Kinerja produksi dan optimalisasi input pada usaha pendederan ikan patin Pangasius hypophthalmus ukuran 2 inci di Desa Sukamandijaya, Subang

KINERJA PRODUKSI DAN OPTIMALISASI INPUT PADA
USAHA PENDEDERAN IKAN PATIN Pangasius hypophthalmus
UKURAN 2 INCI DI DESA SUKAMANDIJAYA, SUBANG

ITA APRIANI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul `Kinerja produksi dan
optimalisasi input pada usaha pendederan ikan patin Pangasius hypophthalmus
ukuran 2 inci di Desa Sukamandijaya, Subang` adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2013
Ita Apriani
NIM C14090019

ABSTRAK
ITA APRIANI. Kinerja produksi dan optimalisasi input pada usaha pendederan
ikan patin Pangasius hypophthalmus ukuran 2 inci di Desa Sukamandijaya,
Subang. Dibimbing oleh TATAG BUDIARDI dan YANI HADIROSEYANI.
Produksi benih ikan patin siam P. hypophthalmus ukuran ±2 inci setiap
tahun mengalami pasang surut dengan permasalahan yang dihadapai adalah belum
optimalnya faktor produksi yang digunakan. Dengan demikian, tujuan penelitian
ini adalah menganalisis kinerja produksi dan optimalisasi input pada usaha
pendederan ikan patin ukuran 2 inci di Desa Sukamandijaya. Penelitian ini
menggunakan metode survei. Analisis data menggunakan fungsi produksi CobbDouglas dengan software Ms. Excel 2007 dan SPSS 16.0. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang total 2,37±0,018 cm/ekor, dan laju
pertumbuhan spesifik (SGR) 7,77% dengan pemeliharaan sekitar 15-21 hari.
Pendugaan faktor produksi yang dapat dioptimalkan adalah kepadatan benih 14
ekor/liter, pelet apung 0,0076 kg/liter, dan pakan remah (crumble) 0,0017 kg/liter.

Pemberian pakan sekenyangnya dengan frekuensi 3 kali per hari. Pergantian air
dilakukan 2 hari sekali sebanyak 50%. Analisis usaha pada kondisi optimal adalah
R/C 1,40, Pay Back Period 0,31 tahun, Break Even Point sebesar Rp 5.740.748
dan 41.005 ekor. Nilai Return to Scale 1,004 menunjukkan bahwa usaha masih
layak untuk dikembangkan.
Kata kunci: patin Pangasius hypophthalmus, kinerja produksi pendederan,
optimalisasi input

ABSTRACT
ITA APRIANI. Production performance and optimalization inputs on patin
Pangasius hypophthalmus 2 inches nursery business in Sukamandijaya`s Village,
Subang. Supervised by TATAG BUDIARDI and YANI HADIROSEYANI
Seed production of patin P. hypophthalmus sized 2 inches has a fluctuative
result every year with farmers found several problems there are unoptimal of input
factor`s usage. The purpose of this study is to analyze the production performance
and optimization the use of production factors of catfish nursery business sized 2
inches in Sukamandijaya`s Village. The method that used in this research is a
survay. Analysis of data using of Cobb-Douglas production function with
software Ms. Excel 2007 and SPSS 16.0. The result of performance`s production
with period of 15-21 days maintenance has resulted in fish growth in total length

2,37±0,018 cm/fish and Spesific Growth Rate (SGR) 7,77%. Estimation of the use
inputs that can be optimized is 14 fish/liter for seeds, 0,0076 kg/litre for floating
pellets, and 0,0017 kg/litre for pellets crumble. The fish feed at satiation with
feeding frequency was 3 times per day, and the water changed every 2 days as
much as 50%. The result of business analysis in optimal conditions is R/C of 1,40,
Payback Period 0,31 years, Break Even Point of Rp 5.740.748 and 41.005 fish.
Value of Return to Scale 1,004 indicates that the business is still viable to be
develop.
Keywords:

patin Pangasius hypophthalmus,
optimization of input

production

performance,

KINERJA PRODUKSI DAN OPTIMALISASI INPUT PADA
USAHA PENDEDERAN IKAN PATIN Pangasius hypophthalmus
UKURAN 2 INCI DI DESA SUKAMANDIJAYA, SUBANG


ITA APRIANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul skripsi : Kinerja produksi dan optimalisasi input pada usaha pendederan
ikan patin Pangasius hypophthalmus ukuran 2 inci di Desa
Sukamandijaya, Subang
Nama
: Ita Apriani

NIM
: C14090019

Disetujui oleh

Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si
Pembimbing I

Ir. Yani Hadiroseyani, MM.
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Sukenda, M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (…………………………..)

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2012 ini adalah
optimalisasi usaha, dengan judul kinerja produksi dan optimalisasi input pada
usaha pendederan ikan patin siam Pangasius hypophthalmus ukuran 2 inci di
Desa Sukamandijaya, Subang.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ayahanda Haryono dan Ibunda Sukarti, Kakak/Cax Julian Karta Negara, dan
Adik Siti Lamsariati atas doa, kasih sayang, dan dukungannya.
2. Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si. selaku Pembimbing I dan Ir. Yani Hadiroseyani,
M.M. selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis sampai menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Dinamella Wahjuningrum, S.Si. selaku dosen penguji.
4. Bapak Dr. Alimuddin selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan
semangat dan motivasi kepada penyusun.
5. Bapak Edi Suhendi, A.Md., Ibu Sokai, dan kang Rohim, serta petani
responden yang telah membantu penulis di Desa Sukamandijaya.
6. Geng Cherlybell (Tia Oktaviani/te2h, Ulfah Fayumi/nyumi, Peni
Pitriani/penong, Ulfatul Hidayah/atul, dan Febrina rolin/Orin) yang telah
menemani hari-hari selama masa perkuliahan dan penelitian.
7. Keluarga besar BDP 46 terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan para
pembaca untuk melakukan usaha budidaya pendederan ikan patin.

Bogor, Maret 2013
Ita Apriani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

METODE

2

Waktu dan Tempat

2

Metode Penelitian

2

Analisis Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN


4

Keadaan Umum Daerah Penelitian

4

Karakteristik Pembudidaya

5

Aktivitas Pendederan

6

Kinerja Produksi

8

Analisis Pendugaan Produksi


11

Analisis Optimalisasi Penggunaan Input

13

Analisis Usaha

14

SIMPULAN DAN SARAN

15

Simpulan

15

Saran


15

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

18

RIWAYAT HIDUP

23

DAFTAR TABEL
1 Kinerja produksi pembudidaya ikan patin ukuran 2 inci
2 Hasil pendugaan koefisien regresi dengan metode kuadrat terkecil pada
usaha pendederan ikan patin ukuran 2 inci
3 Rata-rata input dan output produksi usaha pendederan ikan patin
4 Nilai Net Profit Margin (NPM), input dan output yang optimal
5 Kenaikan biaya variabel, penerimaan dan keuntungan usaha pendederan
ikan patin ukuran 2 inci per liter kondisi aktual dan optimal
6 Analisis pendapatan usaha (laba rugi)

10
11
12
13
14
15

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Peta Desa Sukamandijaya, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang
Persiapan wadah pemeliharaan
Korelasi antara volume yang digunakan dan jumlah benih yang ditebar
Korelasi antara jumlah benih yang ditebar dan jumlah pelet
Korelasi lama pemeliharaan dan pertumbuhan panjang total benih
Korelasi lama pemeliharaan dan pertumbuhan bobot benih
Koefisien keragaman benih patin di Desa Sukamandijaya

5
6
7
7
9
9
10

DAFTAR LAMPIRAN
1 Karakteristik responden pembudidaya ikan patin ukuran 2 inci
2 Faktor produksi. harga dan nilai beli pada usaha pendederan ikan patin
ukuran 2 inci
3 Hasil pendugaan fungsi produksi dengan metode kuadrat terkecil
4 Grafik Normal P-Plot Regression Of Output
5 Contoh perhitungan input produksi optimal
6 Analisis usaha pendederan ikan patin ukuran 2 inci pada kondisi aktual
dan optimal di Desa Sukamandijaya
7 Perhitungan analisis usaha pada kondisi aktual dan optimal pada usaha
pendederan ikan patin ukuran 2 inci di Desa Sukamandijaya

18
19
19
19
20
21
22

1

PENDAHULUAN
Ikan patin Pangasius hypophthalmus merupakan salah satu jenis ikan air tawar
yang populer di kalangan masyarakat. Untuk itu, budidaya merupakan salah satu cara
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar. Konsumsi
ikan penduduk Indonesia pada tahun 2011 sebesar 31,64 kg/kapita/tahun meningkat
3,83% dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 30,64 kg/kapita/tahun (KKP b 2011).
Menurut Trobos (2011) peluang pasar ekspor ikan patin masih sangat terbuka, misalnya
Uni Eropa membutuhkan sekitar 230 ribu ton, Rusia 125 ribu ton, Ukraina 75 ribu ton,
Mesir 26 ribu ton, dan Amerika Serikat 25 ribu ton per tahunnya. Namun demikian,
produksi patin Indonesia masih sangat rendah yaitu pada tahun 2011 sekitar 229 ribu
ton dengan data produksi benih sekitar 541 juta ekor (KKP a 2012).
Ikan patin merupakan salah satu komoditas unggulan yang sedang dikembangkan
oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dengan target produksi
yang hampir mencapai 2 juta ton pada tahun 2014. Produksi tersebut akan tercapai
apabila ditunjang dengan ketersediaan benih dalam jumlah yang cukup pada waktu
diperlukan. Karena kebutuhan benih ikan patin meningkat, maka prospek usaha
budidaya di segmen pembenihan dan pendederan ikan patin sangat berpeluang untuk
dikembangkan.
Kabupaten Subang secara geografi terletak di bagian utara provinsi Jawa Barat
yaitu antara 107’’31’ – 107’’54’ Bujur Timur dan 6’’11’ – 6’’49’ Lintang Selatan.
Hampir seluruh luas lahan terdiri atas lahan basah (sawah) seluas 89.701 ha atau
sebesar 41,28% dan lahan kering seluas 120.475 ha atau 58,72%. Dari kondisi tersebut,
subsektor perikanan menyumbangkan sebesar 1,85% dari total produk domestik
regional bruto Kabupaten Subang (DKP Subang 2004 dalam Rosiah 2005).
Ciasem merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Subang. Desa
Sukamandijaya terletak di Kecamatan Ciasem yang memiliki potensi usaha
pembenihan dan pendederan ikan patin. Kelompok tani Sengon Jaya merupakan salah
satu kelompok usaha produksi benih ikan patin ukuran 2 inci. Dalam kegiatan
berproduksi, tujuan pembudidaya ikan adalah memaksimumkan keuntungan. Perolehan
keuntungan maksimum berkaitan erat dengan penggunaan faktor produksi yang
optimal.
Usaha pendederan ikan patin siam di Desa Sukamandijaya menyimpan potensi
yang cukup besar untuk dikembangkan karena merupakan salah satu sentra pendederan
ikan patin yang menyuplai kebutuhan benih patin wilayah Jawa Barat dan luar Pulau
Jawa. Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Jawa Barat (2009) data proyeksi
tahun 2014 produksi ikan patin sebesar 319.300 ton/tahun, maka untuk mencapai target
produksi tersebut dibutuhkan ketersediaan benih sekitar 1.185.000.000 ekor/tahun.
Dengan demikian, perlu dilakukan suatu usaha produksi yang berkelanjutan.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja produksi dan optimalisasi
penggunaan faktor produksi usaha pendederan ikan patin ukuran 2 inci di Desa
Sukamandijaya, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang

2

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada pembudidaya pendederan ikan patin yang tergabung
dalam kelompok plasma usaha produksi benih ikan patin ukuran 2 inci di Desa
Sukamandijaya, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2012.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei. Menurut Soeratno dan Arsyad (1999)
dalam Hendriyanto (2010), metode penelitian dengan menggunakan studi kasus
menunjukkan bahwa penelitian dilakukan dalam lingkup yang terbatas, sehingga hasil
penelitian tidak dapat digeneralisasikan. Studi kasus digunakan dalam penelitian ini
karena metode ini paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di daerah penelitian.
Satuan kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelompok plasma tani
`Sengon Jaya` di Desa Sukamandijaya, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang,
Provinsi Jawa Barat.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data text dan data image.
Data text adalah data yang diperoleh dalam bentuk alphabet dan angka numerik,
sedangkan data image adalah data yang ditampilkan dalam bentuk foto, diagram dan
sejenisnya yang memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan tertentu
(Fauzi 2001 dalam Hendriyanto 2010). Sumber data yang digunakan dalam penelitian
adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui pengamatan secara
langsung di lapangan, wawancara dan pengisian kuisioner. Data yang dikumpulkan
meliputi karakteristik pembudidaya seperti usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan,
kepemilikan dan lama usaha, jumlah tanggungan keluarga, serta keikutsertaan dalam
pelatihan di bidang perikanan. Selain itu, diambil juga data yang berkaitan dengan
usaha pendederan ikan patin seperti pengambilan data derajat kelangsungan hidup
yang dilakukan 2 kali yakni pada awal dan akhir siklus pendederan, laju pertumbuhan
spesifik (SGR), dan pertumbuhan panjang mutlak diperoleh dengan mengambil sampel
3 orang pembudidaya dengan jumlah ikan 30 ekor setiap samplingnya. Sampling
dilakukan setiap 7 hari sekali, yaitu pada hari ke-0, hari ke-7, hari ke-14, dan hari ke-21.
Pengukuran panjang tubuh ikan dilakukan dengan menggunakan penggaris. Panjang
total diukur dari ujung mulut ikan hingga ujung ekor ikan, sementara panjang baku
diukur dari ujung mulut ikan hingga pangkal ekor ikan. Bobot ikan diukur
menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram.
Data sekunder diperoleh dari Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan, internet,
majalah, dan lembaga atau instansi yang berhubungan dengan penelitian seperti Data
Potensi Desa Sukamandijaya. Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah
metode sensus, yaitu responden dipilih untuk memenuhi tujuan tertentu mengandalkan
logika atas kaidah-kaidah yang berlaku yang didasari pertimbangan peneliti (Diatin, et
al 2007). Jumlah responden yang diambil adalah 13 individu pembudidaya dengan
kriteria masih aktif dan memiliki pengalaman dalam kegiatan pendederan ukuran 2 inci
minimal 1 tahun.

3
Penghitungan parameter teknis produksi meliputi :
1) Derajat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) menggunakan rumus dari
Zonneveld, et al (1991) yaitu sebagai berikut:
Nt
x100%
SR 
No
Keterangan :
SR = Survival Rate (%)
Nt = Jumlah ikan pada akhir pengamatan (ekor)
No = Jumlah ikan pada awal pengamatan (ekor)
2) Pertumbuhan panjang mutlak dihitung menggunakan rumus dari Effendie (2002)
sebagai berikut:
P = Pt – Po....................................................................................................(2)
Keterangan:
P = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Pt = Panjang rata-rata ikan ke-t (cm)
Po = Panjang rata-rata ikan ke-0 (cm)
3) Laju pertumbuhan spesifik atau Spesific Growth Rate (SGR) menggunakan rumus
dari Huisman (1987) yaitu sebagai berikut:
........................................................................(3)
Keterangan:
SGR= Laju pertumbuhan spesifik (%)
Wt = Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (gram/ekor)
Wo = Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (gram/ekor)
t = Periode pemeliharaan (hari)
4) Koefisien keragaman (KK) dihitung menggunakan rumus (Steel dan Torrie
1981):
KK = (S/Y ) x 100 %............................. .....................................................(4)
Keterangan :
KK = Koefisien keragaman (%)
S = Simpangan baku
Y = Rata-rata contoh

Analisis Data
Analisis fungsi produksi dilakukan menggunakan pendekatan fungsi produksi
model Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan untuk menduga
hubungan antara produksi (output) dan variabel produksi (input) (Chong dan Lizarondo
1979). Model pendugaan dari persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai
berikut:
Y=α
.............................................................(5)
Keterangan:
Y = Produksi ikan patin (ekor/m2)
α = Konstanta
bi = Koefisien regresi (i=1,2,3,....n)
Xn = Faktor produksi (n=1,2,3,.....n)
Ketepatan model diuji dengan menggunakan uji F untuk mengetahui faktor
produksi (X1) secara bersama mempengaruhi output (Y) yang dihasilkan.

4
Fhitung =

...................................................................................... (6)

Keterangan:
JKR = Jumlah Kuadrat Regresi
JKD = Jumlah Kuadrat Residual
N
= Jumlah sampel
K
= Jumlah variabel
jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, artinya faktor produksi secara simultan tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi. Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, artinya faktor
produksi secara simultan berpengaruh nyata terhadap produksi. Pada analisis fungsi
produksi, selain digunakan analisis kriteria statistik juga dilakukan analisis kriteria
ekonometrik untuk menguji ketepatan model yang digunakan. Analisis kriteria
ekonometrik dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi memenuhi asumsi
normalitas, multikolinearitas, kedastisitas, dan tidak terjadi autokorelasi.
RTS (Return To Scale) atau keadaan skala usaha diperlukan untuk menentukan
kombinasi penggunaan faktor produksi. Terdapat 3 kemungkinan return to scale, yaitu
(Hendriyanto 2010):
1. Decreasing Return To Scale, bila (b1+b2+…..+bn) < 1, dapat diartikan bahwa
proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan proporsi penambah
produksi yang lebih kecil
2. Constant Return To Scale, bila (b1+b2+…..+bn) = 1, dapat diartikan bahwa
proporsi penambah faktor produksi akan proporsional dengan produksi yang
diperoleh
3. Increasing Return To scale, bila (b1+b2+…..+bn) > 1, dapat diartikan bahwa
proporsi penambah faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang
proporsinya lebih besar.
Menurut Hendriyanto (2010) analisis usaha digunakan untuk menghitung
besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha dalam waktu satu tahun.
Analisis usaha ini terdiri dari analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan
dan biaya (R/C), harga pokok penjualan (HPP), analisis payback period (PP), dan
analisis break even point (BEP).
Batasan pengukuran meliputi (a) variabel yang dijelaskan (output), yaitu benih
patin ukuran 2 inci, (b) variabel yang menjelaskan (input) terdiri atas jumlah benih
(ekor), pelet apung (kg), dan pakan remah (kg), (c) variabel input ini dihitung per
volume efektif bak, (d) umur usaha dalam penelitian ini ditetapkan minimal 1 tahun, (e)
optimalisasi input produksi dengan menggunakan metode Cobb-Douglas dan analisis
usaha.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Daerah Penelitian
Kecamatan Ciasem merupakan bagian dari Kabupaten Subang yang berjarak
sekitar 40 Km dari Kota Subang. Luas wilayah Ciasem 7.914 ha yang dibagi ke dalam
9 desa. Desa Sukamandijaya memiliki luas 158,99 ha yang terdiri atas pemukiman 13
ha, persawahan 34 ha, perkebunan 60,64 ha, makam 0,80 ha, perkantoran 0,50 ha, dan
luas prasarana umum 0,55 ha (Data Potensi Desa 2011).

5

Gambar 1 Desa Sukamandijaya, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang
Sumber : Data Potensi Desa 2011

Berdasarkan data potensi dan kelurahan tahun 2011 wilayah Desa Sukamandijaya
memiliki 45 unit rukun tetangga dan 21 unit rukun warga dengan jumlah tempat tinggal
sebanyak 4141 unit. Jumlah penduduk di Desa Sukamandijaya adalah 33.710 orang
yang terdiri dari 17.126 orang laki-laki dan 16.584 orang perempuan.
Jenis pekerjaan di Desa Sukamandijaya terdiri atas petani, buruh tani, pegawai
negeri sipil, pedagang keliling, perikanan, montir, dokter, bidan, perawat, pembantu
rumah tangga, TNI/POLRI, pensiunan PNS/TNI/POLRI, pengusaha kecil dan
menengah, dukun kampung terlatih, karyawan perusahaan swasta, dan perangkat desa.
Pekerjaan yang paling dominan adalah karyawan perusahaan swasta yakni mencapai
45,88%, diikuti dengan buruh tani 12,24%, pensiunan PNS/TNI/POLRI 9,09%,
pembantu rumah tangga 8,81%, dan penduduk yang bekerja di bidang perikanan hanya
0,42%.
Sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung dari keberhasilan suatu
wilayah/kota. Sarana dan prasarana yang terdapat di wilayah Desa Sukamandijaya
adalah masjid, mushola, puskesmas, posyandu, kantor praktek dokter, lapangan
olahraga, warnet, dan sarana pendidikan. Selain itu sarana transportasi yang terdapat di
desa Sukamandijaya didominasi oleh becak 156 unit, ojek 100 unit, angkutan perdesa/kelurahan 4 unit, dan truk umum 1 unit dengan panjang jalan 10 km (Data Potensi
Desa 2011).

Karakteristik Pembudidaya
Jumlah responden pembudidaya ikan patin sebanyak 13 orang dengan usia
berkisar antara 30-55 tahun, dan rata-rata berusia 41 tahun. Tingkat pendidikan yang
dimiliki oleh pembudidaya pendederan ikan patin ukuran 2 inci adalah lulusan SD 8
orang, lulusan SMP 3 orang, lulusan STM 1 orang, dan Sarjana 1 orang. Para
pembudidaya yang melakukan usaha pendederan ikan patin ini 69% atau sebanyak 9
orang menjadikan usaha pendederan patin sebagai pekerjaan sampingan sedangkan
31% atau sebanyak 4 orang menjadikannya sebagai pekerjaan utama.
Pelatihan ataupun penyuluhan yang diadakan oleh
Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), Dinas Perikanan, dan pihak Balai BPBAT Subang sering mereka
ikuti untuk menambah wawasan dan jaringan antar pembudidaya. Hal ini terbukti
dengan 77% atau sebanyak 10 orang pernah mengikuti pelatihan dan 23% atau
sebanyak 3 orang belum pernah mengikuti pelatihan.

6
Aktivitas Pendederan
Persiapan wadah dilakukan untuk memulai proses budidaya. Bak yang digunakan
oleh petani pendederan patin di Desa Sukamandijaya yakni berupa bak beton dan bak
terpal dengan volume per bak 3.600-16.000 liter. Pada tahap persiapan bak ini, yang
pertama kali adalah pengeringan bak dengan cara air disedot dengan selang yang
berdiameter 1 inci dan panjang 5 meter (Gambar 2a). Selanjutnya tahapan kedua adalah
dinding dan dasar bak dibersihkan dari lumut yang menempel dengan cara disikat.
Kemudian bak dibilas dengan air hingga bersih dan tidak ada lumut yang tersisa
(Gambar 2b).

(a) Penyurutan air
(b) bak yang sudah dibersihkan
Gambar 2 Persiapan wadah pemeliharaan
Sumber air yang digunakan untuk budidaya ikan berasal dari air tanah. Pengisian
air dilakukan hingga mencapai tinggi 30 cm. Penebaran benih dilakukan setelah air bak
diendapkan selama 1 malam. Benih yang ditebar berukuran 1 inci yang berasal dari
pembudidaya di wilayah Desa Sukamandijaya. Pada proses penebaran benih, terlebih
dahulu dilakukan aklimatisasi selama 15 menit dengan tujuan untuk menghindari stres
pada ikan. Harga benih patin ukuran 0,75-1 inci adalah Rp 80 dengan bobot 0,17-0,26
gram/ekor.
160

benih (ribu ekor)

140
y = 0.0102x - 11.265
R² = 0.7358

120
100
80
60
40

20
-

5,000
10,000
volume (liter)

15,000

20,000

Gambar 3 Korelasi antara volume yang digunakan dan jumlah benih yang ditebar
Padat penebaran tidak diperhitungkan berdasarkan volume air yang digunakan
oleh para pembudidaya, sehingga padat tebar benih ditentukan sendiri oleh
pembudidaya berdasarkan modal usaha yang dimiliki dan berdasarkan pengalaman.

7
Secara aktual padat tebar minimal 4 ekor/liter dan maksimal 14 ekor/liter. Banyaknya
benih yang ditebar rata-rata secara keseluruhan padat tebar pembudidaya patin di Desa
Sukamandijaya adalah 9 ekor/liter. Pembudidaya di Desa Sukamandijaya jika
digolongkan berdasarkan padat tebar pemeliharaan patin masih tergolong tradisional.
Salah satu yang menggambarkan para pembudidaya tergolong tradisional adalah
korelasi antara jumlah benih yang ditebar dengan volume air yang digunakan oleh para
pembudidaya di Desa Sukamandjaya terlihat tidak teratur (Gambar 3).
160
140
y = 0.7163x - 0.4589
R² = 0.7375

pelet (kg)

120
100
80
60
40
20
0
-

50

100
benih (ribu ekor)

150

200

Gambar 4 Korelasi antara benih yang ditebar dan jumlah pelet yang dihabiskan
Para pembudidaya benih patin di Desa Sukamandijaya memberikan pakan untuk
pemeliharaan patin dari ukuran 1 inci hingga ukuran 2 inci dengan menggunakan pelet
apung dan pakan remah (crumble). Korelasi antara jumlah benih yang ditebar dan
jumlah pelet yang dihabiskan juga terlihat tidak teratur (Gambar 4). Hal ini disebaban
karena para pembudidaya memperhitungkan biaya produksi sehingga pemberian pelet
disesuaikan dengan kondisi biaya yang dimiliki.
Satu minggu di awal pemeliharaan, benih diberi pakan remah (crumble) yang
memiliki kandungan protein 40%, kadar air 12%, lemak 6%, dan kadar serat kasar 3%.
Kemudian minggu selanjutnya sampai akhir masa pemeliharaan, benih diberi pakan
apung yang memiliki kandungan protein 39%, kadar air 10%, lemak 5%, dan serat
kasar 6%. Pemberian pakan dilakukan dengan cara sekenyangnya (at satiation) dengan
frekuensi rata-rata 3 kali per hari.
Penyakit yang sering menyerang benih ikan patin adalah bintik putih (white spot)
yang disebabkan oleh Ichthyoptirus multifilis dari kelompok protozoa. Menurut
Suyanto (1983) penyakit ini merusak sel-sel lendir ikan, dan dapat menyebabkan
pendarahan yang sering terlihat pada insang ikan. Pengobatan dapat dilakukan dengan
cara merendam ikan yang sakit kedalam larutan garam (NaCl) dengan dosis 10-30 ppt
selama 5-10 menit. Selain itu, penyakit jamur dari jenis Saprolegnia sp. dan Achlya sp.
juga sering muncul akibat adanya luka pada badan ikan. Munculnya penyakit bintik
putih dan jamur yang sering menyerang benih ikan patin di Desa Sukamandijaya
diduga karena para pembudidaya terlalu berlebih dalam pemberian pakan. Pakan yang
tidak dimakan oleh ikan mencemari media pemeliharaan, sehingga kualitas air menjadi
buruk. Oleh karena itu, untuk mencegah timbulnya penyakit para pembudidaya rutin
melakukan ganti air sebanyak 50% minimal 2 hari sekali.
Penyakit yang sering menyerang ikan patin di Desa Sukamandijaya adalah
penyakit `dubur merah` akibat bakteri Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. dengan
gejala klinis ikan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian dada,

8
perut, dan pangkal sirip serta nafsu makan berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sa`diyah (2006) bahwa ikan patin yang terserang penyakit MAS (motile aeromonand
septicaemia) memiliki gejala pembengkakan rongga perut, mengalami tukak/borok,
terdapat bercak merah pada tubuh, kulit melepuh, gerakan renang lambat dan tidak
normal, serta mengalami kerusakan pada organ sirip.
Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri mudah menular. Ikan yang
terserang dan keadaannya cukup parah segera dimusnahkan, sedangkan yang terinfeksi
dan belum parah diobati dengan direndam pada larutan oksitetrasiklin 5 ppm selama 24
jam. Namun demikian, penggunaan antibiotik seperti ini sudah dilarang sehingga
pengobatan penyakit MAS dapat dilakukan dengan pemberian ekstrak daun ketapang
dengan dosis 60 ppt. Daun ketapang mengandung zat kimia yaitu tannin dan flavonoid
yang bersifat antibakteri (Ashry (2007).
Pemanenan dilakukan pagi atau sore hari, namun pada umumnya waktu panen
disesuai dengan permintaan dari pembeli. Sebelum dipanen ikan terlebih dahulu
dipuasakan (tidak diberi pakan) dengan tujuan untuk mengeluarkan kotoran dari perut
ikan dan mengurangi aktivitas metabolisme tubuh. Proses pemanenan dilakukan
penyurutan air dengan disedot menggunakan selang berdiameter 1 inci. Kemudian
benih diambil dengan menggunakan seser dan di kumpulkan dalam wadah (baskom)
untuk dilakukan perhitungan.
Pengemasan dilakukan secara tertutup yakni menggunakan plastik kemas
berukuran 40 x 60 cm dengan kepadatan 500 ekor/kantong. Rasio pemberian oksigen
dan air adalah 3:1, untuk pengiriman jarak dekat (kurang dari 8 jam) air yang
digunakan adalah 3 liter/kantong sedangkan pengiriman jarak jauh (lebih dari 8 jam) air
yang digunakan sebanyak 5 liter/kantong dengan kepadatan 300 ekor/kantong.
Proses pemasaran yang dilakukan oleh tiap pembudidaya berbeda-beda. Sebagian
pembudidaya ada yang memasarkan hasil panen ke pengumpul, namun ada juga yang
memasarkan langsung ke pembudidaya pembesaran di daerah Purwakarta, Jatiluhur,
Saguling, Bogor, Karawang, dan sekitar Pulau Sumatera bagian selatan. Benih hasil
panen ukuran 2 inci yang dijual ke pengumpul dengan harga Rp 135 per ekor
sedangkan yang dijual langsung ke pembudidaya pembesaran dengan harga Rp 140 per
ekor.

Kinerja Produksi
Selama penelitian dilakukan pengukuran parameter kinerja produksi yang
diambil dari 3 orang pembudidaya. Pengambilan sampel 3 petani didasari atas kondisi
aktual petani yang bisa diikuti produksinya dari awal pemeliharaan hingga masa
pemanenan. Pengukuran parameter kinerja produksi dilakukan setiap minggu selama
proses produksi yaitu hari ke-0 (awal tebar), hari ke-7, hari ke-14, dan hari ke-21
(panen). Parameter yang diukur adalah panjang total, panjang baku, dan bobot individu.
Pengambilan sampel sebanyak 30 ekor per parameter setiap kali pengukuran dilakukan.
Lama pemeliharaan dan pertumbuhan panjang benih berkorelasi positif.
Pertumbuhan panjang semakin meningkat seiring dengan waktu pemeliharaan sebesar
2,37±0,018 cm/ekor dengan korelasi 73%, sedangkan 27% adalah pengaruh dari faktor
lain yang tidak diukur seperti iklim, cuaca, dan kualitas air. Selain pertumbuhan
panjang total, diukur pula pertumbuhan bobot setiap kali pengamatan (Gambar 5).

9
panjang total (cm)

8.00
y = 3.1931e0.0256x
R² = 0.7343

7.00
6.00
5.00

4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
0

5

10

15

20

25

waktu pemeliharaan (hari)

Gambar 5 Korelasi waktu pemeliharaan dan pertumbuhan panjang total benih ikan
patin ukuran 2 inci

bobot (g)

Lama pemeliharaan dan pertumbuhan bobot spesifik benih berkorelasi positif,
yaitu semakin lama pemeliharaan semakin meningkatkan pertumbuhan bobot spesifik.
Nilai korelasi antara waktu pemeliharaan dan pertumbuhan bobot spesifik sebesar
7,77% dengan korelasi 70%, sedangkan 30% adalah pengaruh dari faktor lain yang
tidak diukur seperti iklim, cuaca, dan kualitas air (Gambar 6).
2.00
1.80
1.60
1.40
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00

y = 0.2236e0.0801x
R² = 0.7081

0

5

10

15

20

25

Waktu pemeliharaan (hari)

Gambar 6 Korelasi waktu pemeliharaan dan pertumbuhan bobot benih ikan patin
ukuran 2 inci
Untuk menghitung tingkat keseragaman dari sampel yang digunakan adalah
dengan diketahui nilai koefisien keragaman yang diperoleh dari hasil bagi antara
standar deviasi dengan nilai rata-rata (Steel dan Torrie 1981). Koefisien keragaman
panjang total relatif konstan, yaitu di bawah 10% dengan nilai rata-rata koefisien
keragaman panjang total 6,66±1,87 yang artinya panjang total berbanding lurus dengan
lama waktu pemeliharaan benih. Untuk nilai rata-rata koefisien keragaman bobot
selama pemeliharaan sebesar 22,10±6,78. Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002),
suatu populasi dikatakan seragam apabila nilai koefisien keragamannya di bawah 2025%. Jika dilihat dari ukuran panjang total maka populasi benih ikan patin pada
penelitian dapat dikatakan sangat seragam (homogen). Namun demikian, untuk
keseragaman bobot sudah mendekati ketidakseragaman (heterogen). Ketidakseragaman

10
bobot tersebut memberikan pengaruh terhadap perbedaan ukuran walaupun panjangnya
relatif seragam. Keragaman tersebut terlihat pada hari ke-14 sehingga diperlukan upaya
penyortiran.
40
35
panjang
total

KK (%)

30

25

bobot

20
15
10
5
0
0

5

10

15

20

25

Waktu pemeliharaan (hari)

Gambar 7 Koefisien keragaman pertumbuhan panjang total dan bobot benih
Lama pemeliharaan ikan mulai dari penebaran benih hingga panen kurang lebih
21 hari. Pada hari ke 14 benih patin sudah mulai terlihat tidak seragam, sehingga untuk
mencegah ketidakseragaman tersebut maka dilakukan penyortiran dengan membagi 3
ukuran yaitu kecil (1 inci -