Optimalisasi input produksi budidaya dalam pendederan ikan gurame Osphronemus gouramy di Desa Petir Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor

(1)

i

OPTIMALISASI INPUT PRODUKSI BUDIDAYA DALAM

PENDEDERAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI DESA PETIR

KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR

MOCHAMAD KURNIAWAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

vii

ABSTRAK

MOCHAMAD KURNIAWAN. Optimalisasi Input Produksi Budidaya Dalam Pendederan Ikan Gurame Osphronemus gouramy di Desa Petir Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Dibimbing Oleh Iis Diatin dan Yani Hadiroseyani. Peningkatan produksi ikan gurame khususnya pendederan di wilayah Desa Petir setiap tahun mengalami pasang surut. Tujuan penelitian ini untuk menerapkan teknis produksi pendederan ikan gurame yang optimal dan analisis finansial untuk menghasilkan keuntungan optimal. Metode yang digunakan berupa studi kasus dengan metode purposive sampling. Analisis data menggunakan metode analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dan analisis finansial. Pendugaan efisiensi penggunaan input didapatkan input yang optimal adalah 42 ekor/m2 untuk benih, 0,525 kg/m2 untuk urea, 0,021 kg/m2 untuk kapur, 0,915 kg/m2 untuk postal dan 0,329 untuk tepung pelet. Analisis usaha pendederan ikan gurame pada kondisi optimal adalah R/C 1,78, Pay Back Period 0,58 tahun, Break Even Point sebesar Rp 16.605.224 dan 11.319 ekor. Analisis kriteria investasi dengan skenario optimal sewa lahan kepadatan 42 ekor/m2 merupakan skenario yang paling baik dengan nilai NPV sebesar 175.102.279, Net B/C 6,81 dan IRR sebesar 144%. Analisis sensitivitas dengan merubah harga benih sebesar 20% menunjukkan bahwa usaha masih layak untuk dijalankan.

Kata Kunci : Optimalisasi Input Produksi, Budidaya Pendederan, Ikan Gurame ---

ABSTRACT

MOCHAMAD KURNIAWAN. Optimizing Inputs On Gurame Fish Nursery Farming Production Osphronemus gouramy in Village Petir Subdistrict Dramaga Regency Bogor. Supervised by Iis Diatin and Yani Hadiroseyani

Increased production of gurame, especially in the area the Petir Village every year have ups and downs. The purpose of this study to apply the technical production of gurame to optimalization nursery and financial analysis to generate optimal profits. Method used is a case study with intake sample method in the form of purposive sampling. Data Analyse use Cobb-Douglas method and finansial analysys. Estimation of efficiency of input use the optimal input obtained is 42 ekor/m2 for fish seed, 0,525 kg/m2 for urea, 0,021 kg/m2 for lime, 0,915 for postal and 0,329 kg/m2 for flour pellets. Analyse the production of gurame at optimal condition is R/C 1,78, Pay Back Period 0,58 year and break Even Point to Rp 16.605.224 and 11.319 fish seed. Investment analysis criteria with third scenario represent best scenario with value NPV equal to 175.102.279, Net B/C 6,81 and IRR equal to 144 %. Sensitivity analysis by changing the fish seed gurame price by 20% shows that the business is still viable to run.


(3)

iii

OPTIMALISASI INPUT PRODUKSI BUDIDAYA DALAM

PENDEDERAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI DESA PETIR

KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR

MOCHAMAD KURNIAWAN

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya

Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(4)

ii

PERNYATAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

OPTIMALISASI INPUT PRODUKSI BUDIDAYA DALAM

PENDEDERAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI DESA PETIR

KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2011

MOCHAMAD KURNIAWAN


(5)

iv Judul skripsi :

Nama Mahasiswa : Mochamad Kurniawan Nomor Pokok : C14061348

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Iis Diatin, MM Ir. Yani Hadiroseyani, MM Nip. 19630908 199002 2 001 Nip. 19600131 198603 2 002

Diketahui,

Ketua Departemen Budidaya Perairan

Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc Nip. 19591222 198601 1 001

Tanggal Lulus :

Optimalisasi input produksi budidaya dalam pendederan ikan gurame Osphronemus gouramy di Desa Petir Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor


(6)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi ini telah diselesaikan. Penelitian dengan judul “Optimalisasi Input Produksi Budidaya Dalam Pendederan Ikan Gurame Osphronemus gouramy di Desa Petir Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor” ini dilaksanakan sejak bulan Maret 2011 sampai April 2011.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Iis Diatin, MM, Ir. Yani Hadiroseyani, MM selaku dosen pembimbing dan Yuni Puji Hastuti, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji. Selain itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Yayasan Karyasalemba 4 yang telah memberikan bantuan beasiswa, DPKHA IPB, para responden pembudidaya ikan gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, kakak, rekan-rekan BDP 43, 44, serta rekan-rekan-rekan-rekan seperjuangan atau satu organisasi yang telah banyak membantu baik secara moril maupun materil sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan para pembaca untuk melakukan usaha budidaya ikan gurame.

Bogor, Juli 2011 Mochamad Kurniawan


(7)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Mochamad Kurniawan dan dilahirkan di Bogor tanggal 11 Mei 1989 serta merupakan anak ke 5 dari 7 bersaudara. Pendidikan formal yang telah ditempuh oleh penulis adalah SMA Negeri 6 Bogor dan lulus tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Setelah melewati Tingkat Persiapan Bersama di tingkat awal penulis memilih program Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya serta minor Pengembangan Usaha Agribisnis.

Selama masa perkuliahan penulis aktif diberbagai macam organisasi intra maupun ekstra kampus. Kegiatan tersebut diantaranya adalah menjadi Ketua Komisi C DPM TPB IPB, Ketua Rohis Aquaculture’43, Staff Div HRD Forum Keluarga Muslim FPIK IPB 2007/2008, Kordinator Fund Rishing Bogor Nasheed Centre, Wakil Ketua Fosma (Forum Silaturahmi Mahasiswa) Bogor Alumni ESQ Way 165 2008/2009, Kepala Divisi Olahraga dan Seni Fosma ESQ Way 165 Komisariat IPB 2008/2009, Kordinator Divisi PSDM JPRMI Bogor Barat, Ketua Ikatan Alumni Muslim At-Tarbiyah SMAN 6 Bogor, Pembina IREMA, Event Organizer FOR US (Forum Untuk Semua), Syakaa Organizer, Kesekretariatan IMAGO (Yayasan Inspirasi Muda Bogor) dan DPD PPNSI (Perhimpunan Petani Nelayan Sejahtera Indonesia) Kota Bogor.

Penulis pernah mengikuti berbagai macam pelatihan kepemimpinan, manajemen organisasi maupun pelatihan wirausaha. Penulis juga pernah mendapatkan dana bantuan kegiatan wirausaha dari DPKHA IPB dengan usaha Industri Perbenihan Gurame, serta pernah melaksanakan kegiatan Praktik Lapang Aquaculture di Isaku Koi Farm, Kota Blitar, Jawa Timur. Penulis melakukan penelitian dengan judul “Optimalisasi Input Produksi Budidaya Dalam Pendederan Ikan Gurame Osphronemus gouramy di Desa Petir Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor“


(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………..… x

DAFTAR GAMBAR ………. xi

DAFTAR LAMPIRAN ………. xii

I. PENDAHULUAN ………. 1

II.BAHAN DAN METODE ……….

2.1 Waktu dan Tempat ……….. 2.2 Metode Penelitian ………... 2.3 Jenis dan Sumber Data ………... 2.4 Metode Pengambilan Sampel ………. 2.5 Metode Analisis Data ………...………..

2.5.1 Analisis Fungsi Produksi ………... 2.5.2 Analisis Finansial ……….. 2.5.2.1 Analisis Usaha ………... 2.5.2.2 Analisis Kriteria Investasi ……….… 2.5.3 Analisis Sensitivitas ……….. 2.6 Batasan dan Pengukuran ……….

4 4 4 4 5 5 5 9 9 10 12 12

III.HASIL DAN PEMBAHASAN ………...

3.1 Kondisi Umum Penelitian ……….. 3.1.1 Letak dan Keadaan Umum ……… 3.1.2 Kependudukan ……….. 3.1.3 Sarana dan Prasarana ………. 3.2 Karakteristik Pembudidaya ………. 3.3 Teknik Pendederan Ikan Gurame ………...……….… 3.3.1 Persiapan Kolam ………... 3.3.2 Penebaran Benih ……….... 3.3.3 Pemeliharaan Ikan ………. 3.3.4 Pemberian Pakan ………... 3.3.5 Pencegahan Hama dan Penyakit………. 3.3.5 Pemanenan ………. 3.3.6 Pemasaran ……….. 3.4 Penggunaan Faktor Produksi ……….. 3.5 Analisis Pendugaan Faktor Produksi ………..… 3.5.1 Analisis Kriteria Statistik ……….

13 13 13 14 15 16 17 17 20 22 23 25 26 27 27 28 29


(9)

ix 3.5.2 Analisis Ekonometrik ………..

3.5.3 Kriteria Ekonomi ……….. 3.6 Analisis Optimalisasi Penggunaan Input ………....… 3.7 Analisis Finansial ……….... 3.7.1 Analisis Usaha ……….... 3.7.2 Analisis Kriteria Investasi dan Analisis Sensitivitas …….…….

30 32 33 35 36 38

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ………..

4.1 Kesimpulan ………..……... 4.2 Saran ………...

45 45 45

DAFTAR PUSTAKA ……….. 46


(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Perkembangan Produksi Benih Ikan Berdasarkan Kebutuhan Pada

Beberapa Komoditas Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009 ……. 2

2. Jumlah Penduduk Desa Petir Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2010 ………... 14

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2010 ………...… 15

4. Sarana dan Prasarana Desa Petir Tahun 2010 ………... 15

5. Perbandingan Padat Tebar Gurame ……….……. 21

6. Rata-rata Input dan Output Produksi Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga……….. 27

7. Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode Kuadrat Terkecil pada Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir ……… 29

8. Nilai Toleransi dan VIF untuk Setiap Variabel Input………...… 31

9. Nilai NPM, Input dan Output yang Optimal, serta Nilai Rasio NPM dan Pxi pada Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir 33 ……… 10. Kenaikan Biaya Investasi, Biaya Tetap, Biaya Variabel, Penerimaan, dan Keuntumgan Usaha Pendederan Ikan Gurame di Desa Petir per m2 36 Kondisi Aktual dan Optimal ………. 11. Analisis Pendapatan Usaha (Laba Rugi) ………..……… 37

12. Kriteria Investasi Pada Skenario 1 ………..……….. 40

13. Kriteria Investasi Pada Skenario 2 ………..……….. 41

14. Kriteria Investasi Pada Skenario 3 ………..……….. 41


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor………..…... 13 2. Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Padat Tebar Gurame di

Desa Petir, Kecamatan Dramaga ……….. 16 3. Saluran Outlet (a) dan Kemalir dalam Kolam Pendederan Gurame di

Desa Petir (b)……….………... 18

4. Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan Kapur di Desa Petir, Kecamatan Dramaga ………... 19 5. Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan Urea (a) dan

Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan TSP (b) ………... 20 6. Benih Gurame (a) dan Proses Aklimatisasi (b) ……….…... 21

7. Postal ………...……….. 23

8. Grafik Korelasi Antara Jumlah Benih Gurame dengan Postal di Desa Petir, Kecamatan Dramaga ………...

23 9. Grafik Korelasi Antara Jumlah Benih Gurame dengan Tepung Pelet di

Desa Petir, Kecamatan Dramaga ……….. 24 10. Hasil Panen Gurame ……..………...

26 11. Jirigen (Keranjang Panen) ………. 26


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Peta Produksi Benih Ikan Menurut Kecamatan Kabupaten Bogor …...

49 2. Karakteristik Responden Pembudidaya Pendederan Ikan Gurame Desa

Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor ………... 50 3. Data Produksi, Faktor Produksi, Harga dan Nilai Beli Produksi Per

Musim Tanam Pada Usaha Pendederan Gurame, Desa Petir ………… 51 4. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi dengan Metode Kuadrat

Terkecil…... 54 5. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi dengan Statistical Product and

Service Solution ………. 54

6. Grafik Normal P-Plot Regression Of Output ……… 59 7. Grafik Scaterploot………..

59 8. Contoh PerhitunganInput Produksi Optimal ………

60 9. Nilai Investasi dan Penyusutan Pada Usaha Pendederan Gurame dalam

Kondisi Aktual di Desa Petir Tahun 2011 ………. 62 10 Nilai Investasi dan Penyusutan Pada Usaha Pendederan Gurame dalam

Kondisi Optimal di Desa Petir Tahun 2011 ………. 62 11. Analisis Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Aktual dan Optimal

Tahun 2011 ………. 63

12. Penghitungan Analisis Usaha Pada Kondisi Aktual dan Optimal Pada Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir Luas Lahan 883 m2 ……….. 64 13. Kenaikan Harga Benih Berdasarkan Tahun ……… 65 14. Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 42

ekor/m2

66 dengan Skenario 1 (Lahan Milik Sendiri) di Desa Petir Tahun 2011 ………. 15. Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal Teknis

25 ekor/m2

67 dengan Skenario 2 (Lahan Milik Sendiri) di Desa Petir Tahun 2011 ………...……….. 16. Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 42

ekor/m2 dengan Skenario 3 (Lahan Sewa) di Desa Petir Tahun 2011 … 68 17. Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal Teknis

25 ekor/m2 dengan Skenario 4 (Lahan Sewa) di Desa Petir Tahun 2011 69 18. Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 42

ekor/m2

70 , Skenario 1 dengan Asumsi Kenaikan Harga Benih 20 % di Desa Petir Tahun 2011 ………


(13)

xiii 19. Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal Teknis

25 ekor/m2

71 , Skenario 2 dengan Asumsi Kenaikan Harga Benih 20 % di Desa Petir Tahun 2011 ……… 20. Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 42

ekor/m2

72 , Skenario 3 dengan Asumsi Kenaikan Harga Benih 20 % di Desa Petir Tahun 2011 ……… 21. Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 25

ekor/m2

73 , Skenario 4 dengan Asumsi Kenaikan Harga Benih 20 % di Desa Petir Tahun 2011 ………


(14)

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan ikan bagi penduduk Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 10,5 juta ton atau hampir dua kali lipat dari potensi stok ikan laut Indonesia saat ini. Berdasarkan data FAO (2009) dalam Suhana (2010) produksi ikan nasional pada tahun 2006 hanya mencapai sekitar 6,2 juta ton dan pencapaian produksi yang ditargetkan hingga tahun 2010 pun masih belum dapat terealisasi. Menurut Suhana (2010) perikanan budidaya untuk mencapai produksi ikan nasional sampai 350% yang dicanangkan oleh KKP, hendaknya dilakukan dengan mengkaji ulang arah dan kebijakan berdasarkan pendekatan peningkatan produksi ikan. Peningkatan produksi perikanan budidaya yang dicanangkan oleh KKP (2010) untuk komoditas ikan air tawar yakni ikan gurame ditargetkan meningkat sebanyak 127% terhitung dari tahun 2009-2014.

Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti penerapan teknologi, pembinaan cara budidaya yang efektif, serta pendampingan program terpadu disetiap wilayah seperti yang diterapkan di Kabupaten Bogor. Perikanan yang berkembang pada Kabupaten Bogor hanya merupakan Perikanan Budidaya Darat atau budidaya air tawar baik pada kolam-kolam maupun perairan umum. Potensi terbesar untuk budidaya air tawar pada Kabupaten Bogor terletak pada kolam air tenang dengan komoditas ikan gurame, lele, mas, nila, patin dan lain-lain. Penyebaran produksi benih di Kabupaten Bogor pada tahun 2009 menyebar secara merata (Lampiran 1).

Produksi benih ikan gurame berdasarkan kebutuhan di wilayah Kabupaten Bogor tercatat bahwa ikan gurame mengalami penurunan sebanyak 60,81% (Tabel 1). Berdasarkan Disnakan (2009) tercatat bahwa di Kabupaten Bogor wilayah Dramaga memproduksi ikan gurame, mas, nila dan bawal. Di wilayah Dramaga, khususnya Desa Petir merupakan wilayah yang cukup dominan dalam memproduksi gurame yakni hampir mencapai 70% memproduksi gurame. Untuk penyebaran benih ikan gurame di Desa Petir pada tahun 2009, benih gurame ukuran 5–8 cm mencapai 40.000 ekor setiap tahun.


(15)

2 Tabel 1. Perkembangan Produksi Benih Ikan Berdasarkan Kebutuhan Pada

Beberapa Komoditas Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009

No Jenis Ikan Produksi (Ribu Ekor) r (%)

2008 2009

1 Mas 166.502 56.663,19 -65.97

2 Nila 109.580 35.700,4 -67.42

3 Nilem 397 0 -100.00

4 Mujaer 2.181 693.060 -68.22

5 Gurame 92.282 36.166,890 -60.81

6 Tawes 9.459 5.510,480 -41.74

7 Patin 79.893 26.358,490 -67.01

8 Lele 244.634 62.020,270 -74.65

9 Sepat siam 488 0 -100.00

10 Tambakan 6.051 1.807,47 -70.13

11 Bawal 33.133 622.191,18 1,777.86

Jumlah 744.600 847.112,06 13.77

Sumber : Disnakan, 2009

Pencapaian produksi ikan gurame khususnya untuk kegiatan pendederan di wilayah Desa Petir setiap tahun mengalami pasang surut. Hal ini disebabkan sebagian para pembudidaya beralih profesi menjadi petani palawija dan buruh tani. Oleh karena itu, maka perlu adanya peningkatan kembali produksi gurame pada kegiatan pendederan di wilayah Desa Petir. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan mengalihkan cara budidaya dari tradisional menjadi semi intensif ataupun intensif. Untuk menuju kearah tersebut perlu dilakukan kegiatan budidaya secara optimal dengan mengoptimalkan penggunaan input faktor produksi budidaya. Aspek penggunaan input produksi dapat mempengaruhi output yang dihasilkan. Beberapa hal yang seringkali terjadi dalam kegiatan pendederan gurame terutama untuk para pembudidaya di wilayah Desa Petir meliputi keterbatasan dana, pengelolaan yang masih sederhana, belum mampu mengatur kolam untuk kesinambungan ketersedian produksi ikan dan keterampilan teknis yang rendah.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka aspek yang ditinjau dalam penelitian ini meliputi : a) Kondisi aktual usaha pendederan ikan gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor b) Alokasi penggunaan input produksi yang optimal dan kondisi finansial dengan keuntungan yang maksimal dan c) Prospek pengembangan usaha pendederan ikan gurame di Desa Petir,


(16)

3 Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dilihat dari peluang, kendala serta alternatif dari keadaan tersebut. Berdasarkan uraian tersebut dapat dicapai tujuan berupa : a) Teknis produksi pendederan ikan gurame yang optimal serta menguntungkan berdasarkan hasil analisis lapang di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, b) Analisis alokasi input produksi yang optimal pada budidaya pendederan ikan gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan c) Pengembangan usaha produksi yang menggambarkan keuntungan dan kelayakan usaha optimal.


(17)

4 II.BAHAN DAN METODE

2.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga April 2011, berlokasi di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Teknologi dan Manajemen Produksi Akuakultur. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian mengenai optimalisasi input produksi budidaya dalam pendederan ikan gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor ini adalah berupa studi kasus. Penelitian dengan studi kasus ini memiliki tujuan untuk memberikan gambaran secara detail tentang latar belakang, sifat-sifat, dan karakter yang khas dari unit yang dianalisis. Metode studi kasus ini merupakan metode yang tepat untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan di daerah yang diteliti. Sehingga diharapkan dapat diterapkan manajemen budidaya yang efektif. Satuan kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembudidaya yang melakukan usaha pendederan ikan gurame secara monokultur di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jumlah pembudidaya sebanyak 16 orang.

2.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang disajikan dalam bentuk text dan image. Data text yakni berupa angka alphabhet dan angka numerik. Data text yang digunakan yakni berupa faktor input, proses dan output produksi serta sarana produksi dan biaya yang dikeluarkan dalam usaha budidaya gurame. Data image merupakan data yang disajikan dalam bentuk foto, diagram dan sejenisnya untuk menginformasikan keadaan tertentu. Untuk memperoleh data tersebut dilakukan dengan dua cara yakni bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh berdasarkan hasil penelusuran di lapangan dengan melakukan wawancara dan pengisian kuisioner. Data yang dikumpulkan meliputi identitas serta karakteristik dari pembudidaya, penerapan manajemen budidaya yang dilakukan, input dan output produksi, serta


(18)

5 penggunaan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan budidaya. Data sekunder merupakan data penunjang dalam penelitian ini. Data sekunder diperoleh berdasarkan informasi dari instansi dan lembaga terkait seperti Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Kantor Desa Petir, dan literatur-literatur. Untuk data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya data monografi Kabupaten Bogor dan data produksi perikanan Kabupaten Bogor.

2.4 Metode Pengambilan Sampel

Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Purposive Sampling merupakan penentuan sampel dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun dalam penentuan sampel telah terpilih sebanyak 16 orang yang merupakan pembudidaya di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sampel yang diambil memenuhi kriteria seperti berpengalaman budidaya minimal satu tahun, melakukan budidaya secara monokultur dan melakukan usaha pendederan gurame mulai dari ukuran kuaci (2-2,5 cm) sampai menghasilkan benih ukuran korek (10-11 cm).

2.5 Metode Analisis Data

Analisis data merupakan proses penyederhanaan data yang telah dikumpulkan mengenai objek permasalahan yang diterapkan kedalam bentuk yang mudah diinterpretasikan. Informasi dan data yang telah terkumpul setelah ditabulasikan kemudian dapat dianalisis dengan menggunakan metode analisis fungsi produksi model Cobb-Douglas dan analisis finansial.

2.5.1 Analisis Fungsi Produksi

Analisis fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi model Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan untuk menduga hubungan antara produksi pendederan gurame dengan penggunaan faktor produksi yang meliputi benih gurame, urea, TSP, kapur, postal, tepung pelet dan tenaga kerja. Model pendugaan dari persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas ini adalah sebagai berikut :


(19)

6

Keterangan :

Y = Produksi ikan gurame (ekor) X5

X

= Postal (kg)

1 = Padat tebar benih gurame (ekor/m2) X6 =

X

Tepung Pelet (kg)

2 = Urea (kg) X7

X

= Tenaga Kerja (Jam Kerja)

3 = TSP (kg) u = Kesalahan

X4 = Kapur (kg) e = Logaritma natural, e = 2,718

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan diatas, maka persamaan tersebut diubah kedalam bentuk linear dengan regresi berganda, persamaan tersebut menjadi :

LnY = ln a + b1lnX1 + b2lnX2 + b3lnX3 + b4lnX4 + b5lnX5 + b6lnX6 + b7lnX7 ...(2)

Elastisitas produksi digunakan untuk adanya perubahan dari produk yang dihasilkan karena perubahan faktor produksi yang digunakan. Nilai bi

1) Uji statistik t, digunakan untuk mengetahui seberapa besar masing-masing faktor produksi (X

pada fungsi Cobb-Douglas menunjukkan elastisitas X terhadap Y. Ketepatan model yang digunakan sebagai alat analisis diuji dengan menggunakan uji statistik sebagai berikut :

i

H

) sebagai variabel bebas mempengaruhi produksi (Y) sebagai variabel tidak bebas. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut :

0 : bi = 0 (faktor produksi (Xi) tidak berpengaruh terhadap produksi (Y)) H1 : bi ≠ 0 (faktor produksi (Xi) berpengaruh terhadap produksi (Y)) thitung = (bi – 0)/Sbi

Keterangan : Sbi = standard error dari b

bi

- Jika t

= koefisien regresi

hitung < ttabel , maka H0 diterima, artinya Xi - Jika t

tidak berpengaruh nyata terhadap Y.

hitung > ttabel , maka H0 ditolak, artinya Xi

2) Uji statistik f (uji simultan), digunakan untuk mengetahui faktor produksi (X

berpengaruh nyata terhadap Y.

i

H

) secara bersama mempengaruhi output (Y). Hipotesis yang diuji adalah

0 H

: bi = 0 (tidak ada pengaruh) 1 : bi ≠ 0 (ada pengaruh)


(20)

7 Fhitung = (JKR/(k-1))

(

- Jika F

JKD / (n-k))

Keterangan :

JKR = Jumlah Kuadrat Regresi JKD = Jumlah Kuadrat Residual

n = Jumlah Sampel k = Jumlah Variabel

hitung < Ftabel, maka terima H0

- Jika F

, artinya faktor produksi secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi pada selang kepercayaan tertentu.

hitung > Ftabel, maka tolak H0

Untuk menguji ketepatan pada analisis fungsi produksi dilakukan uji lanjutan yakni analisis statistik dan dilakukan pula analisis ekonometrik. Adapun fungsi dari analisis ekonometrik adalah untuk mengetahui apakah model regresi memenuhi asumsi normalitas, multikolinearitas, homoskedastisitas, dan autokorelasi (Santoso, 2000).

Normalitas adalah suatu kondisi dalam model regresi yaitu nilai Y (variabel dependent) didistribusikan secara normal terhadap nilai X (variabel independent). Suatu model regresi yang baik harus memenuhi asumsi normalitas Multikolinearitas adalah permasalahan dalam suatu model regresi yang diakibatkan adanya korelasi antar variabel independent. Cara yang digunakan untuk mengatasi masalah multikolinearitas adalah dengan menambah jumlah sampel dan mengeluarkan variabel yang memiliki korelasi tinggi. Homoskedastisitas adalah asumsi dalam model regresi dimana variasi disekitar garis regresi seharusnya konstan untuk setiap nilai X (Santoso, 2000).

Bila asumsi tersebut tidak terpenuhi maka model regresi mengalami problem heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas merupakan masalah yang terjadi pada model regresi jika terjadi asumsi variance error term konstan untuk setiap nilai pada variabel penjelas dilanggar. Masalah heteroskedastisitas ini sering terjadi pada data cross-section. Cara mengatasi masalah heteroskedastisitas ini diantaranya adalah dengan :

, artinya faktor produksi secara

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi pada selang kepercayaan tertentu.

a) Menggunakan Weight Least Square Regression (nilai variabel dibagi dengan nilai variabel yang dianggap menyebabkan heteroskedastisitas.


(21)

8 b) Menggunakan fungsi log untuk variabel penjelas yang mengakibatkan

heteroskedastisitas.

Autokorelasi adalah masalah dalam model regresi linear karena adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi ini biasanya terjadi pada model regresi yang menggunakan data time series atau berdasarkan waktu berkala (Santoso 2000). Analisis Return to Scale (RTS) sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan usaha yang sedang diteliti tersebut berada dalam kondisi increasing, constant, atau decreasing return to scale. Analisis RTS ini dilakukan dengan menjumlahkan besaran elastisitas (bi). Berdasarkan persamaan 8 maka :

1 < b1 + b2 + b3 + b4 a. Jika b

< 1 ……… (4) 1 + b2 + b3 + b4

b. Jika b

< 1, maka usaha berada dalam keadaan decreasing return to scale. Artinya apabila faktor produksi yang digunakan ditambahkan maka besarnya penambahan output akan lebih kecil dari proporsi penambahan input.

1 + b2 + b3 + b4

c. Jika b

= 1, maka usaha berada dalam keadaan constant return to scale, dimana penambahan proporsi input yang digunakan akan sama dengan penambahan proporsi output yang dihasilkan.

1 + b2 + b3 + b4

Tingkat alokasi input yang optimal dapat diketahui melalui analisis dari fungsi keuntungan, yaitu :

Π = TR – TC atau pendederan ikan gurame dapat tercapai pada saat turunan pertama dari fungsi keuntungan usaha terhadap faktor produksi sama dengan nol, yaitu :

Π = P

> 1, maka usaha berada dalam keadaan increasing return to scale, dimana proporsi penambahan output yang digunakan akan lebih besar dari penambahan proporsi input.

yY – PxiXi

Py (dy/dxi) = Pxi PyPMxi = Pxi NPMxi = Pxi


(22)

9 2.5.2 Analisis Finansial

Analisis finansial merupakan analisis yang dilakukan pada suatu proyek yang dapat ditinjau dari sudut badan atau orang yang menanamkan uangnya dalam proyek tersebut. Bagian dari analisis finansial yakni analisis usaha dan analisis kriteria investasi.

2.5.2.1Analisis Usaha

Analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui keberhasilan usaha yang telah dicapai selama usaha perikanan itu berlangsung (Rahardi et al., 1998). Analisis usaha terdiri dari analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C), analisis payback period (PP), dan analisis break even point (BEP).

a. Analisis Pendapatan Usaha

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan output yang terlibat didalam usaha dan besar keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha. Secara matematis konsep pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Π = ………….……… (6)

Keterangan :

Π = Pendapatan (Rp per panen) Y = Total Produksi (ekor per panen) Xi = Jumlah input i yang digunakan (unit) Py = Harga persatuan output (Rp)

Pyi = Harga persatuan input (Rp) Py.Y = Penerimaan total (Rp) Px.ΣXi = Biaya Total (Rp)

b. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu apakah cukup menguntungkan atau tidak. Secara matematis analisis biaya imbangan dirumuskan sebagai berikut :

R/C = ………... (7)

Keterangan :

TR = Total Revenue atau Penerimaan total (Rp) TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp)


(23)

10 - R/C > 1, usaha menguntungkan

- R/C = 1, usaha impas - R/C = 1, usaha rugi c. Payback period (PP)

Payback period merupakan lama waktu yang dibutuhkan proyek atau usaha untuk menghasilkan arus kas yang cukup untuk membayar pengeluaran awal. Metode payback period menurut Martin, et al. (1991) secara sistematis dinyatakan dalam rumus berikut:

Payback Period =

d. Analisis Break Event Point (BEP)

Break Event Point merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan output produksi sama dengan biaya produksi. Pada kondisi Break Event Point ini pengusaha mengalami impas. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan serta dipakai untuk merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki. Menurut Martin, et al. (1991) BEP dapat dihitung dengan persamaan matematis seperti ini:

BEP (Nilai Produksi) = ………..………… (8) BEP (Volume Produksi) = ……….. (9)

Keterangan:

TFC = Biaya tetap total (Rp) AVC = Biaya variabel rata-rata (Rp) Py = Harga komoditas (Rp per ekor)

2.5.2.2 Analisis Kriteria Investasi

Analisis kriteria investasi merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui manfaat dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Analisis kriteria investasi terdiri dari NPV, Net B/C dan IRR.

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih yang akan didapatkan pada masa yang akan datang. NPV ini pada dasarnya merupakan kombinasi pengertian present value penerimaan dan present value pengeluaran. Secara matematis NPV dinyatakan dalam rumus berikut :


(24)

11 NPV = ……….………... (10) Dengan kriteria usaha sebagai berikut :

- NPV < 0 , usaha tidak layak

- NPV = 0, usaha tersebut memberikan hasil yang sama dengan modal yang digunakan (impas)

- NPV > 0, usaha layak untuk dijalankan karena akan dapat menghasilkan keuntungan

Keterangan:

Bt = Manfaat unit usaha pada tahun t (Rp) Ct = Biaya usaha pada tahun ke t (Rp)

i = Discount rate (%) t = Umur proyek (5 tahun)

b. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C adalah perbandingan antara jumlah nilai sekarang dari keuntungan bersih pada tahun-tahun yang mana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih bernilai negative. Secara matematis Net B/C dinyatakan dengan rumus :

Net B/C = ………(11)

Syarat : Bt – Ct > 0 Ct – Bt < 0 Dengan kriteria usaha :

- Net B/C < 1, berarti usaha itu sebaiknya tidak dilaksanakan karena tidak layak dan lebih baik mencari alternatif usaha lain yang lebih menguntungkan

- Net B/C > 1, berarti usaha itu akan mendatangkan keuntungan, sehingga usaha ini dapat dilaksanakan

Keterangan :

Bt = Benefit sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp)

Ct = Biaya sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp)

t = Umur Proyek (5 tahun) i = Discount rate (%)


(25)

12 c. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV pada proyek sama dengan nol. Secara matematis IRR dinyatakan dengan rumus

IRR = i + (i’ – i”) Dengan kriteria usaha:

IRR ≥ i (discount rate), berarti usaha dapat dilaksanakan

IRR < i (discount rate), berarti usaha lebih baik tidak dilaksanakan

Keterangan :

i’ = discount rate yang menghasilkan NPV+ (%) i” = discount rate yang menghasilkan NPV

-a) Usaha pendederan gurame adalah pemeliharaan benih ukuran kuaci (2-2,5 cm) hingga ukuran korek (10-11 cm).

(%) NPV’ = NPV pada tingkat bunga i’(Rp)

NPV” = NPV pada tingkat bunga i”(Rp)

2.5.3 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah suatu unsur kemudian menentukan pengaruh dari perubahan tersebut pada hasil analisis. Pada usaha pendederan ikan gurame, analisis sensitivitas dilakukan terhadap perubahan harga pakan. Pakan merupakan faktor produksi yang utama, sehingga perubahannya akan sangat berpengaruh pada kelangsungan usaha. Pada penelitian ini, metode yang akan digunakan dalam analisis sensitivitas adalah metode switching value, yaitu mengubah salah satu atau lebih nilai variabel yang dianggap paling sensitive sampai dengan usaha tidak layak untuk dijalankan.

2. 6 Batasan dan Pengukuran

b) Variabel yang dijelaskan (output) dalam analisis fungsi produksi dalam penelitian ini adalah gurame ukuran korek (10-11 cm).

c) Variabel yang menjelaskan (input) dalam analisis fungsi produksi dalam penelitian ini terdiri dari benih gurame, urea, TSP, kapur, postal, tepung pelet dan tenaga kerja


(26)

13 III.HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian

Kondisi umum daerah pendederan gurame diwilayah Desa Petir ini meliputi letak dan keadaan umum, kependudukan, sarana dan prasarana.

3.1.1 Letak dan Keadaan Umum

Kecamatan Dramaga terletak di wilayah Bogor Barat Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 2.437.636 Ha. Kecamatan Dramaga memiliki 10 Desa diantaranya adalah desa Cikarawang, Babakan, Dramaga, Ciherang, Petir, Sukawening, Neglasari, Purwasari, Sukadamai dan Sinarsari. Desa Petir (Gambar 1) merupakan desa yang paling dominan dalam budidaya gurame. Desa Petir memiliki luas 448,25 Ha yang terdiri dari pesawahan 210 Ha, pekarangan 20 Ha, empang 20 Ha, perumahan 190 Ha, makam 4 Ha dan lainnya 8,25 Ha (Data Potensi Desa, 2010). Peta Desa Petir dapat dilihat pada Lampiran 1. Tekstur tanah yang terdapat di daerah Desa Petir yakni berupa tanah liat berpasir hal ini sangat cocok untuk melakukan budidaya. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2006) tekstur tanah merupakan bagian yang perlu diperhatikan. Jenis tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat berpasir. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang atau dinding kolam.

Gambar 1. Desa Petir, Kecamatan Dramaga,Kabupaten Bogor Sumber : www.perikanan-budidaya.kkp.go.id


(27)

14 Selain itu Desa Petir memiliki ketinggian sekitar 500 meter di atas permukaan air laut, sehingga sangat cocok untuk melakukan budidaya gurame karena menurut Jangkaru (2002) ikan gurame dapat hidup dan tumbuh normal, sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan air laut. Sumber air yang terdapat di Desa Petir terdiri dari 3 sumber air yakni berasal dari PAM sebanyak 155 saluran, sumur gali dan sumur dangkal sebanyak 1.182 saluran, mata air sebanyak 1.829 saluran, sehingga yang paling dominan air berasal dari mata air. Adapun suhu berkisar antara 24-28 o

3.1.2 Kependudukan

C dengan pH perairan sekitar 6,5-8 (Data potensi Desa, 2010).

Berdasarkan data potensi dan kelurahan tahun 2010 wilayah Desa Petir memiliki 45 unit rukun tetangga dan 9 unit rukun warga dengan jumlah tempat tinggal sebanyak 2.638 unit. Panjang jalan yang dimiliki oleh Desa yakni 14 km dengan akses penggunaan alat transportasi berupa motor 700 unit, mobil angkutan 24 unit, truk 2 unit dan sedan 2 unit. Jumlah penduduk di wilayah Petir adalah 12.850 orang yang terdiri dari 6.539 orang laki-laki dan 6.311 orang perempuan. Jumlah penduduk Desa Petir jika ditinjau dari tingkat pendidikannya adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Petir Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2010

No Pendidikan Orang %

1 Belum Sekolah 1.510 11,73

2 Tidak Tamat SD/Sederajat 1.055 8,20

3 SD 4.870 37,83

4 SMP 3.100 24,08

5 SMA 2.320 18,02

6 Akademi 6 0,05

7 Universitas / Perguruan Tinggi 12 0,09

Jumlah 12.873 100

Sumber : Data Potensi Desa, 2010

Jenis pekerjaan di wilayah Desa Petir terdiri atas petani, buruh, penggali, karyawan perusahaan, buruh pabrik, buruh bangunan, pedagang, sopir, ojek, PNS, guru dan pemangkas rambut. Pekerjaan buruh baik itu buruh tani, buruh bangunan maupun buruh pabrik adalah pekerjaan yang paling dominan yakni mencapai 46,18% dan 15,43% bekerja sebagai petani/pembudidaya, sisanya untuk pekerjaan


(28)

15 yang lain. Secara rinci jenis pekerjaan dari penduduk di wilayah Desa Petir disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2010

No Jenis Pekerjaan Orang %

1 Petani (Petani Ikan, Palawija, dll) 568 15,43

2 Buruh 1.700 46,18

3 Penggali 12 0,33

4 Karyawan Perusahaan 360 9,78

5 Buruh Pabrik 10 0,27

6 Tukang/Buruh Bangunan 550 14,94

7 Pedagang 240 6,52

8 Sopir 120 3,26

9 Tukang Ojek 58 1,58

10 PNS 41 1,11

11 Guru 20 0,54

12 Pemangkas Rambut/Salon 2 0,05

Jumlah 3.681 100

Sumber : Data Potensi Desa, 2010

3.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana merupakan faktor pendukung dari keberhasilan suatu wilayah. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di wilayah Desa Petir adalah tempat ibadah, pos hansip, pelayanan kesehatan, rumah makan, sarana perekonomian dan sarana pendidikan. Secara rinci disajikan dalam Tabel 4. Selain itu sarana seperti transportasi yang terdapat di Desa Petir didominasi sepeda motor sebanyak 700 unit, angkutan 24 unit, sedan 2 unit dan truk 2 unit dengan panjang jalan yakni 14 km (Data Potensi Desa, 2010).

Tabel 4. Sarana dan Prasarana Desa Petir Tahun 2010

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Masjid 22

2 Musolah 17

3 Pos Hansip 30

4 Posyandu 11

5 Pos KB 1

6 Rumah Makan 2

7 Toko 4

8 Sarana Pendidikan - TK

- RA - SD Negeri - SDIT - SMP Swasta - Pesantren

1 1 6 1 1 3


(29)

16 3.2 Karakteristik Pembudidaya

Umumnya warga Desa Petir yang menjadi pembudidaya, mereka memiliki lahan sendiri untuk melakukan usaha budidaya ikan gurame. Usaha tersebut dilakukan perorangan dan sebagian besar merupakan usaha utama. Secara keseluruhan mereka melakukan budidaya ikan gurame dengan menggunakan kolam tanah. Responden pembudidaya ikan gurame berkisar antara 28-65 tahun dengan rata-rata usia 50 tahun. Sebanyak 6 orang dari 16 responden para pembudidaya memiliki pendidikan yang rendah yakni tidak tamat sekolah. Jumlah yang tidak tamat 6 orang, lulusan SD 4 orang, lulusan SMP 3 orang, lulusan SMA 1 orang, Diploma 1 orang dan Sarjana 1 orang.

Adapun mengenai pengalaman budidaya rata-rata memiliki pengalaman diatas 2 tahun dan yang paling lama memiliki pengalaman budidaya hingga 30 tahun. Para pembudidaya yang melakukan usaha budidaya ikan gurame ini 50% atau sebanyak 8 orang menjadikan usaha budidaya gurame secara sampingan sedangkan 50% atau sebanyak 8 orang menjadikan sebagai usaha utama. Sebagian besar usaha gurame yang mereka jalankan dilakukan dari hasil memperoleh keuntungan ataupun upah dari bertani dan usaha gurame ini dijadikan pekerjaan sampingan karena membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan penghasilan.

Gambar 2. Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Padat Tebar Gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga

Para pembudidaya gurame di Desa Petir masih tergolong tradisional dan mereka melakukan budidaya berdasarkan pengalaman. Salah satu yang


(30)

17 menggambarkan para pembudidaya tergolong tradisional adalah pada aspek utama kegiatan budidaya yakni padat tebar. Korelasi antara padat tebar dengan luas lahan yang dimiliki oleh para pembudidaya di Desa Petir tidak teratur (Gambar 2). Seharusnya semakin luas lahan yang dimiliki maka semakin banyak jumlah benih yang ditebar. Sehubungan dengan kurangnya memperhitungkan jumlah benih yang ditebar, maka output benih yang dihasilkan oleh para pembudidaya di Desa Petir belum optimal. Sehingga jumlah output benih yang dihasilkan di Desa Petir hanya mencapai 133.500 ekor per musim tanam.

Pelatihan ataupun penyuluhan yang diadakan oleh dinas terkait baik itu dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor maupun dari KKP jarang mereka ikuti. Hal ini terbukti dengan 75% atau sebanyak 12 orang belum pernah mengikuti pelatihan dan 25% atau sebanyak 4 orang pernah mengikuti pelatihan. Para pembudidaya gurame di Desa Petir ini memiliki kolam sendiri untuk melakukan usaha budidaya gurame dan sebagian besar mereka menggarap sendiri untuk melakukan usaha.

3.3 Teknik Pendederan Ikan Gurame

Pendederan merupakan kegiatan lanjutan setelah proses pembenihan. Kegiatan pendederan yang dilakukan di Desa Petir dimulai dari pendederan tahap ke 3 hingga tahap ke 5. Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional (2000) pendederan tahap 3 dimulai dari ukuran kuaci/kuku kelingking (2-4 cm) sampai jempol (4-6 cm), pendederan tahap 4 dimulai dari jempol (4-6 cm) sampai silet (6-8 cm) dan tahap 5 dimulai dari silet (6-(6-8 cm) sampai korek/jinggo ((6-8-11 cm). Adapun tahapan kegiatan pendederan ikan berdasarkan petunjuk teknis budidaya Direktorat Jendral Perikanan Budidaya (2010) dan disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan di Desa Petir kegiatan pendederan terdiri atas persiapan kolam, penebaran benih, pemeliharaan ikan, pemberian pakan, pencegahan hama penyakit, pemanenan dan pemasaran.

3.3.1 Persiapan Kolam

Persiapan kolam dilakukan untuk menyiapkan proses budidaya. Kolam yang digunakan oleh para pembudidaya gurame di Desa Petir yakni berupa kolam tanah dengan ukuran per kolam seluas 80-400 m2. Pada tahapan persiapan kolam


(31)

18 ini yang pertama kali dilakukan adalah pengeringan wadah dengan cara membuka saluran outlet (Gambar 3a) dan menutup saluran inlet. Untuk saluran inlet dan outlet digunakan pipa PVC dengan ukuran 3-4 inch karena pipa PVC bersifat tahan lama dan tidak mudah lapuk. Kolam yang sudah kering dibiarkan selama 5 hari. Setelah itu tanah dicangkul lalu diratakan kembali dengan tujuan ketika nanti diairi, tanah menjadi lembut dan lubang-lubang tanah akan tertutup sehingga air tidak akan keluar akibat bocor dari pori-pori tersebut.

Selanjutnya tahapan kedua adalah pemeriksaan pematang. Pematang merupakan hal yang sangat penting. Ukuran pematang disesuaikan dengan luas kolam. Semakin luas kolam maka pematang yang dibuat lebih lebar. Pematang yang dibuat dari tanah biasanya ditumbuhi rumput, oleh karena itu rumput yang tumbuh disekitar pematang dibersihkan terlebih dahulu. Berikutnya adalah pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan mudah di ambil.

Setelah proses pengeringan dan perbaikan pematang dilakukan kemudian kolam diberi kapur dengan tujuan untuk meningkatkan pH air, meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah, menetralisir senyawa-senyawa beracun baik organik maupun non anorganik, merangsang populasi dan aktivitas mikroorganisme tanah. Proses pengapuran dilakukan dengan cara menebarkannya pada sisi kolam. Dosis kapur yang digunakan oleh para pembudidaya secara keseluruhan belum memenuhi standar nasional karena masih ada yang menggunakan kapur melebihi standar yang ditetapkan.

(a) (b)

Gambar 3. Saluran Outlet (a) dan Kemalir dalam Kolam Pendederan Gurame di Desa Petir (b)


(32)

19 Dosis penggunaan kapur yang digunakan oleh para pembudidaya beragam. Dosis terkecil adalah 0,05 kg/m2 dan terbesar adalah 0,15 kg/m2.Jumlah kapur yang diberikan dihitung berdasarkan luas lahan. Adapun penggunaan kapur jika dihubungkan dengan luas lahan terlihat bahwa semakin luas lahan maka jumlah kapur yang diberikan semakin banyak, namun pada Gambar 4 terlihat adanya korelasi yang tidak teratur, karena pembudidaya di Desa Petir menentukan dosis kapur berdasarkan pengalaman. Sehingga jika dibandingkan dengan Badan Standarisasi Nasional (2000) dosis kapur untuk proses pendederan ikan gurame yang digunakan sebaiknya tidak boleh melebihi ataupun kurang dari 50 gr/m2 atau 0,05 kg/m2

Gambar 4. Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan Kapur di Desa Petir, Kecamatan Dramaga

.

Proses selanjutnya adalah pemupukan, yakni dengan mencampurkan urea 1 kg, TSP 1,5 kg dan postal secukupnya. Dosis pemberian pupuk anorganik yang dilakukan oleh para pembudidaya Desa Petir rata-rata hampir sama. Tujuan dari pemupukan ini adalah untuk menumbuhkan pakan alami didalam wadah. Secara aktual penggunaan urea di Desa Petir didasarkan pada jumlah kolam yang dimiliki dan tidak memperhitungkan luasan kolam. Untuk satu kolam diberikan urea sebanyak 1,5 kg. Banyaknya penggunaan urea yang diberikan seharusnya berhubungan dengan luas lahan yang dimiliki. Semakin luas lahan maka penggunaan urea semakin banyak, akan tetapi korelasi antara urea dan luas lahan memiliki hubungan yang berbeda-beda (Gambar 5a). Selanjutnya adalah pemberian TSP. Pemberian TSP secara keseluruhan untuk masing-masing


(33)

20 pemudidaya yakni sama yakni 1 kg. Sehingga apabila dilihat pada Gambar 5b korelasi antara luas lahan dengan pemberian TSP tidak berpengaruh.

(a) (b)

Gambar 5. Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan Urea (a) dan Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan TSP (b)

Setelah proses pemupukan selesai maka dilakukan pengisian air. Sumber air yang digunakan di Desa Petir untuk budidaya ikan berasal dari air permukaan. Air permukaan merupakan air yang mengalir masuk ke kolam mengikuti arah gravitasi dari saluran irigasi yang dialirkan dari mata air ataupun dari sungai. Air yang baik yaitu tidak tercemar oleh cemaran fisik, kimia dan biologi dari alam, industri, pemukiman dan pertanian (Badan Standardisasi Nasional, 2006). Pengisian air pada tahapan awal dilakukan hingga mencapai tinggi 60 cm dan berikutnya setelah ukuran gurame bertambah pengisian air hingga mencapai 80 cm.

3.3.2 Penebaran Benih

Penebaran benih dilakukan setelah kolam banyak ditumbuhi plankton. Benih yang ditebar berasal dari pembudidaya diwilayah Desa Petir, Situ Daun dan Ciseeng dengan ukuran kuaci sekitar 2-2,5 cm (Gambar 6a). Pada proses penebaran benih sebelum melakukan penebaran terlebih dahulu dilakukan proses aklimatisasi selama 45 menit dengan tujuan untuk menghindari stress pada ikan (Gambar 6b). Hal tersebut dilakukan karena menurut Agus (2001) bila penebaran benih yang dibawa menggunakan kantong plastik, maka benih yang akan dimasukkan ke dalam air, secara perlahan-lahan dibiarkan beberapa saat agar suhu


(34)

21 yang ada dalam kantong plastik sama dengan suhu air kolam. Kemudian kantong plastik dibuka dan benih gurame dibiarkan keluar dengan sendirinya.

(a) (b)

Gambar 6. Benih gurame (a) dan Proses Aklimatisasi (b)

Harga benih gurame ukuran 2-2,5 cm adalah Rp. 200 dengan bobot 2,5-3,5 gram. Penebaran benih dilakukan pada sore hari karena air didalam kolam memiliki suhu yang hangat yakni 27-28oC. Penentuan padat tebar tidak diperhitungkan berdasarkan luas lahan yang dimiliki oleh para pembudidaya. Sehingga padat tebar benih ditentukan sendiri oleh pembudidaya gurame Desa Petir berdasarkan modal usaha yang dimiliki dan berdasarkan pengalaman. Secara aktual padat tebar minimal 7 ekor/m2 dan maksimal 25 ekor/m2. Adapun banyaknya benih yang ditebar rata-rata secara keseluruhan padat tebar pembudidaya gurame di Desa Petir adalah 17 ekor/m2

No

. Pembudidaya di Desa Petir jika digolongkan berdasarkan padat tebar memelihara gurame tergolong kepada tradisional. Perbandingan padat tebar disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Perbandingan Padat Tebar Ikan Gurame

Keterangan Padat Tebar

1 Tradisional (Aktual) 17 ekor/m2

2 Semi Intensif (Hatimah,et al 1992 dalam

Jangkaru, 2002) 25 ekor/m

3

2 Intensif (SNI : 01- 6485.3 – 2000) 60 ekor/m2

Sumber : Data Primer (2011), Jangkaru (2002) dan BSN (2000)

Berdasarkan Tabel 5 maka untuk lebih optimal dalam penggunaan input produksi, maka perlu adanya peningkatan padat tebar. Kepadatan ikan dalam kolam dapat mempengaruhi pertumbuhan, karena ketika kepadatan ikan relatif rendah dan populasi pakan alami mencakupi maka pertumbuhan ikan berada dalam keadaan maksimal (Hepher and Pruginin, 1981).


(35)

22 3.3.3 Pemeliharaan Ikan

Ikan dipelihara selama 125 hari atau sekitar 4 bulan terhitung dari ukuran kuaci (2-2,5 cm) hingga korek (10-11 cm). Pada proses pemeliharaan berlangsung tentunya pengelolaan kualitas air pun dilakukan. Pergantian air selama melakukan pemeliharaan umumnya tidak dilakukan. Pergantian air hanya dilakukan pada saat panen saja. Akan tetapi, untuk pembudidaya yang mendapatkan hasil panen dengan nilai SR yang besar yang dilakukan adalah dengan mengganti air selama pemeliharaan paling sedikit satu kali.

Pada musim hujan terdapat penanganan khusus ketika memelihara ikan. Hujan yang turun dengan lebat dapat mengganggu keberadaan benih karena hujan bersifat asam. Adapun yang dilakukan ketika musim hujan yakni dengan memberikan kararas (daun pisang kering) dengan cara disebarkan diatas kolam dan ini merupakan cara tradisional. Menurut Saparinto (2008) keasaman pH dapat dinaikkan 1 digit dengan memberikan H3PO4

Menurut Khairuman (2003) gurame paling menyukai perairan yang jernih, tenang dan tidak banyak mengandung lumpur. Selain itu gurame tergolong ikan yang peka terhadap suhu rendah sehingga jika suhu perairan lebih rendah daripada kisaran suhu optimal, gurame tidak akan produktif. Ikan mempunyai batas suhu tinggi dan rendah serta suhu optimal untuk pertumbuhan, inkubasi telur, konversi makanan dan resistensi/ketahanan terhadap penyakit tertentu. Batas optimim suhu (asam fostat) sebanyak 0,5 gr untuk 100 liter air dan untuk menaikkan pH 1 digit dengan memberikan sodium bikarbonat sebanyak 0,5 gr untuk 100 liter air.

Kondisi pH di Desa Petir berdasarkan Data Potensi Desa (2010) yakni sekitar 6,5-8. Perairan yang produktif adalah perairan yang mempunyai pH antara 6,5-9 (Boyd, 1982). Menurut Anonimous (1995), pH yang baik untuk pertumbuhan ikan gurame adalah 6,2-7,8. Sembilan puluh persen perairan alami memiliki kisaran pH sebesar 6,7-8,2 dan ikan sebaiknya tidak dipelihara pada perairan dengan pH di luar kisaran 6,5-9,0 (Schmittou dan Emeritus, 1993). pH air memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan ikan. Nilai pH yang mematikan bagi ikan yaitu kurang dari 4 dan lebih dari 11. Pada pH yang kurang dari 6,5 atau lebih dari 9 dalam waktu yang lama, akan mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi ikan (Boyd, 1982).


(36)

23 sangat bergantung pH, kandungan oksigen dan faktor lain seperti ketinggian tempat, kedalaman air dan cuaca. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 25-30o

3.3.4 Pemberian Pakan

C (Badan Standardisasi Nasional, 2006).

Para pembudidaya gurame Desa Petir memberikan pakan untuk pemeliharaan gurame dari ukuran kuaci (2-2,5 cm) hingga ukuran korek (10-11 cm) yakni berupa postal dan tepung pelet. Postal (Gambar 7) merupakan campuran dari bahan sekam padi, kotoran ayam dan dedak. Postal dapat berfungsi sebagai pupuk tambahan. Pemberian postal dilakukan pada pagi hari yakni sekitar pukul 09.00 WIB setiap hari.

Gambar 7. Postal

Dosis penggunaan postal ditentukan berdasarkan perhitungan 1 kg postal untuk 500 ekor ikan gurame. Sehingga korelasi antara penggunaan postal dengan jumlah benih berpengaruh secara nyata (Gambar 8). Semakin banyak jumlah benih yang akan ditebar maka kebutuhan postal akan semakin banyak.

Gambar 8. Grafik Korelasi Antara Jumlah Benih Gurame dengan Postal di Desa Petir, Kecamatan Dramaga


(37)

24 Cara pemberian postal ini yakni dengan menebarkannya ke kolam. Setelah masa pemeliharaan mencapai 85 hari, maka yang diberikan bukan hanya postal akan tetapi diberikan pula tepung pelet. Tepung pelet merk PS-P merupakan pakan benih yang memiliki kandungan protein 40%, lemak 10%, serat kasar 8% dan kadar air 12%. Sebelum tepung pelet diberikan maka tepung dibuat seperti adonan pasta yakni dengan mencampurkan air 250-300 ml kedalam1 kg tepung pelet. Selain itu terkadang para pembudidaya memberikan pakan berupa daun sente yang sudah ditumbuk secara halus. Semakin banyak jumlah benih yang ditebar maka kebutuhan tepung pelet semakin banyak pula. Akan tetapi penggunaan tepung pelet pada masing-masing pembudidaya beragam, sehingga korelasi antara jumlah benih dengan tepung pelet tidak teratur (Gambar 9). Hal ini disebabkan karena para pembudidaya memperhitungkan biaya produksi. Sehingga pemberian tepung pelet disesuaikan dengan kondisi biaya yang dimiliki.

Gambar 9. Grafik Korelasi Antara Jumlah Benih Gurame dengan Tepung Pelet di Desa Petir, Kecamatan Dramaga

Pemberian pakan untuk gurame menurut Badan Standarisasi Nasional (2009) untuk gurame ukuran 3-5 cm pakan yang diberikan seharusnya berupa pelet berdiameter 1-2 mm dengan kandungan protein yang disesuaikan dengan ukuran ikan, yakni dengan kadar protein 38%. Sedangkan ukuran ikan 5-15 cm dengan diameter pelet 2-3 mm kadar proteinnya 32%. Para pembudidaya Desa Petir lebih memilih postal karena harga postal sangat terjangkau sedangkan pelet memiliki harga yang cukup tinggi. Sehingga postal dan tepung pelet dipilih sebagai pakan untuk pendederan gurame.


(38)

25 3.3.5 Pencegahan Hama dan Penyakit

Gurame termasuk jenis ikan yang relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Pemeliharaan gurame secara intensif lebih mudah dalam mengatasi hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit terutama mengancam kelangsungan hidup gurame dari stadium telur, benih, mulai menetas hingga pendederan. Gurame yang dipelihara dalam kolam atau sawah lebih mudah diserang hama (Khairuman, 2003). Umumnya, hama dikenal juga sebagai predator atau pemangsa. Hama terdiri dari hewan atau binatang, baik yang hidup di dalam air maupun yang hidup di darat.

Untuk hama yang sering datang pada kolam pendederan gurame di Desa Petir yakni berupa burung pemakan ikan (blekok) yang datang pada saat tengah malam menuju pagi hari. Selain itu ular dan sero juga sekali-kali muncul dikolam dan memakan ikan. Tindakan pencegahan dilakukan secara mekanis yakni dengan membunuh langsung hama tersebut apabila ditemukan. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan memasang berbagai jenis perangkap. Menurut Khairuman (2003) pencegahan yang paling efektif adalah menjaga kebersihan kolam dan membatasi seluruh area kolam dengan membuat pagar sehingga hama tidak dapat leluasa masuk ke areal perkolaman.

Selain hama tentunya ada pula penyakit yang menyerang ikan gurame. Menurut Khairuman (2003) ada dua kelompok yang dapat menyebabkan ikan sakit. Pertama, penyakit akibat gangguan jasad hidup atau biasa disebut dengan penyakit parasiter. Kedua penyakit yang disebabkan bukan oleh jasad hidup melainkan faktor fisika dan kimia perairan atau disebut dengan penyakit nonparasiter. Beberapa jenis jasad renik yang menyebabkan penyakit parasiter adalah virus, jamur, bakteri, protozoa, nematoda (cacing) dan udang renik. Sementara itu penyakit nonparasiter selain disebabkan oleh sifat fisika dan kimia juga disebabkan oleh kualitas pakan yang kurang baik.

Untuk penyakit yang cukup terkenal di Desa Petir yakni disebut penyakit asang akibat bakteri Flavobacterium columnare dengan gejala klinis yang terjadi adalah ikan lemas, nafsu makan kurang, sirip/insang rontok. Penanganan yang dilakukan yakni dengan memberikan garam dapur yang sudah dilarutkan dalam air sebanyak 10 kg untuk kolam ikan yang terkena penyakit.


(39)

26 3.3.6 Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah pemeliharaan ikan selama 125 hari yakni sampai ukuran korek (10-11 cm) (Gambar 10). Pemanenan dapat dilakukan pada saat pagi hari ataupun sore hari. Sebelum dipanen ikan terlebih dahulu dipuasakan (tidak diberi pakan) dengan tujuan untuk mengeluarkan kotoran dari perut ikan dan mengurangi stres saat penanganan ikan. Proses pemanenan dilakukan dengan menyurutkan air sedikit demi sedikit sementara saluran air yang masuk diperkecil. Kemudian jaring lembut dipasang pada outlet (lubang pengeluaran) untuk menampung benih atau bisa juga dengan membuat parit ditengah kolam menuju ke lubang pengeluaran. Setelah air kolam surut, benih digiring masuk ke petak kecil.

Gambar 10. Hasil Panen Gurame

Untuk pengiriman benih jarak dekat, maka ikan dimasukkan ke dalam jirigen (Gambar 11). Sedangkan untuk pengiriman jarak jauh bisa dilakukan dengan 2 cara yakni pengemasan secara terbuka dan secara tertutup.

Gambar 11. Jirigen (Keranjang Panen)

Untuk pengemasan tertutup yakni dengan menggunakan plastik panen dan diberi oksigen. Hal yang perlu diperhatikan untuk pengemasan dengan plastik panen untuk jarak jauh adalah padat tebar dalam satu plastik dan plastik kemasan itu


(40)

27 sendiri. Plastik kemasan yang digunakan adalah plastik ukuran 10 kg yang tebal, tidak kaku dan tidak mudah sobek serta berwarna putih jernih dengan kepadatan 200-300 ekor/kantong. Akan tetapi untuk pemanenan di Desa Petir biasanya pembeli datang sendiri ke tempat budidaya dan semua alat panen disiapkan oleh pembeli tersebut.

3.3.7 Pemasaran

Proses pemasaran yang dilakukan oleh tiap pembudidaya berbeda-beda. Sebagian pembudidaya ada yang memasarkan hasil panen ke pengumpul, memasarkan ke pembudidaya pembesaran sekitar kecamatan dramaga dan memasarkan ke daerah lain seperti Ciseeng, Parung ataupun ke luar daerah. Benih hasil panen ukuran 10-11 cm atau biasa disebut korek ini dijual dengan harga Rp. 1.200,00. Untuk pemasaran ikan yang dijual ke pengumpul, para pembudidaya tidak perlu menyiapkan alat panen, semua alat panen dan pekerja disiapkan langsung oleh pengumpul.

3.4 Penggunaan Faktor Produksi

Budidaya merupakan serangkaian kegiatan untuk memproduksi suatu produk. Proses keberhasilan produksi yang dilakukan untuk usaha pendederan gurame ini didukung oleh faktor internal maupun eksternal. Berdasarkan hasil pengamatan faktor internal yang berpengaruh untuk input produksi terdiri dari benih, urea, kapur, postal, tepung pelet dan tenaga kerja. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari cuaca, suhu, iklim dan lain-lain. Berikut ini data rata-rata penggunaan input usaha pendederan gurame yang disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata Input dan Output Produksi Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga

No Keterangan Penggunaan Input Rata-rata input per m2 Min Max Rata-Rata

1 Luas Kolam (m2) 200 2.250 883 1,0000

2 Benih Gurame (ekor) 4.000 30.000 13.094 14,827

3 Urea (kg) 3 14 7 0,008

4 TSP (kg) 2 9 4 0,005

5 Kapur (kg) 10 180 66 0,075

6 Postal (kg) 1.000 7.500 3.289 3,724

7 Tepung Pelet (kg) 30 180 76 0,086

8 Tenaga Kerja (jam kerja) 188 294 234 0,265

9 Output (ekor) 2.500 18.000 8.344 9,448


(41)

28 Kolam yang digunakan oleh para pembudidaya yakni berupa kolam tanah dengan rata-rata luas kolam secara keseluruhan adalah 883 m2 dengan kisaran luas kolam yang digunakan 200-2.250 m2. Jumlah kolam yang dimiliki oleh tiap pembudidaya yakni berkisar 2-9 kolam dengan ukuran per kolam masing-masing berkisar 80-400 m2. Berdasarkan perhitungan rata-rata input dan output produksi per m2 yakni benih gurame yang ditebar berkisar 4.000-30.000 ekor per luas kolam dengan padat tebar 15 ekor/m2 (Tabel 6). Usaha budidaya pendederan gurame di Desa Petir termasuk tradisional dan masih perlu dikembangkan menjadi semi intensif. Menurut Hatimah, et al (1992) dalam Jangkaru (2002) padat tebar untuk pendederan gurame adalah 25 ekor/m2. Secara intensif menurut Badan Standarisasi Nasional (2000) bahwa padat tebar ikan gurame yakni 60 ekor/ m2.

Urea dan TSP merupakan pupuk non organik yang digunakan saat persiapan wadah. Urea yang digunakan oleh para pembudidaya untuk seluruh kolam yang dimiliki berkisar 3-14 kg dengan rata-rata 7 kg atau menghabiskan 0,008 kg/m2, sedangkan TSP yang digunakan berkisar 2-9 kg dengan rata-rata 4 kg atau menghabiskan 0,005 kg/m2 (Tabel 6). Adapun pakan yang diberikan untuk ikan gurame pada proses pendederan yakni berupa postal. Kisaran pakan postal dari masing-masing pembudidaya per hari yakni 3-11 kg. Besaran tersebut didasarkan dengan jumlah benih yang ditebar pada kolam. Secara keseluruhan dari mulai tebar sampai panen postal yang terpakai yakni berkisar 1000-7.500 kg dengan rata-rata menghabiskan 3,724 kg/m2 atau 3289 kg per panen.

Selain postal sebagai tambahan untuk kebutuhan nutrisi dari ikan gurame pakan yang diberikan yakni berupa tepung pelet dengan kisaran 30-180 kg. Tepung pelet yang diberikan rata-rata sebanyak 0,086 kg/m2. Untuk tenaga kerja seluruhnya dikelola oleh seorang pekerja yakni mulai dari persiapan, pemeliharaan dan pemanenan. Adapun biasanya hanya pada tahapan persiapan saja yang menggunakan tenaga kerja dari buruh setempat yakni sebanyak 2-3 orang. Rata-rata pekerja menghabiskan waktu 0,265 jam/m2

3.5 Analisis Penggunaan Faktor Produksi

dengan nilai upah Rp. 5.000/jam.

Fungsi produksi menjelaskan adanya hubungan antara vaiabel dependent (Y) dengan variabel independent (X). Berdasarkan hasil pengamatan pada usaha


(42)

29 pendederan gurame di Desa Petir ada beberapa variabel dari input produksi yang diduga mempengaruhi output yang dihasilkan. Variabel tersebut diantaranya adalah benih gurame (X1), urea (X2), TSP (X3), kapur (X4), postal (X5), tepung pelet (X6) dan tenaga kerja (X7

No

). Model yang digunakan dalam analisis fungsi produksi usaha pendederan gurame ini adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil analisis dengan meggunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square) diperoleh hasil koefisien regresi yang menggambarkan elastisitas produksi. Data hasil pendugaan tersebut disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode Kuadrat Terkecil pada Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir

Peubah Koefisien Regresi thitung

1 Intercept 0,625 0,399

2 X1 (Benih Gurame) 0,752 1,120

3 X2 (Urea) 0,093 0,836

4 X3 (TSP) -0,065 -0,412

5 X4 (Kapur) 0,005 0,040

6 X5 (Postal) 0,081 0,134

7 X6 (Tepung Pelet) 0,172 1,021

8 X7 (Tenaga Kerja) -0,029 -0,323

Sumber : Data Primer, 2011 Keterangan :

Multiple R Square = 0,976 R square = 0,952 Adjusted R Square = 0,911 Standard Error = 0,099

Fhitung = 22,832

Ftabel = 14,067

Berdasarkan analisis Ordinary Least Square pada Tabel 7, dapat dibuat persamaan linear sebagai berikut :

Y = 0,625. (X1)0,752. (X2)0,093. (X3)-0,065. (X4)0,005. (X5)0, 081.(X6)0,174.(X7)-0,029

... (12) Atau

Ln Y = 0,625 + 0,752 Ln X1 + 0,093 Ln X2 – 0,065 Ln X3 + 0,005 Ln X4 + 0,081 Ln X5 + 0,174 Ln X6 – 0,029 Ln X7

Berdasarkan hasil analisis pendugaan fungsi produksi dengan model kuadrat terkecil melalui analisis kriteria statistik diperoleh nilai Multiple R Square

……….. (13) 3.5.1 Analisis Kriteria Statistik


(43)

30 0,976 yang menunjukkan bahwa nilai tersebut mendekati satu, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai tersebut berkorelasi positif. Nilai korelasi positif menjelaskan bahwa apabila nilai input dinaikkan maka akan mempengaruhi kenaikkan nilai output. Nilai R Square 0,952 menunjukkan bahwa dari variabel input (benih gurame, urea, TSP, kapur, postal, tepung pelet dan tenaga kerja) menjelaskan produksi output sebesar 95,2 %. Sedangkan sisanya yaitu 4,8 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model fungsi produksi.

Nilai Adjusted R Square sebesar 0,911 menunjukkan bahwa dengan semakin banyak variabel dimasukkan untuk variabel penjelas maka dalam regresi akan mengurangi derajat kebebasan. Adapun nilai standard error yang diperoleh dari hasil analisis model kuadrat terkecil sebesar 0,099 adalah merupakan nilai galat baku dari regresi secara keseluruhan. Nilai Fhitung yang diperoleh dari hasil analisis fungsi produksi adalah sebesar 22,832 dan Ftabel sebesar 14,067 hal ini menunjukkan bahwa Apabila nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel maka tolak H0

3.5.2 Analisis Ekonometrik

, artinya faktor produksi secara serentak berpengaruh nyata terhadap output yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan pula bahwa model produksi pada persamaan 12 dan 13 dapat digunakan dalam analisis selanjutnya.

Analisis ekonometrik merupakan kelanjutan dari analisa statistik. Adapun fungsi dari analisis ekonometrik adalah untuk mengetahui apakah model regresi memenuhi asumsi normalitas, multikolinearitas, homoskedastisitas, dan autokorelasi (Santoso, 2000). Untuk analisa kriteria ekonometrik dalam penelitian ini digunakan software SPSS 16.0 (Statistical Product and Service Solution versi 16.0). Hasil analisis diperoleh bahwa pada model regresi terpenuhi asumsi normalitas. Asumsi normalitas ditunjukkan pada grafik Normal P-P Plot of Regression. Terlihat bahwa nilai Y (variabel dependent) didistribusikan secara normal terhadap nilai X (variabel independent), dimana data menyebar disekitar garis diagonal dengan mengikuti arah garis tersebut (Lampiran 6)

Multikolinearitas dapat diuji dengan melihat nilai toleransi dan nilai VIF (Variance Inflation Factor). Suatu model regresi dikatakan bebas dari multikolinearitas apabila memiliki nilai toleransi mendekati angka satu dan nilai


(1)

68

Lampiran 16.

Cash Flow

Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 42 ekor/m

2

No

dengan

Skenario 3 (Lahan Sewa) di Desa Petir Tahun 2011

Uraian Tanpa Proyek Tahun

0 1 2 3 4 5

A Inflow

Penjualan Benih 20.423.359 58.682.135 58.682.135 58.682.135 58.682.135 58.682.135

Nilai sisa 3.404.250

Total Inflow 20.423.359 0 58.682.135 58.682.135 58.682.135 58.682.135 62.086.385 B Outflow

1 Biaya Investasi

Lahan Tanah 26.490.000 0

Pembuatan Kolam 1.600.000 0

Rumah Jaga (Saung) 0 1.500.000

Pipa PVC (4 inch) 80.000 80.000 80.000

Cangkul 75.000 75.000

Serok 30.000 30.000 30.000

Jirigen 80.000 80.000 80.000

Baskom 90.000 90.000

Jirigen Besar 0 180.000

Jaring 0 300.000

Tabung Oksigen 0 1.500.000

Hapa (2x3 m) 0 2.400.000

Total Investasi 28.445.000 6.235.000 0 0 30.000 80.000 80.000

2 Biaya Tetap

Tenaga Kerja (Teknisi) 2.340.000 3.744.000 3.744.000 3.744.000 3.744.000 3.744.000

Gaji Pegawai 0 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000

PBB 26.490 26.490 26.490 26.490 26.490 26.490

Pemeliharaan Rumah Jaga 0 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000

Penyusutan 405.500 0 0 0 0 0

Niai Sewa Kolam 0 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000

Perbaikan Kolam 0 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000

Total Biaya Tetap 2.771.990 11.620.490 11.620.490 11.620.490 11.620.490 11.620.490

3 Biaya Variabel

Benih 5.236.759 15.046.701 15.046.701 15.046.701 15.046.701 15.046.701

Urea 27.371 1.853.522 1.853.522 1.853.522 1.853.522 1.853.522

TSP 21.875 21.875 21.875 21.875 21.875 21.875

Kapur 331.547 91.122 91.122 91.122 91.122 91.122

Postal 6.577.194 1.616.543 1.616.543 1.616.543 1.616.543 1.616.543

Tepung Pelet 914.870 3.480.454 3.480.454 3.480.454 3.480.454 3.480.454

Plastik Panen 0 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000

Isi Oksigen 0 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000

Total Biaya Variabel 13.109.616 22.810.217 22.810.217 22.810.217 22.810.217 22.810.217

Total Outflow 44.326.606 6.235.000 34.430.707 34.430.707 34.460.707 34.510.707 34.510.707

Net benefit (23.903.247) (6.235.000) 24.251.428 24.251.428 24.221.428 24.171.428 27.575.678 Incremental Net Benefit (30.138.247) 48.154.675 48.154.675 48.124.675 48.074.675 51.478.925

DF 6% 1,00 0,94 0,89 0,84 0,79 0,75

PV (30.138.247) 45.428.939 42.857.489 40.406.405 38.079.645 38.468.047

NPV 175.102.279

PV Positif 205.240.526

PV Negatif (30.138.247)

IRR 144%


(2)

69

Lampiran 17.

Cash Flow

Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 25 ekor/m

2

No

dengan

Skenario 4 (Lahan Sewa) di Desa Petir Tahun 2011

Uraian Tanpa Proyek Tahun

0 1 2 3 4 5

A Inflow

Penjualan Benih 20.423.359 34.437.000 34.437.000 34.437.000 34.437.000 34.437.000

Nilai sisa 3.404.250

Total Inflow 20.423.359 0 34.437.000 34.437.000 34.437.000 34.437.000 37.841.250 B Outflow

1 Biaya Investasi

Lahan Tanah 26.490.000 0

Pembuatan Kolam 1.600.000 0

Rumah Jaga (Saung) 0 1.500.000

Pipa PVC (4 inch) 80.000 80.000 80.000

Cangkul 75.000 75.000

Serok 30.000 30.000 30.000

Jirigen 80.000 80.000 80.000

Baskom 90.000 90.000

Jirigen Besar 0 180.000

Jaring 0 300.000

Tabung Oksigen 0 1.500.000

Hapa (2x3 m) 0 2.400.000

Total Investasi 28.445.000 6.235.000 0 0 30.000 80.000 80.000

2 Biaya Tetap

Tenaga Kerja (Teknisi) 2.340.000 3.744.000 3.744.000 3.744.000 3.744.000 3.744.000

Gaji Pegawai 0 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000

PBB 26.490 26.490 26.490 26.490 26.490 26.490

Pemeliharaan Rumah Jaga 0 250.000 250.000 250.000 250.0000 250.000

Penyusutan 405.500 0 0 0 0

Niai Sewa Kolam 0 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000

Perbaikan Kolam 0 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000

Total Biaya Tetap 2.771.990 11.620.490 11.620.490 11.620.490 11.620.490 11.620.490

3 Biaya Variabel -

Benih 5.236.759 8.830.000 8.830.000 8.830.000 8.830.000 8.830.000

Urea 27.371 24.724 24.724 24.724 24.724 24.724

TSP 21.875 35.320 35.320 35.320 35.320 35.320

Kapur 331.547 110.375 110.375 110.375 110.375 110.375

Postal 6.577.194 680.000 680.000 680.000 680.000 680.000

Tepung Pelet 914.870 0 0 0 0 0

Pakan Pelet 0 812.316 812.316 812.316 812.316 812.316

Plastik Panen 0 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000

Isi Oksigen 0 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000

Total Biaya Variabel 13.109.616 11.192.735 11.192.735 11.192.735 11.192.735 11.192.735

Total Outflow 44.326.606 6.235.000 22.813.225 22.813.225 22.843.225 22.893.225 22.893.225

Net benefit (23.903.247) (6.235.000) 11.623.775 11.623.775 11.593.775 11.543.775 14.948.025 Incremental Net Benefit (30.138.247) 35.527.022 35.527.022 35.497.022 35.447.022 38.851.272

DF 6% 1,00 0,94 0,89 0,84 0,79 0,75

PV (30.138.247) 33.516.059 31.618.923 29.803.984 28.077.362 29.031.931

NPV 121.910.012

PV Positif 152.048.259

PV Negatif (30.138.247)

IRR 103%


(3)

70

Lampiran 18.

Cash Flow

Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 42 ekor/m

2

No

,

Skenario 1 dengan Asumsi Kenaikan Harga Benih 20% di Desa Petir Tahun 2011

Uraian Tanpa Proyek Tahun

0 1 2 3 4 5

A Inflow

Penjualan Benih 20.423.359 58.682.135 58.682.135 58.682.135 58.682.135 58.682.135

Nilai sisa 3.404.250

Total Inflow 20.423.359 0 58.682.135 58.682.135 58.682.135 58.682.135 62.086.385 B Outflow

1 Biaya Investasi

Lahan Tanah 26.490.000 26.490.000

Pembuatan Kolam 1.600.000 1.600.000

Rumah Jaga (Saung) 0 1.500.000

Pipa PVC (4 inch) 80.000 80.000 80.000

Cangkul 75.000 75.000

Serok 30.000 30.000 30.000

Jirigen 80.000 80.000 80.000

Baskom 90.000 90.000

Jirigen Besar 0 180.000

Jaring 0 300.000

Tabung Oksigen 0 1.500.000

Hapa (2x3 m) 0 2.400.000

Total Investasi 28.445.000 34.325.000 0 0 30.000 80.000 80.000

2 Biaya Tetap

Tenaga Kerja (Teknisi) 2.340.000 3.744.000 3.744.000 3.744.000 3.744.000 3.744.000

Gaji Pegawai 0 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000

PBB 26.490 26.490 26.490 26.490 26.490 26.490

Pemeliharaan Rumah Jaga 0 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000

Penyusutan 405.500 0 0 0 0 0

Niai Sewa Kolam 0 0 0 0 0

Perbaikan Kolam 0 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000

Total Biaya Tetap 2.771.990 9.220.490 9.220.490 9.220.490 9.220.490 9.220.490

3 Biaya Variabel

Benih 5.236.759 18.056.042 18.056.042 18.056.042 18.056.042 18.056.042

Urea 27.371 1.853.522 1.853.522 1.853.522 1.853.522 1.853.522

TSP 21.875 21.875 21.875 21.875 21.875 21.875

Kapur 331.547 91.122 91.122 91.122 91.122 91.122

Postal 6.577.194 2.424.815 2.424.815 2.424.815 2.424.815 2.424.815

Tepung Pelet 914.870 3.480.454 3.480.454 3.480.454 3.480.454 3.480.454

Plastik Panen 0 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000

Isi Oksigen 0 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000

Total Biaya Variabel 13.109.616 26.627.829 26.627.829 26.627.829 26.627.829 26.627.829

Total Outflow 44.326.606 34.325.000 35.848.319 35.848.319 35.878.319 35.928.319 35.928.319

Net benefit (23.903.247) (34.325.000) 22.833.816 22.833.816 22.803.816 22.753.816 26.158.066 Incremental Net Benefit (58.228.247) 46.737.063 46.737.063 46.707.063 46.657.063 50.061.313

DF 6% 1,00 0,94 0,89 0,84 0,79 0,75

PV (58.228.247) 44.091.569 41.595.820 39.216.151 36.956.764 37.408.725

NPV 141.040.782

PV Positif 199.269.029

PV Negatif (58.228.247)

IRR 66%


(4)

71

Lampiran 19.

Cash Flow

pada Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 25 ekor/m

2

No

,

Skenario 2 dengan Asumsi Kenaikan Harga Benih 20% di Desa Petir Tahun 2011

Uraian Tanpa Proyek Tahun

0 1 2 3 4 5

A Inflow

Penjualan Benih 20.423.359 34.437.000 34.437.000 34.437.000 34.437.000 34.437.000

Nilai sisa 3.404.250

Total Inflow 20.423.359 0 34.437.000 34.437.000 34.437.000 34.437.000 37.841.250 B Outflow

1 Biaya Investasi

Lahan Tanah 26.490.000 26.490.000

Pembuatan Kolam 1.600.000 1.600.000

Rumah Jaga (Saung) 0 1.500.000

Pipa PVC (4 inch) 80.000 80.000 80.000

Cangkul 75.000 75.000

Serok 30.000 30.000 30.000

Jirigen 80.000 80.000 80.000

Baskom 90.000 90.000

Jirigen Besar 0 180.000

Jaring 0 300.000

Tabung Oksigen 0 1.500.000

Hapa (2x3 m) 0 2.400.000

Total Investasi 28.445.000 34.325.000 0 0 30.000 80.000 80.000

2 Biaya Tetap -

Tenaga Kerja (Teknisi) 2.340.000 3.744.000 3.744.000 3.744.000 3.744.000 3.744.000

Gaji Pegawai - 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000

PBB 26.490 26.490 26.490 26.490 26.490 26.490

Pemeliharaan Rumah Jaga 0 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000

Penyusutan 405.500 0 0 0 0 0

Niai Sewa Kolam 0 0 0 0 0 0

Perbaikan Kolam 0 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000

Total Biaya Tetap 2.771.990 9.220.490 9.220.490 9.220.490 9.220.490 9.220.490

3 Biaya Variabel -

Benih 5.236.759 10.596.000 10.596.000 10.596.000 10.596.000 10.596.000

Urea 27.371 24.724 24.724 24.724 24.724 24.724

TSP 21.875 35.320 35.320 35.320 35.320 35.320

Kapur 331.547 110.375 110.375 110.375 110.375 110.375

Postal 6.577.194 680.000 680.000 680.000 680.000 680.000

Tepung Pelet 914.870 0 0 0 0 0

Pakan Pelet 0 812.316 812.316 812.316 812.316 812.316

Plastik Panen 0 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000

Isi Oksigen 0 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000

Total Biaya Variabel 13.109.616 12.958.735 12.958.735 12.958.735 12.958.735 12.958.735

Total Outflow 44.326.606 34.325.000 22.179.225 22.179.225 22.209.225 22.259.225 22.259.225

Net benefit (23.903.247) (34.325.000) 12.257.775 12.257.775 12.227.775 12.177.775 15.582.025 Incremental Net Benefit (58.228.247) 36.161.022 36.161.022 36.131.022 36.081.022 39.485.272

DF 6% 1,00 0,94 0,89 0,84 0,79 0,75

PV (58.228.247) 34.114.172 32.183.181 30.336.303 28.579.549 29.505.692

NPV 96.490.651

PV Positif 154.718.898

PV Negatif (58.228.247)

IRR 47%


(5)

72

Lampiran 20.

Cash Flow

Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 42 ekor/m

2

No

,

Skenario 3 dengan Asumsi Kenaikan Harga Benih 20% di Desa Petir Tahun 2011

Uraian Tanpa Proyek Tahun

0 1 2 3 4 5

A Inflow

Penjualan Benih 20.423.359 58.682.135 58.682.135 58.682.135 58.682.135 58.682.135

Nilai sisa 3.404.250

Total Inflow 20.423.359 0 58.682.135 58.682.135 58.682.135 58.682.135 62.086.385 B Outflow

1 Biaya Investasi

Lahan Tanah 26.490.000 0

Pembuatan Kolam 1.600.000 0

Rumah Jaga (Saung) 0 1.500.000

Pipa PVC (4 inch) 80.000 80.000 80.000

Cangkul 75.000 75.000

Serok 30.000 30.000 30.000

Jirigen 80.000 80.000 80.000

Baskom 90.000 90.000

Jirigen Besar 0 180.000

Jaring 0 300.000

Tabung Oksigen 0 1.500.000

Hapa (2x3 m) 0 2.400.000

Total Investasi 28.445.000 6.235.000 0 0 30.000 80.000 80.000

2 Biaya Tetap

Tenaga Kerja (Teknisi) 2.340.000 3.744.000 3.744.000 3.744.000 3.744.000 3.744.000

Gaji Pegawai 0 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000

PBB 26.490 26.490 26.490 26.490 26.490 26.490

Pemeliharaan Rumah Jaga 0 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000

Penyusutan 405.500 0 0 0 0 0

Niai Sewa Kolam 0 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000

Perbaikan Kolam 0 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000

Total Biaya Tetap 2.771.990 11.620.490 11.620.490 11.620.490 11.620.490 11.620.490

3 Biaya Variabel

Benih 5.236.759 18.056.042 18.056.042 18.056.042 18.056.042 18.056.042

Urea 27.371 1.853.522 1.853.522 1.853.522 1.853.522 1.853.522

TSP 21.875 21.875 21.875 21.875 21.875 21.875

Kapur 331.547 91.122 91.122 91.122 91.122 91.122

Postal 6.577.194 1.616.543 1.616.543 1.616.543 1.616.543 1.616.543

Tepung Pelet 914.870 3.480.454 3.480.454 3.480.454 3.480.454 3.480.454

Plastik Panen 0 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000

Isi Oksigen 0 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000

Total Biaya Variabel 13.109.616 25.819.558 25.819.558 25.819.558 25.819.558 25.819.558

Total Outflow 44.326.606 6.235.000 37.440.048 37.440.048 37.470.048 37.520.048 37.520.048

Net benefit (23.903.247) (6.235.000) 21.242.088 21.242.088 21.212.088 21.162.088 24.566.338 Incremental Net Benefit (30.138.247) 45.145.335 45.145.335 45.115.335 45.065.335 48.469.585

DF 6% 1,00 0,94 0,89 0,84 0,79 0,75

PV (30.138.247) 42.589.938 40.179.187 37.879.705 35.695.966 36.219.293

NPV 162.425.843

PV Positif 192.564.090

PV Negatif (30.138.247)

IRR 134%


(6)

73

Lampiran 21.

Cash Flow

Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 25 ekor/m

2

No

,

Skenario 4 dengan Asumsi Kenaikan Harga Benih 20% di Desa Petir Tahun 2011

Uraian Tanpa Proyek Tahun

0 1 2 3 4 5

A Inflow

Penjualan Benih 20.423.359 34.437.000 34.437.000 34.437.000 34.437.000 34.437.000

Nilai sisa 3.404.250

Total Inflow 20.423.359 0 34.437.000 34.437.000 34.437.000 34.437.000 37.841.250 B Outflow

1 Biaya Investasi

Lahan Tanah 26.490.000 0

Pembuatan Kolam 1.600.000 0

Rumah Jaga (Saung) 0 1.500.000

Pipa PVC (4 inch) 80.000 80.000 80.000

Cangkul 75.000 75.000

Serok 30.000 30.000 30.000

Jirigen 80.000 80.000 160.000

Baskom 90.000 90.000 90.000

Jirigen Besar 0 180.000

Jaring 0 300.000

Tabung Oksigen 0 1.500.000

Hapa (2x3 m) 0 2.400.000

Total Investasi 28.445.000 6.235.000 0 0 30.000 170.000 160.000

2 Biaya Tetap -

Tenaga Kerja (Teknisi) 2.340.000 3.744.000 3.744.000 3.744.000 3.744.000 3.744.000

Gaji Pegawai 0 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000

PBB 26.490 26.490 26.490 26.490 26.490 26.490

Pemeliharaan Rumah Jaga 0 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000

Penyusutan 405.500 0 0 0 0 0

Niai Sewa Kolam 0 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000

Perbaikan Kolam 0 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000

Total Biaya Tetap 2.771.990 11.620.490 11.620.490 11.620.490 11.620.490 11.620.490

3 Biaya Variabel

Benih 5.236.759 10.596.000 10.596.000 10.596.000 10.596.000 10.596.000

Urea 27.371 24.724 24.724 24.724 24.724 24.724

TSP 21.875 35.320 35.320 35.320 35.320 35.320

Kapur 331.547 110.375 110.375 110.375 110.375 110.375

Postal 6.577.194 680.000 680.000 680.000 680.000 680.000

Tepung Pelet 914.870 0 0 0 0 0

Pakan Pelet 0 812.316 812.316 812.316 812.316 812.316

Plastik Panen 0 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000

Isi Oksigen 0 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000

Total Biaya Variabel 13.109.616 12.958.735 12.958.735 12.958.735 12.958.735 12.958.735

Total Outflow 44.326.606 6.235.000 24.579.225 24.579.225 24.609.225 24.749.225 24.739.225

Net benefit (23.903.247) (6.235.000) 9.857.775 9.857.775 9.827.775 9.687.775 13.102.025 Incremental Net Benefit (30.138.247) 33.761.022 33.761.022 33.731.022 33.591.022 37.005.272

DF 6% 1,00 0,94 0,89 0,84 0,79 0,75

PV (30.138.247) 31.850.021 30.047.190 28.321.217 26.607.236 27.652.492

NPV 114.339.909

PV Positif 144.478.156

PV Negatif (30.138.247)

IRR 98%