Instrumen Penelitian ... 39
G. Cara Pengambilan Data... 39
H. Pengolahan dan Analisis Data ... 40
1. Pengolahan Data ... 40
2. Analisis Data ... 41
I. Alur Penelitian ... 43
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 44
B. Karakteristik Pedagang ... 44
C. Analisis Univariat ... 47
1. Pengetahuan pedagang terhadap pewarna Rhodamin B ... 47
2. Sikap pedagang terhadap penggunaan pewarna Rhodamin B .... 47
3. Perilaku pedagang terhadap penggunaan pewarna Rhodamin B ... 48
D. Analisis Bivariat... 49
1. Hubungan pengetahuan pedagang dengan penggunaan pewarna Rhodamin B ... 49
2. Hubungan sikap pedagang dengan penggunaan pewarna Rhodamin B ... 49
E. Pembahasan... 50
1. Karakteristik Pedagang ... 50
(20)
1.2 Jenis Kelamin ... 51
1.3 Tingkat Pendidikan ... 51
1.4 Lama Berdagang ... 52
2. Analisis Univariat ... 52
2.1 Pengetahuan pedagang terhadap pewarna Rhodamin B ... 52
2.2 Sikap pedagang terhadap penggunaan pewarna Rhodamin B ... 54
2.3 Perilaku pedagang terhadap penggunaan pewarna Rhodamin B ... 55
3. Analisis Bivariat ... 56
3.1 Hubungan pengetahuan pedagang dengan penggunaan pewarna Rhodamin B ... 56
3.2 Hubungan sikap pedagang dengan penggunaan pewarna Rhodamin B ... 58
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA
(21)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu hal yang menjadi kebiasaan anak sekolah, terutama anak sekolah dasar (SD) adalah membeli jajanan di sekolah. Ketertarikan dengan jajanan sekolah dikarenakan warna yang menarik, rasa yang menggugah selera, dan harga yang relatif terjangkau. Uang saku yang diberikan orang tua mereka, dihabiskan untuk membeli jajanan yang kurang memenuhi standar gizi. Oleh karena itu, pemilihan makanan jajanan yang aman dan berkualitas perlu diperhatikan. Jajanan yang aman diartikan sebagai makanan jajanan yang tidak membahayakan kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu sedangkan jajanan berkualitas diartikan sebagai jajanan mengandung nilai gizi yang cukup. Mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat baik dari segi mutu maupun keamanannya dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan antara lain, keracunan makanan, diare, dan sebagainya yang dinamakan foodborn disease (Fadilah, 2006).
Jajanan yang dijual di lingkungan sekolah adalah pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang sangat memegang peranan strategis karena
(22)
menyumbang asupan gizi dan energi penting bagi anak sekolah (Adam et al., 2004). Kebiasaan jajan anak merupakan istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makan dan makanan seperti frekuensi makan, jenis makanan, kepercayaan terhadap makanan (pantangan), dan cara pemilihan makanan (Syafitri et al., 2009).
Pada umumnya kebiasaan yang sering menjadi masalah adalah kebiasaan makan di kantin atau warung di sekitar sekolah dan kebiasaan makan fast food. Jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam bahasa Inggris disebut street food (Judarwanto, 2012). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/MenKes/SK/VII/2003 makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan ditempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel.
Jajanan yang dijual pedagang terdiri dari beberapa zat warna sehingga mempengaruhi daya tarik dan selera konsumen. Salah satu contohnya adalah penggunaan bahan pewarna Rhodamin B (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006). Rhodamin B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes yang digunakan pada industri tekstil dan kertas, sebagai pewarna kain, kosmetika, produk pembersih mulut, dan sabun. Penggunaan Rhodamin B dalam pangan tentunya berbahaya bagi kesehatan. Adanya produsen pangan yang masih menggunakan Rhodamin
(23)
3
B pada produknya mungkin dapat disebabkan oleh pengetahuan yang tidak memadai mengenai bahaya penggunaan bahan kimia tersebut pada kesehatan dan juga karena tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah. Selain itu, Rhodamin B sering digunakan sebagai pewarna makanan karena harganya relatif lebih murah daripada pewarna sintetis untuk pangan, warna yang dihasilkan lebih menarik dan tingkat stabilitas warnanya lebih baik daripada pewarna alami. Rhodamin B sering disalahgunakan pada pembuatan kerupuk, terasi, cabe merah giling, agar-agar, aromanis/kembang gula, manisan, sosis, sirup, minuman, dan lain-lain. Konsumsi Rhodamin B dalam jangka panjang dapat terakumulasi di dalam tubuh dan dapat menyebabkan gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati, kerusakan hati, gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati (O’Neil et al., 2006 dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005).
Berdasarkan hasil Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Nasional tahun 2008 yang dilakukan oleh SEAFAST (Southeast Asian Food & Agricultural Science & Technology) dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, sebagian besar (>70%) penjaja PJAS menerapkan praktik keamanan pangan yang kurang baik (Andarwulan, Madanijah & Zulaikhah, 2009). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Lestari Puji (2011) di dua kecamatan yang terdapat di Bandar Lampung, sebagian besar pengetahuan pedagang tentang pewarna Rhodamin B masih kurang (61,36%) dan sikap
(24)
pedagang mengenai penggunaan pewarna Rhodamin B sudah baik (65,90%). Dari 44 sampel, didapatkan 4 pedagang yang positif menggunakan pewarna Rhodamin B (9,09%) dan 40 lainnya tidak (90,91%), serta dari 4 pedagang yang positif menggunakan pewarna Rhodamin B tersebut 3 diantaranya memiliki sikap yang kurang baik terhadap penggunaan pewarna Rhodamin B.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan penulis, didapatkan 37 pedagang jajanan olahan yang tersebar di 6 Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kecamatan Sukarame Bandar Lampung. Makanan olahan tersebut seperti kornet berbentuk batang, kornet berbentuk lingkaran yang ditengahnya terdapat gambar bintang, nugget, dan martabak saus. Jajanan tersebut sangat diminati oleh siswa-siswi dan ditunjang dengan keadaaan ekonomi masyarakat di daerah tersebut rata-rata merupakan kelas menengah, sehingga kebutuhan akan konsumsi jajanan pada anak sekolah di daerah tersebut juga meningkat. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri dengan perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B di kecamatan Sukarame Bandar Lampung.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap pedagang jajanan anak sekolah
(25)
5
dasar negeri terhadap perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B di kecamatan Sukarame Bandar Lampung ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap pedagang jajanan anak di 6 Sekolah Dasar Negeri terhadap perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B di kecamatan Sukarame Bandar Lampung.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran pengetahuan pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri dalam penggunaan pewarna Rhodamin B di kecamatan Sukarame Bandar Lampung.
2. Mengetahui gambaran sikap pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri dalam penggunaan pewarna Rhodamin B di kecamatan Sukarame Bandar Lampung.
3. Mengetahui gambaran perilaku pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri dalam penggunaan pewarna Rhodamin B di kecamatan Sukarame Bandar Lampung.
4. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri di kecamatan Sukarame Bandar Lampung.
5. Menganalisis hubungan antara sikap dengan perilaku pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri di kecamatan Sukarame Bandar Lampung.
(26)
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam merencanakan serta melaksanakan penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan dan sikap pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri terhadap perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B di kecamatan Sukarame Bandar Lampung.
2. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai zat kimia berbahaya (Rhodamin B) yang terkandung dalam jajanan yang dijual di lingkungan sekolah dasar negeri di kecamatan Sukarame Bandar Lampung.
3. Bagi instansi terkait
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi sekolah agar menetapkan peraturan mengenai jajanan yang sehat di lingkungan sekolah dasar negeri di kecamatan Sukarame Bandar Lampung, dan bagi BPOM diharapkan dapat membantu menjalankan fungsi pengawasan keamanan pangan.
4. Bagi pedagang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pewarna Rhodamin B yang merupakan pewarna sintetik dan dilarang penggunaannya dalam pengolahan pangan.
5. Bagi peneliti lain. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.
(27)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rhodamin B
Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 239/MenKes/ Per/V/85 disebutkan ada 30 jenis pewarna yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya bagi kesehatan dan dilarang untuk digunakan sebagai bahan tambahan makanan. Bahan-bahan pewarna tersebut seperti tercantum dalam Tabel 1. Beberapa bahan pewarna dalam tabel tersebut (yaitu yang diberi tanda *) telah dilarang penggunaannya sejak tahun 1979 melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 235/ MenKes/Per/ VI/79 tentang zat warna yang dilarang digunakan dalam makanan. Seperti yang tertera pada tabel, bahwa Rhodamin B merupakan salah satu pewarna yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pewarna pada makanan. Rhodamin B adalah zat pewarna buatan yang digunakan dalam industri tekstil dan kertas. Rumus molekul dari Rhodamin B adalah C1NC1 dengan berat molekul sebesar 479.000. Zat Rhodamin B berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu kemerah – merahan, sangat larut dalam air dan akan menghasilkan warna merah kebiru – biruan dan berfluorensi kuat.
(28)
Rhodamin B dapat larut dalam alkohol, HCL dan NaOH selain mudah larut dalam air (Wisnu, 2008)
Gambar 1. Struktur kimia Rhodamin B Sumber : Wisnu ( 2008)
Keterangan gambar :
Nama Kimia : N-[9-(carboxyphenil)-6-(diethylamino)-3H-xanten -3-ylidene]-N-ethylethanaminium clorida
Nama Lazim : tetraethylrhodamine; D&C Red No. 19; Rhodamin B clorida; C.I. Basic Violet 10; C.I. 45170
Rumus Kimia : C12H31ClN2O3
BM : 479
Pemerian : Hablur Hijau atau serbuk ungu kemerahan
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air menghasilkan larutan merah kebiruan dan berfluoresensi kuat jika diencerkan. Sangat mudah larut dalam alkohol; sukar larut dalam asam encer dan dalam larutan alkali. Larutan dalam asam kuat membentuk senyawa dengan kompleks antimon berwarna merah muda yang larut dalam isopropil eter (Budavari,1996).
(29)
9
Tabel 1. Daftar zat pewarna berbahaya (*)
No Nama No Indeks
1 Auramin* 41000
2 Alkanet 75520
3 Butter Yellow* 11020
4 Black 7984 2755
5 Burn Umber 77491
6 Chrysoidine* 11270
7 Chrysoine 14270
8 Citrus Red No 2* 12156
9 Chocolate Brown -
10 Fast Red 16045
11 Fast Yellow AB 13015
12 Guinea Green B* 42085
13 Indanthrene Blue RS 69800
14 Magenta* 42510
15 Methanyl Yellow* 13065
16 Oil Orange SS* 12100
17 Oil Orange XO* 12140
18 Oil Yellow AB* 11380
19 Oil Yellow OB 11390
20 Orange G 16230
21 Orange GGN 15980
22 Orange RN 15970
23 Orchid dan Orcein -
24 Ponceau 3R* 16155
25 Ponceau SX* 14700
26 Ponceau 6R* 16290
27 Rhodamin B* 45170
28 Sudan I* 12055
29 Scarlet GN 14815
30 Violet 6B 42640
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 239/MenKes/Per/V/85
Penggunaan Rhodamin B dalam pangan tentunya berbahaya bagi kesehatan. Adanya produsen pangan yang masih menggunakan rhodamin B pada produknya mungkin dapat disebabkan oleh pengetahuan yang tidak memadai mengenai bahaya penggunaan bahan kimia tersebut pada kesehatan dan juga karena tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah. Selain itu, rhodamin B sering digunakan sebagai pewarna makanan karena harganya relatif lebih murah daripada pewarna sintetis
(30)
untuk pangan, warna yang dihasilkan lebih menarik dan tingkat stabilitas warnanya lebih baik daripada pewarna alami. Rhodamin B sering disalahgunakan pada pembuatan kerupuk, terasi, cabe merah giling, agar-agar, aromanis/kembang gula, manisan, sosis, sirup, minuman, dan lain-lain. Ciri-ciri pangan yang mengandung rhodamin B antara lain :
1. Warnanya cerah mengkilap dan lebih mencolok. 2. Terkadang warna terlihat tidak homogen (rata) 3. Ada gumpalan warna pada produk
4. Bila dikonsumsi rasanya sedikit lebih pahit.
Biasanya produk pangan yang mengandung Rhodamin B tidak mencantumkan kode, label, merek, atau identitas lengkap lainnya. Menurut World Health Organitation, Rhodamin B berbahaya bagi kesehatan manusia karena sifat kimia dan kandungan logam beratnya. Rhodamin B mengandung senyawa klorin (Cl). Senyawa klorin merupakan senyawa halogen yang berbahaya dan reaktif. Jika tertelan, maka senyawa ini akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan cara mengikat senyawa lain dalam tubuh, hal inilah yang bersifat racun bagi tubuh. Selain itu, Rhodamin B juga memiliki senyawa pengalkilasi (CH3-CH3) yang bersifat radikal sehingga dapat berikatan dengan protein, lemak, dan DNA dalam tubuh.
Efek negative penggunaan pewarna ini yaitu dapat menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan) (Departemen
(31)
11
Kesehatan Republik Indonesia, 2007). Jika pewarna ini atau Rhodamin B dikonsumsi dalam jumlah besar dan berulang, maka akan terjadi penumpukan dalam tubuh yang dapat menyebabkan iritasi pada mukosa saluran pencernaan, dan bila terhirup dapat mengiritasi saluran pernafasan, jika terkena kulit dapat mengiritasi kulit, jika terkena mata maka mata menjadi kemerahan dan udem (Yulianti, 2007), serta dapat menimbulkan kerusakan pada beberapa organ seperti hepar, ginjal, maupun limpa (Trestiati, 2003).
Prosedur pengujian senyawa sintetik warna merah (Rhodamin B) pada makanan atau minuman adalah :
a. Ambil 1 sendok teh bahan makanan yang akan diuji, lalu cacah menjadi bagian-bagian kecil atau iris menjadi bagian kecil-kecil (kalau bahan yang akan diuji berupa cairan ambil 1 sendok teh/2-3 ml). b. Tambahkan air panas sebanyak 2 sendok makan (10 ml), lalu aduk
agar Rhodamin B yang ada pada makanan tertarik kedalam fase air. Biarkan dingin. Jika produk berupa cairan, cukup gunakan air dingin dengan jumlah/volume yang sama.
c. Ambil 1 sendok teh (sekitar 1-2 ml) fase air. Tambahkan reagent a sebanyak 10 tetes, kocok dengan keras atau kencang atau dapat menggunakan vortex untuk pengocokan.
d. Warna merah pada larutan akan menghilang atau berkurang drastis intensitas warnanya.
e. Tambahkan 4 tetes reagent b, kocok kembali. Bila warna merah kembali muncul atau menguat intensitas warnanya, terbentuk warna
(32)
ungu lembayung pada lapisan atas, terdapat pewarna sintesis merah (Rhodamin B) pada makanan atau minuman yang diuji.
Prinsipnya adalah pembentukan senyawa kompleks berwarna ungu lembayung dari Rhodamin B dengan garam amnion yang larut dalam pelarut organik (Easy Test, 2011).
B. Makanan Jajanan
Makanan jajanan (Street Foods) adalah jenis makanan yang dijual di kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun, di pasar, di tempat pemukiman serta lokasi yang sejenis (Daniaty, 2009). Makanan jajanan menurut FAO (Food Agriculture Organisation) didefisinikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut (Judarwanto, 2012).
Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988, makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan atau restoran, dan hotel.
(33)
13
1. Jenis Makanan Jajanan
Pada umumnya makanan jajanan dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu:
a. Makanan utama atau main dish yaitu nasi rames, nasi rawon, nasi pecel, dan sebagainya.
b. Panganan atau snack yaitu kue, onde-onde, pisang goreng, dan sanck pabrikan lainnya.
c. Golongan minuman yaitu es teler, es buah, the, kopi, dewet, jenang, es cukur (campur) dan minuman pabrikan lainnya.
d. Buah-buahan segar yaitu mangga, durian, dan sebagainya (Daniaty, 2009).
2. Fungsi Makanan Jajanan
Peranan makanan jajanan mulai mendapat perhatian secara internasional yang banyak menaruh perhatian terhadap studi dan perkembangan makanan jajanan. Peranan makanan jajanan sebagai penyumbang gizi dalam menu sehari-hari yang tidak dapat disampingkan. Makanan jajanan mempunyai fungsi sosial ekonomi yang cukup penting, dalam arti pengembangan makanan jajanan dapat meningkatkan sosial ekonomi pedagang. Disamping itu, makanan jajanan memberikan kontribusi gizi yang nyata terhadap konsumen tertentu (Wisnu, 2008).
(34)
C. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2010).
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
(35)
15
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan
(36)
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
3. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Soekidjo Notoadmojo (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:
a. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
c. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini
(37)
17
bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.
d. Fasilitas
Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuann seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.
D. Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapaan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan
(38)
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2010).
2. Komponen Pokok Sikap
Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
3. Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2010) tingkatan sikap terdiri dari : a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
(39)
19
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Azwar (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu: a. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
(40)
c. Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.
d. Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
e. Lembaga Pendidikan Dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
f. Faktor Emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
E. Perilaku
1. Pengertian perilaku
Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung
(41)
21
maupun tidak langsung. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri. Dalam Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoadmodjo, 2010).
Benyamin Bloom (1908) dalam Notoadmojo (2010), seorang ahli psikologi pendidikan, membagi perilaku manusia ke dalam tiga bentuk yaitu:
a. Kognitif, dimana unsur yang dapat diamati recall of facts, interpretation of data, dan problem solving. Unsur ini berisi kepercayaan individu yang berhubungan dengan hal-hal bagaimana individu mempersepsi terhadap objek sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui (pengetahuan, pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang lain).
b. Afektif, dimana unsur yang dapat diamati adalah receiving, responding, dan internalization. Unsur ini menunjuk pada dimensi emosional subjektif individu terhadap objek sikap, baik yang positif (rasa senang), maupun negatif (rasa tidak senang). Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sebagai sesuatu yang benar terhadap objek sikap tersebut.
(42)
c. Psikomotor, dimana unsur yang dapat diamati adalah immitation, control, dan automatism. Unsur ini disebut juga komponen perilaku, yaitu komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya.
2. Konsep Perilaku
Didalam hubungannya dengan upaya pengamatan terhadap perubahan perilaku sebagai hasil dari suatu proses, maka Rogers (1974) di dalam konsep innovation decision process mengemukakan bahwa tingkah laku individu atau kelompok akan selalu dimulai dari suatu proses. Proses-proses tersebut melalui liam tahapan sebagai berikut :
a. Awarness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dan mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik), dalam hal ini sikap subjek terhadap stimulus atau objek tertentu sudah mulai muncul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang), dalam hal ini subjek menimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, dimana subjek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki stimulus. Dalam tahap ini sebelumnya subjek mencari dukungan dari orang lain di sekitarnya terhadap keputusan yang telah dibuatnya atas penerimaan atau penolakan terhadap ide atau objek baru yang bersangkutan.
(43)
23
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku, baru sesuai dengan pengetahuan kesadarannya dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2010).
3. Proses Pembentukan Perilaku
Sebagian besar perilaku manusia adalah operant respons instrumental respons, yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsangan tertentu. Karena itu untuk membentuk jenis respons/perilaku ini perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu, yang disebut operant conditioning ini menurut Skinner (1938) adalah sebagai berikut :
a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.
b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki, kemudian disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada pembentukan perilaku yang dimaksud.
c. Dalam menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.
d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun itu (Notoatmodjo, 2010).
(44)
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Sunaryo (2004) dalam berperilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Faktor genetik atau endogen, merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku. Faktor genetik berasal dari dalam diri individu, antara lain:
1) Jenis ras, setiap ras mempunyai pengaruh terhadap perilaku yang spesifik, saling berbeda satu sama yang lainnya.
2) Jenis kelamin, perilaku pria atas dasar pertimbangan rasional atau akal sedangkan pada wanita atas dasar emosional.
3) Sifat fisik, perilaku individu akan berbeda-beda sesuai dengan sifat fisiknya.
4) Sifat kepribadian, merupakan manifestasi dari kepribadian yang dimiliki sebagai perpaduan dari faktor genetik dengan lingkungan.
5) Bakat pembawaan, merupakan interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan serta tergantung adanya kesempatan untuk pengembangan.
6) Intelegensi, merupakan kemampuan untuk berpikir dalam mempengaruhi perilaku.
b. Faktor dari luar individu atau faktor eksogen, faktor ini juga berpengaruh dalam terbentuknya perilaku individu antara lain: 1) Faktor lingkungan, merupakan lahan untuk perkembangan
(45)
25
2) Pendidikan, proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan perilaku individu maupun kelompok.
3) Agama, merupakan keyakinan hidup yang masuk ke dalam konstruksi kepribadian seseorang yang berpengaruh dalam perilaku individu.
4) Sosial ekonomi, salah satu yang berpengaruh terhadap perilaku adalah lingkungan sosial ekonomi yang merupakan sarana untuk terpenuhinya fasilitas.
5) Kebudayaan, hasil dari kebudayaan yaitu kesenian, adat istiadat, atau peradaban manusia, mempunyai peranan pada terbentuknya perilaku.
5. Determinan Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2010) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Robert Kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Skinner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap
(46)
stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
6. Teori Perubahan Perilaku
Banyak teori tentang perubahan perilaku, antara lain akan diuraikan dibawah ini (Notoatmodjo, 2010) :
a. Teori Stimulus Organisme (SOR)
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber komunikasi atau sources misalnya kredibiltas kepemimpinan, dan gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilkau seseorang, kelompok, atau masyarakat. Hosland et al. (1953) mengatakan bahwa perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :
(47)
27
1. Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
2. Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan pada proses berikutnya.
3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut. Sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme faktor reinforcement memegang peran penting.
b. Teori Festinger ( Disonence Teori)
Teori disonence (kognitif disonence teori) dajukan oleh festinger (1957) telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial. Teori ini
(48)
sebenarnya sama dengan konsep imbalance atau tidak seimbang. Hal ini berarti bahwa keadaan kognitif disonance merupakan ketidakseimbangan psikologi yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbanagn dalam diri individu, maka berarti sudah terjadi ketegangan diri lagi, dan keadaan ini disebut konsonen (keseimbangan). Disonance (ketidak-seimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat dua elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi adalah pengetahuan, pendapatan atau keyakinan. Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek, dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda/bertentangan di dalam diri individu itu sendiri, maka terjadilah disonance (ketidak-seimbangan).
c. Teori Fungsi
Teori fungsi ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilku seseorang adalah stimulus yang dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa : 1. Perilaku memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi
dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif terhadap objek demi
(49)
29
pemenuhan kebutuhan. Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi kebutuhannya maka ia akan berperilaku negatif. 2. Perilaku berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai
pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya, dengan perilakunya, dengan tindakan-tindakannya, manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar. 3. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan pemberi arti.
Dalam perannya dengan tindakan itu seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut seseorang melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan mengakibatkan tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang singkat.
4. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu, perilaku dapat merupakan layar dimana segala ungkapan diri orang dapat dilihat.
Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia luar individu dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu di dalam kehidupan manusia perilaku itu tampak terus menerus dan berubah secara relatif.
(50)
d. Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (draiving force) dan kekuatan-kekuatan penahan (restaining factor). Perilaku dapat berubah apabila terjadi ketidak-seimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang yaitu sebagai berikut :
1. Kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan perilaku. Stimulus ini berupa penyuluhan atau informasi sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan.
2. Kekuatan perubahan menurun. Hal ini terjadi karena adanya stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut.
3. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan semacam ini jelas akan terjadi perubahan perilaku.
7. Bentuk Perubahan Perilaku
Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, berikut diuraikan bentuk perubahan perilaku menurut World Health Organization dalam Notoatmodjo (2010). Perubahan perilaku tersebut dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
(51)
31
a. Perubahan Alamiah ( natural change)
Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan.
b. Perubahan Rencana (planned change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
c. Kesediaan Untuk Berubah (readiness to change)
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya) dan sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubaha tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah (readdines to change) yang berbeda-beda. Setiap orang di dalam suatu masyarakat mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda, meskipun kondisinya sama.
8. Strategi Perubahan Perilaku
Dalam Notoatmodjo (2010), dikemukakan beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku menurut World Health Organization, dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
(52)
a. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat sehingga ia mau melakukan seperti yang diharapkan. b. Diskusi dan partisipasi
c. Pemberian informasi
Informasi yang diberikan akan menimbulkan kesadaran dan akhirnya menyebabkan seseorang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Hasil atau perubahan perilaku yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri ( bukan karena paksaan).
F. Indikator Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku.
Cara mengukur atau memperoleh data atau informasi tentang indikator untuk pengetahuan sikap dan perilaku agak berbeda. Untuk memperoleh data untuk pengetahuan dan sikap cukup dilakukan dengan melalui wawancara, baik wawancara terstruktur maupun wawancara mendalam, dan focus group discasion (FGD) khusus untuk penelitian kualitatif. Sedangkan untuk memperoleh data perilaku yang paling akurat adalah melalui pengamatan (observasi). Namun dapat juga dilakukan melalui wawancara dengan pendekatan recall atau mengingat kembali perubahan perilaku yang telah dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu (Notoatmodjo, 2010).
(53)
33
G. Kerangka Teori
Keterangan : : tidak langsung : : langsung Gambar 2. Kerangka Teori Penelitian Sumber : Modifikasi Azjen (2005) dan Ayu (2011) Pengetahuan Sikap
Perilaku pedagang jajanan dalam penggunaan pewarna
Rhodamin B
Pengaruh dari luar atau lingkungan terhadap pengambilan keputusan
Minat
Pengambilan keputusan
(54)
H. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian
I. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri di kecamatan Sukarame Bandar Lampung. 2. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku pedagang jajanan anak
sekolah dasar negeri di kecamatan Sukarame Bandar Lampung. Pengetahuan pedagang
jajanan mengenai pewarna Rhodamin B
Sikap pedagang jajanan mengenai pewarna
Rhodamin B
Perilaku pedagang jajanan mengenai penggunaan
(55)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan pengetahuan dan sikap pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri terhadap perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B yang di observasi sebanyak satu kali pada saat yang bersamaan (Pratiknya, 2008).
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2015-Oktober 2015. 2. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Sukarame Bandar Lampung.
(56)
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pedagang jajanan olahan yang tersebar di 6 SD Negeri di Kecamatan Sukarame Bandar Lampung. Jajanan olahan tersebut diantaranya kornet batang, kornet berbentuk lingkaran yang ditengahnya terdapat gambar bintang, nugget, dan martabak saus.
2. Sampel Penelitian
Menurut Notoadmodjo (2010) sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dari penelitian pendahuluan, jumlah yang didapatkan sebanyak 37 pedagang jajanan olahan.
1. Kriteria Inklusi : pedagang yang menjual jajanan olahan baik olahan sendiri maupun olahan pabrik yang dicurigai mengandung pewarna berbahaya Rhodamin B dengan ciri fisik sebagai berikut :
a. Warna mencolok dan cenderung berpendar. b. Terdapat titik-titik warna yang tidak homogen. c. Sedikit rasa pahit.
d. Baunya tidak alami.
2. Kriteria eksklusi : pedagang yang tidak menetap dan tidak bersedia ikut dalam penelitian.
(57)
37
Sampel penelitian diambil menggunakan metode total sampling. Pengertian total sampling menurut Sugiyono (2014) adalah teknik pengambilan sampel dengan mengambil seluruh populasi sebagai responden atau sampel. Dengan demikian, peneliti mengambil seluruh pedagang jajanan sebagai sampel penelitian.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas (Independent variable) dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang pewarna Rhodamin B, sikap tentang penggunaan pewarna Rhodamin B.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B.
(58)
E. Definisi Operasional
Tabel 2. Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
Variabel Dependen Perilaku pedagang jajanan anak sekolah dasar
Tindakan pedagang yang ditunjukkan dengan menggunakan atau tidak nya pewarna
Rhodamin B (merupakan pewarna sintetis untuk industri dan dilarang penggunaannya sebagai bahan tambahan pangan (wisnu, 2008)) dalam pembuatan makanan jajanan.
Kuesioner dan tes kit
Wawancara dan uji laboratorium
0 = jika “tidak” 1 = jika “ya”
Nominal
Variabel Independen Pengetahuan pedagang jajanan anak sekolah dasar
Kemampuan pedagang mengenai pengertian, jenis, kegunaan, dan dampak yang ditimbulkan oleh pewarna
Rhodamin B.
Kuesioner Wawancara Baik, jika ≥70% jawaban benar Kurang, jika <70% jawaban benar (Alimul, 2007) Ordinal Sikap pedagang jajanan anak sekolah dasar
Respon pedagang terhadap perilaku penggunaan pewarna
Rhodamin B dalam pembuatan makanan jajanan.
Kuesioner Wawancara Baik, jika ≥70% jawaban benar Kurang, jika <70% jawaban benar (Alimul, 2007) Ordinal
(59)
39
F. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah data primer, yang berasal dari data hasil wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner dan data mengenai positif tidaknya mengandung Rhodamin B menggunakan test kit dari BPOM.
2. Alat dan Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
a. Lembar kuesioner untuk wawancara terstruktur dengan para pedagang jajanan di Sekolah Dasar Negeri.
b. Test kit standar dari BPOM yang berlabelkan Chem Kit Rhodamin B untuk uji sampel positif atau tidak.
G. Cara Pengambilan Data
1. Mendatangi sekolah dasar yang merupakan sampel penelitian. 2. Menentukan pedagang jajanan yang sesuai dengan kriteria inklusi. 3. Wawancara terstruktur dengan pedagang dengan kuesioner. 4. Mengambil sampel jajanan.
5. Menguji sampel jajanan dengan test kit dari BPOM, apakah positif atau tidak mengandung pewarna Rhodamin B.
(60)
a. Ambil 1 sendok teh bahan makanan yang akan diuji, lalu cacah atau iris menjadi bagian kecil-kecil (jika bahan yang akan diuji berupa cairan ambil 1 sendok teh/2-3 ml).
b. Tambahkan air panas sebanyak 2 sendok makan (10 ml), lalu aduk agar Rhodamin B yang ada pada makanan tertarik kedalam fase air. Biarkan dingin. Jika produk berupa cairan, cukup gunakan air dingin dengan jumlah/volume yang sama.
c. Ambil 1 sendok teh (sekitar 1-2 ml) fase air. Tambahkan reagent a sebanyak 10 tetes, kocok dengan keras atau kencang atau dapat menggunakan vortex untuk pengocokan.
d. Warna merah pada larutan akan menghilang atau berkurang drastis intensitas warnanya.
e. Tambahkan 4 tetes reagent b, kocok kembali. Bila warna merah kembali muncul atau menguat intensitas warnanya, terbentuk warna ungu lembayung pada lapisan atas, terdapat pewarna sintesis merah (Rhodamin B) pada makanan atau minuman yang diuji. 6. Menghasilkan 2 data, yakni data hasil wawancara dan data hasil
pengujian.
7. Menganalisis data.
H. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
(61)
41
a. Editing
Dimaksudkan untuk meneliti kembali formulir data, memriksa kembali data yang terkumpul apakah sudah lengkap, terbaca jelas, tidak meragukan, terdapat kesalahan atau tidak, dan sebagainya. b. Coding
Untuk menerjemahkan data yang dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.
c. Data entry
Memasukkan data ke dalam komputer, menyusun data dalam bentuk tabel-tabel yaitu tabel distribusi frekuensi.
d. Tabulating
Menyusun data dengan bantuan komputer dan diolah menggunakan komputer.
e. Verifikasi
Pemeriksaan visual terhadap data yang telah dimasukkan ke komputer.
f. Output
Hasil analisis kemudian dicetak.
2. Analisis Data
Analisis data dilakukan menggunakan teknologi komputer. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis Data Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan frekuensi setiap variabel penelitian. Variabel yang di analisis adalah pewarna
(62)
Rhodamin B dan perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B sebagai varibel terikat dan pengetahuan tentang pewarna Rhodamin B, sikap terhadap penggunaan pewarna Rhodamin B sebagai variabel bebas.
2. Analisis Data Bivariat
Untuk melihat hubungan bermakna antara variabel bebas dan terikat. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap pedagang jajanan anak sekolah dasar negeri terhadap perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B di Kecamatan Sukarame Bandar Lampung. Uji statistik yang dilakukan adalah Chi Square dan jenis hipotesis yang digunakan adalah komparatif data 2 kelompok tidak berpasangan, penyajian data dalam bentuk tabel 2x2. Uji alternatif yang dilakukan jika Chi Square tidak terpenuhi adalah uji Fisher (Dahlan, 2013).
(63)
43
I. Alur Penelitian
Gambar 4. Alur Penelitian Mendatangi sekolah dasar yang
merupakan sampel penelitian, menentukan pedagang jajanan yang
sesuai kriteria inklusi
Wawancara terstruktur dengan pedagang, dan mengambil sampel
jajanan
Menguji sampel jajanan dengan tes kit
dari BPOM, apakah positif atau tidak mengandung pewarna Rhodamin B
Menghasilkan dua data, yakni data hasil wawancara dan data hasil pengujian
Menganalisis data menggunakan teknologi komputer
(64)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pedagang berpengetahuan baik berjumlah 20 pedagang (54,1%) dan 17 pedagang lainnya berpengetahuan kurang (45,9%).
2. Pedagang dengan sikap baik berjumlah 15 pedagang (40,5%) dan yang memiliki sikap kurang berjumlah 22 pedagang (59,5%).
3. Pedagang yang menggunakan Rhodamin B berjumlah 19 pedagang (51,4%) dan yang tidak menggunakan berjumlah 18 pedagang (48,6%).
4. Terdapat hubungan yang signifikan atau bermakna antara pengetahuan terhadap perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B dengan nilai p=0,001 (<0,05).
5. Terdapat hubungan yang signifikan atau bermakna antara sikap dengan perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B dengan nilai p=0,002 (<0,05).
(65)
61
B. Saran
1. Memerlukan diadakannya peningkatan pengawasan dan tindak lanjut serta penyuluhan dari instansi terkait mengenai bahaya bahan tambahan pangan berbahaya (pewarna Rhodamin B) kepada pedagang dalam hal ini khususnya pihak sekolah dasar.
2. Memerlukan diadakannya penelitian lebih lanjut mengenai jenis pewarna sintetik lain yang dilarang penggunaannya oleh pemerintah, dan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pedagang.
(66)
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Marti, Motarjemi, Yasmine. 2004. Dasar-Dasar Keamanan Makanan untuk Petugas Kesehatan. Jakarta : EGC.
Ajzen, I. 2005. Attitude, Personality, and Behavior (2nd Edition). Berkshire. UK : Open University Press-Mc Graw Hill Education.
Alimul, Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
Andarwulan, N., Madanijah, S., Zulaikhah. 2009. Laporan Penelitian : Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Nasional Tahun 2008. Bogor Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI.
Astuti, R., Meikawati, W., Sumarginingsih, S. 2010. Penggunaan Zat Warna “Rhodamin B” pada Terasi Berdasarkan Pengetahuan dan Sikap Produsen Terasi di Desa Bonang Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang. Skripsi. Semarang : Universitas Muhammadiah.
Ayu, L.P. 2011. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pedagang Jajanan Anak Sekolah Dasar Terhadap Perilaku Penggunaan Pewarna Rhodamin B di 2 Kecamatan Bandar Lampung Tahun 2011. Skripsi. Bandar Lampung : Universitas Lampung.
Azwar, S. 2010. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannnya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Budavari, S. Editor. 1996. The Merck Index. Edisi 12. Whitehouse, USA : Merck and Co.,Inc.
Dahlan, S. 2013. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.
Daniaty, L. 2009. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa tentang Makanan dan Minuman Jajanan yang Mengandung Bahan Tambahan Makanan Tertentu di SMPN 3 dan SMAN 1 Binjai Tahun 2009. Skripsi : Universitas Sumatera Utara.
(67)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1988. Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan Menurut Tujuan Penggunaan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.942/MenKes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Jajanan Makanan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Bahaya Penggunaan Rhodamin B sebagai Pewarna Makanan . Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Dampak dan Penggolongan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Depatemen Kesehehatan Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Easy Test. 2011. Prosedur Pemakaian Test Kit Rhodamin B. Tersedia pada http ://easytestkit.com. Diakses Tanggal 18 September 2015.
Fadillah. 2006. Identifikasi Kandungan Bahan Tambahan Makanan (BTM) pada Makanan Jajanan Anak Sekolah Dasar Negeri Kompleks Kota Palopo Tahun 2006. Skripsi. Makasar : Universitas Hasanudin.
Hutajulu, A.T. 2004. Peranan Wanita Desa Dalam Pembangunan Pada Masyarakat Batak yang Patrilineal. Studi Kasus di Desa Ompu Raja Hutaea, Kecamatan Laguboti, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Dalam Panen 20 Tahun. Bogor : Puspa Swara.
Joko, P.A., Kutanegara, T., Latief, S. 2013. Sumber Daya Manusia Tantangan Masa Depan. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Judarwanto, W. 2012. Perilaku Makan Anak Sekolah. Tersedia pada http : //www.gizi.depkes.go.id. Diakses pada Tanggal 18 September 2015. Makmun, A.S. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Rosda Karya Remaja. Notoadmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.
Jakarta : Rineka Cipta.
Notoadmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoadmodjo, S. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Novita, S., Andriyani, R. 2013. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pedagang
jajanan tentang Pemakaian Natrium Siklamat dan Rhodamin B. Skripsi. Surabaya : Universitas Airlangga.
O’neil, M.J. et al. 2006. The Merck Index, Merck Sharp and Dohme Corp., a susidiary of Merck and Co., Inc. New York.
(68)
Pratiknya, W.A. 2008. Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Rahmanita, I. 2011. Hubungan Pengetahuan, Sikap serta Perilaku Ibu Mengenai Jajanan Anak SD yang Mengandung Bahan Pengawet dan Pewarna di Kelurahan Beringin Jambi Tahun 2011. Skripsi. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Sentra Informasi Keracunan, Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI. 2005. Pedoman Pertolongan Keracunan untuk Puskesmas, Buku IV Bahan Tamabahan Pangan.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen Pendekatan : Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi (Mixed Methods), Penelitian Tindakan (Action Research), Penelitian Evaluasi. Bandung : ALFABETA.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Surya, M. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : PPB-IKIP Bandung.
Syafitri, Yunita, et al. 2009. Kebiasaan Jajan Siswa Sekolah Dasar (Studi Kasus di SDN Lawanggintung 01 Kota Bogor). Bogor : IPB.
Trestiati, M. 2003. Analisis Rhodamine B pada Makanan dan Minuman Jajanan Anak Sekolah Dasar (Studi Kasus : Sekolah Dasar di Kecamatan Margaasih). Tesis. Bandung : Pascasarjana Fakultas Kesehatan Lingkungan.
Wahyuningtyas D.K. 2008. Hubungan Antara Pengetahuan Penjual Dengan Kadar Zat Pewarna Rhodamin B Pada Mie Di Kelurahan Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan Semarang 2008. Skripsi. Semarang : Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro.
Wisnu, C. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Bina Aksara.
Yulianti, N. 2007. Awas ! Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. Edisi Pertama. Yogyakarta : CV. Andi Offset.
(1)
43
I. Alur Penelitian
Gambar 4. Alur Penelitian Mendatangi sekolah dasar yang
merupakan sampel penelitian, menentukan pedagang jajanan yang
sesuai kriteria inklusi
Wawancara terstruktur dengan pedagang, dan mengambil sampel
jajanan
Menguji sampel jajanan dengan tes kit dari BPOM, apakah positif atau tidak
mengandung pewarna Rhodamin B
Menghasilkan dua data, yakni data hasil wawancara dan data hasil pengujian
Menganalisis data menggunakan teknologi komputer
(2)
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pedagang berpengetahuan baik berjumlah 20 pedagang (54,1%) dan 17 pedagang lainnya berpengetahuan kurang (45,9%).
2. Pedagang dengan sikap baik berjumlah 15 pedagang (40,5%) dan yang memiliki sikap kurang berjumlah 22 pedagang (59,5%).
3. Pedagang yang menggunakan Rhodamin B berjumlah 19 pedagang (51,4%) dan yang tidak menggunakan berjumlah 18 pedagang (48,6%).
4. Terdapat hubungan yang signifikan atau bermakna antara pengetahuan terhadap perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B dengan nilai p=0,001 (<0,05).
5. Terdapat hubungan yang signifikan atau bermakna antara sikap dengan perilaku penggunaan pewarna Rhodamin B dengan nilai p=0,002 (<0,05).
(3)
61
B. Saran
1. Memerlukan diadakannya peningkatan pengawasan dan tindak lanjut serta penyuluhan dari instansi terkait mengenai bahaya bahan tambahan pangan berbahaya (pewarna Rhodamin B) kepada pedagang dalam hal ini khususnya pihak sekolah dasar.
2. Memerlukan diadakannya penelitian lebih lanjut mengenai jenis pewarna sintetik lain yang dilarang penggunaannya oleh pemerintah, dan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pedagang.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Marti, Motarjemi, Yasmine. 2004. Dasar-Dasar Keamanan Makanan untuk Petugas Kesehatan. Jakarta : EGC.
Ajzen, I. 2005. Attitude, Personality, and Behavior (2nd Edition). Berkshire. UK : Open University Press-Mc Graw Hill Education.
Alimul, Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
Andarwulan, N., Madanijah, S., Zulaikhah. 2009. Laporan Penelitian : Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Nasional Tahun 2008. Bogor Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI.
Astuti, R., Meikawati, W., Sumarginingsih, S. 2010. Penggunaan Zat Warna “Rhodamin B” pada Terasi Berdasarkan Pengetahuan dan Sikap Produsen Terasi di Desa Bonang Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang. Skripsi. Semarang : Universitas Muhammadiah.
Ayu, L.P. 2011. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pedagang Jajanan Anak Sekolah Dasar Terhadap Perilaku Penggunaan Pewarna Rhodamin B di 2 Kecamatan Bandar Lampung Tahun 2011. Skripsi. Bandar Lampung : Universitas Lampung.
Azwar, S. 2010. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannnya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Budavari, S. Editor. 1996. The Merck Index. Edisi 12. Whitehouse, USA : Merck and Co.,Inc.
Dahlan, S. 2013. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.
Daniaty, L. 2009. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa tentang Makanan dan Minuman Jajanan yang Mengandung Bahan Tambahan Makanan Tertentu di SMPN 3 dan SMAN 1 Binjai Tahun 2009. Skripsi : Universitas Sumatera Utara.
(5)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1988. Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan Menurut Tujuan Penggunaan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.942/MenKes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Jajanan Makanan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Bahaya Penggunaan Rhodamin B sebagai Pewarna Makanan . Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Dampak dan Penggolongan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Depatemen Kesehehatan Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Easy Test. 2011. Prosedur Pemakaian Test Kit Rhodamin B. Tersedia pada http ://easytestkit.com. Diakses Tanggal 18 September 2015.
Fadillah. 2006. Identifikasi Kandungan Bahan Tambahan Makanan (BTM) pada Makanan Jajanan Anak Sekolah Dasar Negeri Kompleks Kota Palopo Tahun 2006. Skripsi. Makasar : Universitas Hasanudin.
Hutajulu, A.T. 2004. Peranan Wanita Desa Dalam Pembangunan Pada Masyarakat Batak yang Patrilineal. Studi Kasus di Desa Ompu Raja Hutaea, Kecamatan Laguboti, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Dalam Panen 20 Tahun. Bogor : Puspa Swara.
Joko, P.A., Kutanegara, T., Latief, S. 2013. Sumber Daya Manusia Tantangan Masa Depan. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Judarwanto, W. 2012. Perilaku Makan Anak Sekolah. Tersedia pada http : //www.gizi.depkes.go.id. Diakses pada Tanggal 18 September 2015. Makmun, A.S. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Rosda Karya Remaja. Notoadmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.
Jakarta : Rineka Cipta.
Notoadmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoadmodjo, S. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Novita, S., Andriyani, R. 2013. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pedagang
jajanan tentang Pemakaian Natrium Siklamat dan Rhodamin B. Skripsi. Surabaya : Universitas Airlangga.
O’neil, M.J. et al. 2006. The Merck Index, Merck Sharp and Dohme Corp., a susidiary of Merck and Co., Inc. New York.
(6)
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Zat Warna Tertentu yang Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya. Jakarta : MenKes RI.
Pratiknya, W.A. 2008. Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Rahmanita, I. 2011. Hubungan Pengetahuan, Sikap serta Perilaku Ibu Mengenai Jajanan Anak SD yang Mengandung Bahan Pengawet dan Pewarna di Kelurahan Beringin Jambi Tahun 2011. Skripsi. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Sentra Informasi Keracunan, Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI. 2005. Pedoman Pertolongan Keracunan untuk Puskesmas, Buku IV Bahan Tamabahan Pangan.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen Pendekatan : Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi (Mixed Methods), Penelitian Tindakan (Action Research), Penelitian Evaluasi. Bandung : ALFABETA.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Surya, M. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : PPB-IKIP Bandung.
Syafitri, Yunita, et al. 2009. Kebiasaan Jajan Siswa Sekolah Dasar (Studi Kasus di SDN Lawanggintung 01 Kota Bogor). Bogor : IPB.
Trestiati, M. 2003. Analisis Rhodamine B pada Makanan dan Minuman Jajanan Anak Sekolah Dasar (Studi Kasus : Sekolah Dasar di Kecamatan Margaasih). Tesis. Bandung : Pascasarjana Fakultas Kesehatan Lingkungan.
Wahyuningtyas D.K. 2008. Hubungan Antara Pengetahuan Penjual Dengan Kadar Zat Pewarna Rhodamin B Pada Mie Di Kelurahan Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan Semarang 2008. Skripsi. Semarang : Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro.
Wisnu, C. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Bina Aksara.
Yulianti, N. 2007. Awas ! Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. Edisi Pertama. Yogyakarta : CV. Andi Offset.