Persentase Karkas, Dada, Paha Dan Lemak Abdomen Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu yang Diberi Tepung Daun Beluntas, Vitamin C Dan E dalam Pakan
PERSENTASE KARKAS, DADA, PAHA DAN LEMAK ABDOMEN
ITIK ALABIO JANTAN UMUR 10 MINGGU YANG DIBERI
TEPUNG DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E
DALAM PAKAN
SKRIPSI
FITRIANI EKA PUJI LESTARI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
Fitriani Eka Puji Lestari. D14086009. 2011. Persentase Karkas, Dada, Paha dan
Lemak Abdomen Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu yang Diberi Tepung
Daun Beluntas, Vitamin C dan E Dalam Pakan. Program Alih Jenis Teknologi
Produksi Ternak. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
: Dr.Ir. Rukmiasih, MS.
: Dr.Ir. Sumiati, M.Sc.
Itik merupakan bagian dari unggas namun daging itik cenderung kurang
disukai karena bau yang lebih amis dibandingkan dengan daging ayam. Pemberian
antioksidan dapat menurunkan bau amis. Daun beluntas (Pluchea indica L) dapat
dimanfaatkan sebagai antioksidan alami, namun daun beluntas memiliki zat
antinutrien seperti tanin yang dapat berdampak negatif terhadap performa unggas.
Tanin yang terkandung dalam tepung daun beluntas 0,5% diharapkan tidak
mengganggu persentase karkas dada, paha dan lemak abdomen, oleh karenanya
kombinasi tepung daun beluntas 0,5% + vitamin C dan kombinasi tepung daun
beluntas 0,5% + vitamin E juga dilakukan pada penelitian ini. Vitamin C dan E
umum dimanfaatkan sebagai anti stres dan antioksidan.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah itik alabio jantan
sebanyak 96 ekor, pada umur 1-7 minggu pakan yang diberi adalah pakan komersial
sebagai pakan kontrol (K), pakan komersial + beluntas 0,5% (KB), kombinasi pakan
komersial + tepung daun beluntas 0,5% + vitamin C 250 mg/kg (KBC), kombinasi
pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin E 400 IU/kg (KBE),
sedangkan pakan yang diberikan pada umur 7-10 minggu dicampur dedak dengan
perbandingan pakan komersial dan dedak yaitu 40:60. Pemeliharaan ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan, 3
ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 8 ekor. Data yang diperoleh diolah
menggunakan sidik ragam (ANOVA) kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17. Peubah
yang diamati adalah persentase karkas, dada, paha dan lemak abdomen, daging dan
tulang dada serta daging dan tulang paha.
Hasil penelitian menunjukan persentase karkas, dada, paha dan lemak
abdomen yang tidak berbeda nyata pada keempat perlakuan dengan kisaran
persentase karkas yang diperolah sebesar 59,64%-60,33%, persentase dada berkisar
antara 30,10%-32,16%, persentase paha berkisar antara 22,41%-23,53%, dan
persentase lemak abdomen berkisar antara 0,74%-0,95%. Persentase daging dada
daging paha pada keempat perakuan ini juga menunjukan hasil yang tidah berbeda.
Kisaran persentase daging dada adalah 84,18%-87,82%, persentase daging paha
berkisar antara 84,26%-88,34%. Tanin pada daun beluntas 0,5% dalam pakan,
kombinasi tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin C 250 mg/kg, serta kombinasi
tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin E 400 IU/kg tidak mengganggu persentase
karkas, dada, paha, lemak abdomen, daging dada dan daging paha itik alabio jantan
pada umur 10 minggu.
Kata kunci : Itik alabio, karkas, lemak abdomen, daun beluntas, vitamin C,
vitamin E.
i
ABSTRACT
Percentage of Carcass, Breast, Thigh, and Abdominal Fat of 10 Weeks Age
Alabio Male Ducks Fed with Beluntas Leaf Meal, Vitamin C and E in the
Ration.
Lestari, F, E, P., Rukmiasih and Sumiati
Duck meat is potential as protein source, but the off-odor of it restricted the
consumption of this meat. Antioxidant could decrease the odor, but the effect of it on
the influence of the percentage of carcass, breast, thigh and abdominal fat must be
evaluated. Beluntas leaves, vitamin C and vitamin E can be used as antioxidant. The
objective of this research was to know the effect feeding beluntas leaf meal,
combination of beluntas leaf meal + vitamin C, an the combination of beluntas leaf
meal + vitamin E addition on carcass percentage, breast, thigh and abdominal fat.
This research used 96 alabio ducks. The ducks were reared from DOD up to 10
weeks. The diet treatments were control diet (K); comercial diet + beluntas leaf meal
0.5% (KB); comercial diet + beluntas leaf meal 0.5% + vitamins C 250 mg/kg
(KBC); comercial diet + beluntas leaf meal 0.5% + vitamin E 400 IU (KBE). The
data were analysed using ANOVA (Analysis of Variance), and any significant
diferrence was further analysed using Duncan Multiple Range Test. The results
showed that feeding beluntas leaf meal 0.5%, beluntas leaf meal 0.5 % and vitamin C
250 mg, and beluntas leaf meal 0.5% and 400 IU did not affect the carcass
percentage, breast, thigh and abdominal fat of male alabio duck.
Keywords : alabio duck, carcass, abdominal fat, beluntas leaf meal, vitamin C,
vitamin E.
ii
PERSENTASE KARKAS, DADA, PAHA DAN LEMAK ABDOMEN ITIK
ALABIO JANTAN UMUR 10 MINGGU YANG DIBERI TEPUNG DAUN
BELUNTAS, VITAMIN C DAN E
DALAM PAKAN
FITRIANI EKA PUJI LESTARI
D14086009
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
iii
Judul : Persentase Karkas, Dada, Paha Dan Lemak Abdomen Itik Alabio Jantan
Umur 10 Minggu yang Diberi Tepung Daun Beluntas, Vitamin C Dan E
dalam Pakan
Nama : Fitriani Eka Puji Lestari
NIM : D14086009
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
Pembimbing Anggota,
(Dr. Ir. Rukmiasih, MS.)
NIP: 19570405 198303 2 001
(Dr. Ir. Sumiati, M.Sc.)
NIP: 19611017 198603 2 001
Mengetahui:
Ketua Departemen,
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.)
NIP: 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian: 14 April 2011
Tanggal Lulus:
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 20 Mei 1988. Penulis merupakan
anak pertama dari Bapak Haryono dan Ibu Sri Redjeki serta memiliki satu orang
adik yang bernama Teguh Dwi Karyono.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Cimandala I Sukaraja
Kabupaten Bogor dan berhasil menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1999.
Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 8 Kota Bogor dan lulus pada tahun 2002. Kemudian penulis melanjutkan ke
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 8 Kota Bogor dan lulus pada tahun 2005.
Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Keahlian
Teknologi dan Manajemen Ternak, Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) dan menyelesaikan kuliah
pada tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Program
Alih Jenis Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala
Rahmat dan Hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul Persentase Karkas, Dada, Paha dan Lemak Abdomen Itik Alabio Jantan Umur
10 Minggu yang Diberi Tepung Daun Beluntas, Vitamin C dan E dalam Pakan .
Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW.
Itik merupakan salah satu ternak unggas yang potensial untuk dikembang
biakan. Meningkatnya permintaan daging itik merupakan peluang yang baik bagi
peternak. Namun daging itik memiliki beberapa kelemahan salah satunya adalah bau
amis dan pertumbuhan yang relatif lebih lambat bila dibandingkan dengan ayam
broiler. Bau amis dapat diturunkan dengan pemberian antioksidan. Pemberian tepung
daun beluntas, vitamin C dan vitamin E dapat dikombinasikan dalam pakan sebagai
antioksidan. Namun pemberian tambahan tepung daun beluntas dalam pakan harus
diperhatikan karena daun beluntas memiliki kandungan antinutrien seperti tanin yang
dapat mengganggu pertumbuhan sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi
persentase karkas, dada, paha dan lemak abdomen itik.
Kesulitan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah kesulitan dalam mencari
bibit ternak yang baik. Selain itu keterbatasan dalam memperoleh literatur yang
berhubungan dengan persentase karkas, persentase paha, persentase dada, lemak
abdomen dan beluntas.
Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca secara umumnya dan penulis sendiri, Amin.
Bogor, April 2011
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ....................................................................................................
i
ABSTRACT .......................................................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN ...............................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................
iv
RIWAYAT HIDUP............................................................................................
v
KATA PENGANTAR .......................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ..............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................
xi
PENDAHULUAN..............................................................................................
1
Latar Belakang..........................................................................................
Tujuan .......................................................................................................
1
2
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................
3
Itik (Anas platyrhynchos) .........................................................................
Beluntas ( Pluchea indica L.) ...................................................................
Vitamin .....................................................................................................
Persentase Karkas dan Bagian-bagiannya ................................................
3
4
5
7
MATERI DAN METODE .................................................................................
8
Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................
Materi Penelitian .......................................................................................
Ternak ...........................................................................................
Kandang dan Peralatan..................................................................
Pakan .............................................................................................
Prosedur ....................................................................................................
Persiapan Kandang........................................................................
Pembuatan Pakan ..........................................................................
Pemeliharaan Itik ..........................................................................
Rancangan dan Analisis Data ...................................................................
8
8
8
8
8
11
11
12
13
15
HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................
Karkas .......................................................................................................
Dada .......................................................................................................
Paha .......................................................................................................
Lemak Abdomen .......................................................................................
16
16
17
19
20
KESIMPULAN .................................................................................................. 22
vii
UCAPAN TERIMA KASIH.............................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 24
LAMPIRAN ....................................................................................................... 27
viii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Komposisi Kimia Ransum Komersial, Tepung Daun Beluntas, dan
Dedak Padi (As Fed) ............................................................................
9
2. Susunan dan Kandungan Nutrien, Antinutrien dan Antioksidan
dalam Pakan itik Perlakuan Umur 1-7 Minggu ................................... 10
3. Susunan dan Kandungan Nutrien, Antinutrien dan antioksidan
dalam Pakan itik Perlakuan Umur 7-10 Minggu ................................. 11
4. Rataan Bobot Potong, Bobot Karkas dan Persentase Karkas Itik
Alabio Jantan Umur 10 Minggu .......................................................... 16
5. Rataan Dada, Daging Dada dan Tulang Dada Itik Alabio Jantan
Umur 10 Minggu.................................................................................. 18
6. Rataan Persentase Paha, Daging Paha dan Tulang Paha Itik Alabio
Jantan Umur 10 Minggu ...................................................................... 19
7. Rataan Bobot dan Persentase Lemak Abdomen Itik Alabio Jantan
Umur 10 Minggu.................................................................................. 20
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Itik Alabio Jantan (SNI, 2009) .............................................................
4
2. Tanaman Beluntas................................................................................
5
3. Tepung Daun Beluntas......................................................................... 12
4. Karkas (a), Dada dan Paha (b) Itik Alabio Jantan Umur 10
Minggu
.. ...........................................................
14
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Bobot Potong Itik Alabio
Jantan Umur 10 Minggu. .................................................................... 27
2. Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Karkas Itik Alabio Jantan
Umur 10 Minggu.................................................................................. 27
3. Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Dada Itik Alabio Jantan Umur
10 Minggu. ........................................................................................... 27
4. Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Daging Dada Itik Alabio
Jantan Umur 10 Minggu. ..................................................................... 27
5. Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Tulang Dada Itik Alabio
Jantan Umur 10 Minggu. ..................................................................... 28
6. Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Paha Itik Alabio Jantan Umur
10 Minggu. .......................................................................................... 28
7. Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Daging Paha Itik Alabio
Jantan Umur 10 Minggu. .................................................................... 28
8. Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Tulang Paha Itik Alabio
Jantan Umur 10 Minggu...................................................................... 28
9. Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Lemak Abdomen Itik Alabio
Jantan Umur 10 Minggu...................................................................... 29
xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan diiringi dengan
pengetahuan manusia akan pentingnya gizi dalam kehidupan, membuat permintaan
ternak sebagai salah satu sumber protein hewani semakin meningkat. Daging unggas
adalah salah satu jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh konsumen. Harga
yang relatif terjangkau membuat konsumen lebih memilih produk dari ternak unggas
dibandingkan ternak ruminansia. Bagi peternak, memelihara ternak unggas memiliki
beberapa kelebihan diantaranya adalah pemeliharaan yang singkat, pertumbuhan
yang cepat dan dapat berkembang biak dengan cepat pula. Hal inilah yang menjadi
salah satu alasan berkembangnya usaha peternakan unggas di Indonesia.
Berdasarkan data statistik Dirjen Peternakan (2009), ketersediaan daging secara
nasional pada tahun 2008 sebesar 2.138.234 ton. Dari jumlah ketersediaan tersebut,
1.430.371 ton berasal dari ternak unggas (ayam broiler, ayam ras petelur, ayam buras
dan itik). Dari ketersediaan daging unggas, 1.101.765ton (77,02%) berasal dari
daging ayam broiler, sedangkan daging dari itik hanya sebesar 25.782 ton (1,8% dari
total daging unggas).
Rendahnya minat masyarakat terhadap daging itik diduga karena bau daging
itik yang lebih amis dibandingkan dengan daging ayam. Bau amis ini dapat
diturunkan dengan penambahan antioksidan dalam pakan. Antioksidan yang
digunakan dapat berasal dari antioksidan alami maupun antioksidan sintetik.
Antioksidan alami dapat berasal dari tepung daun beluntas dan antioksidan sintetik
yang dapat diberikan adalah vitamin E dan vitamin C. Pada tepung daun beluntas,
selain terdapat antioksidan juga mengandung zat antinutrien, seperti tanin yang dapat
menghambat penyerapan protein pakan dalam tubuh sehingga dapat menghambat
pertumbuhan ternak. Berdasarkan penelitian sebelumnya, pemberian tepung daun
beluntas lebih dari 1 % dapat menurunkan performan itik, oleh karena itu pemberian
tepung daun beluntas pada penelitian ini diberikan sebesar 0,5% dengan harapan
tidak mempengaruhi pertumbuhan yang dapat mempengaruhi persentase karkas,
dada, paha dan lemak abdomen itik. Sementara vitamin C dan E dapat digunakan
sebagai anti stres pada ternak unggas. Kombinasi tepung daun beluntas 0,5% +
1
vitamin C 250 mg/kg dan kombinasi tepung daun beluntas 0,5% + vitamin E 400
IU/kg dicoba dalam penelitian ini.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung
daun beluntas 0,5% serta kombinasinya dengan vitamin C atau vitamin E dalam
pakan terhadap persentase karkas, dada, paha dan lemak abdomen itik alabio jantan
umur 10 minggu.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Itik (Anas platyrhynchos)
Menurut Achmanu (1997), itik termasuk ke dalam unggas air (waterfowl)
yang mempunyai klasifikasi sebagai berikut : kelas Aves, ordo Anseriformes, family
Anatidae, sub family Anatinae, rumpun (tribe) Anatini, genus Anas, spesies Anas
platyrhynchos. Itik lokal merupakan potensi sumber protein hewani yang dapat
dikembangkan. Salah satu contoh itik lokal adalah itik. Itik cihateup berasal dari
Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat.
Selain di Tasikmalaya, Itik cihateup juga dikembangbiakan di daerah Garut
(Wulandari, 2005).
Selain itik cihateup, itik yang cukup banyak dikembangbiakan di Indonesia
adalah itik alabio. Itik ini merupakan salah satu galur itik lokal yang sudah cukup
lama dikenal. Meskipun tergolong sebagai jenis itik penghasil telur, itik alabio jantan
juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber penghasil daging (Hardjosworo et al.,
2001).
Itik ini telah lama dipelihara dan berkembang di Kalimantan Selatan
(Suryana, 2007). Menurut Randa (2007), itik alabio jantan memiliki persentasi
karkas yang lebih besar dari itik cihateup.
Menurut Standar Nasional Indonesia (2009), persyaratan itik alabio jantan
adalah kondisi fisik harus sehat, kaki normal dan dapat berdiri tegak, mata bersinar,
tampak segar dan aktif, tidak ada kelainan bentuk dan tidak cacat fisik. Secara
kualitatif, persyaratan itik alabio jantan adalah postur tubuh tegak membentuk sudut
700, paruh berwarna kuning sampai kuning jingga dengan bercak hitam pada bagian
ujung, terdapat bulu putih membentuk garis mulai dari pangkal paruh sampai ke
bagian belakang kepala dan bulu kepala bagian atas berwarna hitam, kaki berwarna
kuning jingga, bulu leher bagian depan berwarna putih, sedangkan bagian belakang
berwarna hitam, bulu dada berwarna coklat kemerahan, bulu punggung dan perut
berwarna abu-abu dengan bercak coklat, bulu sayap sekunder berwarna biru
kehijauan dan mengkilap, bulu ekor berwarna hitam dan melingkar keatas. Ciri-ciri
itik alabio jantan dapat dilihat seperti pada Gambar 1.
3
Gambar 1. Itik Alabio Jantan
Sumber : SNI (2009)
Beluntas ( Pluchea indica L.)
Menurut Asiamaya (2003), klasifikasi tanaman beluntas (Gambar 2) adalah
sebagai berikut: Kelas Magnoliophyta, sub-kelas Asteridae, ordo Asterales, famili
Asteraceae, genus Plucheacass, dan spesies Pluchea Indica L. Secara tradisional,
daun beluntas biasa digunakan sebagai penghilang bau badan, obat turun panas, obat
batuk, obat diare, dan mengobati sakit kulit.
Tanaman beluntas mengandung senyawa flavonoid yang efektif dalam
menangkap radikal bebas atau sebagai antioksidan (Panovskai, 2005). Menurut
Winarno (1997), antioksidan adalah senyawa yang memiliki kemampuan sebagai zat
anti radikal bebas. Radikal bebas adalah suatu senyawa yang mengandung molekul
yang tidak berpasangan dan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif, sehingga
untuk menstabilkan dirinya, radikal bebas akan menarik molekul lain seperti asam
lemak tidak jenuh, protein, polisakarida. Kandungan antioksidan dalam tepung daun
beluntas yaitu senyawa flavonoid, vitamin C dan -karoten dengan masing-masing
sebanyak 4,47%, 98,25 mg/100g dan 2,552 mg/100g. Beluntas juga mengandung
antinutrien yaitu tanin. Daun beluntas kering mengandung tanin sebesar 1,88%
(Rukmiasih et al., 2010). Tanin dengan level 0,5% atau lebih dalam pakan
menyebabkan penurunan pertumbuhan, ketersediaan energi pakan dan protein,
kematian lebih tinggi, juga menghambat aktivitas enzim (tripsin, amilase dan lipase)
(Johri, 2005).
4
Berdasarkan hasil penelitian Wahyudin (2006), pemberian tepung daun
beluntas sebanyak 1% hingga 2% dalam pakan tidak memberikan pengaruh terhadap
konsumsi pakan, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, persentase karkas,
dada dan paha itik. Akan tetapi, konversi pakan itik yang mendapat beluntas lebih
tinggi dari kontrol. Konversi pakan itik yang mendapat 1% beluntas sebesar 4,17,
sedangkan yang tidak mendapat beluntas (kontrol) sebesar 3,42 (Gunawan, 2005).
Rataan persentase dada yang diperoleh pada penelitian tersebut adalah 24,09%24,95% dan persentase paha yang adalah 24,44%- 25,71% (Wahyudin, 2006).
Gambar 2. Tanaman Beluntas
Vitamin
Menurut Widodo (2002), vitamin merupakan sejumlah persenyawaan organik
yang secara umum tidak ada hubungan atau kesamaan kimiawi satu sama lain.
Vitamin merupakan komponen dari bahan makanan tetapi bukan karbohidrat, lemak,
protein dan air dan terdapat dalam jumlah yang sedikit. Vitamin esensial dibutuhkan
untuk perkembangan jaringan normal dan untuk kesehatan, pertumbuhan dan hidup
pokok karena tubuh tidak dapat mensintesis sendiri kecuali beberapa vitamin seperti
vitamin C pada ayam dan vitamin B kompleks pada ruminansia (Widodo, 2002).
Ayam sangat peka terhadap defisiensi vitamin karena ayam sangat sedikit
sekali mendapat vitamin yang disintesa oleh mikroorganisme dalam saluran
pencernaan, sedangkan ayam membutuhkan banyak sekali vitamin untuk reaksireaksi metabolik dalam tubuhnya, selain itu cekaman yang tinggi membuat ayam
membutuhkan vitamin yang tinggi pula (Widodo, 2002).
5
Vitamin C adalah salah satu bahan yang bekerja sebagai antioksidan
sekunder. Antioksidan sekunder bekerja dengan memproses senyawa-senyawa
tertentu agar tidak berpotensi membentuk suatu radikal. Aktifitas antioksidan
sekunder akan bertambah efektif
bilamana disertai dengan adanya antioksidan
primer seperti vitamin E. Antioksidan primer bekerja dengan mengubah radikalradikal lipid menjadi produk yang lebih stabil (Gordon, 1990).
Menurut Widodo (2002), pengaruh pemberian vitamin C dalam air minum
pada broiler sebelum dipotong menghasilkan karkas yang tidak mudah mengalami
penyusutan sehingga kualitas karkas terjaga. Selain itu vitamin C juga dapat
mencegah katabolisme protein, sehingga pada ayam yang diberi vitamin C sebelum
dipotong, timbangan karkas menjadi lebih baik. Dosis yang dianjurkan adalah 9001.000 ppm dalam air minum pada waktu 24 jam sebelum dipotong. Menurut Kusnadi
(2006), pemberian vitamin C 250 ppm dapat digunakan untuk mengatasi cekaman
panas pada ayam broiler. Selain itu penambahan vitamin C pada suhu ruang panas
dapat meningkatkan pertumbuhan dan konsumsi pakan ayam broiler.
Vitamin E banyak digunakan dalam bentuk suplemen yang sekaligus
berfungsi sebagai sumber antioksidan. Vitamin E berfungsi melindungi asam-asam
lemak dan kolesterol dari oksidasi dengan cara menangkap radikal-radikal bebas
(Niki et al., 1995). Vitamin E terdapat dalam tiga bentuk yaitu ,
dan -tokoferol,
perbedaannya terletak pada gugus R1, R2, dan R3. Bentuk vitamin E yang paling
aktif atau paling efektif adalah -tokoferol (Widodo, 2002).
Berbagai penelitian menggunakan vitamin E pada berbagai jenis ternak
seperti ayam, kalkun, babi, sapi dan ikan, memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh
signifikan dari vitamin E terhadap penurunan oksidasi lipid di dalam daging dan
jaringan adipose ternak-ternak tersebut (Skibsted et al., 1998). Tanpa pengontrolan
terhadap oksidasi lipid menyebabkan kualitas daging, terutama kualitas organoleptik
seperti flavor dan warna daging menurun (Berges, 1999). Menurut Widodo (2002),
umumnya vitamin-vitamin yang larut dalam lemak memerlukan absorbsi lemak
normal untuk ikut diserap. Vitamin E yang larut dalam lemak ditranspor ke dalam
jaringan adipose dalam berbagai jangka waktu.
Aktivitas vitamin C sebagai agen pereduksi dapat semakin efektif bilamana
terdapat bersama vitamin E (Gordon, 1990). Dari penelitian secara in vitro diperoleh
6
informasi bahwa vitamin E dan C berinteraksi sinergistik dalam fungsinya sebagai
antioksidan (Niki et al., 1995).
Persentase Karkas dan Bagian-bagiannya
Karkas adalah bagian tubuh unggas setelah dilakukan penyembelihan secara
halal, pencabutan bulu, dan pengeluaran jeroan, tanpa kepala, leher, kaki (Standar
Nasional Indonesia, 2009). Persentase bobot karkas terhadap bobot hidup sering
dijadikan acuan ukuran produksi dari seekor ternak potong. Persentase karkas
dipengaruhi oleh genetik, fisiologi, umur dan berat tubuh dan kandungan nutrien
pakan selama ternak itik hidup. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
(2009), daging adalah otot skeletal dari karkas ayam yang aman, layak, dan lazim
dikonsumsi manusia. Menurut Soeparno (2005), daging adalah semua jaringan
hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai
untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang
memakannya.
Menurut Soeparno (2005), faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi laju
pertumbuhan dan komposisi tubuh. Faktor lingkungan dapat terbagi menjadi dua
kategori yaitu faktor fisiologis dan nutrien. Proporsi tulang, otot dan lemak sebagai
komponen karkas dipengaruhi oleh umur, berat hidup dan kadar laju pertumbuhan.
Bila proporsi salah satu variabel lebih tinggi, maka proporsi salah satu atau kedua
variabel lainnya lebih rendah (Soeparno, 2005). Bagian dada dan paha adalah salah
satu bagian karkas yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi (Omojola, 2007).
Menurut Bintang dan Antawidjaja (1995), semakin menurunnya taraf energi
dalam pakan terdapat kecenderungan penurunan lemak abdominal ternak entog.
Lemak abdominal pada entok jantan nyata lebih tinggi dibandingkan dengan betina
(P
ITIK ALABIO JANTAN UMUR 10 MINGGU YANG DIBERI
TEPUNG DAUN BELUNTAS, VITAMIN C DAN E
DALAM PAKAN
SKRIPSI
FITRIANI EKA PUJI LESTARI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
Fitriani Eka Puji Lestari. D14086009. 2011. Persentase Karkas, Dada, Paha dan
Lemak Abdomen Itik Alabio Jantan Umur 10 Minggu yang Diberi Tepung
Daun Beluntas, Vitamin C dan E Dalam Pakan. Program Alih Jenis Teknologi
Produksi Ternak. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
: Dr.Ir. Rukmiasih, MS.
: Dr.Ir. Sumiati, M.Sc.
Itik merupakan bagian dari unggas namun daging itik cenderung kurang
disukai karena bau yang lebih amis dibandingkan dengan daging ayam. Pemberian
antioksidan dapat menurunkan bau amis. Daun beluntas (Pluchea indica L) dapat
dimanfaatkan sebagai antioksidan alami, namun daun beluntas memiliki zat
antinutrien seperti tanin yang dapat berdampak negatif terhadap performa unggas.
Tanin yang terkandung dalam tepung daun beluntas 0,5% diharapkan tidak
mengganggu persentase karkas dada, paha dan lemak abdomen, oleh karenanya
kombinasi tepung daun beluntas 0,5% + vitamin C dan kombinasi tepung daun
beluntas 0,5% + vitamin E juga dilakukan pada penelitian ini. Vitamin C dan E
umum dimanfaatkan sebagai anti stres dan antioksidan.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah itik alabio jantan
sebanyak 96 ekor, pada umur 1-7 minggu pakan yang diberi adalah pakan komersial
sebagai pakan kontrol (K), pakan komersial + beluntas 0,5% (KB), kombinasi pakan
komersial + tepung daun beluntas 0,5% + vitamin C 250 mg/kg (KBC), kombinasi
pakan komersial + tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin E 400 IU/kg (KBE),
sedangkan pakan yang diberikan pada umur 7-10 minggu dicampur dedak dengan
perbandingan pakan komersial dan dedak yaitu 40:60. Pemeliharaan ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan, 3
ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 8 ekor. Data yang diperoleh diolah
menggunakan sidik ragam (ANOVA) kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17. Peubah
yang diamati adalah persentase karkas, dada, paha dan lemak abdomen, daging dan
tulang dada serta daging dan tulang paha.
Hasil penelitian menunjukan persentase karkas, dada, paha dan lemak
abdomen yang tidak berbeda nyata pada keempat perlakuan dengan kisaran
persentase karkas yang diperolah sebesar 59,64%-60,33%, persentase dada berkisar
antara 30,10%-32,16%, persentase paha berkisar antara 22,41%-23,53%, dan
persentase lemak abdomen berkisar antara 0,74%-0,95%. Persentase daging dada
daging paha pada keempat perakuan ini juga menunjukan hasil yang tidah berbeda.
Kisaran persentase daging dada adalah 84,18%-87,82%, persentase daging paha
berkisar antara 84,26%-88,34%. Tanin pada daun beluntas 0,5% dalam pakan,
kombinasi tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin C 250 mg/kg, serta kombinasi
tepung daun beluntas 0,5% dan vitamin E 400 IU/kg tidak mengganggu persentase
karkas, dada, paha, lemak abdomen, daging dada dan daging paha itik alabio jantan
pada umur 10 minggu.
Kata kunci : Itik alabio, karkas, lemak abdomen, daun beluntas, vitamin C,
vitamin E.
i
ABSTRACT
Percentage of Carcass, Breast, Thigh, and Abdominal Fat of 10 Weeks Age
Alabio Male Ducks Fed with Beluntas Leaf Meal, Vitamin C and E in the
Ration.
Lestari, F, E, P., Rukmiasih and Sumiati
Duck meat is potential as protein source, but the off-odor of it restricted the
consumption of this meat. Antioxidant could decrease the odor, but the effect of it on
the influence of the percentage of carcass, breast, thigh and abdominal fat must be
evaluated. Beluntas leaves, vitamin C and vitamin E can be used as antioxidant. The
objective of this research was to know the effect feeding beluntas leaf meal,
combination of beluntas leaf meal + vitamin C, an the combination of beluntas leaf
meal + vitamin E addition on carcass percentage, breast, thigh and abdominal fat.
This research used 96 alabio ducks. The ducks were reared from DOD up to 10
weeks. The diet treatments were control diet (K); comercial diet + beluntas leaf meal
0.5% (KB); comercial diet + beluntas leaf meal 0.5% + vitamins C 250 mg/kg
(KBC); comercial diet + beluntas leaf meal 0.5% + vitamin E 400 IU (KBE). The
data were analysed using ANOVA (Analysis of Variance), and any significant
diferrence was further analysed using Duncan Multiple Range Test. The results
showed that feeding beluntas leaf meal 0.5%, beluntas leaf meal 0.5 % and vitamin C
250 mg, and beluntas leaf meal 0.5% and 400 IU did not affect the carcass
percentage, breast, thigh and abdominal fat of male alabio duck.
Keywords : alabio duck, carcass, abdominal fat, beluntas leaf meal, vitamin C,
vitamin E.
ii
PERSENTASE KARKAS, DADA, PAHA DAN LEMAK ABDOMEN ITIK
ALABIO JANTAN UMUR 10 MINGGU YANG DIBERI TEPUNG DAUN
BELUNTAS, VITAMIN C DAN E
DALAM PAKAN
FITRIANI EKA PUJI LESTARI
D14086009
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
iii
Judul : Persentase Karkas, Dada, Paha Dan Lemak Abdomen Itik Alabio Jantan
Umur 10 Minggu yang Diberi Tepung Daun Beluntas, Vitamin C Dan E
dalam Pakan
Nama : Fitriani Eka Puji Lestari
NIM : D14086009
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
Pembimbing Anggota,
(Dr. Ir. Rukmiasih, MS.)
NIP: 19570405 198303 2 001
(Dr. Ir. Sumiati, M.Sc.)
NIP: 19611017 198603 2 001
Mengetahui:
Ketua Departemen,
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.)
NIP: 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian: 14 April 2011
Tanggal Lulus:
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 20 Mei 1988. Penulis merupakan
anak pertama dari Bapak Haryono dan Ibu Sri Redjeki serta memiliki satu orang
adik yang bernama Teguh Dwi Karyono.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Cimandala I Sukaraja
Kabupaten Bogor dan berhasil menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1999.
Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 8 Kota Bogor dan lulus pada tahun 2002. Kemudian penulis melanjutkan ke
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 8 Kota Bogor dan lulus pada tahun 2005.
Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Keahlian
Teknologi dan Manajemen Ternak, Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) dan menyelesaikan kuliah
pada tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Program
Alih Jenis Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala
Rahmat dan Hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul Persentase Karkas, Dada, Paha dan Lemak Abdomen Itik Alabio Jantan Umur
10 Minggu yang Diberi Tepung Daun Beluntas, Vitamin C dan E dalam Pakan .
Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW.
Itik merupakan salah satu ternak unggas yang potensial untuk dikembang
biakan. Meningkatnya permintaan daging itik merupakan peluang yang baik bagi
peternak. Namun daging itik memiliki beberapa kelemahan salah satunya adalah bau
amis dan pertumbuhan yang relatif lebih lambat bila dibandingkan dengan ayam
broiler. Bau amis dapat diturunkan dengan pemberian antioksidan. Pemberian tepung
daun beluntas, vitamin C dan vitamin E dapat dikombinasikan dalam pakan sebagai
antioksidan. Namun pemberian tambahan tepung daun beluntas dalam pakan harus
diperhatikan karena daun beluntas memiliki kandungan antinutrien seperti tanin yang
dapat mengganggu pertumbuhan sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi
persentase karkas, dada, paha dan lemak abdomen itik.
Kesulitan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah kesulitan dalam mencari
bibit ternak yang baik. Selain itu keterbatasan dalam memperoleh literatur yang
berhubungan dengan persentase karkas, persentase paha, persentase dada, lemak
abdomen dan beluntas.
Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca secara umumnya dan penulis sendiri, Amin.
Bogor, April 2011
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ....................................................................................................
i
ABSTRACT .......................................................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN ...............................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................
iv
RIWAYAT HIDUP............................................................................................
v
KATA PENGANTAR .......................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ..............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................
xi
PENDAHULUAN..............................................................................................
1
Latar Belakang..........................................................................................
Tujuan .......................................................................................................
1
2
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................
3
Itik (Anas platyrhynchos) .........................................................................
Beluntas ( Pluchea indica L.) ...................................................................
Vitamin .....................................................................................................
Persentase Karkas dan Bagian-bagiannya ................................................
3
4
5
7
MATERI DAN METODE .................................................................................
8
Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................
Materi Penelitian .......................................................................................
Ternak ...........................................................................................
Kandang dan Peralatan..................................................................
Pakan .............................................................................................
Prosedur ....................................................................................................
Persiapan Kandang........................................................................
Pembuatan Pakan ..........................................................................
Pemeliharaan Itik ..........................................................................
Rancangan dan Analisis Data ...................................................................
8
8
8
8
8
11
11
12
13
15
HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................
Karkas .......................................................................................................
Dada .......................................................................................................
Paha .......................................................................................................
Lemak Abdomen .......................................................................................
16
16
17
19
20
KESIMPULAN .................................................................................................. 22
vii
UCAPAN TERIMA KASIH.............................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 24
LAMPIRAN ....................................................................................................... 27
viii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Komposisi Kimia Ransum Komersial, Tepung Daun Beluntas, dan
Dedak Padi (As Fed) ............................................................................
9
2. Susunan dan Kandungan Nutrien, Antinutrien dan Antioksidan
dalam Pakan itik Perlakuan Umur 1-7 Minggu ................................... 10
3. Susunan dan Kandungan Nutrien, Antinutrien dan antioksidan
dalam Pakan itik Perlakuan Umur 7-10 Minggu ................................. 11
4. Rataan Bobot Potong, Bobot Karkas dan Persentase Karkas Itik
Alabio Jantan Umur 10 Minggu .......................................................... 16
5. Rataan Dada, Daging Dada dan Tulang Dada Itik Alabio Jantan
Umur 10 Minggu.................................................................................. 18
6. Rataan Persentase Paha, Daging Paha dan Tulang Paha Itik Alabio
Jantan Umur 10 Minggu ...................................................................... 19
7. Rataan Bobot dan Persentase Lemak Abdomen Itik Alabio Jantan
Umur 10 Minggu.................................................................................. 20
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Itik Alabio Jantan (SNI, 2009) .............................................................
4
2. Tanaman Beluntas................................................................................
5
3. Tepung Daun Beluntas......................................................................... 12
4. Karkas (a), Dada dan Paha (b) Itik Alabio Jantan Umur 10
Minggu
.. ...........................................................
14
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Bobot Potong Itik Alabio
Jantan Umur 10 Minggu. .................................................................... 27
2. Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Karkas Itik Alabio Jantan
Umur 10 Minggu.................................................................................. 27
3. Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Dada Itik Alabio Jantan Umur
10 Minggu. ........................................................................................... 27
4. Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Daging Dada Itik Alabio
Jantan Umur 10 Minggu. ..................................................................... 27
5. Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Tulang Dada Itik Alabio
Jantan Umur 10 Minggu. ..................................................................... 28
6. Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Paha Itik Alabio Jantan Umur
10 Minggu. .......................................................................................... 28
7. Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Daging Paha Itik Alabio
Jantan Umur 10 Minggu. .................................................................... 28
8. Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Tulang Paha Itik Alabio
Jantan Umur 10 Minggu...................................................................... 28
9. Hasil Uji Varian (Anova) Persentase Lemak Abdomen Itik Alabio
Jantan Umur 10 Minggu...................................................................... 29
xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan diiringi dengan
pengetahuan manusia akan pentingnya gizi dalam kehidupan, membuat permintaan
ternak sebagai salah satu sumber protein hewani semakin meningkat. Daging unggas
adalah salah satu jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh konsumen. Harga
yang relatif terjangkau membuat konsumen lebih memilih produk dari ternak unggas
dibandingkan ternak ruminansia. Bagi peternak, memelihara ternak unggas memiliki
beberapa kelebihan diantaranya adalah pemeliharaan yang singkat, pertumbuhan
yang cepat dan dapat berkembang biak dengan cepat pula. Hal inilah yang menjadi
salah satu alasan berkembangnya usaha peternakan unggas di Indonesia.
Berdasarkan data statistik Dirjen Peternakan (2009), ketersediaan daging secara
nasional pada tahun 2008 sebesar 2.138.234 ton. Dari jumlah ketersediaan tersebut,
1.430.371 ton berasal dari ternak unggas (ayam broiler, ayam ras petelur, ayam buras
dan itik). Dari ketersediaan daging unggas, 1.101.765ton (77,02%) berasal dari
daging ayam broiler, sedangkan daging dari itik hanya sebesar 25.782 ton (1,8% dari
total daging unggas).
Rendahnya minat masyarakat terhadap daging itik diduga karena bau daging
itik yang lebih amis dibandingkan dengan daging ayam. Bau amis ini dapat
diturunkan dengan penambahan antioksidan dalam pakan. Antioksidan yang
digunakan dapat berasal dari antioksidan alami maupun antioksidan sintetik.
Antioksidan alami dapat berasal dari tepung daun beluntas dan antioksidan sintetik
yang dapat diberikan adalah vitamin E dan vitamin C. Pada tepung daun beluntas,
selain terdapat antioksidan juga mengandung zat antinutrien, seperti tanin yang dapat
menghambat penyerapan protein pakan dalam tubuh sehingga dapat menghambat
pertumbuhan ternak. Berdasarkan penelitian sebelumnya, pemberian tepung daun
beluntas lebih dari 1 % dapat menurunkan performan itik, oleh karena itu pemberian
tepung daun beluntas pada penelitian ini diberikan sebesar 0,5% dengan harapan
tidak mempengaruhi pertumbuhan yang dapat mempengaruhi persentase karkas,
dada, paha dan lemak abdomen itik. Sementara vitamin C dan E dapat digunakan
sebagai anti stres pada ternak unggas. Kombinasi tepung daun beluntas 0,5% +
1
vitamin C 250 mg/kg dan kombinasi tepung daun beluntas 0,5% + vitamin E 400
IU/kg dicoba dalam penelitian ini.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung
daun beluntas 0,5% serta kombinasinya dengan vitamin C atau vitamin E dalam
pakan terhadap persentase karkas, dada, paha dan lemak abdomen itik alabio jantan
umur 10 minggu.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Itik (Anas platyrhynchos)
Menurut Achmanu (1997), itik termasuk ke dalam unggas air (waterfowl)
yang mempunyai klasifikasi sebagai berikut : kelas Aves, ordo Anseriformes, family
Anatidae, sub family Anatinae, rumpun (tribe) Anatini, genus Anas, spesies Anas
platyrhynchos. Itik lokal merupakan potensi sumber protein hewani yang dapat
dikembangkan. Salah satu contoh itik lokal adalah itik. Itik cihateup berasal dari
Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat.
Selain di Tasikmalaya, Itik cihateup juga dikembangbiakan di daerah Garut
(Wulandari, 2005).
Selain itik cihateup, itik yang cukup banyak dikembangbiakan di Indonesia
adalah itik alabio. Itik ini merupakan salah satu galur itik lokal yang sudah cukup
lama dikenal. Meskipun tergolong sebagai jenis itik penghasil telur, itik alabio jantan
juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber penghasil daging (Hardjosworo et al.,
2001).
Itik ini telah lama dipelihara dan berkembang di Kalimantan Selatan
(Suryana, 2007). Menurut Randa (2007), itik alabio jantan memiliki persentasi
karkas yang lebih besar dari itik cihateup.
Menurut Standar Nasional Indonesia (2009), persyaratan itik alabio jantan
adalah kondisi fisik harus sehat, kaki normal dan dapat berdiri tegak, mata bersinar,
tampak segar dan aktif, tidak ada kelainan bentuk dan tidak cacat fisik. Secara
kualitatif, persyaratan itik alabio jantan adalah postur tubuh tegak membentuk sudut
700, paruh berwarna kuning sampai kuning jingga dengan bercak hitam pada bagian
ujung, terdapat bulu putih membentuk garis mulai dari pangkal paruh sampai ke
bagian belakang kepala dan bulu kepala bagian atas berwarna hitam, kaki berwarna
kuning jingga, bulu leher bagian depan berwarna putih, sedangkan bagian belakang
berwarna hitam, bulu dada berwarna coklat kemerahan, bulu punggung dan perut
berwarna abu-abu dengan bercak coklat, bulu sayap sekunder berwarna biru
kehijauan dan mengkilap, bulu ekor berwarna hitam dan melingkar keatas. Ciri-ciri
itik alabio jantan dapat dilihat seperti pada Gambar 1.
3
Gambar 1. Itik Alabio Jantan
Sumber : SNI (2009)
Beluntas ( Pluchea indica L.)
Menurut Asiamaya (2003), klasifikasi tanaman beluntas (Gambar 2) adalah
sebagai berikut: Kelas Magnoliophyta, sub-kelas Asteridae, ordo Asterales, famili
Asteraceae, genus Plucheacass, dan spesies Pluchea Indica L. Secara tradisional,
daun beluntas biasa digunakan sebagai penghilang bau badan, obat turun panas, obat
batuk, obat diare, dan mengobati sakit kulit.
Tanaman beluntas mengandung senyawa flavonoid yang efektif dalam
menangkap radikal bebas atau sebagai antioksidan (Panovskai, 2005). Menurut
Winarno (1997), antioksidan adalah senyawa yang memiliki kemampuan sebagai zat
anti radikal bebas. Radikal bebas adalah suatu senyawa yang mengandung molekul
yang tidak berpasangan dan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif, sehingga
untuk menstabilkan dirinya, radikal bebas akan menarik molekul lain seperti asam
lemak tidak jenuh, protein, polisakarida. Kandungan antioksidan dalam tepung daun
beluntas yaitu senyawa flavonoid, vitamin C dan -karoten dengan masing-masing
sebanyak 4,47%, 98,25 mg/100g dan 2,552 mg/100g. Beluntas juga mengandung
antinutrien yaitu tanin. Daun beluntas kering mengandung tanin sebesar 1,88%
(Rukmiasih et al., 2010). Tanin dengan level 0,5% atau lebih dalam pakan
menyebabkan penurunan pertumbuhan, ketersediaan energi pakan dan protein,
kematian lebih tinggi, juga menghambat aktivitas enzim (tripsin, amilase dan lipase)
(Johri, 2005).
4
Berdasarkan hasil penelitian Wahyudin (2006), pemberian tepung daun
beluntas sebanyak 1% hingga 2% dalam pakan tidak memberikan pengaruh terhadap
konsumsi pakan, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, persentase karkas,
dada dan paha itik. Akan tetapi, konversi pakan itik yang mendapat beluntas lebih
tinggi dari kontrol. Konversi pakan itik yang mendapat 1% beluntas sebesar 4,17,
sedangkan yang tidak mendapat beluntas (kontrol) sebesar 3,42 (Gunawan, 2005).
Rataan persentase dada yang diperoleh pada penelitian tersebut adalah 24,09%24,95% dan persentase paha yang adalah 24,44%- 25,71% (Wahyudin, 2006).
Gambar 2. Tanaman Beluntas
Vitamin
Menurut Widodo (2002), vitamin merupakan sejumlah persenyawaan organik
yang secara umum tidak ada hubungan atau kesamaan kimiawi satu sama lain.
Vitamin merupakan komponen dari bahan makanan tetapi bukan karbohidrat, lemak,
protein dan air dan terdapat dalam jumlah yang sedikit. Vitamin esensial dibutuhkan
untuk perkembangan jaringan normal dan untuk kesehatan, pertumbuhan dan hidup
pokok karena tubuh tidak dapat mensintesis sendiri kecuali beberapa vitamin seperti
vitamin C pada ayam dan vitamin B kompleks pada ruminansia (Widodo, 2002).
Ayam sangat peka terhadap defisiensi vitamin karena ayam sangat sedikit
sekali mendapat vitamin yang disintesa oleh mikroorganisme dalam saluran
pencernaan, sedangkan ayam membutuhkan banyak sekali vitamin untuk reaksireaksi metabolik dalam tubuhnya, selain itu cekaman yang tinggi membuat ayam
membutuhkan vitamin yang tinggi pula (Widodo, 2002).
5
Vitamin C adalah salah satu bahan yang bekerja sebagai antioksidan
sekunder. Antioksidan sekunder bekerja dengan memproses senyawa-senyawa
tertentu agar tidak berpotensi membentuk suatu radikal. Aktifitas antioksidan
sekunder akan bertambah efektif
bilamana disertai dengan adanya antioksidan
primer seperti vitamin E. Antioksidan primer bekerja dengan mengubah radikalradikal lipid menjadi produk yang lebih stabil (Gordon, 1990).
Menurut Widodo (2002), pengaruh pemberian vitamin C dalam air minum
pada broiler sebelum dipotong menghasilkan karkas yang tidak mudah mengalami
penyusutan sehingga kualitas karkas terjaga. Selain itu vitamin C juga dapat
mencegah katabolisme protein, sehingga pada ayam yang diberi vitamin C sebelum
dipotong, timbangan karkas menjadi lebih baik. Dosis yang dianjurkan adalah 9001.000 ppm dalam air minum pada waktu 24 jam sebelum dipotong. Menurut Kusnadi
(2006), pemberian vitamin C 250 ppm dapat digunakan untuk mengatasi cekaman
panas pada ayam broiler. Selain itu penambahan vitamin C pada suhu ruang panas
dapat meningkatkan pertumbuhan dan konsumsi pakan ayam broiler.
Vitamin E banyak digunakan dalam bentuk suplemen yang sekaligus
berfungsi sebagai sumber antioksidan. Vitamin E berfungsi melindungi asam-asam
lemak dan kolesterol dari oksidasi dengan cara menangkap radikal-radikal bebas
(Niki et al., 1995). Vitamin E terdapat dalam tiga bentuk yaitu ,
dan -tokoferol,
perbedaannya terletak pada gugus R1, R2, dan R3. Bentuk vitamin E yang paling
aktif atau paling efektif adalah -tokoferol (Widodo, 2002).
Berbagai penelitian menggunakan vitamin E pada berbagai jenis ternak
seperti ayam, kalkun, babi, sapi dan ikan, memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh
signifikan dari vitamin E terhadap penurunan oksidasi lipid di dalam daging dan
jaringan adipose ternak-ternak tersebut (Skibsted et al., 1998). Tanpa pengontrolan
terhadap oksidasi lipid menyebabkan kualitas daging, terutama kualitas organoleptik
seperti flavor dan warna daging menurun (Berges, 1999). Menurut Widodo (2002),
umumnya vitamin-vitamin yang larut dalam lemak memerlukan absorbsi lemak
normal untuk ikut diserap. Vitamin E yang larut dalam lemak ditranspor ke dalam
jaringan adipose dalam berbagai jangka waktu.
Aktivitas vitamin C sebagai agen pereduksi dapat semakin efektif bilamana
terdapat bersama vitamin E (Gordon, 1990). Dari penelitian secara in vitro diperoleh
6
informasi bahwa vitamin E dan C berinteraksi sinergistik dalam fungsinya sebagai
antioksidan (Niki et al., 1995).
Persentase Karkas dan Bagian-bagiannya
Karkas adalah bagian tubuh unggas setelah dilakukan penyembelihan secara
halal, pencabutan bulu, dan pengeluaran jeroan, tanpa kepala, leher, kaki (Standar
Nasional Indonesia, 2009). Persentase bobot karkas terhadap bobot hidup sering
dijadikan acuan ukuran produksi dari seekor ternak potong. Persentase karkas
dipengaruhi oleh genetik, fisiologi, umur dan berat tubuh dan kandungan nutrien
pakan selama ternak itik hidup. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
(2009), daging adalah otot skeletal dari karkas ayam yang aman, layak, dan lazim
dikonsumsi manusia. Menurut Soeparno (2005), daging adalah semua jaringan
hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai
untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang
memakannya.
Menurut Soeparno (2005), faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi laju
pertumbuhan dan komposisi tubuh. Faktor lingkungan dapat terbagi menjadi dua
kategori yaitu faktor fisiologis dan nutrien. Proporsi tulang, otot dan lemak sebagai
komponen karkas dipengaruhi oleh umur, berat hidup dan kadar laju pertumbuhan.
Bila proporsi salah satu variabel lebih tinggi, maka proporsi salah satu atau kedua
variabel lainnya lebih rendah (Soeparno, 2005). Bagian dada dan paha adalah salah
satu bagian karkas yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi (Omojola, 2007).
Menurut Bintang dan Antawidjaja (1995), semakin menurunnya taraf energi
dalam pakan terdapat kecenderungan penurunan lemak abdominal ternak entog.
Lemak abdominal pada entok jantan nyata lebih tinggi dibandingkan dengan betina
(P