Pengaruh Peer Pressure Terhadap Tingkat Kenakalan Remaja di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Bandar Lampung

(1)

REMAJA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG

Ali Fatiah1

Abdulsyani2 ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 9 Bandar Lampung, dengan pertimbangan telah ditemukan data yang menunjukkan bahwa sebagian peserta didiknya diketahui telah melakukan berbagai macam tindak kenakalan remaja. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh Peer Pressure terhadap tingkat kenakalan remaja dan untuk menguji teori behavioral yang menyebutkan bahwa persepsi senantiasa mempengaruhi tindakan seseorang. Tipe penelitian ini adalah eksplanatory dengan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian berjumlah 88 responden. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan, kuesioner, wawancara dan observasi. Sedangkan analisis data dilakukan dengan uji normalitas, uji linearitas dan analisa korelasi melalui program pengolahan data statistik, yaitu SPSS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teori behavioral terbukti benar, dimana persepsi senantiasa mempengaruhi tindakan atau perilaku seseorang. Dengan hasil perhitungan korelasi product moment melalui program SPSS release ke 17.0 sebesar 0,765** dengan taraf signifikan 0,1%, artinya ada hubungan kausalitas yang signifikan antara Peer Pressure dengan tingkat kenakalan remaja, hal ini menunjukkan adanya pengaruh Peer Pressure terhadap tingkat kenakalan remaja, khususnya remaja pelajar di SMP Negeri 9 Bandar Lampung. Seorang remaja yang menganggap Peer Pressure sebagai kelompok yang bernilai negatif dan bertujuan mempengaruhi temannya untuk berbuat kenakalan remaja, maka ia akan memilih untuk meninggalkannya. Sebaliknya ketika seorang remaja menganggap Peer Pressure sebagai tindakan yang bernilai positif dan bertujuan mempengaruhi temannya untuk berbuat kebenaran dalam memelihara ketertiban proses belajar, maka remaja tersebut cenderung ikutserta bergabung dan mendukung aktivitas Peer Pressure tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadinya tindak kenakalan remaja sekolah, pada umumnya disebabkan oleh besarnya pengaruh Peer Pressure.


(2)

JUVENILE DELINQUENCY IN JUNIOR HIGH SCHOOL 9 BANDAR LAMPUNG

By ALI FATIAH

This research was conducted in SMP 9 Bandar Lampung, with consideration that it has been found the data showing that some students have been known to perform various acts of juvenile delinquency. This study aimed to investigate the influence of

peer pressure on the level of juvenile delinquency and to test the behavioral theory which states that perception continuously affects someone's actions. The type of this research is explanatory with a quantitative approach. The samples included 88 respondents. Data collection techniques in this study used questionnaires, interviews, and observations. While the data analysis was done using the normality test, linearity test, and correlation analysis through statistical data processing programs called SPSS. The results of this study indicate that the behavioral theory has been proved as correct, where perception is always influence someone’s actions or behavior. With the calculated product moment correlation through SPSS release to 17.0 by 0.765** with a significance level of 0.1%, means that there is a significant causal relationship between Peer Pressure at the level of juvenile delinquency, it shows the influence of peer pressure on the rate of juvenile delinquency, especially young students in State Junior High School 9 Bandar Lampung. A teenager who considers Peer Pressure as a group that is negative and aims to influence him/her to do something delinquent, and then he/she will choose to leave. Conversely, when a teenager considers Peer Pressure as an act that is positive and aims to influence him/her to do something right in maintaining order in the learning process, then the juveniles tend to participate to join and support the activities of Peer Pressure. It can be concluded that the act of school juvenile delinquency, mainly due to the influence of Peer Pressure.


(3)

PENGARUH PEER PRESSURE TERHADAP TINGKAT KENAKALAN REMAJA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 9 BANDAR

LAMPUNG

Oleh Ali Fatiah

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Ali Fatiah. Lahir di Way Layap, pada tanggal 4 April 1994. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Lie Yong Lien dan Ibu Tursinem Rahayu.

Penulis berkebangsaan Indonesia dan beragama Islam. Kini penulis beralamat di Jalan Ikan Bawal No 199, Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung. Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis :

1. Sekolah Dasar Negeri 5 Ambarawa, Pringsewu yang diselesaikan pada tahun 2005.

2. SMP Taman Siswa Teluk Betung, Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2008.

3. SMA Taman Siswa Teluk Betung, Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada Januari 2014 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Taman Negeri, Kabupaten Lampung Timur. Selama 40 hari merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bagi penulis.


(8)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Orang Tuaku Tercinta

{ Papa Lie Yong Lien (Alm) Dan Mama Tursinem Rahayu (Almh) }

Terimakasih atas segalanya yang telah kalian berikan padaku serta

kasih sayang

Yang takan pernah tergantikan oleh apapun dan doa-doa yang telah

kalian panjatkan kepada Tuhan

Sehingga April bisa menyelesaikan studi hingga jenjang S1

Serta semua orang yang pernah ada dalam hidupku

Dan yang ikut serta berperan membantu menyelesaikan skripsi ini

Sahabat-sahabatku tercinta yang selalu menemaniku selama ini


(9)

MOTO

Jika berharap menjadi orang besar, maka jangan pernah

mengecilkan siapapun dan jika ingin menjadi orang yang terhormat,

jangan menghitung berapa banyak orang yang menghormati kita

akan tetapi hitunglah berapa kali kita menghormati orang lain.

(ABDUL SYANI)

Kecerdasan bukan penentu kesuksesan, tetapi kerja keras adalah

penentu kesuksesan yang sebenarnya. Karena keuletan orang bodoh

bisa mengalahkan orang yang cerdas. Dan jadilah diri sendiri,

jangan pernah menjadi orang lain meskipun mereka tampak lebih


(10)

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME, karena atas karunia dan berkahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Peer Pressure

Terhadap Tingkat Kenakalan Remaja di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Bandar Lampung. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi pada Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu politik Universitas lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P Hariyanto, M. Sc., selaku Rektor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk terus belajar.

2. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan FISIP, yang telah mengesahkan penulisan skripsi ini.

3. Pembantu Dekan I FISIP Universitas Lampung, Bapak A. Efendi, M.M., yang telah bersedia menandatangani surat permohonan izin penelitian ini dan menandatangani KHS serta transkrip untuk berbagai keperluan lainnya.


(11)

4. Pembantu Dekan II FISIP Universitas Lampung, Bapak Prof. Yulianto, M.Si.

5. Pembantu Dekan III FISIP Universitas Lampung, Bapak Drs. Pairulsyah, M.H., selaku dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberi arahan dan sekaligus sebagai dosen penguji yang selalu memberikan motivasi dan masukan yang luar biasa untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Susetyo, M.Si.,selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

7. Bapak Abdul Syani, M.IP., sebagai dosen pembimbing utama yang selalu mendukung, membantu, dan sabar memberikan masukan hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan dengan cepat dan tepat waktu. For me, you’re the best lecture, dad, friend and brother forever and always, ever!

8. Ibu Hj. Agustina selaku kepala SMP Negeri 9 Bandar Lampung yang telah memberikan kesempatan untuk meneliti di sekolah tersebut.

9. Siswa-siswi SMP Negeri 9 Bandar Lampung yang telah membantu mengisikan kuesioner, sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

10.Seluruh dosen, staff, dan karyawan di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Lampung.

11.Harta tak ternilai yang aku miliki. Papa Lie Yong Lien dan Mama Tursinem Rahayu. Hallo Papa dan Mama ku sayang yang lagi di Surga? Setelah bersusah payah hampir 4 tahun akhirnya semuanya terbayarkan sudah. Ini adalah sebagian kecil cara April untuk membahagiakan kalian. April ucapin beribu terima kasih banyak karena Papa dan Mama, April masih bisa lanjut kuliah sampek jenjang S1. Maaf kalo April sering


(12)

lupa semua nasihat dari kalian Pa, Ma. April sayang dan kangen banget sama kalian.

12.Untuk Mbah Putri dan Mbah Kakung yang selalu memberikan aku nasihat yang teramat berharga, terimakasih banyak. Semoga panjang umur dan selalu diberikan kesehatan ya mbah biar kalian bisa liat aku sukses kelak. 13.Untuk Ko Agus, Ko Apaw, So Ilay dan Ci Devi makasih untuk bantuan

finansialnya. It so worth it guys!

14.Untuk yang selalu menemaniku dalam suka duka cita ku, makasih udah sabar banget ngadepin aku yang gk jarang sering banget numbalin kamu karena skripsiku yang tak kunjung usai :*

15.Untuk sahabat SMA gue yang gk pernah luput buat nyemangatin dan memotivasi gue buat ngerjain skripsi ini. Makasih banyak yak guys? Buat Vera sukses terus kerjanya, buat Wayan semoga terwujud cita-cita ke Dubai dan married sama bule sana HaHa, buat Debi semoga cepet jadi sarjanawan Sastra Inggris, so cool big girl!

16.Untuk Wike Rizkia Putri, sahabat yang paling sabar, paling dewasa dan paling bijak yang udah nemenin sebar kuisioner dan input data sampek subuh, yang selalu bantu dan ngasih solusi setiap kali timbul rasa males dan keputus-asaan. Thank You So Much Wikee Love Youuu.

17.Untuk Yulica Inggraini, sahabat dari SMP sampek sekarang – bosen gue ketemu lo lagi lo lagi. Semangat buat proposal skripsinya, jangan suka halu mau jadi penari dan pemenang MM! Buat apa jadi orang terkenal


(13)

halu and sometimes you act like an idiot, makasih banyak udah ngasih banyak banget warna di hidup gue, udah mau jadi bahan bully-an kami dan makasih juga udah mau jadi sahabat yang paling betah ngadepin tingkah laku gue yang yah you know what? ‘weird’ – meskipun tetep lo lebih

weird dari gue. Salam metal!

18.Untuk Uty Bangun Trianty dan Chintiara Andani, makasih banyak karena selalu setia nemenin gue kemanapun. Buat Tiara semoga dapet Pembimbingnya Pak Syani dan Pembahasnya BungPay biar cepet wisudanya kayak gue amiiin. Dan buat Utee, ayo geh Tee semangat buat skripsinya jangan kelamaan galau lo lantaran gagal jadi silop. Caiyo guys!!!! Semoga kita selalu bisa nongki dan gokil-gokilan sampek kita punya anak dan suami kelak yak guys! – tapi gatau juga sih Ika udah nikah apa belooom HAHAHA.

19.Untuk Anissa Nurlaila Sari yang udah sabar banget ngajarin gue dan slalu ngasih solusi terkait perhitungan SPSS.

20.Untuk Herning Kusuma Ningsih makasih banyak udah endorse aku buat kebayanya, cantik banget 

21.Untuk temen-temen KKN Taman Negeri, Dona, Ika, Kak Jabal, Kak Afrizal, Kak Ali, Kak Andi, Bang Agung, Agus si meti dan Adi. Makasih untuk kebersamaanya.

22.Untuk Pak Lurah Taman Negeri, Pak Sugeng, Pak Kardi, Pak Brimob yang saya lupa namanya - maafkan saya Pak, selaku Seksi Keamanan di


(14)

23.Untuk semua temen-temen Sosiologi yang gak bisa disebutin satu-satu, makasih untuk kebersamaanya selama hampir 4 tahun ini.

24.Serta semua pihak yang gak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih. Semoga kita bisa sukses bersama-sama dan senantiasa menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu koreksi yang membangun sangat dibutuhkan penulis di kemudian hari. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat, Amiin….

Bandar Lampung,13 April 2015 Penulis


(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

HALAMAN MENYETUJUI ... iii

HALAMAN MENGESAHKAN ... iv

PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian... 10

1. Manfaat Praktis ... 10

2. Manfaat Teoritis... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Tekanan Teman Sebaya (Peer Pressure) ... 11

B. Tinjauan Tentang Remaja... 13

1. Ciri-ciri Masa Remaja... 15

2. Tahap Perkembangan Masa Remaja ... 16


(16)

C.Tinjauan Tentang Kenakalan Remaja ... 19

1.Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja ... 23

2.Penyebab Kenakalan Remaja ... 24

3.Cara Mengatasi Kenakalan Remaja ... 26

D.Kerangka Pikir ... 27

E.Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 32

B.Definisi Konseptual ... 32

C.Definisi Oprasional dan Indikator Variabel ... 33

D.Lokasi Penelitian ... 35

E.Populasi dan Sampel ... 36

F.Teknik Pengumpulan Data ... 37

G.Teknik Pengolahan Data ... 38

H.Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

1.Tinjauan Historis SMP Negeri 9 Bandar Lampung ... 41

2.Periodisasi Kepala Sekolah SMP Negeri 9 Bandar Lampung .... 44

3.Struktur Organisasi SMP Negeri 9 Bandar Lampung ... 44

4.Visi dan Misi SMP Negeri 9 Bandar Lampung ... 45

B.Karakteristik Responden ... 47

a.Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 48

b.Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas ... 48

c.Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 49

d.Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal ... 50

C.Persepsi Responden Terhadap Peer Pressure (X) ... 50

D.Persepsi Responden Tentang Kenakalan Remaja ... 62


(17)

a.Kategori Penilaian Responden pada Variabel Peer Pressure

Dan Kenakalan Remaja ... 67

b.Kategori Penilaian Variabel Peer Pressure Berdasarkan Karakteristik Responden ... 69

F.Pembahasan ... 71

G.Hubungan Antarvariabel ... 72

H.Analisis Hasil Penelitian ... 73

1.Uji Normalitas Data ... 73

2.Uji Linieritas ... 76

3.Analisa Korelasi... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 80

B.Saran ... 82


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Data KenakalanRemaja di SMP Negeri 9 Bandar Lampung ... 8

2. Data KenakalanRemajadanPenyebabnya di SMP Negeri 9 Bandar Lampung ... 9

3. Makna Nilai Korelasi Product Moment ... 41

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 49

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas ... 49

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 50

7. Kategori Penilaian Tingkat Intensitas Bertemu dan Berkumpul dengan Peer Pressure ... 53

8. Kategori Penilaian Tingkat Ketinggian yang Diperoleh dari Peer Pressure ... 55

9. Kategori Penilaian Tingkat Kedekatan Respon dengan Peer Pressure ... 57

10.Kategori Penilaian Tingkat Keseringan Peer Pressure Mengajak Responden Melakukan Tindak Kenakalan Remaja ... 60

11.Kategori Penilaian Tingkat Intensitas Melakukan Tindak Kenakalan Remaja Dengan Peer Pressure ... 64

12.Kategorisasi Variabel Peer Pressure ... 67

13.Kategorisasi Variabel Kenakalan Remaja ... 67

14.Kategori Penilaian Resonden Pada Variabel Peer Pressure ... 68

15.Penilaian Variabel Peer Pressure Berdasarkan Karakteristik Responden ... 71

16.Uji Linearitas Pada Variabel Peer Pressure Terhadap Kenakalan Remaja ... 77

17.Analisa Korelasi Pada Variabel Peer Pressure Terhadap Kenakalan Remaja ... 78


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 31 2. Grafik Uji Normalitas Pada Variabel Peer Pressure ... 75 3. Grafik Uji Normalitas Pada Variabel Kenakalan Remaja ... 76


(20)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

HALAMAN MENYETUJUI ... iii

HALAMAN MENGESAHKAN ... iv

PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian... 10

1. Manfaat Praktis ... 10

2. Manfaat Teoritis... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Tekanan Teman Sebaya (Peer Pressure) ... 11

B. Tinjauan Tentang Remaja... 13

1. Ciri-ciri Masa Remaja... 15

2. Tahap Perkembangan Masa Remaja ... 16


(21)

C.Tinjauan Tentang Kenakalan Remaja ... 19

1.Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja ... 23

2.Penyebab Kenakalan Remaja ... 24

3.Cara Mengatasi Kenakalan Remaja ... 26

D.Kerangka Pikir ... 27

E.Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 32

B.Definisi Konseptual ... 32

C.Definisi Oprasional dan Indikator Variabel ... 33

D.Lokasi Penelitian ... 35

E.Populasi dan Sampel ... 36

F.Teknik Pengumpulan Data ... 37

G.Teknik Pengolahan Data ... 38

H.Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

1.Tinjauan Historis SMP Negeri 9 Bandar Lampung ... 41

2.Periodisasi Kepala Sekolah SMP Negeri 9 Bandar Lampung .... 44

3.Struktur Organisasi SMP Negeri 9 Bandar Lampung ... 44

4.Visi dan Misi SMP Negeri 9 Bandar Lampung ... 45

B.Karakteristik Responden ... 47

a.Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 48

b.Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas ... 48

c.Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 49

d.Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal ... 50

C.Persepsi Responden Terhadap Peer Pressure (X) ... 50

D.Persepsi Responden Tentang Kenakalan Remaja ... 62


(22)

a.Kategori Penilaian Responden pada Variabel Peer Pressure

Dan Kenakalan Remaja ... 67 b.Kategori Penilaian Variabel Peer Pressure Berdasarkan

Karakteristik Responden ... 69 F.Pembahasan ... 71 G.Hubungan Antarvariabel ... 72 H.Analisis Hasil Penelitian ... 73 1.Uji Normalitas Data ... 73 2.Uji Linieritas ... 76 3.Analisa Korelasi... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 80 B.Saran ... 82


(23)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1989). Pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1989) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa.

Masa remaja adalah tahap perkembangan individu yang mana pada masa tersebut seseorang sedang mencari jati dirinya, sebagaimana yang dikatakan oleh Erikson (dalam Santrock 2008), pada masa remaja seseorang mengalami tahapan perkembangan identitas vs kebingungan identitas. Proses pencarian identitas tersebut dialami oleh remaja bersamaan dengan terjadinya


(24)

perubahan-perubahan fisik karena pubertas. Hal unik lainnya yang muncul pada masa remaja ini adalah seorang remaja cenderung jauh lebih dekat dan lebih sering berkumpul dengan teman-temannya daripada keluarga, sehingga kemungkinan seorang remaja terpengaruhi oleh teman-temannya menjadi lebih besar. Condry, Simon & Bronfen Brenner dalam investigasinya bahkan menemukan bahwa pada umumnya remaja menghabiskan waktu bersama teman-temannya dua kali lebih banyak daripada bersama orang tua mereka dalam sehari (Santrock, 2008).

Pengaruh teman sebaya memiliki peran yang sangat besar pada seorang anak yang menginjak usia remaja. Banyak sekali tekanan yang dihadapi dari teman sebaya, misalnya mencaci, membentak, mengancam, memaksa, menodong bahkan memukul untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkan atau yang tidak pantas dilakukan. Dalam hal ini, banyak remaja yang tidak berani atau ragu-ragu untuk berkata “tidak” karena alasan takut tidak memiliki teman, takut dimusuhi, atau takut tidak dianggap cool. Oleh karena itu, remaja memerlukan suatu keterampilan sosial yaitu asertivitas untuk menolak pengaruh negatif yang berasal dari lingkungan. Asertivitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain (Pratanti, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Family and Consumer Science di Ohio, Amerika Serikat menunjukkan fakta bahwa kebanyakan remaja cenderung merokok karena dipengaruhi oleh temannya, terutama sahabat yang sudah


(25)

merokok atau terbiasa dengan lingkungan yang merokok akan lebih mudah untuk ikut merokok. Hal yang sama juga terjadi pada pengguna narkotika, alkohol maupun hubungan seks bebas (Baron, 2003).

Perkenalan pertama dengan NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif) justru datangnya dari teman sebaya 81,3 % (Hawari, 2006). Pengaruh teman sebaya (Peer Pressure) ini dapat menciptakan keterikatan dan kebersamaan sehingga yang bersangkutan sulit melepaskan diri. Berbagai cara teman sebaya mempengaruhi remaja lain, misalnya dengan cara membujuk, ditawari bahkan sampai dijebak sehingga anak tersebut turut menyalahgunakan NAZA.

Berdasarkan fakta di atas, beberapa bentuk kecenderungan kenakalan remaja di Indonesia masih tergolong tinggi. Kecenderungan kenakalan remaja tersebut terjadi karena berawal dari pengaruh teman sebaya (Peer Pressure). Menurut Brown dan Klute 2003 (dalam Papalia, 2009) mengemukakan bahwa kekuatan dan pentingnya pertemanan serta jumlah waktu yang dihabiskan dengan teman, lebih besar di masa remaja dibandingkan dengan masa-masa lain direntan kehidupan manusia. Remaja cenderung untuk memilih teman yang serupa dalam gender, suku bangsa, dan dalam hal lain. Teman juga saling mempengaruhi satu sama lain terutama dalam masalah yang beresiko atau berbahaya, remaja lebih mungkin untuk memulai keinginan merokok jika seorang teman sudah merokok.

Salah satu alasan banyak remaja terlibat dalam tanggapan agresif adalah karena tidak memiliki keterampilan sosial dasar. Mereka tidak tahu


(26)

bagaimana merespon atau untuk menolak permintaan tanpa membuat orang tersebut marah. Orang-orang yang tidak memiliki keterampilan sosial dasar tampak terlibat dalam kekerasan dan proporsi cukup tinggi di banyak masyarakat (Toch 1985 dalam Baron, 2003). Jadi membekali remaja dengan keterampilan sosial sangat bermanfaat untuk mengurangi agresi.

Remaja sangat membutuhkan keterampilan sosial untuk berani mengambil sikap tegas menolak berbagai macam tawaran negatif yang berasal dari lingkungannya. Faktor teman sebaya sangat mendorong remaja untuk memiliki kecenderungan melakukan perilaku menyimpang. Semakin terikat seorang anak dengan teman sebaya, terutama yang terindikasi memiliki sifat nakal (deliquency) maka semakin tinggi kecenderungan anak dalam melakukan penyimpangan (Suprapto, 2008).

Ketidakmampuan untuk bersifat asersif sering berperan terhadap terjadinya hubungan seks yang sebenarnya tidak diinginkan. Misalnya seorang remaja yang berani berhubungan seks karena takut menolak keinginan pacarnya. Banyak studi yang telah dilakukan oleh Universitas dan lembaga di negara maju sehubungan dengan Peer Pressure (tekanan teman sebaya), kebiasaan merokok, NAZA serta hubungan seksual yang dilakukan oleh remaja. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa semua itu berkaitan dengan kemampuan remaja yang bersangkutan untuk bertindak asersif (Hawari, 2006).

Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007) menunjukkan jumlah remaja di Indonesia mencapai 30 % dari jumlah penduduk, jadi sekitar 1,2 juta jiwa. Hal ini tentunya dapat menjadi asset bangsa jika remaja dapat


(27)

menunjukkan potensi diri yang positif namun sebaliknya akan menjadi petaka jika remaja tersebut menunjukkan perilaku yang negatif bahkan sampai terlibat dalam kenakalan remaja.

Kondisi remaja di Indonesia saat ini dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Pernikahan usia remaja.

2. Sex pra nikah dan kehamilan tidak dinginkan. 3. Aborsi 2,4 jt : 700-800 ribu adalah remaja.

4. MMR 343/100.000 (17.000/tahun, 1417/bulan, 47/hari perempuan meninggal) karena komplikasi kehamilan dan persalinan.

5. HIV dan AIDS: 1283 kasus, diperkirakan 52.000 terinfeksi (fenomena gunung es), 70% remaja.

6. Miras dan Narkoba.

Adapun Hasil Penelitian BNN bekerja sama dengan UI menunjukkan:

1. Jumlah penyalahguna narkoba sebesar 1,5% dari populasi atau 3,2 juta orang, terdiri dari 69% kelompok teratur pakai dan 31% kelompok pecandu dengan proporsi laki-laki sebesar 79%, perempuan 21%.

2. Kelompok teratur pakai terdiri dari penyalahguna ganja 71%, shabu 50%, ekstasi 42% dan obat penenang 22%.

3. Kelompok pecandu terdiri dari penyalahguna ganja 75%, heroin atau putaw 62%, shabu 57%, ekstasi 34% dan obat penenang 25%.

4. Penyalahguna Narkoba Dengan Suntikan (IDU) sebesar 56% (572.000 orang) dengan kisaran 515.000 sampai 630.000 orang.

5. Beban ekonomi terbesar adalah untuk pembelian / konsumsi narkoba yaitu sebesar Rp. 11,3 triliun.


(28)

6. Angka kematian (Mortality) pecandu 15.00 orang meninggal dalam 1 tahun.

Angka-angka di atas cukup mencengangkan, bagaimana mungkin anak remaja yang masih muda, polos, energik, potensial yang menjadi harapan orang tua, masyarakat dan bangsanya dapat terjerumus dalam limbah kenistaan, sungguh sangat disayangkan. Tanpa disadari pada saat ini, di luar sana anak-anak remaja Indonesia sedang terjerat dalam pengaruh narkoba, miras, seks bebas, aborsi dan kenakalan remaja lainnya. Bahkan angka-angka tersebut diprediksikan akan terus menanjak, seperti fenomena gunung es, tidak tampak di permukaan namun jika ditelusuri lebih dalam ternyata banyak ditemukan kasus-kasus yang cukup mengejutkan.

Interaksi dengan teman sebaya dibutuhkan oleh remaja untuk mengalami perkembangan sosial yang normal. Meskipun interaksi dengan teman sebaya ini penting, akan tetapi interaksi dengan teman sebaya secara langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan dampak negatif bagi remaja, seperti interaksi sosial yang tidak sehat dan perilaku menyimpang, serta kenakalan remaja. Dampak-dampak negatif tersebut, sebagian besar muncul bukan karena keinginan dari dalam diri remaja sendiri, akan tetapi dari ajakan atau tuntutan teman atau kelompok. Hal inilah yang disebut dengan tekanan sebaya atau Peer Pressure.

Menurut Santrock (2008), Peer Pressure bisa mendatangkan hal yang positif maupun hal yang negatif, tergantung dari satu ingkungan pergaulan remaja. Akan tetapi dalam faktanya, Peer Pressure lebih sering mendatangkan hal


(29)

negatif bagi para remaja (Boujlaleb, 2006) hal ini bisa dilihat dari banyaknya remaja yang berperilaku menyimpang dari pada remaja yang berprestasi. Hasil penelitian-penelitian sebelumnya telah menemukan adanya hubungan yang kuat antara tekanan teman sebaya (Peer Pressure) dengan beberapa tindakan penyimpangan sosial. Menurut data penelitian yang dihimpun oleh CFERT (Colorado Family Education, Research and Training), tekanan teman sebaya (Peer Pressure) dikalangan remaja dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan penyimpangan sosial seperti: memakai narkoba, merokok dan mengkonsumsi minuman beralkohol. H a l i n i d i k u a t k a n o l e h penelitian-penelitian lain seperti yang dilakukan oleh Allen, Hare, Antonishak, Szwedo & Schad (2007) terhadap 97 remaja dan teman baik mereka pada usia 15 tahun dan penelitian yang dilakukan oleh Armengol & Jackson (2008) yang menunjukan hal yang serupa dengan temuan CFERT.

Berdasarkan observasi awal peneliti mendapatkan data sebagai berikut:

Tabel 1. Data Kenakalan Remaja di SMP Negeri 9 Bandar Lampung

No. Jenis Pelangaran Jumlah Siswa

1. Bolos sekolah 12 Siswa

2. Berkelahi 20 Siswa

3. Coret-coret tembok 2 Siswa

4. Memalak 4 Siswa

5. Menonton film porno 10 Siswa

6. Terlambat masuk 40 Siswa

Sumber: SMP Negeri 9 Bandar Lampung, 2014

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa jenis pelanggaran yang kerap kali remaja lakukan di lingkungan sekolah adalah terlambat masuk sekolah dan berkelahi. Untuk pelanggaran yang lain seperti bolos sekolah, merusak


(30)

fasilitas sekolah, memalak dan menonton video porno dilakukan hanya oleh beberapa siswa. 15 dari 40 siswa mengaku mereka melakukan tindak kenakalan remaja tersebut bersama-sama dengan teman yang lain atau berkelompok. Artinya, remaja-remaja tersebut sudah memberikan respon positif terhadap pelaku Peer Pressure sehingga mereka cenderung mengikuti dan meniru segala yang dikatakan dan dilakukan oleh Peer Pressure tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan berdasarkan pada survei awal penelitian ini bahwa para remaja tersebut melakukan berbagai tindak kenakalan remaja diindikasi oleh adanya pengaruh teman sebaya (Peer Pressure) yang senantiasa mempengaruhi tindakan serta perilaku remaja yang ada di lingkungan sekolah.

Tabel 2. Data Kenakalan Remaja dan Penyebabnya di SMP Negeri 9 Bandar Lampung

No. Kenakalan Remaja Penyebab

1. Bolos sekolah Pergi bersama bermain PS dan bilyard 2. Berkelahi Saling mengejek

3. Coret-coret tembok Iseng

4. Memalak Untuk uji keberanian 5. Membawa majalah atau

menonton film porno Hasrat seksual

6. Terlambat masuk Angkutan umum macet

Sumber: SMP Negeri 9 Bandar Lampung, 2014

Dari data di atas jika kita cermati, sebagian besar tindak kenakalan remaja yang terjadi dilakukan secara berkelompok atau dapat dikatakan bahwa seorang remaja mengikuti remaja lainnya, sehingga tindakan mengikuti tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja mengalami pengaruh tekanan teman sebaya (Peer Pressure). Dari data tersebut jelas terlihat macam-macam tindak kenakalan beserta penyebabnya yang didominasi oleh adanya


(31)

pengaruh tekanan teman sebaya (Peer Pressure). Sebagian besar remaja yang melakukan tindak kenakalan remaja seperti disebut dalam tabel di atas contohnya membolos sekolah, salah satu penyebabnya adalah karena mereka merasa malas dan bosan berada di dalam kelas sehingga mereka mengikuti pengaruh tekanan teman sebaya (Peer Pressure) untuk membolos dan pergi bersama bermain PlayStation dan Bilyard berjam-jam hingga jam sekolah berakhir sehingga orang tua mereka berpikir bahwa mereka benar-benar sekolah.

Pada hakikatnya pengaruh tekanan teman sebaya (Peer Pressure) seharusnya memberikan suatu tekanan yang bernilai positif akan tetapi pada kenyataanya pengaruh tekanan teman sebaya (Peer Pressure) justru memberikan suatu tekanan yang negatif atau sangat bertolak belakang dengan apa yang diharapkan. Mengapa demikian? Berdasarkan survei yang dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri 9 Bandar Lampung dapat diasumsikan bahwa kenakalan remaja yang disebabkan oleh pengaruh tekanan teman sebaya (Peer Pressure) disebabkan karena remaja tidak memiliki cukup pengetahuan tentang cara bergaul dan membina hubungan dengan teman sebaya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besarkah pengaruh tekanan teman sebaya (Peer Pressure) terhadap tingkat kenakalan remaja di SMP Negeri 9 Bandar Lampung? Dengan demikian judul penelitian ini adalah : “Pengaruh Peer Pressure

Terhadap Tingkat Kenakalan Remaja di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Bandar Lampung.


(32)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Peer Pressure terhadap tingkat kenakalan remaja di SMP Negeri 9 Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

1) Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan sosial yang bertema sama serta dapat secara teoritis, metodologis dan empiris memberikan manfaat dan kontribusi bagi kepentingan akademis di sosiologi khususnya bidang perkembangan remaja.

2) Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan masukan bagi berbagai pihak seperti pemerintah ataupun pihak sekolah terkait dalam upaya menekan kenakalan remaja sehingga program generasi emas dapat terwujud demi kejayaan negeri Indonesia. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan kepada masyarakat sehingga pada akhirnya tercipta lingkungan yang sehat sebagai tempat para remaja bergaul dengan teman sebayanya. Serta dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan para remaja ke arah yang lebih positif.


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Tekanan Teman Sebaya(Peer Pressure)

“Peer Pressure” adalah tekanan sosial dari sebuah kelompok masyarakat, yang mengharuskan seseorang untuk bertindak dan berpikiran dengan cara tertentu, agar dia dapat diterima oleh kelompok masyarakat tersebut. Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada masa remaja (Santrock, 2003).

Dapat disimpulkan bahwa Peer Pressure adalah tekanan teman sebaya yang seringkali dialami para remaja. Saat usia ini anak seakan lebih mendengarkan perkataan teman sebaya dari pada perkataan orang tua, menuruti nasihat teman sebaya daripada nasihat gurunya. Seorang remaja akan melakukan apapun, dengan cara apapun, supaya tetap dapat diterima oleh teman sebayanya. Teman sebaya adalah pribadi-pribadi yang membentuk jati diri, kebanggaan, serta makna hidup mereka. Kehilangan teman sebaya rasanya akan sama dengan dikucilkan, dipandang rendah, merasa ditolak atau tidak diterima, membuat hidup mereka bagai hell on earth (Goble, F.G. 1987).

Peer Pressure tidak hanya bisa diperoleh dari kelompok, tetapi bisa juga dari individu, walaupun biasanya tekanan dari individu tidak lebih berat dari tekanan kelompok. Dari individu maupun kelompok, Peer Pressure dapat


(34)

berpengaruh buruk dalam kehidupan kita, bisa dalam bentuk perubahan perilaku negatif atau pengaruh psikologis seperti rasa takut, sedih, minder, dan cemas, yang tentunya akan memengaruhi pencitraan orang lain terhadap remaja tersebut (Bonger, W.A. 1970)

Berikut beberapa hal yang menyebabkan remaja sekolah terpengaruh oleh

Peer Pressure:

1. Peer Pressure mempengaruhi remaja sekolah

Pengaruh teman sebaya tidak hanya lewat tekanan atau ajakan mereka untuk bertindak, atau bersikap seperti yang mereka lakukan, tetapi juga dapat timbul dari diri remaja itu sendiri. Selain itu pengaruh tekanan teman sebaya (Peer Pressure) juga dapat berupa mencaci, membentak, mengancam, memaksa, menodong bahkan memukul. Seringkali, kurangnya percaya diri dan perasaan tidak aman membuat seorang remaja mudah dipengaruhi teman sebaya (Daradjat,1983). Tetapi mengingat usia remaja yang baru beralih dari masa kanak-kanak, kebanyakan dari mereka memiliki pandangan dan pendapat yang tidak pasti, bersikap labil, kurang dapat diandalkan, bahkan ceroboh. Jadi, bila seorang remaja tanpa ragu-ragu menurut saja kepada pengaruh teman sebayanya, ini sama seperti orang buta menuntun orang buta, dan dapat berakibat celaka (Daradjat,1983). 2. Remaja sekolah ingin diterima sehingga meniru Peer Pressure

Seiring dengan pertambahan usia, pengaruh dari orang tua makin berkurang pada remaja, sebaliknya keinginan untuk populer dan


(35)

diterima oleh teman sebaya bertambah kuat. Pada masa ini orang tua lebih dianggap sebagai seseorang yang dapat mengerti atau sumber kasih sayang ketika remaja diterpa galau. Namun, bila mereka tidak menemukan orang tua di rumah saat remaja dalam kondisi seperti ini, maka mereka mencari tempat curhat diantara teman-teman sebaya (Daradjat,1983).

B. Tinjauan Tentang Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1973). Pandangan ini didukung oleh Piaget yang menyatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1989) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.

Masa remaja adalah masa peralihan dimana perubahan secara fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock, 1999). Perubahan psikologis yang terjadi pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan social (Sarwono, 1989).


(36)

Muagman (1980) dalam Sarwono (1989) mendefinisikan remaja berdasarkan definisi konseptual World Health Organization (WHO) yang mendefinisikan remaja berdasarkan 3 (tiga) kriteria, yaitu : biologis, psikologis, dan sosial ekonomi.

1. Remaja adalah situasi masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

2. Remaja adalah suatu masa ketika individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. 3. Remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan

sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. Masa remaja menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) seorang bapak pelopor psikologi perkembangan remaja dianggap sebagai masa topan-badai dan stress (strom & stress) karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Jika terarah dengan baik maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki tanggung jawab, tetapi jika tidak terbimbing, maka akan menjadi seseorang yang tidak memiliki masa depan yang baik.

Menurut Daradjat (1983) yang dimaksud dengan masa remaja yaitu satu tingkat umur, di mana anak-anak tidak anak-anak lagi, akan tetapi belum bisa dipandang dewasa. Santrock mengartikan masa remaja (adolescence) sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Masa


(37)

remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir antara usia 18 dan 20 tahun (Santrock, 2003). Perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional yang terjadi berkisar dari perkembangan fungsi seksual, proses berfikir abstrak sampai pada kemandirian. Semakin banyak ahli perkembangan yang menggambarkan remaja sebagai masa remaja awal dan akhir. Masa remaja awal kira-kira sama dengan masa sekolah menengah pertama dan mencangkup kebanyakan perubahan pubertas.

1. Ciri-ciri Masa Remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1989), antara lain:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya

b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang


(38)

mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.

d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.

e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik.

f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kaca mata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.

g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.

2. Tahap Perkembangan Masa Remaja

Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18-21 tahun adalah masa remaja akhir (Monks, 1989).


(39)

Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap perkembangan yaitu :

a. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain : 1. Lebih dekat dengan teman sebaya.

2. Ingin bebas.

3. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mula berpikir abstrak.

b. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain : 1. Mencari identitas diri.

2. Timbulnya keinginan untuk kencan. 3. Mempunyai rasa cinta yang mendalam. 4. Berkhayal tentang aktivitas seks.

5. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.

c. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain : 1. Pengungkapan identitas diri.

2. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya. 3. Mempunyai citra jasmani dirinya.

4. Dapat mewujudkan rasa cinta. 5. Mampu berfikir abstrak.

3. Perkembangan Fisik

Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut mengenai kedua hal tersebut:


(40)

a. Ciri-ciri Seks Primer

Dalam modul kesehatan reproduksi remaja (Depkes, 2002) disebutkan bahwa ciri-ciri seks primer pada remaja adalah :

1. Remaja Laki-laki

Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki-laki usia 10-15 tahun.

2. Remaja Perempuan

Jika remaja perempuan sudah mengalami menarche

(menstruasi), menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung darah.

b. Ciri-ciri Seks Sekunder

Menurut Sarwono (1989), ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah sebagai berikut :

1. Remaja Laki-laki

a. Bahu melebar, pinggul menyempit.

b. Pertumbuhan rambut di sekitar alat kelamin, ketiak, dada, tangan, dan kaki.

c. Kulit menjadi lebih kasar dan tebal. d. Produksi keringat menjadi lebih banyak.


(41)

2. Remaja Perempuan

a. Pinggul lebar, bulat dan membesar, putting susu membesar dan menonjol, serta berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.

b. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif lagi. c. Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada

pertengahan dan menjelang akhir masa.

d. Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.

C.Tinjauan Tentang Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah Juvenile Deliquency berasal dari bahasa Latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda atau anak remaja sedangkan delinquency berasal dari bahasa latin “delinquere” yang

berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan pembuat ribut, pengacau peneror, durjana dan lain sebagainya. Menurut Simandjutak (1977) kenakalan remaja adalah “Perbuatan-perbuatan anak remaja yang bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat di mana ia hidup,atau suatu perbuatan anti sosial di mana di dalamnya terkandung unsure-unsur anti normative”.


(42)

Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak criminal (Kartono, 2003).

Sarwono (1989) mengungkapkan kenakalan remaja sebagai tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana, Santrock (2003) juga menambahkan kenakalan remaja sebagai kumpulan dari berbagai perilaku, dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial sampai tindakan kriminal. Fuhrmann (1990) menyebutkan bahwa kenakalan remaja suatu tindakan anak muda yang dapat merusak dan menggangu, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Mussen dkk (1994), mendefinisikan kenakalan remaja sebagai perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum. Hurlock (1973) juga menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat membuat seseorang individu yang melakukannya masuk penjara.

Kenakalan remaja merupakan gejala umum, khususnya terjadi di kota-kota besar yang kehidupannya diwarnai dengan adanya persaingan-persaingan


(43)

dalam memenuhi kebutuhan hidup, baik yang dilakukan secara sehat maupun secara tidak sehat. Persaingan-persaingan tersebut terjadi dalam segala aspek kehidupan khususnya kesempatan memperoleh pendidikan dan pekerjaan. Betapa kompleksnya kehidupan tersebut memungkinkan terjadinya kenakalan remaja. Tanggung jawab terhadap kenakalan remaja terletak pada orang tua, sekolah, dan masyarakat, khususnya para pendidik baik yang ada di keluarga (orang tua), sekolah (guru-guru dan teman sebaya) maupun para pendidik di masyarakat, yakni para pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat (Daradjat, 1983)

Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Kartono (2003) secara tegas dan jelas memberikan batasan kenakalan remaja merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yan menyimpang. Perilaku anak-anak ini menunjukkan kurang atau tidak adanya konformitas terhadap norma-norma sosial. Fuad Hasan dalam Sudarsono (1995) merumuskan definisi

Delinquency sebagai perilaku anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bila mana dilakukan oleh orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan.

Keputusan Menteri Sosial (Kepmensos RI No. 23/HUK/1996) menyebutkan anak nakal adalah anak yang berperilaku menyimpang dari norma-norma sosial, moral dan agama, merugikan keselamatan dirinya, mengganggu dan


(44)

meresahkan ketenteraman dan ketertiban masyarakat serta kehidupan keluarga dan atau masyarakat. Singgih D. Gunarsa (1983) mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu : (1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.

Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang, pernah dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim (dalam Soerjono Soekanto, 1985) bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal, dalam bukunya

Ruler of Sociological Method” dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan yang dimaksud dengan kenakalan remaja yaitu tindak perbuatan remaja yang melanggar norma-norma agama, sosial, hukum yang berlaku di masyarakat dan tindakan itu bila dilakukan oleh orang dewasa dikategorikan tindak kriminal di mana perbuatannya itu dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.


(45)

1. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja

Hurlock (1989) berpendapat bahwa kenakalan yang dilakukan remaja terbagi dalam empat bentuk, yaitu:

a. Perilaku yang menyakiti diri sendiri dan orang lain.

b. Perilaku yang membahayakan hak milik orang lain, seperti merampas, mencuri, dan mencopet.

c. Perilaku yang tidak terkendali, yaitu perilaku yang tidak mematuhi orang tua dan guru seperti membolos, mengendarai kendaran dengan tanpa surat izin, dan kabur dari rumah.

d. Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, seperti mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, memperkosa dan menggunakan senjata tajam.

Menurut Sunarwiyati (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan yaitu:

1. Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit.

2. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai sepera motor tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa ijin.

3. Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll.


(46)

2. Penyebab Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja yang sering terjadi di dalam sekolah dan masyarakat bukanlah suatu keadaan yang berdiri sendiri (Sudarsono, 1995). Kenakalan remaja tersebut timbul karena adanya beberapa sebab antara lain:

a. Keadaan Keluarga

Keadaan keluarga yang dapat menjadikan sebab timbulnya kenakalan remaja dapat berupa keluarga yang tidak normal (broken home)

maupun jumlah anggota keluarga yang kurang menguntungkan.

Broken home terutama perceraian atau perpisahan orang tua dapat mempengaruhi perkembangangan anak. Dalam keadaan ini anak frustasi, konflik-konflik psikologis sehingga keadaan ini dapat mendorong anak menjadi nakal. Keadaan keluarga merupakan salah satu penyebab kenakalan remaja juga dapat ditimbulkan oleh kebiasaan perilaku orang tua, seperti dikemukankan oleh Papalia, Olds dan Feldman (2001) sebagai berikut, ”Parent cronic deliquent

often failed to reinforce good behavior in early childhood and were harsh or inconsaistent, or both, in punishing misbehavior”.

b.Keberadaan Pendidikan Formal

Dewasa ini sering terjadi perlakuan guru yang tidak adil, hukuman yang kurang menunjang tercapainya tujuan pendidikan, ancaman dan penerapan disiplin terlalu ketat, disharmonis hubungan siswa dan guru, kurangnya kesibukan belajar di rumah. Proses pendidikan yang kurang menguntungkan bagi perkembangan jiwa anak kerapkali


(47)

memberikan pengaruh kepada siswa untuk berbuat nakal, sering disebut kenakalan remaja (Daradjat, 1983).

Di dalam sekolah terjadi interaksi antara remaja dengan sesamanya, juga interaksi antara siswa dengan pendidik, interaksi yang mereka lakukan di sekolah sering menimbulkan akibat sampingan yang negatif. Seperti pendapat Sri Jayantini (2007) yang mengatakan sifat anak yang selalu ingin mengungguli temannya dengan cara menekan atau mengancam bila dibiarkan saja, memberikan peluang bagi anak untuk menyelesaikan setiap masalah dengan cara kekerasan.

Anak-anak yang memasuki sekolah tidak semuanya berwatak baik, baik dari kebiasaan anak yang negatif maupun dari faktor keluarga anak (siswa). Dengan keadaan ini akan mudah menimbulkan konflik-konflik psikologis yang dapat menyebabakan anak menjadi nakal. Pengaruh negatif sekolah juga dapat datang dari yang langsung menangani proses pendidikan antara lain kesulitan ekonomi yang dialami pendidik, pendidik sering tidak masuk, pribadi pendidik yang tidak sesuai dengan jiwa pendidik.

c. Keadaan Masyarakat

Keadaan masyarakat dan kondisi lingkungan dalam berbagai corak dan bentuknya akan berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap amak-anak remaja dimana mereka hidup berkelompok. Perubahan-perubahan yang berlangsung dengan cepat dan ditandai dengan peristiwa-peristiwa yang menegangkan seperti


(48)

persaingan di bidang perekonomian, pengangguran, keaneka-ragaman media massa, fasilitas rekreasi yang bervariasi pada garis besarnya memiliki korelasi relevan dengan adanya kejahatan pada umumnya, termasuk kenakalan remaja.

Di kalangan masyarakat sendiri sudah sering terjadi kejahatan seperti pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, pemerasan, gelandangan, dan pencurian. Bagi anak remaja keinginan berbuat jahat kadang timbul karena bacaan, gambar-gambar dan film. Kebiasaan membaca buku yang tidak baik (misal novel seks), pengaruh tontonan gambar-gambar porno serta tontonan film yang tidak baik dapat mempengaruhi jiwa anak untuk berperilaku negatif. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Barak yang ditulis Grochowski (2002) yang mengatakan, ”The perception of crime is the product of the Media

”Multiplied” by the ”Additive” effects of the political economy and

cultur over time.”

3. Cara Mengatasi Kenakalan Remaja

Menurut Ny. Y. Singgih D. Gunarsa (Dalam Singgih, 1983) tindakan untuk mencegah dan mengatasi kenakalan remaja dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Tindakan Preventif, yakni segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya kenakalan-kenakalan.


(49)

b. Tindakan Represif, yaitu tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan remaja atau menghalangi timbulnya kenakalan yang lebih parah atau berat.

c. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi, yakni revisi akibat perbuatan nakal, terutama individu yang telah melakukan perbuatan tersebut. Adapun upaya menanggulangi kenakalan remaja menurut Willis, 1995 dibagi atas tiga bagian yaitu:

1. Upaya Preventif, yaitu kegiatan yang dilakukan secara sistematis, terencana dan terarah untuk menjaga kenakalan anak tidak timbul. Misalnya di sekolah, keluarga dan masyarakat.

2. Upaya di sekolah, guru hendaknya memahami aspek-aspek psikis murid, mengintensifkan pelajaran agama dan mengadakan tenaga guru agama ahli dan berwibawa serta mampu bergaul secara harmonis dengan guru-guru umum lainnya.

3. Upaya di masyarakat, upaya bimbingan pada waktu luang (leisure time guidance) sangat diperlukan bagi remaja selama masa libur.

D. Kerangka Pikir

Masa remaja adalah tahap perkembangan individu yang mana pada masa tersebut seseorang sedang mencari jati dirinya, sebagaimana yang dikatakan oleh Erikson dalam Santrock (2008), pada masa remaja seseorang mengalami tahapan perkembangan identitas vs kebingungan identitas. Remaja merupakan penerus dan pewaris bangsa, artinya adalah bahwa


(50)

remaja di masa depan akan menggantikan peran pemimpin yang sekarang memegang kedudukan dan meneruskan cita-cita bangsa.

Keadaan remaja pada saat ini juga menggambarkan kehidupan bangsanya pada masa depan. Dibandingkan dengan 20 atau 30 tahun lalu para remaja kini semakin maju. Kebanyakan remaja kini tidak lagi antisosial, yang hanya mau duduk di perpustakaan membaca buku (geek) tanpa mau berhubungan dengan dunia luar. Mereka justru membuat pergaulan seluas mungkin yang mereka bisa, karena di zaman sekarang ini dengan cara itulah mereka bisa benar-benar “dikenal” oleh banyak orang. Mulai dari berkenalan lewat tempat les, dunia maya, forum, sampai lewat suatu komunitas tertentu.

Namun, pergaulan yang begitu luas ini membuat para remaja menjadi kurang bijak dalam memilih teman. Kebanyakan di antara mereka langsung saja menerima setiap orang yang mau berkenalan dan menjadi teman mereka, tanpa melihat kebiasaan-kebiasaan negatif yang dimiliki orang tersebut, sehingga mereka sangat mudah mendapatkan tekanan dari teman sebaya berupa hal-hal yang berarah negatif (Peer Pressure). Satu hal lagi yang pasti, remaja sekarang tidak lagi gaptek (gagap teknologi), bahkan yang tinggal di tempat terpencil sekalipun. Mereka sudah mengerti tentang banyak gadget seperti handphone, iPod, iPhone, laptop, internet, dll. Faktor yang menyebabkan semua ini adalah globalisai dan derasnya arus informasi yang mengalir di sekitar kita.


(51)

Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri. Namun pada kenyataanya orang cenderung langsung menyalahkan, menghakimi, bahkan menghukum pelaku kenakalan remaja tanpa mencari penyebab, latar belakang dari perilakunya tersebut.

Penelitian ini berawal dari meningkatnya angka kenakalan remaja dan salah satu penyebabnya adalah adanya Peer Pressure (tekanan teman sebaya) dan umumnya hal ini terjadi di dalam ajang pendidikan kedua bagi anak-anak setelah keluarga yaitu sekolah. Bagi bangsa Indonesia, masa remaja merupakan masa pembinaan, penggemblengan dan pendidikan di sekolah terutama pada masa permulaan. Selama dalam proses pembinaan, penggemblengan dan pendidikan di sekolah biasanya terjadi interaksi antar sesama remaja satu dengan remaja lain. Proses interaksi tersebut dalam kenyataannya bukan hanya memiliki aspek sosiologis yang positif akan tetapi juga membawa akibat lain yang memberi dorongan bagi anak remaja sekolah untuk melakukan tindak kenakalan remaja (Sudarsono, 1989).


(52)

Secara skematis, kerangka pikir dapat disajikan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang dikumpulkan (Sugiyono, 2006). Hal tersebut dikarenakan jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori-teori yang relevan, belum melalui fakta-fakta empiris melalui pengumpulan data.

Peneliti melakukan pengukuran signifikansi pengaruh

peer pressure terhadap kenakalan remaja yang terjadi di

sekolah Di duga siswa yang

melakukan kenakalan remaja mengalami peer pressure (tekanan sebaya) di lingkungan sekolah ataupun di rumah Kondisi akhir Kenakalan remaja Siswa yang melakukan kenakalan remaja Peneliti melakukan

explorasi dan riset terhadap siswa yang

mengalami tekanan sebaya Peer Pressure

(tekanan teman sebaya)

Siswa yang terdata dalam buku BK. Peneliti melakukan

observasi terhadap instansi pendidikan

(sekolah)


(53)

Oleh sebab itu perlu dilakukan pengujian hipotesis pada penelitian yang bersangkutan.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian adalah:

1. Hipotesis Nol (Ho)

Ho : Tidak ada pengaruh tekanan teman sebaya (Peer Pressure) terhadap tingkat kenakalan remaja di SMP Negeri 9 Bandar Lampung. 2. Hipotesis Kerja (Ha)

Ha : Ada pengaruh tekanan teman sebaya (Peer Pressure) terhadap tingkat kenakalan remaja di SMP Negeri 9 Bandar Lampung.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Tipe penelitian ini adalah kuantitatif eksplanatoris. Menurut Singarimbun dan Effendi (1995) penelitian eksplanatory yaitu tipe penelitian untuk memperoleh kejelasan atau menjelaskan suatu fenomena, menjelaskan hubungan dan menguji hubungan antar variabel yang diteliti. Penelitian eksplanatory ini dilakukan untuk menguji hipotesis dengan statistik korelasional untuk generalisasi data sampel pada populasi dengan menarik sampel random dari suatu populasi yang diteliti.

B. Definisi Konseptual

Untuk memudahkan dalam memahami dan menafsirkan berbagai teori yang berhubungan dengan penelitian ini, maka ditentukan konsep-konsep yang digunakan dengan menjelaskannya dalam definisi konseptual berikut: a. Peer Pressure adalah tekanan sosial dari sebuah kelompok

masyarakat, yang mengharuskan seseorang untuk bertindak dan berpikiran dengan cara tertentu, agar dia dapat diterima oleh kelompok masyarakat tersebut. Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada masa remaja (Santrock, 2003). b. Kenakalan Remaja atau Juvenile delinquency atau kenakalan remaja


(55)

gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2003).

c. Remaja adalah suatu periode perkembangan dari transisi masa anak-anak dan dewasa, yang diakui oleh perubahan biologis, kognitif, sosioemosional (Santrock, 2008).

C. Definisi Operasional dan Indikator Variabel

Definisi operasional merupakan penjabaran dari masing-masing variabel tersebut. Penjabaran definisi operasional dan indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur penelitian ini antara lain ialah sebagai berikut: a. Peer Pressure adalah tekanan sosial dari sebuah kelompok masyarakat,

yang mengharuskan seseorang untuk bertindak dan berpikiran dengan cara tertentu, agar dia dapat diterima oleh kelompok masyarakat tersebut (Santrock, 2003). Menurut Santrock (2008) Peer Pressure bisa mendatangkan hal yang positif maupun hal yang negatif, tergantung dari lingkungan pergaulan remaja. Akan tetapi dalam faktanya, Peer Pressure lebih sering mendatangkan hal negatif bagi para remaja (Boujlaleb, 2006) hal ini bisa dilihat dari banyaknya remaja yang berperilaku menyimpang dari pada remaja yang berprestasi. Dalam penelitian ini yang dimaksud Peer Pressure adalah suatu


(56)

tekanan teman sebaya dalam kaitannya dengan perilaku kenakalan remaja di SMP Negeri 9 Bandar Lampung.

Indikatornya adalah:

1. Kuantitas bertemu di SMP Negeri 9 Bandar Lampung. 2. Kegiatan berkumpul di SMP Negeri 9 Bandar Lampung.

3. Memiliki tingkat kekompakan, kesepakatan, dan ketaatan yang tinggi di SMP Negeri 9 Bandar Lampung.

4. Kegiatan yang bersifat mempengaruhi remaja di SMP Negeri 9 Bandar Lampung.

5. Memiliki keinginan untuk diterima dalam suatu kelompok di SMP Negeri 9 Bandar Lampung.

6. Memiliki kecenderungan untuk melakukan suatu tekanan terhadap teman sebaya di SMP Negeri 9 Bandar Lampung.

7. Remaja sekolah mudah merespon atau menerima suatu tekanan yang dilakukan oleh teman sebaya.

b. Kenakalan remaja atau Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2003). Menurut Drs.B.Simandjutak,S.H. (Dalam Simandjuntak, 1989) kenakalan remaja adalah “Perbuatan-perbuatan


(57)

anak remaja yang bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat di mana ia hidup atau suatu perbuatan anti sosial dimana di dalamnya terkandung unsure-unsur anti normative”.

Dengan demikian kenakalan remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja akibat adanya pengaruh dari teman sebayanya.

Indikatornya adalah:

1. Merokok di lingkungan sekolah 2. Suka berkelahi

3. Suka menonton video porno 4. Merusak fasilitas sekolah 5. Bolos sekolah

6. Melawan orang tua atau guru 7. Tawuran

8. Suka membuat keributan dalam kelas 9. Memalak

10. Menyontek

D. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 9 Bandar Lampung yang beralamat di Jl Amir Hamzah No. 34 Gotong Royong, Kecamatan Tanjung Karang, Bandar Lampung. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa setelah peneliti melakukan observasi di SMP Negeri 9 Bandar Lampung banyak ditemukan data yang menunjukkan


(58)

bahwa para peserta didik tersebut melakukan berbagai macam tindak kenakalan remaja yang disebabkan oleh pengaruh teman sebaya (Peer Pressure).

E. Populasi dan Sampel

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (1989), populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang akan diteliti. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah para peserta didik kelas VII dan VIII di SMP Negeri 9 Bandar Lampung (Jl Amir Hamzah No. 34 Gotong Royong Kecamatan Tanjung Karang, Bandar Lampung) yang berjumlah 713 siswa. Menurut Arikunto (2006) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Sampel digunakan apabila peneliti tidak memungkinkan meneliti secara keseluruhan populasi karena keterbatasan waktu dan tenaga (Sugiyono, 2006). Dalam penelitian ini banyaknya sampel penelitian digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

N : banyaknya populasi n : banyaknya sampel

d : sampling error (ditetapkan 10 %)

(Sutrisno Hadi, 1983)

Berdasarkan rumus pengambilan sampel, maka banyaknya sampel penelitian adalah:


(59)

Maka sampel pada penelitian ini adalah 87,69 dibulatkan menjadi 88 remaja. Teknik penentuan responden dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu sampel dipilih sebagai informan secara sengaja dengan pertimbangan mampu memberikan data dan informasi yang dibutuhkan yang menjadi target dalam penelitian ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar-benar akurat dan sesuai dengan yang diharapkan, maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan tertulis yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga responden tinggal mengisi dan menandainya dengan cepat. Adapun tujuannya ialah:

a. Untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. b. Untuk memperoleh reabilitas dan validitas setinggi-tingginya.

Di dalam pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner ini pertama-tama penulis membuat pertanyaan-pertanyaan yang disajikan dalam bentuk angket, kemudian disebarkan kepada para responden. Hal ini


(60)

bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai hal-hal apa saja yang menyebabkan remaja sekolah melakukan tindak kenakalan remaja.

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan langsung dengan tujuan-tujuan tertentu dengan menggunakan format Tanya jawab yang terencana, untuk mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan kelengkapan informasi (Singarimbun dan Effendi, 1989)

3. Observasi

Pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenao fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan langsung tentang objek yang akan menjadi topik kajian penelitian. Teknik observasi dimaksudkan untu mengungkapkan fenomena yang tidak diperoleh dari angket atau kuesioner.

G. Teknik Pengolahan Data

Setelah data dari hasil penelitian ini dikumpulkan, maka untuk tahap selanjutnya adalah pengolahan data. Adapun langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut:

1. Editing

Sebelum data yang terkandung di dalam kuesioner diolah, jawaban di dalam kuesioner tersebut harus diperiksa terlebih dahulu melalui proses


(61)

editing. Editing dilakukan terhadap kelngkapan rekaman jawaban-jawaban yang telah dituliskan ke dalam kuesioner oleh para responden. 2. Koding

Pengkodean ini dilakukan untuk menyederhanakan jawaban responden, juga untuk memudahkan mengolah melalui software pengolahan data statistik.

3. Tabulasi

Tabulasi dilakukan dengan menyusun dan menghitung data hasil pengkodean, kemudian dibuat tabel agar mudah terbaca. Dalam keadaan yang ringkas dan tersusun dalam suatu tabel yang baik, data dibaca dengan mudah dan maknanya pun akan mudah dipahami.

H. Teknik Analisis Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinteropretasikan. Menurut M. Nasir (2003), data yang diperoleh dari lapangan akan dianalisa dengan menggunakan teknik analisa deskriptif kuantitatif, data yang terkumpul dimasukkan ke dalam tabel tunggal dan tabel silang untuk dihitung frekuensi dan persentasinya. Fungsi pokok dalam teknik analisa data ini adalah menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah untuk diamati (Singarimbun dan Effendi, 1989). Uji statistik pada penelitian ini menggunakan korelasi. Korelasi dapat diartikan sebagai hubungan antarvariabel dan atau hubungan yang bersifat prediksi dari variabel bebas (independent) terhadap variabel tergantung (dependent)


(62)

(Soepeno, 1997). Uji korelasi yang digunakan yaitu dengan corelation product moment yang merupakan teknik analisis data untuk menguji hipotesis asosiatif (uji hubungan) dua variabel bila datanya berskala interval atau rasio (Hasan, 1999).

Tabel 3. Makna Nilai Korelasi Product Moment

Koefisien Kekuatan Hubungan

0 Tidak ada korelasi 0,00 - 0,25 Korelasi sangat lemah 0,25 – 0,50 Korelasi cukup

0,50 – 0,75 Korelasi kuat 0,75 – 0,75 Korelasi sangat kuat Hasan (1999)

Metode itu yang kemudian akan penulis terapkan dalam penelitian ini untuk mengungkap dan menganalisa data yang berkaitan dengan pengaruh Peer Pressure terhadap tingkat kenakalan remaja di SMP Negeri 9 Bandar Lampung.


(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian akhir ini, akan dikemukakan kesimpulan sebagai jawaban terhadap permasalahan yang telah ditetapkan dalam bab sebelumnya. Kesimpulan ini disusun berdasarkan hasil analisis dan perhitungan statistik. Selain itu, penulis juga mengemukakan beberapa saran untuk dapat menggunakan strategi penyesuaian agar dapat mencegah terjadinya tindak kenakalan remaja, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal. Saran yang disampaikan ini dideskripsikan atas hasil penelitian dan pengamatan langsung di lapangan.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0, maka diperoleh hasil korelasi yang dideskripsikan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan positif dan signifikan sebesar 0,1% atau memiliki tingkat kepercayaan dan kebenaran sebesar 99,9% antara pengaruh Peer Pressure terhadap tindak kenakalan remaja. Berdasarkan uraian tersebut, maka tidak heran bahwa dari hasil penelitian ini terungkap bahwa responden memiliki kecenderungan untuk melakukan tindak kenakalan remaja yang disebabkan oleh adanya pengaruh dari Peer Pressure.

2. Berdasarkan penilaian responden terhadap variabel Peer Pressure dari hasil yang telah didapatkan di lapangan menunjukan bahwa Peer Pressure


(1)

mengembangkan bakat yang mereka sukai selama bersifat positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan kepercayaan diri anak tersebut. Dan terakhir, orang tua harus menjadi tempat curhat yang nyaman untuk anaknya, sehingga orang tua dapat membimbing anaknya ketika ia sedang menghadapi masalah.

2. Peran sekolah. Sekolah merupakan pembinaan yang telah diletakkan dengan dasar-dasar dalam lingkungan keluarga. Sekolah harus memberikan pengajaran nilai dan norma kepada murid didiknya, memberikan pendidikan yang baik dan bernilai positif serta mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dijadikan sebagai bekal untuk kehidupannya kelak di masyarakat. Khususnya guru BK.

3. Partisipasi masyarakat diperlukan untuk berperan aktif menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman, aman, tentram dan damai. Masyarakat besar pengaruhnya dalam memberikan arah terhadap pendidikan anak, terutama yang ada didalam lingkungan tersebut. Masyarakat memiliki keikutsertaan dalam membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak. Ini berarti bahwa pemimpin dan penguasa dari masyarakat ikut bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan. Sebab tanggung jawab pendidikan pada hakikatnya merupakan tanggung jawab moral bagi setiap orang dewasa baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok sosial. Khususnya orang tua murid.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suyanto, Drs., 1981. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru, cetakan pertama.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. 1999. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Armengol, C.A & Jackson, M.O. 2008. Peer Pressure Journal of the EuropeanEconomic Association. 4. 14-48

Sumber:http://www.stanford.edu/~ jackson/vita.pdf

Azwar, S. 1986. Reliabilitas dan Validitas Interprestasi dan Komputansi. Yogyakarta: Liberty.

Azwar, S. 2009. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Offset.

Baron, Robert. A, Byrne Donn. 2003. Psikologi Sosial Jilid 1&2. Jakarta: Erlangga.

Bonger, W.A. dan Kempe, G. Th. Dr., 1970. Pengantar Tentang Kriminolog. Jakarta: PT. Perbangunan Pustaka Sarjana.

Bouljlabeb, N. 2006. Adolescents and Peer Pressure. Jakarta: Al Akhawayn University.

Conger, J.J. 1977. Adolescent and Youth. New York: Harper and Row Publisher Inc.

Dadang Hawari. 1977. Al Qur’an, Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa.


(3)

Daradjat, Zakiah. 1982. Pembinaan Remaja. Jakarta: Bulan Bintang.

Daradjat, Zakiah. 1983. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung, cetakan kedua.

Depkes. 2002. Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Depkes RI.

Depsos. 1996. Keputusan Menteri Sosial RI No. 23/HUK/1996. Jakarta: Depsos RI.

Feldman, Ruth Duskin. 2001. Human Development (8th ed). Boston: McGraw Hill.

Fuhrmann, B.S. 1990. Adolescence, Adolescent. London: Foresman and Company.

Goble, F.G. 1987. The Third Force: The Psychology of Abraham Maslow. New York: Washington Square Press.

Grochowski.2002. Human Development. New York: McGraw Hill Companies. Gunarsa, Singgih Dirga. (ed). 1983. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Gunarsa, Singgih Dirga. 1983. Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara. Hadi, Sutrisno. 1990. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset. Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research I. Yogyakarta: Andi Offset. Hartono, Agung. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Haryono. 1992. Kesiapan Remaja Memasuki Masa Dewasa Studi Tingkat

Aspirasi, Ketetapan Pilihan Bidang Pekerjaan, dan Sikap Terhadap Sekolah pada Siswa SMA Negri Kodya Semarang, Jawa Tengah. Jakarta: Tesis S2, Fakultas Psikologi, UI.

Hasan, M.Iqbal., 1999, Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif), Jakarta:Bumi Aksara .

Hawari, Dadang. 1997. Al Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Mental. Jakarta: Dana Bhakti Yasa.

Hawari, Dadang. 2006. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, Zat Adiktif). Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.

Hurlock Elizabeth. 1950. Child Development. New York. Mc Graw Hill Book Company. Inc.


(4)

Hurlock, E.B. 1973. Adolescent Development (4th ed). Tokyo: McGraw Hill. Hurlock, E.B. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E.B. 1989. Perkembangan Anak. (Terjemahan) Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan (edisi kelima) Alih Bahasa: Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga.

Jayantini, Sri. 2007. Memahami Kebutuhan Khas Remaja: antara Psikologis dan Sosiologis. Yogyakarta: Andi Offset.

Kartono, Kartini . 1971. Teori Kepribadian dan Mental Hygiene. Bandung: Alumni.

Kartono, Kartini. 2003. Patologi Sosial, Kenakalan Remaja Jilid 2. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kartono, Kartono. 1984. Psikologi Umum. Bandung: Alumni. M, Nasir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Galia Indonesia.

Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional. Monks, F.J., Knoers A.M.P., dan Siti Rahayu Haditono. 1989. Psikologi

Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Mussen dkk. 1994. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Jakarta: Arcan. Papalia, Diane. E. 2009. Human Development (11st ed). Boston: McGraw Hill. Papalia, Diane. E. 2009. Perkembangan Anak, Buku 1. Jakarta: Salemba

Humanika.

Papalia, Diane. E. 2009. Perkembangan Anak, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat. Paulus, Hadi Suprapto. 2008. Delikuensi Anak. Jakarta: Bayu Media.

Piaget, J. 1988. Antara Tindakan dan Pikiran, (Alih Bahasa oleh Agus Cremers). Jakarta: Gramedia.

Prayitno, dan ErmanAmti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.


(5)

Rogers, D. 1977. Psychology of Adolescence. Third Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Rumini, Sri dan Sundari Siti, 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.

Santrock, John W. (2008). Educational Psychology. 3rd ed. New York : Mc Graw Hill.

Santrock, John. W. 2003. Adolescene dan Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Santrock, John.W. (2003). Adolescence. 4th ed. New York: Mc Graw Hill.

Sartono, Sunarwiyati. 1985. Pengukuran Sikap Masyarakat terhadap Kenakalan Remaja. Jakarta, laporan penelitian, UI.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif fan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sarwono, S.W. 2002. Psikologi Remaja. Edisi Enam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali.

Schad MM, Szewo DE, Jill A, Hare A, Allen JP. 2007. The Broader Context of Relational Aggression in Adolescent Romantic Relationships: Predictions From Peer Pressure and Links to Psychosocial Functioning Youth

Adolescence Journal 37. 346-358.

SDKI. 2007. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depdes RI. Simandjuntak, B. 1984. Latar Belakang Kenakalan Remaja. Bandung: Alumni. Simandjutak, B, Drs. SH., 1977. Pengantar Kriminologi dan Sosiologi. Bandung:

Tarsito.

Simandjutak, B. Dan I.L. Pasaribu. 1984. Pengantar Psikologi Perkembangan. Bandung: Tarsito.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Singgih. D. Gunarsa. 1983. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.


(6)

Soekanto , Soerjono. 1985. Ruler of Sociological Method. Jakarta: Gramedia. Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press. Soekanto, Soerjono. 1985. Aturan-aturan Metode Sosiologis. Jakarta: Rajawali. Soepeno, Bambang. 1997. Statistik Terapan Dalam Penelitian Ilmu-ilmu Sosial &

Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.

Sudarsono. 1989. Etika Islam tentang Kenakalan Remaja. Jakarta: Bina Aksara. Sudarsono. 1995. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: AlfaBeta.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: AlfaBeta. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: AlfaBeta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: AlfaBeta.

Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: AlfaBeta.

Surakhmad, Winarno. 1987. Berkomunikasi dalam Nilai Hidup. Jakarta: Tarsito. Sutrisno, Hadi. 1983. Statistik Jilid 2. Cetakan ke VI. Yogyakarta: Yayasan

Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

Walgito, B. 1989. Pengantara Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Walgito, Bimo, 1981. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Yayasan

Penerbitan Fakultas Psikologi, UGM.

Walgito, Bimo. 1982. Kenakalan Anak (Juvenile Deliquency). Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Willis, Sofyan. S. 1995. Remaja dan Masalahnya. Bandung: AlfaBeta.