Kinerja produksi dan optimalisasi input pada usaha pendederan ikan patin Pangasius hypophthalmus ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya, Subang

KINERJA PRODUKSI DAN OPTIMALISASI INPUT PADA
USAHA PENDEDERAN IKAN PATIN Pangasius hypophthalmus
UKURAN 1 INCI DI DESA SUKAMANDIJAYA, SUBANG

FEBRINA ROLIN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kinerja produksi dan
optimalisasi input pada usaha pendederan ikan patin Pangasius hypophthalmus
ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya, Subang” adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2013
Febrina Rolin
NIM C14090058

ABSTRAK
FEBRINA ROLIN. Kinerja produksi dan optimalisasi input pada usaha
pendederan ikan patin Pangasius hypophthalmus ukuran 1 inci di Desa
Sukamandijaya, Subang. Dibimbing oleh TATAG BUDIARDI dan YANI
HADIROSEYANI.
Usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya masih
belum optimal dan dilakukan berdasarkan pengalaman. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis kinerja produksi dan optimalisasi input produksi untuk
menghasilkan keuntungan yang optimal. Metode yang digunakan berupa survei
dengan metode purposive sampling dan parameter kinerja produksi didapat
melalui pengamatan langsung. Data ekonomi dianalisis menggunakan fungsi
produksi Cobb-Douglas dan analisis usaha. Volume wadah pendederan berkisar
3188-9860 liter dengan kepadatan berkisar 15-47 ekor/liter. Pertumbuhan panjang
mutlak rata-rata ikan patin sebesar 2,77+0,19 cm, tingkat kelangsungan hidup

sebesar 56,04+1,07 %, dan laju pertumbuhan bobot harian sebesar 27,96+1,09 %.
Pendugaan efisiensi penggunaan input didapatkan input yang optimal adalah 80
ekor/liter untuk larva dan 0,0919 kg/liter untuk cacing. Analisis usaha pendederan
ikan patin 1 inci pada kondisi optimal adalah R/C 2,31, break even point sebesar
Rp 18.060.496 dan 229.861 ekor, harga pokok penjualan Rp 34,00/ekor dan pay
back period 0,47 tahun.
Kata kunci: ikan patin Pangasius hypophthalmus, kinerja produksi pendederan,
optimalisasi input

ABSTRACT
FEBRINA ROLIN. Performance production and optimalization inputs on nursery
business patin Pangasius hypophthalmus 1 inch in Sukamandijaya Village,
Subang. Supervised by TATAG BUDIARDI and YANI HADIROSEYANI.
Nursery business patin 1 inch in the area Sukamandijaya Village is still not
optimal and based on experience. The purpose of this study to analyze the
performance production and optimalization inputs production to produce optimal
profits. The methods used in this study is survay with the method of purposive
sampling and performance production parameters by direct observations.
Economic data is analyzed using production function of Cobb-Douglas and
business analysis. The volume nursery place is about 3188-9860 litre with density

is about 15-47 fish/litre. Absolute length growth average of 2.77+0.19 cm,
survival rate of 56.04+1.07 %, and the rate of growth the daily weights of
27.96+1.09 %. Estimation of efficiency input was got the optimal input is 80
larvae/litre and 0.0919 kg/litre worms. Business analysis of patin at optimal
condition is R/C 2.31, break even point Rp 18.060.496 and 229.861 fish seed, cost
of goods sold Rp 34/fish, and pay back period 0.47 year.
Keywords: patin Pangasius hypophthalmus, nursery performance production,
optimalization input

KINERJA PRODUKSI DAN OPTIMALISASI INPUT PADA
USAHA PENDEDERAN IKAN PATIN Pangasius hypophthalmus
UKURAN 1 INCI DI DESA SUKAMANDIJAYA, SUBANG

FEBRINA ROLIN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Kinerja produksi dan optimalisasi input pada usaha pendederan
ikan patin Pangasius hypophthalmus ukuran 1 inci di Desa
Sukamandijaya, Subang
Nama
: Febrina Rolin
NIM
: C14090058

Disetujui oleh

Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si.
Pembimbing I


Ir. Yani Hadiroseyani, M.M.
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Sukenda, M.Sc.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Kinerja
produksi dan optimalisasi input pada usaha pendederan ikan patin Pangasius
hypophthalmus ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya, Subang” dapat diselesaikan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai Agustus 2012 bertempat
di Desa Sukamandijaya, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ayahanda Ropiadi dan Ibunda Ilen, serta Adik-adik Mayolla Adha Rolin dan
Nadia Rolin atas doa, kasih sayang, dan dukungannya.

2. Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si. selaku Pembimbing I dan Ir. Yani Hadiroseyani,
M.M. selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis sampai menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Sri Nuryati, S.Pi., M.Sc. selaku dosen penguji.
4. Bapak Prof. Dr. Enang Harris selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan semangat dan motivasi kepada penyusun.
5. Bapak Edi Suhendi, A.Md., Ibu Sokai, dan kang Rohim, yang telah
membantu penulis di Desa Sukamandijaya.
6. Anak-anak CiBi (Tia, Nyumi, Peni, Atul, dan Ita) yang telah menemani harihari selama masa perkuliahan dan penelitian.
7. Keluarga besar BDP 46 terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.
8. Teman-teman Siak seperjuangan (Atin, Rina, Siska, Tika, Mayang) yang
telah menemani hari-hari selama menuntut ilmu S1 di IPB.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan para pembaca
untuk melakukan usaha budidaya pendederan ikan patin.
.

Bogor, Maret 2013
Febrina Rolin

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan

1

METODE

2

Waktu dan Tempat

2

Metode Penelitian

2

Sumber Data

2


Metode Pengambilan Sampel

2

Penghitungan dan Analisis Data

3

Batasan Pengukuran

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Kondisi Umum Daerah Penelitian

6


Karakteristik Pembudidaya

6

Aktivitas Pendederan Ikan Patin Ukuran 1 Inci

7

Analisis Pendugaan Produksi

12

Analisis Optimalisasi Penggunaan Input

15

Analisis Usaha

17


KESIMPULAN DAN SARAN

19

Kesimpulan

19

Saran

19

DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN

21

RIWAYAT HIDUP

26

DAFTAR TABEL
1 Perbandingan padat tebar larva ikan patin
2 Kinerja produksi pembudidaya ikan patin ukuran 1 inci di Desa
Sukamandijaya
3 Rata-rata input produksi usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci di
Desa Sukamandijaya
4 Hasil pendugaan koefisien regresi dengan metode kuadrat terkecil pada
usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya
5 Nilai toleransi dan VIF untuk setiap variabel input
6 Nilai NPM, input dan ouput yang optimal, serta nilai rasio NPM dan
Pxi pada usaha pendederan ikan patin di Desa Sukamandijaya
7 Kenaikan biaya variabel, penerimaan dan keuntungan usaha pendederan
ikan patin ukuran 1 inci per liter kondisi aktual dan optimal
8 Analisis Pendapatan Usaha (Laba Rugi)

8
11
12
13
14
16
17
18

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Desa Sukamandijaya, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang
Grafik pertumbuhan panjang total dan panjang baku benih ikan patin
Grafik pertumbuhan bobot benih ikan patin
Grafik keragaman benih patin di Desa Sukamandijaya

6
9
10
11

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Hasil pendugaan fungsi produksi dengan metode kuadrat terkecil
Grafik Normal P-Plot Regression Of Ouput
Grafik Scaterploot
Contoh perhitungan input produksi optimal
Analisis usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci pada kondisi aktual
dan optimal tahun 2012
6 Perhitungan analisis usaha pada kondisi aktual dan optimal pada usaha
pendederan ikan patin ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya
7 Bak pemeliharaan larva di Desa Sukamandijaya

21
21
21
22
23
24
25

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan patin merupakan jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam
kelompok ikan bersungut (catfish) dan bersifat nokturnal (aktif pada malam hari).
Spesies ikan patin yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia adalah ikan
patin siam (Pangasius hypophthalmus) yang merupakan ikan hasil introduksi dari
Thailand (Saparinto 2009).
Ikan patin semakin diminati oleh masyarat dunia umumnya dan Indonesia
khususnya saat ini. Hal ini terbukti dengan permintaan ikan patin yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, pasar Uni Eropa membutuhkan
230 ribu ton ikan patin dan Rusia 125 ribu ton ikan patin (Trobos 2011). Untuk
dalam negeri, ikan patin menjadi salah satu andalan dalam peningkatan produksi
komoditas budidaya saat ini. Produksi ikan patin diproyeksikan mencapai
1.883.000 ton pada tahun 2014 dengan peningkatan 1.420% dari 132.600 ton pada
tahun 2009 (KKP 2011).
Peningkatan produksi ini berdampak langsung pada peningkatan permintaan
benih. Sebagai contoh, permintaan benih ikan patin di Provinsi Jawa Barat
diproyeksikan mencapai lebih dari 1 milyar ekor benih ikan patin pada tahun 2014
(Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat 2009). Dengan demkian usaha di
bidang pendederan yang menghasilkan benih siap tebar ikan patin ini memiliki
prospek yang sangat besar kedepannya.
Kabupaten Subang sebagai kabupaten yang berpotensi untuk
mengembangkan budidaya ikan patin di Provinsi Jawa Barat menargetkan
produksi ikan patin sebanyak 90 ton pada tahun 2014 (BPBAT Subang 2012).
Sebagai salah satu wilayah pemasok benih ikan patin adalah Desa Sukamandijaya,
Kecamatan Ciasem yang masyarakatnya melakukan usaha budidaya ikan patin di
segmen pendederan ukuran 1 inci dan 2 inci. Namun demikian usaha pendederan
tersebut masih belum optimal dan proses produksinya masih berdasarkan
pengalaman pembudidaya. Oleh karena itu diperlukan suatu evaluasi terhadap
kegiatan pendederan ikan patin ukuran 1 inci yang telah dilakukan selama ini.
Evaluasi dilakukan dari dua sisi, yaitu dari sisi teknis dengan menganalisis kinerja
produksi pendederan dan sisi ekonomis dengan menganalisis optimalisasi input
pada usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci. Pencapaian keuntungan
maksimum dengan biaya minimum dapat dicapai jika input digunakan secara
optimal. Optimalisasi input produksi dilakukan agar diperoleh suatu sistem
budidaya yang dapat dikembangkan secara berkelanjutan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja produksi dan
optimalisasi input melalui pemakaian faktor-faktor produksi pada usaha
pendederan ikan patin ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya, Kecamatan Ciasem,
Kabupaten Subang.

2

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2012 di
Desa Sukamandijaya, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei untuk
menganalisis kinerja produksi dan optimalisasi input pada usaha pendederan ikan
patin ukuran 1 inci. Satuan survei yang digunakan pada penelitian ini adalah
kelompok pembudidaya pendederan ikan patin ukuran 1 inci di Desa
Sukamandijaya, Kabupaten Subang.

Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengukuran secara langsung di
lapangan, wawancara dan pengisian kuisioner. Data yang dikumpulkan meliputi
teknis produksi, karakteristik petani (umur, pendidikan, pengalaman budidaya dan
lain-lain) dan aspek usaha. Data sekunder diperoleh dari instansi dan lembaga
terkait seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, BPBAT Subang, dan
literatur-literatur yang diperoleh dari internet, buku, dan sumber lainnya yang
relevan dengan bidang penelitian.

Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling,
yaitu pengambilan sampel dilakukan secara tidak acak dan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu (Singarimbun dan Effendi 1989). Responden
diambil sebanyak 21 dari 36 pembudidaya pendederan ikan patin ukuran 1 inci.
Responden merupakan pembudidaya yang masih aktif melakukan usaha
pendederan ikan patin hingga ukuran 1 inci dan telah melakukan usaha lebih dari
1 tahun.
Pengukuran secara langsung dilakukan terhadap parameter kinerja produksi
yaitu panjang total dan panjang baku ikan, bobot ikan, volume wadah, kualitas air
jumlah pakan dan jumlah garam yang digunakan. Untuk parameter panjang total,
panjang baku (panjang standar), bobot, dan kualitas air diperoleh dari sampel 3
orang pembudidaya dengan jumlah ikan 30 ekor setiap samplingnya. Sampling
dilakukan setiap 7 hari sekali, yaitu pada hari ke-0, hari ke-7, hari ke-14, dan hari
ke-21.
Pengamatan kualitas air meliputi parameter suhu yang diukur menggunakan
termometer dan pH yang diukur mengunakan kertas lakmus. Pengukuran panjang

3
tubuh ikan dilakukan dengan menggunakan penggaris. Panjang total diukur dari
ujung mulut ikan hingga ujung ekor ikan, sementara panjang baku diukur dari
ujung mulut ikan hingga pangkal ekor ikan. Bobot ikan diukur menggunakan
timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram.

Penghitungan dan Analisis Data
Penghitungan parameter teknis produksi meliputi :
1) Derajat kelangsungan hidup (survival rate, SR) dengan menggunakan rumus
dari Goddard (1996) yaitu sebagai berikut:
N 
DK   t  x 100% ....................................…………................................(1)
 N0 
Keterangan :
DK = derajat kelangsungan hidup (%)
Nt = jumlah ikan pada akhir pengamatan
No = jumlah ikan pada awal pengamatan
2) Pertumbuhan panjang mutlak dihitung menggunakan rumus dari Effendie
(1979) sebagai berikut:
P = Pt – Po....................................................................................................(2)
Keterangan:
P = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Pt = Panjang rata-rata ikan pada waktu ke-t
Po = Panjang rata-rata ikan pada waktu ke-0
3) Laju pertumbuhan bobot harian (specific growth rate, SGR) dihitung
dengan menggunakan rumus dari Huisman (1987) yaitu sebagai berikut:
SGR =

- 1 x 100 %...............................................................................(3)

Keterangan:
SGR = Laju pertumbuhan bobot harian individu (%)
t = Bobot rata-rata pada waktu ke-t (gram/ekor)
o = Bobot rata-rata pada waktu ke-0 (gram/ekor)
t
= Periode pemeliharaan (hari)
4) Koefisien keragaman (KK) dihitung menggunakan rumus dari Steel dan
Torrie (1981):
KK = (S/Y) x 100 %.....................................................................................(4)
Keterangan :
KK = Koefisien keragaman (%)
S
= Simpangan baku
Y
= Rata-rata sampel
Analisis Fungsi Produksi
Analisis fungsi produksi dilakukan menggunakan pendekatan fungsi
produksi model Cobb-Douglas. Model ini digunakan untuk menduga hubungan

4
antara produksi pendederan ikan patin siam hingga ukuran 1 inci dengan
penggunaan faktor-faktor produksinya dengan persamaan sebagai berikut:
Y=α
.............................................................(5)
Keterangan:
Y
= Produksi ikan patin (ekor/liter)
α
= Konstanta
bi
= Koefisien regresi (i=1,2,3,....n)
Xn = Faktor produksi (n=1,2,3,.....n)
e
= bilangan natural (2,718)
u
= simpangan baku
Ketepatan model diuji dengan menggunakan uji F untuk menyimpulkan
pengaruh faktor produksi (X) secara bersama terhadap ouput (Y) yang dihasilkan.
Pada analisis fungsi produksi selain dilakukan analisis kriteria statistik juga
dilakukan analisis kriteria ekonometrik untuk menguji ketepatan model yang
digunakan. Analisis kriteria ekonometrik dilakukan untuk menganalisis
pemenuhan asumsi model regresi normalitas, multikolinearitas, skedastisitas, dan
autokorelasi.
Analisis Return To Scale (RTS)
Return To Scale (RTS) atau keadaan skala usaha diperlukan untuk
menentukan kombinasi penggunaan faktor produksi. Terdapat 3 kemungkinan
return to scale, yaitu (Hendriyanto 2010):
1) Decreasing Return To Scale (DRS), bila (b1+b2+…..+bn) < 1, dapat
diartikan bahwa apabila faktor produksi yang digunakan ditambahkan
maka besarnya penambahan ouput akan lebih kecil dari proporsi
penambahan input.
2) Constant Return To Scale (CRS), bila (b1+b2+…..+bn) = 1, dapat
diartikan bahwa penambahan proporsi input yang digunakan akan sama
dengan penambahan proporsi ouput yang dihasilkan.
3) Increasing Return To scale (IRS), bila (b1+b2+…..+bn) > 1, dapat
diartikan bahwa proporsi penambahan ouput akan lebih besar
dibandingkan penambahan proporsi input.
Analisis Usaha
Analisis usaha ini terdiri dari analisis pendapatan usaha, analisis imbangan
penerimaan dan biaya (R/C), analisis payback period (PP), dan analisis break even
point (BEP) (Hendriyanto 2010).
1) Analisis Pendapatan Usaha
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan
ouput yang terlibat di dalam usaha dan besar keuntungan yang diperoleh dari hasil
usaha (Hendriyanto 2010). Secara matematis nilai pendapatan dirumuskan sebagai
berikut:
П = Y x P.....................................................................................................(6)
Keterangan:
П
= Pendapatan (Rp per siklus)
Y
= Total produksi (ekor per siklus)
P
= Harga per satuan ouput (Rp)

5
2) Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C)
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pelaku usaha
memperoleh manfaat dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup
menguntungkan. Menurut Soekartawi (1994) secara matematis analisis imbangan
penerimaan dan biaya dirumuskan sebagai berikut:
R/C = ......................................................................................................(7)
Keterangan:
TR = Total Revenue atau Penerimaan Total (Rp)
TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp)
3) Analisis Break Event Point
Break Event Point (BEP) merupakan suatu nilai pada saat hasil penjualan
ouput produksi sama dengan biaya produksi. Pada kondisi ini pengusaha
mengalami impas. Menurut Nurmalina et al., (2010) BEP ini digunakan untuk
menentukan berapa jumlah produk minimal yang harus diproduksi agar bisnis
tidak rugi dan menetapkan harga terendah agar bisnis tidak rugi.
BEP (Nilai Produksi)

=

....................................(8)

BEP (Volume Produksi)

=

..................................(9)

Keterangan:
TFC = Biaya tetap total (Rp)
AVC = Biaya variabel rata-rata (Rp)
Py
= Harga komoditas (Rp/ekor)
4) Harga Pokok Penjualan (HPP)
Harga pokok penjualan yaitu jumlah dari harga hasil penjualan produksi
berada pada titik yang minimum. Harga pokok penjualan ditentukan dengan
rumus sebagai berikut:
HPP

=

....................................................................(10)

5) Payback Period (PP)
Analisis ini digunakan untuk menentukan jangka waktu pengembalian
investasi (Nurmalina et al., 2010). Metode payback period secara sistematis
dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:
Payback period =

x 1 tahun......................................................(11)

Batasan Pengukuran
a) variabel yang dijelaskan (ouput) adalah benih patin ukuran 1 inci.
b) variabel yang menjelaskan (input) terdiri atas jumlah larva (ekor), garam
(bungkus), artemia (kaleng), dan cacing (kg). Variabel input ini dihitung
per volume efektif bak.
c) Umur usaha dalam penelitian ini ditetapkan selama 1 tahun.
d) Optimalisasi input produksi dengan menggunakan metode Cobb-Douglas
dan analisis usaha.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Daerah Penelitian
Kecamatan Ciasem merupakan bagian dari Kabupaten Subang yang berjarak
sekitar 40 Km dari Kota Subang. Luas wilayah Kecamatan Ciasem 7.914 Ha yang
dibagi dalam 9 desa yaitu Desa Pinangsari, Desa Sukahaji, Desa Ciasem Girang,
Desa Ciasem Baru, Desa Ciasem Tengah, Desa Ciasem Hilir, Desa Jatibaru, Desa
Dukuh, dan Desa Sukamandijaya. Desa Sukamandijaya (Gambar 1) merupakan
desa yang paling dominan dalam budidaya pendederan ikan patin.

Gambar 1 Desa Sukamandijaya, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang
Berdasarkan data potensi dan kelurahan tahun 2011 wilayah Desa
Sukamandijaya memiliki 45 unit rukun tetangga dan 21 unit rukun warga dengan
jumlah tempat tinggal sebanyak 4141 unit. Jumlah penduduk di Desa
Sukamandijaya adalah 33.710 orang yang terdiri dari 17.126 orang laki-laki dan
16.584 orang perempuan.
Jenis pekerjaan paling dominan di Desa Sukamandijaya adalah karyawan
perusahaan swasta yakni mencapai 45,88%, diikuti dengan buruh tani 12,24% dan
pensiunan PNS/TNI/POLRI 9,09%. Penduduk yang bekerja di bidang perikanan
hanya 0,42%. Kondisi transportasi, baik prasarana jalan maupun alat transportasi
di Desa Sukamandijaya secara umum sudah cukup baik.
Karakteristik Pembudidaya
Umumnya warga di Desa Sukamandijaya yang bekerja sebagai
pembudidaya ikan patin tidak memiliki lahan sendiri, melainkan hanya sebagai
pengelola yang menjalankan seluruh kegiatan budidaya. Jumlah responden
sebanyak 21 orang dengan usia berkisar 19-41 tahun. Tingkat pendidikan yang
dimiliki oleh pembudidaya adalah 3 orang tidak tamat sekolah, 4 orang lulusan
SD, 5 orang lulusan SMP, dan 9 orang lulusan SMA/STM.
Responden memiliki pengalaman budidaya 1-10 tahun dan sebanyak 100%
menjadikan usaha pendederan ikan patin 1 inci ini sebagai usaha utama. Namun

7
sebanyak 57% para responden memiliki pekerjaan sampingan sebagai petani ikan
patin 2 inci, kuli bangunan, bersawah, dan pedagang. Pelatihan atau penyuluhan
diadakan oleh Lembaga Swadaya Masyrakat (LSM), Dinas Perikanan, dan pihak
Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar Subang sering mereka ikuti untuk
menambah wawasan dan jaringan kerjasama antar pembudidaya. Hal ini terbukti
dengan 90,47% atau sebanyak 19 orang pernah mengikuti pelatihan dan 14,28%
atau sebanyak 2 orang belum pernah mengikuti pelatihan.

Aktivitas Pendederan Ikan Patin Ukuran 1 Inci
Pendederan merupakan kegiatan lanjutan setelah kegiatan pembenihan.
Kegiatan pendederan yang dilakukan di Desa Sukamandijaya dimulai dari larva
hingga ukuran 1 inci dan pendederan dari ukuran 1 inci ke ukuran 2 inci. Adapun
tahapan kegiatan pendederan ikan patin di Desa Sukamandijaya terdiri atas
kegiatan persiapan wadah, penebaran benih, pemeliharaan larva, pemberian pakan,
pencegahan hama dan penyakit, pemanenan dan pemasaran.
Persiapan wadah dilakukan untuk menyiapkan wadah pemeliharaan selama
proses budidaya. Wadah yang digunakan oleh para pembudidaya terdiri dari bak
beton, bak bambu, dan bak fiber (Lampiran 1). Jumlah wadah yang digunakan
oleh para pembudidaya yaitu antara 10-17 bak per pembudidaya. Volume
keseluruhan bak para pembudidaya yaitu 3188 liter-9860 liter. Menurut Badan
Standardisasi Nasional (2000) suhu air media yang optimal untuk pemeliharaan
larva adalah 27oC-30oC, dan pH berkisar 6,5-8,5. Secara aktual suhu media
pendederan di Desa Sukamandijaya berkisar 27oC-30oC, dan pH 6,0-7,0.
Kegiatan persiapan wadah dimulai dengan pengeringan wadah, lalu
pengisian air hingga ketinggian 25 cm, penebaran garam, pemasangan instalasi
aerasi, kemudian pengecekan bohlam yang digunakan di ruangan pemeliharaan.
Secara aktual penggunaan garam di Desa Sukamandijaya ini didasarkan pada
jumlah bak yang dimiliki dan tidak memperhitungkan volume bak. Jumlah garam
yang diberikan oleh para pembudidaya di Desa Sukamandijaya sangat beragam,
berkisar 1-4 bungkus/bak. Garam yang digunakan adalah garam dapur dengan
bobot 150 gram/bungkus. Dengan demikian korelasi antara penggunaan garam
dan volume bak tidak teratur, karena para pembudidaya menggunakan garam
berdasarkan pengalaman. Salinitas media pemeliharaan larva di Desa
Sukamandijaya berkisar antara 0,47-1,03 ppt. Menurut hasil penelitian Indahati
(2001) salinitas yang sesuai untuk larva ikan patin adalah 3 ppt.
Setelah persiapan wadah selesai maka dilakukan penebaran larva. Larva
yang ditebar berasal dari Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar Subang dan
dari para pembudidaya yang ada di daerah Patokbeusi dengan ukuran panjang
total sekitar 0,3356 cm dan bobot 0,0004 gram. Sebelum larva ditebar maka
dilakukan proses aklimatisasi terlebih dahulu selama 20 menit yang bertujuan
untuk menghindari stres pada larva. Harga larva adalah Rp 5,00/ekor. Penebaran
larva boleh dilakukan kapan saja karena pendederan ini bersifat indoor asalkan
suhu ruangan telah stabil yaitu berkisar 29oC-32oC. Pendederan yang dilakukan di
Desa Sukamandijaya ini tidak memperhatikan padat penebaran larva. Padat tebar
larva ditentukan sendiri oleh para pembudidaya berdasarkan modal usaha yang

8
dimiliki dan berdasarkan pengalaman. Dengan demikian terdapat korelasi yang
tidak teratur antara jumlah larva yang ditebar dengan volume bak pembudidaya.
Secara aktual padat tebar minimal di Desa Sukamandijaya ini 15 ekor/liter
dan maksimal 47 ekor/liter. Adapun banyaknya larva yang ditebar rata-rata secara
keseluruhan adalah 24+7,5 ekor/liter. Pembudidaya di Desa Sukamandijaya ini
jika digolongkan berdasarkan padat tebar memelihara larva tergolong kepada semi
intensif. Perbandingan padat tebar disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Perbandingan padat tebar larva ikan patin
Uraian
Aktual
Badan Standardisasi Nasional (2000)
Nurhamidah (2007)

Padat Tebar
24 ekor/liter
40 ekor/liter
60 ekor/liter

Keterangan
Tanpa resirkulasi
Tanpa resirkulasi
Resirkulasi

Lama pemeliharaan pendederan I dari larva hingga ukuran 1 inci ini berkisar
21-28 hari bergantung dari tingkat pertumbuhan benih. Selama proses
pemeliharaan berlangsung tentunya juga diperlukan pengelolaan kualitas air agar
larva terhindar dari penyakit. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan
melakukan pergantian air yang dilakukan ketika larva telah berumur 3 hari.
Pergantian air dilakukan secara bertahap, mulai dari pergantian air 10% hingga
pergantian air 80% seiring dengan bertambahnya umur benih sebanyak satu kali
setiap harinya. Hal ini dilakukan untuk menghindari stres pada larva/benih akibat
pergantian air dengan volume yang terlalu besar sehingga harus dilakukan secara
bertahap.
Pakan yang diberikan pada larva ikan patin hingga berukuran 1 inci adalah
artemia, cacing, dan pelet sebagai pakan tambahan. Larva diberi pakan artemia
selama 3 hari. Para pembudidaya di Desa Sukamandijaya ini menghabiskan 1-2
kaleng artemia setiap siklusnya. Jumlah artemia yang diberikan tidak
diperhitungkan sesuai dengan jumlah larva yang ditebar namun hanya berdasarkan
pengalaman sehingga terjadi korelasi yang tidak teratur antara jumlah larva yang
ditebar dengan penggunaan artemia. Idealnya 1 kaleng artemia (425 gram) adalah
diberikan untuk 100.000 ekor larva sampai larva diberi pakan cacing. Setelah
pemberian pakan artemia selanjutnya larva diberi pakan cacing sutra yang telah
dicincang halus. Sama halnya dengan pemberian artemia, pemberian pakan cacing
ini juga tidak diperhitungkan sesuai dengan jumlah benih namun hanya
berdasarkan pengalaman sehingga terjadi korelasi yang tidak teratur antara jumlah
benih dengan jumlah cacing yang diberikan. Pelet diberikan sekitar 2-3 hari
sebelum benih dipanen agar benih sudah bisa beradaptasi terhadap kondisi
lingkungan.
Pencegahan hama dan penyakit pada benih ikan patin dilakukan dengan cara
pemberian antibiotik dan imunostimulan. Antibiotik digunakan untuk membasmi
bakteri yang menyerang benih, sedangkan imunostimulan digunakan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh benih. Penyakit yang sering muncul di Desa
Sukamandijaya adalah penyakit dubur merah yang disebabkan bakteri Aeromonas
hydrophila dan penyakit angsang yang disebabkan karena benih keracunan
makanan.

9
Benih yang terserang penyakit dubur merah memiliki gejala-gejala seperti
gerakan yang tidak normal, berenang lambat, sirip rusak, tukak atau borok yang
ditandai dengan luka pada kulit dan otot, exophtalmus (mata menonjol), serta
pembengkakan rongga perut oleh cairan (Sa’diyah 2006), sedangkan benih yang
terserang penyakit angsang memiliki gejala-gejala seperti benih berenang dengan
posisi terbalik (punggung di bawah dan perut di bagian permukaan air), perut
menggembung berisi udara, dan gerakan berenang berputar-putar tidak menentu.
Penyakit ansang ini diduga disebabkan karena pada saat pemberian pakan cacing
yang dicacah, cacing akan mati dan cepat membusuk. Cacing cacah yang
membusuk ini akan meningkatkan jumlah bakteri yang tumbuh. Pembusukan oleh
bakteri ini akan menghasilkan gas yang menyebabkan perut benih menjadi
menggembung akibat berisi udara.
Setelah benih mencapai panjang baku 1 inci (2,54 cm) maka selanjutnya
dilakukan proses pemanenan. Pemanenan ini dapat dilakukan kapan saja
bergantung pada permintaan pembeli. Benih dipasarkan oleh pembudidaya dengan
dua cara, yaitu melalui pengumpul dengan harga Rp 75,00/ekor dan memasarkan
sendiri dengan harga jual Rp 80,00/ekor.

2.50

3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00

y = 0.1112x + 0.3297
R² = 0.9608

Panjang Baku (cm)

Panjang Total (cm)

Kinerja Produksi
Selama penelitian dilakukan pengukuran parameter kinerja produksi yang
meliputi: panjang total dan panjang baku benih, serta bobot benih. Grafik
pertumbuhan panjang total dan panjang baku ikan patin dari ukuran larva hingga
berumur 21 hari disajikan dalam Gambar 2.

2.00
1.50

1.00
y = 0.0853x + 0.3503
R² = 0.9511

0.50
0.00

0

10
20
30
Waktu Pemeliharaan (hari ke-)

0

10

20

30

Waktu Pemeliharaan (hari ke-)

Gambar 2 Grafik pertumbuhan panjang total dan panjang baku benih ikan patin
Berdasarkan Gambar 2 diatas maka terlihat bahwa waktu pemeliharaan
dan pertumbuhan panjang benih sangat berkorelasi. Semakin lama pemeliharaan
maka panjang total dan panjang baku benih semakin bertambah. Nilai korelasi
antara waktu pemeliharaan dengan panjang total adalah 0,960 yang berarti 96%
waktu pemeliharaan mempengaruhi panjang total. Begitu juga nilai korelasi antara
waktu pemeliharaan dengan panjang baku adalah 0,951 yang berarti 95,1% waktu
pemeliharaan mempengaruhi panjang baku. Selain itu, juga diketahui bahwa pada
hari ke-21 (minggu ketiga) beberapa benih ikan patin telah mencapai ukuran
panjang total 1 inci (2,54 cm), sementara untuk panjang baku 1 inci baru dicapai

10
pada saat benih berumur lebih dari 21 hari. Benih yang dipanen di Desa
Sukamandijaya ini adalah benih yang telah mencapai ukuran panjang baku 1 inci
(2,54 cm). Apabila pada minggu kedua atau ketiga telah terdapat benih yang
berukuran panjang baku 1 inci maka dilakukan pemanenan namun pemanenan ini
bersifat parsial atau sebagian saja. Grafik pertumbuhan bobot dapat dilihat pada
Gambar 3.

Bobot (gram)

0.2

y = 0.0008e0.2619x
R² = 0.9099

0.15
0.1
0.05
0
0

10
20
30
Waktu Pemeliharaan (hari ke-)

Gambar 3 Grafik pertumbuhan bobot benih ikan patin
Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa waktu pemeliharaan dan
pertumbuhan bobot benih berkorelasi kuat (90,9%). Benih ikan patin mengalami
peningkatan bobot yang signifikan dimulai pada hari ke-8 hingga hari ke-21
membentuk garis eksponensial. Benih ikan patin pada hari ke-14 dan hari ke-21
memiliki rentang bobot yang sangat jauh antara satu ikan dengan ikan yang
lainnya. Hal ini disebabkan karena tingginya keragaman benih ikan patin pada
minggu kedua sehingga para pembudidaya di Desa Sukamandijaya melakukan
grading pertama kali setelah lama pemeliharaan 2 minggu. Hal ini juga didukung
dengan grafik keragaman yang tercantum dalam Gambar 4.
Terlihat bahwa pada hari ke-14 panjang total benih memiliki keragaman
yang tinggi dibandingkan pemeliharaan sebelumnya yaitu berkisar antara 7-9%
(Gambar 4). Begitu pula dengan bobot benih, pada hari ke-14 memiliki
keragaman yang tinggi dibandingkan pemeliharaan sebelumnya yaitu berkisar 3233% (Gambar 4). Oleh karena itu, para pembudidaya di Desa Sukamandijaya
melakukan grading pertama kali pada hari ke-14. Terlihat bahwa setelah
dilakukan grading, keragaman panjang dan bobot pada hari ke-21 mengalami
penurunan. Para pembudidaya melakukan grading sebelum dilakukan pemanenan
sebanyak 3 kali. Grading pertama dilakukan pada saat benih berumur 14 hari atau
pada saat benih memiliki keragaman yang tinggi. Grading ini dilakukan untuk
memisahkan benih yang berukuran kecil, sedang, dan besar sehingga benih-benih
ini dapat tumbuh dengan maksimal karena dapat memanfaatkan pakan dengan
baik.
Kegiatan grading pertama dilakukan dengan menggunakan waring yang
memiliki lubang-lubang berukuran kecil. Para pembudidaya di daerah lain
melakukan grading pertama ini dengan menggunakan bak grading 0/1 yaitu
memisahkan ikan yang berukuran kurang dari 1 cm dan berukuran 1 cm atau lebih.
Hal ini berbeda dengan para pembudidaya di Desa Sukamandijaya yang
menggunakan waring kecil. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya luka-

11

10
8
6
4

y = -0.0329x2 + 0.8921x +
1.8608
R² = 0.7077

2
0

0

10

20

30

Waktu Pemeliharaan (hari ke-)

Koefisien Keragaman
Bobot (%)

Koefisien Keragaman
Panjang Total (%)

luka pada bagian tubuh ikan yang dapat menyebabkan ikan terserang penyakit.
Selanjutnya pada hari ke-21 dilakukan grading kedua dengan menggunakan bak
grading 1/2 untuk memisahkan ikan yang berukuran kurang dari 2 cm dan
berukuran 2 cm atau lebih. Kemudian grading terakhir dilakukan pada saat akan
dilakukan pemanenan dengan menggunakan bak grading 2/3 memisahkan ikan
yang berukuran kurang dari 3 cm dan berukuran 3 cm atau lebih.
35
30
25
20
15
10
5
0

y = -0.1003x2 + 3.1201x +
0.8057
R² = 0.6682
0

10

20

30

Waktu Pemeliharaan (hari ke-)

Gambar 4 Grafik keragaman benih patin di Desa Sukamandijaya
Kinerja produksi dari 3 responden di Desa Sukamandijaya dapat dilihat
pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa lama pemeliharaan ikan patin
ukuran 1 inci berkisar 21-28 hari bergantung pada tingkat pertumbuhan benih.
Pertumbuhan panjang mutlak rata-rata sebesar 2,77+0,19 cm, tingkat
kelangsungan hidup sebesar 56,04+1,07 %, dan laju pertumbuhan bobot harian
sebesar 27,96+1,09 %.
Tabel 2 Kinerja produksi pembudidaya ikan patin ukuran 1 inci di Desa
Sukamandijaya
Pembudidaya
Kinerja Produksi
Volume (Liter)
Jumlah benih tebar awal (ekor)
Padat tebar (ekor/liter)
Lama pemeliharaan (hari)
Jumlah panen (ekor)
Kepadatan panen (ekor/liter)
SR (%)
Panjang total awal (cm)
Panjang total akhir (cm)
Pertumbuhan Panjang (PP)
Bobot awal (g/ekor)
Bobot akhir (g/ekor)
Biomasa awal (g)
Biomasa akhir (g)
SGR (%)
Sumber : Data Primer 2012

1
5.940
150.000
25
21
84.000
14
56,00
0,31 + 0,02
2,74 + 0,14
2,43 + 0,13
0,0003 + 0,00
0,1223 + 0,02
0,009 + 0,00
3,67 + 0,02
33,12 + 1,16

2
8.470
140.000
17
28
80.000
9
57,14
0,35 + 0,00
3,07+0,30
2,72 + 0,30
0,0005 + 0,00
0,2290 + 0,07
0,015 + 0,00
6,87 + 0,07
24,46 + 1,41

3
6.435
200.000
31
28
110.000
17
55,00
0,35 + 0,00
3,51 + 0,16
3,16 + 0,16
0,0005 + 0,00
0,3430 + 0,06
0,014 + 0,00
10,29 + 0,06
26,29 + 0,70

12
Analisis Pendugaan Produksi
Penggunaan Faktor Produksi
Produksi merupakan serangkaian kegiatan untuk menghasilkan suatu barang
atau jasa. Keberhasilan suatu proses produksi dipengaruhi faktor internal dan
faktor eksternal. Berdasarkan hasil pengamatan pada usaha pendederan ikan patin
ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya, faktor internal yang diduga mempengaruhi
ouput yang dihasilkan diantaranya adalah: larva (X1), garam (X2), artemia (X3),
dan cacing (X4). Faktor eksternal terdiri atas cuaca, pH air, dan lain-lain. Pada
penelitian ini yang akan dibahas hanya faktor produksi internal. Faktor eksternal
merupakan faktor produksi yang tidak dapat dikendalikan.
Bak pemeliharaan yang digunakan oleh para pembudidaya di Desa
Sukamandijaya ini rata-rata memiliki volume 7182 liter dengan kisaran volume
bak antara 3188 liter sampai dengan 9860 liter. Volume bak tersebut merupakan
hasil penjumlahan keseluruhan bak yang dimiliki para pembudidaya yang
digunakan untuk pemeliharaan larva ikan patin hingga ukuran 1 inci. Jumlah larva
yang ditebar rata-rata sebanyak 175.000 ekor larva per musim tanam, dengan ratarata input sebanyak 24 ekor/liter. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2000),
padat penebaran yang dapat dilakukan pada budidaya intensif adalah 40 ekor/liter.
Hal ini berarti padat penebaran yang dilakukan para pembudidaya masih dapat
ditingkatkan lagi. Penggunaan input produksi tertera pada Tabel 3.
Tabel 3 Rata-rata input produksi usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci di
Desa Sukamandijaya

No
1
2
3
4
5

Keterangan
Volume (liter)
Larva (ekor)
Garam (bungkus)
Artemia (kaleng)
Cacing (kg)

Penggunaan input produksi
Min
Max
3188
9860
100.000 225.000
10
68
1
2
56,25
125

Rata-rata
7182
175.000
21,048
1,4524
86,8452

Rata-Rata input
per liter
1,00
24,3668
0,0029
0,0002
0,0121

Sumber : Data Primer 2012

Jumlah rata-rata garam yang diberikan per musim tanam yakni 21,048
bungkus atau menghabiskan 0,0029 bungkus/liter. Artemia yang digunakan oleh
para pembudidaya untuk jumlah larva rata-rata 175.000 adalah 1,4524 kaleng
artemia. Kisaran artemia dari masing-masing pembudidaya yakni 1-2 kaleng
artemia per siklus tanam dengan rata-rata 0,0002 kaleng/liter. Cacing yang
diberikan oleh para pembudidaya berkisar 56,25-125 kg. Cacing yang diberikan
rata-rata sebanyak 0,0121 kg/liter.
Analisis Fungsi Produksi
Fungsi produksi menjelaskan adanya hubungan antara variabel dependent
(Y) dengan variabel independent (X). Model yang digunakan dalam analisis

13
fungsi produksi pada usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci ini adalah model
fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil analisis dengan menggunakan metode
kuadrat terkecil (ordinary least square) diperoleh hasil koefisien regresi yang
menggambarkan elastisitas produksi. Data hasil pendugaan tersebut disajikan pada
Tabel 4.
Tabel 4 Hasil pendugaan koefisien regresi dengan metode kuadrat terkecil pada
usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya
Peubah
Intercept
X1 (larva)
X2 (Garam)
X3 (Artemia)
X4 (Cacing)

Koefisien Regresi
4,9507
0,3395
-0,0018
0,0723
0,6241

t hitung
1,9322
1,0055
-0,0119
0,3738
1,7502

Multiple R Square = 0,7573; R Square = 0,5735; Adjusted R Square = 0,4669;
Standard Error = 0,2731; Fhitung = 5,3786; Ftabel = 3,01
Sumber : Data Primer 2012

Berdasarkan analisis ordinary least square, data pada Tabel 4 dibuat
persamaan linear sebagai berikut :
Y = 4,9507. (X1)0,3395. (X2)-0,0018. (X3)0,0723. (X4)0,6241 .......... .............................(12)
atau
Ln Y = 4,9507 + 0,3395 Ln X1 - 0,0018 Ln X2 + 0,0723 Ln X3 + 0,6241 Ln X4
…...........................(13)
Nilai multiple R2 sebesar 0,7573 menunjukkan bahwa nilai tersebut
mendekati satu, dapat dikatakan bahwa nilai tersebut berkorelasi positif. Artinya
bahwa apabila nilai input dinaikkan maka akan mempengaruhi kenaikan nilai
ouput. Nilai R2 sebesar 0,5735 menunjukkan bahwa dari variabel input (larva,
garam, artemia, cacing) menjelaskan variabel ouput (produksi) sebesar 57,35%,
sedangkan sisanya (42,65%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan ke dalam model fungsi produksi.
Nilai standar error yang diperoleh dari hasil analisis model kuadrat terkecil
sebesar 0,2731 merupakan nilai galat baku dari regresi secara keseluruhan. Nilai
Fhitung (5,3786) > Ftabel (3,01), yang menunjukkan bahwa variabel input secara
serentak berpengaruh nyata terhadap variabel ouput. Dengan demikian bahwa
persamaan tersebut dapat digunakan sebagai model fungsi produksi dalam analisis
selanjutnya.
Analisis Ekonometrik
Hasil analisis ekonometrik (Lampiran 2) menunjukkan bahwa pada model
regresi terpenuhi asumsi normalitas. Hal ini dapat dilihat dari nilai Y (variabel
dependent) didistribusikan secara normal terhadap nilai X (variabel independent),
yaitu data menyebar disekitar garis diagonal dengan mengikuti arah garis tersebut.
Multikolinearitas dapat diuji dengan melihat nilai toleransi dan nilai VIF
(variance inflation factor). Suatu model regresi dikatakan bebas dari

14
multikolinearitas apabila memiliki nilai toleransi lebih dari 0,1 dan nilai VIF
kurang dari 10. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai toleransi untuk semua
variabel lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10, hal ini berarti bahwa variabel
larva, garam, artemia, dan cacing tidak mengalami multikolinearitas. Menurut
Gujarati (2006) apabila suatu data mengalami multikolinearitas maka untuk
mengatasinya adalah dengan mengeluarkan variabel dari model, menambah data
pengamatan dan contoh baru, ataupun melakukan transformasi variabel yang
mempunyai kolinearitas lalu menggabungkan menjadi variabel yang lebih berarti.
Nilai toleransi dan VIF dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 5.
Hasil analisis ekonometrik selanjutnya adalah asumsi model regresi
homoskedastisitas yang merupakan variasi dari garis regresi yang konstan untuk
nilai variabel X. Apabila tidak terjadi variasi diduga mengalami
heteroskedastisitas yang merupakan adanya ketidaksamaan varians residual dari
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mengetahui heteroskedastisitas
dapat dilihat pada grafik scatter plot, terdapat pola tertentu pada hasil scatterplot
atau tidak ada pola (Lampiran 3).
Pada Lampiran 3 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak
mengikuti pola tertentu. Hal ini membuktikan bahwa model regresi pada usaha
pendederan ikan patin ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya tidak mengalami
heteroskedastisitas dan layak digunakan untuk analisis pendugaan fungsi produksi.
Selain itu, pada analisis ekonometrik ini juga diperoleh nilai Durbin-Watson
sebesar 1,829. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi autokorelasi. Suatu model
regresi bebas dari autokorelasi apabila nila Durbin-Watson berada diantara -2
sampai +2. Autokorelasi positif terjadi apabila pada suatu model regresi nilai
Durbin-Watson berada dibawah -2 sedangkan autokorelasi negatif terjadi apabila
nilai Durbin-Watson berada diatas +2. Autokorelasi terjadi akibat tidak
dimasukkannya variabel penting dalam model atau karena data tidak linear.
Apabila suatu model mengalami autokorelasi maka model regresi yang
seharusnya signifikan menjadi tidak layak untuk digunakan.
Tabel 5 Nilai Toleransi dan VIF untuk setiap variabel input
No
1
2
3
4

Keterangan
Larva (X1)
Garam (X2)
Artemia (X3)
Cacing (X4)

Collinearity Statistics
Tolerance
0,4254
0,6192
0,5154
0,3374

VIF
2,3510
1,6150
1,9400
2,9640

Sumber : Data Primer 2012

Kriteria Ekonomi
Suatu fungsi produksi dikatakan layak atau tidak diketahui dengan
melakukan analisis kriteria ekonomi. Tanda positif pada penggunaan input
menunjukkan bahwa ouput dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah input.
Berdasarkan analisis kuadrat terkecil pada Tabel 4 menunjukkan bahwa koefisien
yang bertanda positif adalah variabel X1 (larva) sebesar 0,3395, X3 (artemia)
sebesar 0,0723 ,dan X4 (cacing) sebesar 0,6241. Ini menunjukkan bahwa apabila

15
dilakukan peningkatan pada variabel tersebut maka akan mempengaruhi ouput
sesuai dengan besarnya koefisien yang dimiliki. Koefisien yang bertanda negatif
adalah X2 (garam) sebesar -0,0018 menunjukkan bahwa jika dilakukan
penambahan pada variabel tersebut maka akan mengurangi ouput yang dihasilkan
sesuai dengan besarnya koefisien yang dimiliki.
Nilai elastisitas produksi menunjukkan persentase perubahan, yang berarti
bahwa perubahan input akan mengakibatkan perubahan ouput. Nilai elastisitas
pada variabel X1 (larva) sebesar 0,3395 dapat diartikan bahwa apabila terdapat
penambahan larva sebanyak 1 satuan dengan asumsi input yang lain tetap (ceteris
paribus) maka ouput akan meningkat sebanyak 0,3395 satuan. Nilai elastisitas X3
(artemia) dan X4 (cacing), masing-masing sebesar 0,0723 dan 0,6241 berarti
bahwa apabila ada panambahan pada masing-masing input produksi tersebut
sebanyak 1 satuan dengan asumsi input yang lain tetap (ceteris paribus) maka
ouput masing-masing akan meningkat sebanyak 0,0723 dan 0,6241.
Analisis return to scale (RTS) merupakan analisis yang dilakukan untuk
mengetahui usaha pendederan ikan patin ini berada pada kondisi increasing,
constant, atau decreasing return to scale. Kondisi skala usaha ini dapat diketahui
dengan cara menjumlahkan besaran elastisitas pada fungsi produksi. Hasil
penghitungan penjumlahan elastisitas pada variabel X1 (larva), X2 (garam), X3
(artemia), dan X4 (cacing) adalah sebesar 1,0341. Hal ini menunjukkan bahwa
usaha pendederan ikan patin ini dalam kondisi increasing return to scale yang
berarti penambahan proporsi input produksi akan meningkatkan penambahan
proporsi ouput. Dengan demikian, usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci ini
masih berpeluang ditingkatkan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Analisis Optimalisasi Penggunaan Input
Penggunaan input produksi yang optimal pada dasarnya bertujuan untuk
menghasilkan ouput yang optimal. Data secara lengkap mengenai hasil
penghitungan untuk nilai produksi marginal (NPM), rasio NPM dengan harga
input serta input dan ouput yang optimal pada usaha pendederan ikan patin ukuran
1 inci di Desa Sukamandijaya dapat dilihat pada Tabel 6.
Berdasarkan Tabel 6, harga rata-rata untuk ouput adalah Rp 79,00, harga
rata-rata untuk larva Rp 5,00, artemia Rp 529.762,00, dan cacing Rp 8.000,00.
Soekartawi (1994) menyatakan bahwa penggunaan faktor produksi akan efisien
apabila rasio antara NPM dan Pxi sama dengan satu (NPM/Pxi = 1). Jika rasio ini
lebih besar dari satu, maka penggunaan faktor produksi (input) belum efisien dan
masih dapat ditingkatkan. Sementara apabila rasio ini kurang dari satu, maka
penggunaan faktor produksi (input) sudah tidak efisien dan harus dikurangi.
Berdasarkan Tabel 6, diperoleh nilai rasio antara NPM dan Pxi untuk larva
adalah sebesar 3,2809, untuk artemia adalah 1, dan untuk cacing adalah 7,5960.
Agar penggunaan input efisien dan dapat menghasilkan ouput yang optimal, maka
penggunaan larva perlu ditingkatkan hingga jumlahnya mencapai 80 ekor/liter
dari kondisi aktualnya 24 ekor/liter. Penggunaan cacing juga perlu ditambah dari
0,0121 kg/liter menjadi 0,0919 kg/liter. Namun pada penggunaan artemia nilai
rasio antara NPM dan Pxi sama dengan satu sehingga penggunaan input ini tetap
(tidak mengalami peningkatan) sebanyak 0,0002 kaleng/liter. Jika penggunaan

16
input produksi yang optimal ini diterapkan, dimulai dari padat tebar secara aktual
24 ekor/liter menjadi optimal sebanyak 80 ekor/liter maka ouput yang dihasilkan
juga akan mengalami peningkatan. Dengan asumsi tingkat kelangsungan hidup
62,45% maka ouput yang dihasilkan akan mengalami peningkatan dari 15
ekor/liter menjadi 50 ekor/liter setiap musim tanam per tahun.
Tabel 6 Nilai NPM, input dan ouput yang optimal, serta nilai rasio NPM dan
Pxi pada usaha pendederan ikan patin di Desa Sukamandijaya
No
1
2
3
4

Keterangan
Ouput (ekor)
Larva (ekor)
Artemia (kaleng)
Cacing (kg)

Bi

0,3395
0,0723
0,6241

Pxi
79
5
529.762
8.000

NPM

16,4045
421.082
60.768

NPM/Pxi

3,2809
1
7,5960

Optimal
Per liter
75,6905
79,9450
0,0002
0,0919

Aktual
Per liter
14,9848
24,3668
0,0002
0,0121

Sumber : Data Primer, 2012

Keterangan:
Bi
= Elastisitas Produksi
Pxi
= Harga Produksi
NPM = Nilai Produk Marjinal
Berdasarkan analisis Cobb-Douglas padat tebar yang optimal adalah 80
ekor/liter sementara Badan Standardisasi Nasional (2000) menyatakan bahwa
padat tebar yang optimal untuk larva adalah 40 ekor/liter. Nurhamidah (2007)
menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian padat tebar yang optimal untuk
larva adalah 60 ekor/liter. Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Irliyandi
(2008) menyebutkan bahwa padat tebar yang optimal untuk produksi patin ukuran
1 inci up adalah 90 ekor/liter. Peningkatan padat penebaran akan menganggu
proses fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang dapat
menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis sehinggga pemanfaatan makanan,
pertumbuhan, dan kelangsungan hidup mengalami penurunan (Wedemeyer 1996).
Penelitian Irliyandi (2008) dengan padat tebar 90 ekor/liter menghasilkan
kelangsungan hidup 94,91%, pertumbuhan panjang mutlak 2,09 cm, laju
pertumbuhan bobot harian 9,48%, serta efisiensi pakan 38,01%. Hal ini berarti
pada kepadatan 90 ekor/liter fisiologis ikan belum terganggu. Namun demikian
sistem produksi tersebut harus menggunakan sistem resirkulasi sehingga kualitas
air lebih dapat dikontrol dengan kandungan oksigen terlarut yang cukup tinggi
(3,68-5,72 mg/L) serta kerja filtrasi yang dapat mengurangi bahan organik pada
media pemeliharaan seperti yang diterapkan oleh Irliyandi (2008).
Peningkatan input produksi dari kondisi aktul ke kondisi optimal tentunya
memiliki beberapa konsekuensi yang harus benar-benar diperhatikan agar
keuntungan yang diperoleh dapat maksimal. Selain terjadi peningkatan biaya
produksi, juga terjadi peningkatan terhadap tenaga kerja baik itu peningkatan
jumlah tenaga kerja maupun peningkatan jumlah jam kerja. Kandungan oksigen
terlarut yang terdapat di dalam wadah pemeliharaan juga harus ditingkatkan. Hal
ini sangat penting karena peningkatan padat tebar dan jumlah pakan jika tidak
diimbangi dengan peningkatan kandungan oksigen terlarut maka akan

17
menyebabkan kematian pada larva. Kelarutan oksigen merupakan faktor pembatas
dalam budidaya ikan secara intensif. Keberhasilan budidaya bergantung pada cara
mengatasi kelarutan oksigen yang rendah. Pada kepadatan yang tinggi konsentrasi
oksigen akan berkurang karena meningkatnya proses respirasi dan oksidasi bahan
organik. Kandungan oksigen terlarut dapat dijaga dengan melakukan pergantian
air secara rutin setiap hari. Proses pencucian cacing harus benar-benar
diperhatikan sebelum cacing diberikan ke larva, karena proses pencucian yang
tidak sempurna akan menyebabkan kualitas air pemeliharaan cepat menurun.

Analisis Usaha
Hasil analisis usaha pada usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci di Desa
Sukamandijaya dapat dilihat pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7 tidak terdapat
adanya peningkatan dari biaya investasi dan biaya tetap yakni sebesar Rp
8.289/liter dan Rp 1.551/liter, namun terjadi peningkatan pada biaya variabel yaitu
sebesar Rp 3.605/liter menjadi Rp 12.027/liter pada kondisi optimal. Dengan
musim tanam sebanyak 8 kali per tahun pada 12 bak maka keuntungan yang
diperoleh pada kondisi aktual Rp 4.409/liter meningkat pada kondisi optimal
menjadi Rp 17.804/liter.
Tabel 7 Kenaikan biaya variabel, penerimaan dan keuntungan usaha pendederan
ikan patin ukuran 1 inci per liter kondisi aktual dan optimal
Uraian

Aktual (liter)
Investasi (Rp)
8.289
Biaya