Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba Pada Mitra Tani Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA
PADA MITRA TANI FARM, KECAMATAN CIAMPEA,
KABUPATEN BOGOR

NUR FAJRI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan
Usaha Penggemukan Domba Pada Mitra Tani Farm, Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Nur Fajri
H34096075

ABSTRAK
NUR FAJRI. Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba Pada Mitra Tani
Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh TINTIN
SARIANTI.
Domba merupakan penyumbang daging terbesar ketiga dari kelompok
ruminansia terhadap produksi daging nasional. MT Farm merupakan salah satu
perusahaan agribisnis berbasis peternakan yang berencana melakukan
pengembangan usaha untuk memenuhi permintaan pasarnya. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis kelayakan pengembangan usaha di MT Farm berdasarkan
aspek non finansial dan aspek finansial. Selain itu, penelitian ini juga
menganalisis tingkat kepekaan pengembangan usaha melalui Analisis Switching
Value. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan bisnis ditinjau dari

analisis aspek non finansial layak untuk dijalankan. Demikian juga hasil analisis
finansial layak untuk dilaksanakan berdasarkan kriteria investasi, yaitu NPV
sebesar Rp 566,181,930, Net B/C sebesar 2.01, IRR sebesar 22.55 persen dan
Payback Period atau biaya investasi yang dikeluarkan dapat kembali dalam kurun
waktu dua tahun empat bulan satu hari. Sedangkan hasil Analisis Switching Value
menyatakan batasan terhadap peningkatan mortalitas domba yaitu 2.107109305
persen dan peningkatan harga bakalan domba yaitu sebesar 3.1854194939394
persen. Analisis Switching Value tersebut menunjukkan bahwa peningkatan
mortalitas domba lebih berpengaruh terhadap proses bisnis yang dijalankan
dibandingkan dengan peningkatan harga bakalan domba.
Kata-kunci : analisis kelayakan, domba, pengembangan usaha, peternakan

ABSTRACT
NUR FAJRI. Feasibility Analysis of Business Sheep Fattening at Mitra Tani Farm
in Ciampea District, Bogor Regency. Supervise by TINTIN SARIANTI.
Sheep is the third biggest contributors of ruminant families for meat
national product. MT Farm is one of a farm-based agribusiness companies that
planning to expand its business to fulfill market requirements. The aim for this
study to analyzing the feasibilty of sheep business expansion at MT Farm based
on financial and non financial aspects. This study also analyzing sensitiveness

levels of business expansion by Switching Value Analysis. Result of this study
shows that business expansion by analyzing non financial aspects is feasible to
run. Result of financial analysis is also feasible to run based on investment
criteria, that NPV Rp 566,181,930, Net BC is 2.01, and IRR is 22.55 percent of
Payback Period means investment costs will return in two years four months and
one day. While Switching Value Analysis shows the ascend limit of sheep’s
mortality is 2.107109305 percent, so ascending in prices of lamb is
3.1854194939394 percent. Switching Value Analysis shows that ascending of
sheep’s price give more influences than ascending of sheep’s mortality.
Keywords: business expansion, farm, feasibilty analysis, sheep

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA
PADA MITRA TANI FARM, KECAMATAN CIAMPEA,
KABUPATEN BOGOR

NUR FAJRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi

pada
Departemen Agibisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba Pada Mitra
Tani Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor
Nama
: Nur Fajri
NIM
: H34096075

Disetujui oleh

Tintin Sarianti, SP MM
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba Pada Mitra
Tani Fann, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor
: Nur Fajri
Nama
NIM
: H34096075

Disetujui oleh

Tintin Sarianti, SP MM
Pembimbing


Diketahui oleh

Tanggal Lulus:

2 4 FEB 2014

PRAKATA
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil
diselesaikan. Skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan, dukungan
dan arahan dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, kepada :
1. Etta, Eppa, Kak Fadli, Kak Ana, dan adikku Fahmi yang senantiasa
memberikan dukungan, semangat, dan doa kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat dikerjakan dan diselesaikan dengan baik. Terima kasih banyak
keluarga besarku tercinta.
2. Ibu Tintin Sarianti, SP MM. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran selama membimbing
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, MS dan Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku

dosen penguji dalam sidang skripsi yang telah memberikan arahan dan
masukan kepada penulis.
4. Bapak Suprehatin, SP, MAB selaku dosen evaluator kolokium proposal yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan saran kepada
penulis.
5. Ibu Popong Nurhayati selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis.
6. Seluruh dosen dan staf yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis
selama penulis menyelesaikan studi.
7. Seluruh pihak Manajemen dan Karyawan Mitra Tani Farm yang terkait dalam
penyusunan skripsi ini, penulis berterima kasih atas waktu, kesempatan,
informasi dan dukungan yang telah diberikan.
8. Istriku Wenni Maryanti Daulay atas semangat, dukungan, pengertian dan
kasih sayang selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
9. Saudara-saudaraku di Wisma Mahasiswa Latimojong Bogor atas
persaudaraannya di tanah rantau ini.
10. Adib, Fachry, Asept, Ronal, Wahyu, dan rekan-rekan AGB 7 atas
kebersamaan dan keceriaannya selama menyelesaikan studi.
11. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen, keluarga besar
Ikatan Mahasiswa Sulawesi Selatan di Bogor, serta seluruh pihak yang tidak

dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014
Nur Fajri

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Kemitraan dalam pengembangan usaha peternakan domba

Kontribusi usaha peternakan domba terhadap kesejahteraan ekonomi
peternak
Aspek finansial dan non finansial dalam kajian studi kelayakan usaha
peternakan domba
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Teori Investasi
Studi Kelayakan Bisnis
Aspek-Aspek Kelayakan Bisnis
Analisis Switching Value
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis Data
Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial
Aspek Pasar
Aspek Teknis
Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek Ekonomi dan Sosial

Aspek Lingkungan
Analisis Kelayakan Aspek Finansial
Net Present Value (NPV)
Internal Rate Of Return (IRR)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Payback Periode (PP)
Analisis Switching Value
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Perusahaan
Visi dan Misi Perusahaan
Lokasi Perusahaan

vii
xix
xii
xii
1
1
8
9

10
10
10
10
11
13
13
13
14
15
19
20
22
22
22
22
22
22
23
23
23
23
23
23
24
24
24
25
25
25
26
26

Fasilitas Usaha
Kegiatan Usaha
ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL
Aspek Pasar dan Pemasaran
Bentuk Pasar
Permintaan dan Penawaran
Strategi Pemasaran
Strategi Produk
Strategi Harga
Strategi Distribusi
Strategi Promosi
Aspek Teknis
Lokasi Usaha
Fasilitas Kandang
Peralatan Pendukung
Bakalan Ternak
Sistem Penggemukan
Pemberian Pakan dan Minum
Pencegahan Penyakit
Aspek Manajemen
Struktur Organisasi
Karyawan
Aspek Hukum
Aspek Sosial dan Lingkungan
ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL
Analisis Kelayakan Finansial Sebelum Pengembangan Bisnis
Analisis Biaya (Outflow)
Analisis Manfaat (Inflow)
Analisis Kelayakan Finansial Dengan Pengembangan Bisnis
Analisis Biaya (Outflow)
Analisis Manfaat (Inflow) dengan Pengembangan Bisnis
Analisis Switching Value Pengembangan Usaha Domba MT Farm
Perhitungan Incremental Net Benefit
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

26
27
27
27
27
28
28
28
29
29
31
31
31
32
33
34
35
35
36
36
36
37
38
38
39
39
40
44
45
45
48
51
52
54
54
54
55
57
82

DAFTAR TABEL
1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas harga yang berlaku menurut
subsektor lapangan usaha pertanian di Indonesia tahun 2008-2012 (Rp.
Milyar)
2. Rata-rata konsumsi protein (kg/kapita) Nasional menurut kelompok
makanan 2008-2012a
3. Konsumsi daging per kapita di Asia Tenggara pada tahun 1995- 2005a
4. Populasi komoditas ternak utama Nasional tahun 2008-2011 (000 ekor)a
5. Populasi Nasional domba tahun 2008-2011 di Indonesiaa
6. Populasi domba di Jawa Barat tahun 2009-2010a
7. Populasi domba di Kabupaten Bogor tahun 2006-2010a
8. Daftar Konsumen MT Farma
9. Daftar nama, penanggung jawab dan tingkat pendidikan akhir para
pekerja di Mitra Tani Farma
10. Biaya investasi MT Farm pada kondisi sebelum pengembangan usaha
11. Umur ekonomis dari investasi pada kondisi sebelum pengembangan
usaha
12. Biaya tetap pada peternakan MT Farm (sebelum pengembangan bisnis)
13. Biaya variabel yang dibutuhkan (kondisi sebelum pengembangan)
14. Penerimaan penjualan domba pada kondisi tanpa pengembangan
peternakan MT Farm
15. Nilai sisa investasi pada usaha penggemukan domba MT Farm (kondisi
tanpa pengembangan)
16. Biaya investasi yang dibutuhkan pada peternakan domba MT Farm
dengan pengembangan bisnis
17. Biaya tetap peternakan domba MT Farm dengan pengembangan bisnis
18. Biaya variabel peternakan domba MT Farm dengan pengembangan
bisnis
19. Penerimaan penjualan domba pada peternakan domba MT Farm dengan
pengembangan bisnis
20. Nilai sisa yang diterima pada usaha penggemukan domba MT Farm
dengan pengembangan bisnis
21. Analisis laba rugi pada usaha penggemukan domba MT Farm dengan
kondisi tanpa pengembangan bisnis
22. Analisis laba rugi pada peternakan domba MT Farm dengan kondisi
dengan pengembangan bisnis
23. Kriteria investasi dengan kondisi sebelum pengembangan dan setelah
pengembangan bisnis
24. Hasil analisis switching value usaha MT Farm pada kondisi setelah
pengembangan
25. Laba bersih yang didapatkan selama umur usaha (Incremental Net
Benefit)
26. Perhitungan Kriteria Investasi (Incremental Net Benefit)

1
2
3
3
5
6
7
29
37
40
41
42
43
44
45
46
47
47
48
49
50
50
51
52
53
53

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kurva fungsi investasi
Kerangka pemikiran operasional
Lokasi kandang peternakan domba MT Farm
Rencana lokasi pengembangan usaha peternakan domba MT Farm
Kandang panggung MT Farm
Struktur organisasi di MT Farm

13
21
32
32
33
37

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Layout kandang Mitra Tani Farm
Siklus Saat ini
Siklus Pengembangan
Biaya investasi mitra tani farm sebelum pengembangan usaha
Biaya tetap mitra tani farm sebelum pengembangan usaha
Biaya variabel mitra tani farm sebelum pengembangan usaha
Penerimaan tahunan mitra tani farm sebelum pengembangan usaha
Cashflow mitra tani farm sebelum pengembangan usaha
Laporan laba-rugi mitra tani farm sebelum pengembangan usaha
Biaya investasi mitra tani farm setelah pengembangan usaha
Biaya tetap mitra tani farm setelah pengembangan usaha
Biaya variabel mitra tani farm setelah pengembangan usaha
Penerimaan tahunan mitra tani farm setelah pengembangan usaha
Cashflow mitra tani farm setelah pengembangan usaha
Laporan laba-rugi mitra tani farm setelah pengembangan usaha
Cashflow analisis switching value – kenaikan harga bakalan domba
sebesar 3.1854194939394%
17. Laporan laba-rugi analisis switching value – kenaikan harga bakalan
domba sebesar 3.1854194939394%
18. Cashflow analisis switching value – peningkatan mortalitas domba
sebesar 2.107109305%
19. Laporan laba-rugi analisis switching value – peningkatan mortalitas
domba sebesar 2.107109305%

57
58
60
62
63
64
65
66
68
69
70
71
72
73
75
76
78
79
81

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan sektor pertanian dan usaha agribisnis yang berdaya saing,
berkerakyatan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan, senantiasa didorong
untuk mewujudkan perekonomian nasional yang sehat, seperti yang tercermin dari
visi yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian. Agribisnis merupakan salah
satu sektor dalam kegiatan perekonomian berbasis kekayaan alam yang
dimanfaatkan dalam melakukan kegiatan usaha berorientasi keuntungan. Bidang
peternakan merupakan salah satu subsektor agribisnis yang cukup penting karena
terkait dengan ketersediaan bahan pangan hewani masyarakat.
Berdasarkan data Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga yang
berlaku menurut subsektor lapangan usaha pertanian dari Tahun 2005-2010 dapat
dilihat bahwa sektor peternakan memberikan kontribusi untuk perekonomian
Indonesia, hal tersebut dapat dilihat dari Nilai Produk Domestik Bruto dari tahun
2005-2010 pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas harga yang berlaku menurut
subsektor lapangan usaha pertanian di Indonesia tahun 2008-2012 (Rp.
Milyar)
LAPANGAN USAHA

TAHUN
2008

2009
2010
2011*
2012 **
419,195
482,377
529,968
574,330
Tanaman bahan makanan
349,795
(19.84)
(15.07)
(9.87)
(8.37)
111,378
136,048
153,709
159,754
Tanaman perkebunan
105,960
(5.11)
(22.15)
(12.98)
(3.93)
104,884
119,372
129,298
146,090
Peternakan dan hasil-hasilnya
83,276
(25.95)
(13.81)
(8.32)
(12.99)
45,119
48,290
51,781
54,906
Kehutanan
40,375
(11.75)
(7.03)
(7.23)
(6.04)
176,620
199,383
226,691
255,332
Perikanan
137,249
(28.69)
(12.89)
(13.70)
(12.63)
*
Angka sementara, **
Angka sangat sementara , Angka dalam kurung menunjukkan
pertumbuhan dari tahun sebelumnya (%)
a
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013), diadaptasi dari data Statistik
Peternakan dan Kesehatan Hewan

Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa PDB subsektor peternakan mempunyai
peranan penting karena terkait dengan ketersediaan bahan pangan hewani
masyarakat dan juga dalam meningkatkan pendapatan masyarakat serta devisa
negara. Pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 meningkat 25.95
persen dari tahun 2008. Pada tahun 2011, PDB peternakan diperkirakan akan
meningkat sebesar 8.32 persen, demikian halnya pada tahun 2012, PDB
peternakan diperkirakan akan meningkat sebesar 12.99 persen.
Pengembangan peternakan mempunyai peranan sangat penting dalam
pembangunan perekonomian nasional. Hal ini tercermin dalam misi pembangunan
peternakan, antara lain sebagai penyedia protein, energi, vitamin, serta mineral
untuk melengkapi hasil-hasil pertanian dan menciptakan peluang ekonomi untuk

2

meningkatkan pendapatan, membantu menciptakan lapangan kerja
melestarikan serta memanfaatkan sumberdaya alam pendukung peternakan.

dan

Tabel 2. Rata-rata konsumsi protein (kg/kapita) Nasional menurut kelompok
makanan 2008-2012a
KONSUMSI PROTEIN (KG/KAPITA)

KOMODITI
Padi-padian
Ikan
Telur dan susu
Daging
Minyak dan lemak

2008
22.75
7.94
3.05
2.40
0.39

2009
22.06
7.28
2.96
2.22
0.34

2010
21.76
7.63
3.27
2.55
0.34

2011
21.57
8.02
3.25
2.75
0.31

2012
21.00
7.49
2.94
2.92
0.27

a

Badan Pusat Statistik (2013), diadaptasi dari Tabel Rata-rata Konsumsi Protein (kg/kapita)
Nasional Menurut Kelompok Makanan yang dapat diunduh dari http://www.bps.go.id diakses pada
tanggal 10 Desember 2013

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa konsumsi protein nasional menurut
kelompok makanan masih rendah dan cenderung mengalami fluktuasi dengan tren
yang masih meningkat. Konsumsi protein yang rendah dikarenakan kondisi
perekonomian masyarakat yang mengakibatkan penurunan daya beli terhadap
produk daging. Harga daging yang meningkat dari tahun ke tahun merupakan
salah satu faktor yang membuat rendahnya konsumsi daging Indonesia. Ketua
umum Komite Daging Sapi Jakarta Raya Sarman Simanjorang mengatakan
dengan mahalnya harga daging di Indonesia berpengaruh negatif terhadap
konsumsi masyarakat pada daging.1
Tingkat konsumsi daging masyarakat Indonesia masih sangat rendah
dibandingkan dengan masyarakat di kawasan Asia Tenggara. Akan tetapi, untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri saja, belum dapat dipenuhi secara
mandiri (swasembada) sehingga harus impor. Untuk memenuhi kebutuhan daging
dalam negeri pemerintah masih harus impor rata-rata 26 persen dari kebutuhan,
apalagi tingkat konsumsi daging bagi masyarakat setiap tahunnya terus
meningkat.2
Dalam rangka peningkatan produksi pertanian pada periode lima tahun ke
depan (2010-2014), Kementerian Pertanian akan lebih fokus pada peningkatan 39
komoditas unggulan nasional. Komoditas unggulan nasional tersebut terdiri atas
tujuh komoditas tanaman pangan, sepuluh komoditas hortikultura, 15 komoditas
perkebunan, dan tujuh komoditas peternakan. Agar posisi swasembada tersebut
dapat berkelanjutan, maka target peningkatan produksinya harus dipertahankan
minimal sama dengan pertumbuhan permintaan dalam negeri, dengan
memperhitungkan laju pertumbuhan penduduk secara nasional, permintaan bahan
baku industri dalam negeri, kebutuhan stok nasional dalam rangka stabilitas harga
serta pemenuhan peluang ekspor (Kementan 2009).

1

Sarman Simanjorang 2013. Konsumsi Daging Orang Indonesia Lebih Rendah dari
Singapura & Malaysia. http://news.citydirectory.co.id [ 11 Mei 2013]
2
Suswono
2010.
Konsumsi
Daging
Masyarakat
Indonesia
Rendah.
http://www.antaranews.com [11 Mei 2013]

3

Tabel 3. Konsumsi daging per kapita di Asia Tenggara pada tahun 1995- 2005a
NEGARA
Brunei Darussalam
Indonesia
Kamboja
Laos
Malaysia
Myanmar
Singapura
Thailand
Vietnam

KONSUMSI DAGING
(KG/KAPITA/TAHUN)
1995
2005
70.2
60.6
9.7
10.0
13.3
16.4
14.4
17.6
52.2
51.3
8.2
23.0
23.9
29.6
28.5
26.7
18.8
34.9

LAJU
(%)
1995-2005
-1.5
0.3
2.1
2.0
-0.2
10.8
2.2
-0.6
6.4

a

Food and Agriculture Organization (2009), diadaptasi dari data State Of Food And Agriculture:
Live Stock in the Balance

Peningkatan pengembangan subsektor peternakan dapat dilihat dengan
adanya peningkatan populasi ternak pada komoditas ternak yang telah ada, baik
secara kuantitas maupun kualitasnya. Perkembangan populasi komoditas utama
ternak di Indonesia pada tahun 2008-2011 mengalami peningkatan dengan
pertumbuhan rata-rata per tahun 4.86 persen. Perkembangan rata-rata per tahun
masing-masing komoditas peternakan berkisar antara -10.40 persen (penurunan
populasi untuk ternak jenis kerbau) sampai 9.59 persen untuk jenis sapi perah.
Tabel 4 memperlihatkan perkembangan populasi komoditas ternak utama di
Indonesia mulai tahun 2008 sampai 2011.
Tabel 4. Populasi komoditas ternak utama Nasional tahun 2008-2011 (000 ekor)a
JENIS
TERNAK

TAHUN

2008
2009
Kambing
15,147 15,815
Sapi Potong
12,257 12,760
Domba
9,605
10,199
Babi
6,838
6,975
Kerbau
1,931
1,933
Sapi Perah
458
475
Kuda
393
399
TOTAL
46,629 48,556
* Angka sementara
a
Direktorat Jenderal Peternakan dan
Peternakan dan Kesehatan Hewan

2010
16,620
13,582
10,725
7,477
2,000
488
419
51,311

2011*
17,483
14,824
11,372
7,758
1,305
597
416
53,755

PERKEMBANGAN RATARATA PER TAHUN (%)
4.90
6.56
5.79
4.32
-10.40
9.59
1.94
4.86

Kesehatan Hewan (2011), diadaptasi dari data Statistik

Domba merupakan penyumbang daging terbesar ketiga dari kelompok
ruminansia terhadap produksi daging nasional setelah sapi perah dan sapi potong,
sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha yang
menguntungkan. Domba telah lama dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai
tabungan dan sumber protein dengan manajemen pemeliharaan secara tradisional.
Pola usaha ternak domba sebagian besar berupa usaha rakyat untuk menghasilkan
bibit atau penggemukan.
Jenis ternak domba dapat menghasilkan beberapa macam komoditas
diantaranya berupa ternak hidup dari hasil reproduksi, daging, susu, maupun

4

limbah kotoran ternak yang banyak manfaatnya bagi usaha budidaya pertanian
tanaman pangan. Ternak domba, disamping dipandang sebagai penghasil berbagai
jenis komoditas utama, maka bagian-bagian dari hasil produksi ternak ini
merupakan bahan baku bagi proses produksi selanjutnya. Selain penghasil daging,
juga penghasil kulit, tulang, jeroan, darah dan bulu. Produk tersebut merupakan
bahan baku industri hilir berikutnya (Winarso & Yusja 2010).
Ternak domba memegang peranan penting dalam pengadaan bahan
makanan di Indonesia. Selain sebagai sumber protein hewani, ternak domba juga
mempunyai fungsi sosial, seperti dalam upacara keagamaan. Menurut Murtidjo
(1993) ternak domba memiliki beberapa kelebihan dan potensi ekonomi yang bisa
diandalkan dibandingkan usaha ternak besar yang lainnya yakni: badan ternak
domba relatif lebih kecil dan cepat dewasa sehingga usaha ternak domba memiliki
keuntungan ekonomi yang cukup tinggi. Domba merupakan ternak ruminansia
kecil yang dalam pemeliharaan tidak memerlukan lahan yang luas, investasi usaha
ternak domba membutuhkan modal relatif kecil sehingga setiap investasi lebih
banyak unit produksi dapat tercapai, modal usaha ternak domba lebih cepat
berputarnya sebab ternak domba cepat dewasa dan lebih cepat dipotong
dibandingkan dengan ternak ruminansia lain seperti kerbau ataupun sapi. Karkas
domba yang kecil akan lebih mudah dijual sehingga relatif lebih cepat dikonsumsi
(hal ini sangat penting bagi daerah yang peternakan domba yang sistem
pemasarannya belum sempurna atau masih jauh dari keramaian konsumen).
Domba memiliki sifat menggerombol sehingga memudahkan dalam pemeliharaan
sistem gembala terutama jika pemeliharaan diserahkan anggota keluarga yang
belum dewasa atau sudah sangat tua.
Purbowati (2009) lebih lanjut menjelaskan bahwa potensi pasar domba
cukup menjanjikan mengingat kebutuhan ternak ini untuk pasar dalam negeri
cukup besar, terutama pada saat hari raya Idul Adha. Peluang pasar yang telah
lama terbuka di berbagai kawasan internasional seperti Timur Tengah dan
ASEAN juga belum dimanfaatkan secara optimal.
Sebagai salah satu komoditas unggulan di bidang peternakan, domba
memiliki prospek untuk terus dikembangkan. Hal tersebut sejalan dengan
kebutuhan masyarakat pada ternak jenis ini. Berbagai upaya dilakukan oleh para
peternak untuk meningkatkan daya saing mereka. Pengembangan domba sebagai
salah satu ternak unggulan, juga ditunjang dengan komoditas ternak ini yang
terdistribusi di berbagai pulau atau provinsi di seluruh wilayah Indonesia.
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa pada umumnya komoditas domba
terdistribusi di berbagai pulau atau provinsi di seluruh wilayah Indonesia atau
menyebar pada provinsi di seluruh Indonesia. Luasnya penyebaran populasi
komoditas domba tersebut membuktikan bahwa berbagai wilayah di tanah air
memiliki tingkat kecocokan yang baik untuk pengembangan, baik kecocokan dari
segi vegetasi, topografi, klimat, atau bahkan dari sisi sosial-budaya daerah
setempat.

5

Tabel 5. Populasi Nasional domba tahun 2008-2011 di Indonesiaa
PROVINSI

2008

POPULASI DOMBA
2009
2010

Nanggroe Aceh Darussalam
157,881
193,852
178,194
Sumatera Utara
268,291
268,479
281,399
Sumatera Barat
5,335
4,567
5,737
Riau
5,798
3,366
3,708
Jambi
51,959
56,168
61,169
Sumatera Selatan
34,583
33,445
34,335
Bengkulu
4,341
4,767
4,767
Lampung
81,359
82,341
87,084
Bangka Belitung
123
159
167
Kepri
0
0
0
DKI Jakarta
1,561
1,432
1,155
Jawa Barat
5,311,836
5,770,661
6,275,299
Jawa Tengah
2,083,431
2,148,752
2,146,760
DI Yogyakarta
130,775
132,872
136,657
Jawa Timur
729,721
740,269
750,961
Banten
612,569
619,924
628,926
Bali
62
0
0
Nusa Tenggara Barat
27,875
25,878
29,194
Nusa Tenggara Timur
62,648
61,049
63,376
Kalimantan Barat
340
401
395
Kalimantan Tengah
4,630
1,606
1,639
Kalimantan Selatan
3,494
3,581
3,820
Kalimantan Timur
909
930
860
Sulawesi Utara
0
0
0
Sulawesi Tengah
7,167
24,699
9,036
Sulawesi Selatan
818
490
468
Sulawesi Tenggara
197
177
161
Gorontalo
0
0
0
Sulawesi Barat
0
0
0
Maluku
17,521
18,774
20,116
Malut
0
0
0
Papua
115
127
105
INDONESIA
9,605,339
10,198,766
10,725,488
*
Angka sementara
a
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011), diadaptasi dari
Peternakan dan Kesehatan Hewan

2011*)
183, 901
292,880
6,017
3,434
66,063
38,090
3,746
92,175
192
0
1,132
6,768,735
2,218,586
141,689
763,053
657,794
0
29,924
64,473
401
1,672
3,913
869
0
10,681
377
164
0
0
21,554
0
115
11,371,630
data Statistik

Selain potensial karena sudah banyak diternakkan oleh masyarakat
Indonesia di berbagai daerah, peluang pengembangan domba juga mengacu pada
pangsa pasar yang sangat terbuka dan terus berkembang. Kebutuhan masyarakat
dalam negeri terhadap domba akan terus meningkat, hal ini dapat dilihat dari
besarnya permintaan domba untuk kebutuhan konsumsi, kebutuhan qurban,
maupun untuk aqiqah. Potensi pasar ini akan terus berkembang sejalan dengan
pesatnya pertumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi
yang berasal dari protein hewani.
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah terbaik untuk
pengembangan ternak domba, karena populasi domba di Provinsi Jawa Barat
adalah yang paling tinggi di Indonesia yaitu sebanyak 6,768,735 ekor atau
mencapai 59.52 persen populasi domba nasional. Jawa Barat sebagai provinsi
dengan populasi ternak domba terbesar secara nasional tidak kurang dari enam

6

juta ekor atau sekitar 59.52 persen dari populasi ternak domba nasional sehingga
pantas dinyatakan sebagai provinsi domba. Ditjenak (2011) menyatakan bahwa
domba yang ada di Jawa Barat dikenal sebagai plasma nutfah domba garut yang
tidak dimiliki negara lain (Ditjenak 2011). Besarnya populasi domba di Jawa
Barat dikarenakan semua Kabupaten di Jawa Barat memiliki ternak domba.
Bogor merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi
untuk pengembangan peternakan domba. Dari data Dinas Peternakan Kabupaten
Bogor pada tahun 2006 sampai 2010 menjelaskan bahwa populasi domba terbesar
terdapat pada Kecamatan Parung Panjang dengan peningkatan populasi sebesar
155.37% (Tabel 6). Besarnya peningkatan populasi tersebut karena adanya
peningkatan yang signifikan pada tahun 2009 sebesar 14,700 ekor yang
sebelumnya hanya 2,009 ekor.
Tabel 6. Populasi domba di Jawa Barat tahun 2009-2010a
KABUPATEN

DOMBA

PENINGKATAN
PERTAHUN (%)

2009
2010
Bogor
278,608
280,798
0. 79
Sukabumi
482,268
509,757
5.69
Cianjur
309,923
354,459
14.37
Bandung
220,531
223,437
1.32
Garut
601,439
718,720
19.50
Tasikmalaya
251,007
271,191
8.04
Ciamis
209,160
211,798
1.26
Kuningan
126,239
129,137
2.29
Cirebon
178,340
178,989
0.36
Majalengka
294,501
345,723
17.39
Sumedang
157,406
139,079
-11.6
Indramayu
188,579
206,550
9.53
Subang
228,977
232,568
1.57
Purwakarta
709,842
859,164
21.03
Karawang
987,848
1,126,510
14.04
Bekasi
174,573
218,847
25.36
Bandung Barat
338,296
188,047
-44.4
TOTAL
5,737,537
5,068,204
-11.66
a
Dinas Peternakan Jawa Barat (2010), diadaptasi dari data Populasi Domba Propinsi Jawa Barat

Kecamatan Ciampea merupakan salah satu kecamatan yang memiliki
peternakan domba di Kabupaten Bogor. Peningkatan jumlah populasi domba lebih
sedikit dibandingkan dengan kecamatan lainnya yaitu sebesar 2.96 persen ratarata per tahun (Tabel 7). Padahal sebagai penghasil daging, domba memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dengan hewan ternak penghasil daging
lainnya yaitu domba memiliki sifat lebih mudah berdaptasi dengan lingkungan,
lebih mudah dalam perawatan, dan modal yang diperlukan untuk membuat usaha
peternakan domba lebih kecil. Hal ini merupakan peluang bagi semua pihak yang
ingin mengembangkan sektor peternakan khususnya peternakan domba, karena
peningkatan konsumsi pangan hewani yang tidak diimbangi dengan peningkatan
produksi membuka lebar kesempatan berusaha di bidang peternakan khususnya
peternakan domba. Selain itu juga kecamatan ini merupakan daerah yang strategis
untuk pemasaran domba ke daerah Jabodetabek karena ditunjang oleh akses jalan
yang sangat memadai.

7

Tabel 7. Populasi domba di Kabupaten Bogor tahun 2006-2010a
PENINGKA
TAN RATANO. KECAMATAN
RATA PER
2006
2007
2008
2009
2010
TAHUN (%)
1
Nanggung
6,014
6,797
8,075
7,292
10.007
14.84
2
Leuwiliang
5,388
4,527
4,569
4,377
5.304
0.48
3
Leuwi Sadeng
2,502
2,262
2,307
2,011
2.522
1.45
4
Pamijahan
9,960
10,200
10,755
13,910
26.372
31.69
5
Cibungbulang
5,973
6,314
6,840
7,856
9.817
13.46
6
Ciampea
5,957
4,076
5,026
5,249
6.073
2.96
7
Tenjolaya
2,152
2,188
2,418
2,425
2.623
5.16
8
Dramaga
3,657
3,926
4,363
4,417
7.738
23.74
9
Ciomas
5,220
5,014
5,401
1,275
2.109
-1.80
10
Tamansari
2,582
2,813
3,207
1,431
5.127
56.47
11
Cijeruk
6,064
6,090
6,509
9,123
11.584
18.61
12
Cigombong
5,020
5,479
6,084
7,098
7.814
11.73
13
Caringin
5,784
6,048
6,095
5,849
5.927
0.66
14
Ciawi
5,152
4,836
4,079
4,593
4.672
-1.86
15
Cisarua
5,327
4,731
6,241
8,906
8.271
14.03
16
Megamendung
7,895
6,237
6,419
7,295
7.478
-0.48
17
Sukaraja
6,466
5,572
3,142
3,060
3.253
13.43
18
Bbk. Madang
9,380
5,645
3,483
3,862
3.832
-17.00
19
Sukamakmur
7,728
8,511
8,073
6,183
7.785
1.87
20
Cariu
23,419
23,271
21,212
9,272
9.613
-15.52
21
Tanjungsari
9,744
11,141
12,564
11,767
11.208
4.00
22
Jonggol
11,989
13,754
13,959
12,150
12.435
1.40
23
Cileungsi
5,590
5,608
4,553
6,368
6.173
4.58
24
Klapa Nunggal
4,130
3,899
3,522
3,574
3.572
-3.46
25
Gn. Putri
4,022
4,022
3,070
2,573
2.437
-11.29
26
Citeureup
7,322
7,361
4,970
4,836
5.113
-7.22
27
Cibinong
1,248
1,177
1,758
2,158
2.808
24.13
28
Bojonggede
3,363
4,280
4,969
4,969
2.124
-3.47
29
Tajur Halang
3,136
2,304
2,517
2,517
3.732
7.74
30
Kemang
2,453
2,369
2,381
2,205
4.144
19.41
31
Rancabungur
7,625
7,999
8,548
6,819
11.904
16.52
32
Parung
983
959
782
663
1.316
15.59
33
Ciseeng
3,506
3,589
2,494
2,615
5.418
20.97
34
Gn. Sindur
1,588
1,828
1,955
1,690
3.225
24.83
35
Rumpin
5,876
5,576
4,750
1,520
6.362
57.66
36
Cigudeg
8,274
5,522
5,507
23,700
11.024
60.83
37
Sukajaya
9,248
9,453
10,416
32,500
15.376
42.93
38
Jasinga
4,235
4,180
4,277
12,200
10.978
44.06
39
Tenjo
1,657
1,850
1,850
13,600
6.548
148.73
40
Parung Panjang
1,383
1,845
2,009
14,700
6.980
155.37
TOTAL
229.012 223,253 221,149 280,608 280,798
5.88
a
Dinas Peternakan Jawa Barat (2010), diadaptasi dari data Populasi Domba Propinsi Jawa Barat
TAHUN

Mitra Tani Farm (MT Farm) adalah salah satu usaha peternakan yang
bergerak di bidang penggemukan domba yang ada di Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor. MT Farm termasuk peternakan yang memiliki skala usaha yang
besar karena memiliki kapasitas produksi diatas seratus ekor ternak, selain itu
memiliki fasilitas kandang yang kapasitasnya mampu menampung hingga 800
ekor ternak domba. Dalam menjalankan roda usaha peternakannya, pihak

8

manajemen MT Farm tentunya mengeluarkan sumberdaya modal yang besar
sehingga dalam pengelolaannya diperlukan suatu studi kelayakan bisnis untuk
menghindari berbagai kemungkinan kerugian dari modal telah dikeluarkan dan
yang akan diinvestasikan. Dengan hadirnya usaha Peternakan Domba MT Farm,
diharapkan tidak hanya menguntungkan bagi peternaknya sendiri, tetapi juga
memiliki manfaat bagi masyarakat sekitar dan sebagai pemasukan pendapatan
pemerintah daerah setempat.
Perumusan Masalah
MT Farm merupakan salah satu perusahaan agribisnis berbasis peternakan
bergerak di bidang penggemukan domba yang ada di Bogor. Usaha peternakan ini
berdiri di atas lahan seluas 800 m2, dengan kapasitas kandang 600 sampai dengan
800 ekor yang terletak di Jalan Manunggal 51 No. 39 RT. 04/05 Desa Tegalwaru,
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Sejak tahun 2004 hingga saat ini MT
Farm mampu menghasilkan 200-300 ekor domba setiap bulan untuk memenuhi
permintaan pasarnya.
Minat masyarakat yang terus meningkat akan domba memberikan peluang
bisnis bagi pengusaha penggemukan domba seperti MT Farm. Produk utama yang
ditawarkan oleh peternakan MT Farm adalah domba hidup dengan bobot yang
bervariasi. Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan salah satu manajemen
MT Farm yakni Bapak Amrul, beliau menyatakan permintaan domba setiap tahun
terus mengalami peningkatan walaupun harga domba terus meningkat. MT Farm
dengan kapasitas yang ada saat ini belum mampu memenuhi permintaan pasarnya
yang berasal dari lembaga-lembaga aqiqah dan restoran cepat saji yang semakin
banyak tersebar di Jabodetabek, serta permintaan masyarakat akan hewan qurban
yang terus meningkat terutama pada saat menjelang hari raya. Lebih lanjut beliau
menyatakan bahwa melihat kondisi pasar yang terus meningkat merupakan suatu
peluang untuk mengembangkan usaha, hal ini dapat dilihat dari jumlah
permintaan konsumennya yang sudah mencapai 538 ekor per bulan dan belum
mampu dipenuhi oleh MT Farm atau masih terdapat peluang pasar sebesar 238338 ekor. Adanya peningkatan permintaan ini maka pihak pengelola MT Farm
akan mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan pasarnya serta meningkatkan
pendapatan usahanya. Sebagai langkah konkrit dalam memenuhi permintaan
pasarnya, MT Farm berencana melakukan pengembangan usaha dengan cara
meningkatkan kapasitas produksinya.
Melihat rencana pengembangan yang akan dilakukan oleh MT Farm cukup
besar, maka dapat dipastikan bahwa sumberdaya modal yang akan digunakan
untuk rencana investasi ini akan sangat besar pula. Mengingat bahwa biaya yang
akan digunakan untuk investasi pengembangan sangat besar serta kondisi yang
akan datang dipenuhi dengan kemungkinkan terjadinya perubahan-perubahan
yang akan mempengaruhi kelayakan pengembangan usaha domba, maka
diperlukan suatu analisis kelayakan bisnis atau usaha, serta merupakan analisis pra
investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan kondisi
ekonomi dan hasil analisa bisnis jika terjadi perubahan atau ketidaktepatan dalam
perhitungan biaya atau manfaat. Faktor-faktor perubahan tersebut tentunya akan
mempengaruhi kelayakan suatu aktivitas bisnis. Oleh karena itu, diperlukan

9

analisis dan identifikasi kondisi yang mungkin akan terjadi dari informasiinformasi yang sesuai dengan bisnis yang akan dikembangkan.
Analisis kelayakan usaha sangat diperlukan oleh banyak kalangan,
khususnya bagi para investor selaku pemrakarsa, bagi lembaga keuangan seperti
bank selaku pemberi kredit dan bagi lembaga pemerintahan yang memberikan
fasilitas tata peraturan hukum dan perundang-undangan, yang tentunya
kepentingan semuanya itu berbeda satu sama lainnya. Analisis kelayakan usaha
terdapat berbagai aspek yang harus dikaji dan diteliti kelayakannya sehingga hasil
daripada studi tersebut digunakan untuk memutuskan apakah sebaiknya proyek
atau bisnis tersebut layak untuk dijalankan, dikembangkan atau dibatalkan.
Berdasarkan pada tingkat kepentinganya, penerapan analisis kelayakan
usaha dalam suatu usaha yang ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek non
finansial dan aspek finansial. Aspek-aspek non finansial terdiri dari aspek teknis,
aspek manajemen, aspek sosial, aspek pasar dan aspek lingkungan, serta aspek
finansial agar dapat memberikan hasil yang maksimal. Selain itu, usaha
penggemukan domba memiliki beberapa ketidakpastian yang memungkinkan
terjadinya perubahan-perubahan yang akan mempengaruhi kelayakan usaha.
Perubahan-perubahan tersebut antara lain berupa penurunan harga penjualan
domba dan peningkatan harga bakalan domba. Harga penjualan domba dan harga
bakalan domba terus berfluktuasi sehingga mempengaruhi kelayakan
pengembangan usaha penggemukan domba dari sisi aspek finansial sehingga
perlu dilakukan analisis sensitivitas.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini antara lain:
1.
Bagaimana kelayakan pengembangan usaha penggemukan domba di MT
Farm berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum,
aspek sosial, ekonomi dan budaya, serta aspek lingkungan.
2.
Bagaimana kelayakan pengembangan usaha penggemukan domba di MT
Farm pada aspek finansial.
3.
Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) pengembangan usaha
penggemukan domba di MT Farm apabila terjadi peningkatan mortalitas
domba dan peningkatan harga bakalan domba melalui Analisis Switching
Value.
Tujuan Penelitian
1.

2.
3.

Berdasarkan pada perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
Untuk menganalisis kelayakan pengembangan usaha penggemukan domba
di MT Farm berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan
hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya, aspek lingkungan.
Kelayakan pengembangan usaha penggemukan domba di MT Farm pada
aspek finansial.
Untuk mengukur tingkat kepekaan (sensitivitas) pengembangan usaha
penggemukan domba di MT Farm apabila terjadi peningkatan mortalitas
domba dan peningkatan harga bakalan domba melalui Analisis Switching
Value.

10

Manfaat Penelitian
1.

2.

3.

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
Perusahaan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi,
masukan dan pertimbangan dalam menjalankan operasional usaha dan
menentukan kebijakan terkait dengan kegiatan operasional dan
pengembangan usahanya.
Investor atau masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu
referensi dalam mempertimbangkan penanaman modal pada pengembangan
usaha peternakan domba.
Penulis, selain sebagai syarat menyelesaikan pendidikan, juga dapat
meningkatkan pengetahuan, dan melatih penulis untuk dapat menerapkan
teori-teori yang diperoleh dari perkuliahan.

TINJAUAN PUSTAKA
Kemitraan dalam pengembangan usaha peternakan domba
Salah satu upaya untuk meningkatkan populasi domba dan meningkatkan
pendapatan petani adalah dengan melakukan perbaikan terhadap sistem
pengembangan usaha domba itu sendiri. Sistem pengembangan usaha ternak
domba dapat dilaksanakan dengan pola kemitraan yang melibatkan berbagai pihak
(Eliser 2000). Model pengembangan terbaik adalah dengan pemberdayaan petani,
pemerintah daerah, LSM dan investor. Model kemitraan di Sumatera Utara yang
diteliti oleh Eliser (2000) menggambarkan dua kondisi wilayah yang berbeda.
Daerah yang diteliti yaitu daerah Kabupaten Langkat dan daerah tempat
transmigran. Pada daerah Langkat pola kemitraan memberikan pengaruh positif
kepada masyarakat dan mengalami peningkatan populasi sebesar 46 persen dari
populasi awal. Sedangkan untuk daerah tansmigran pola kemitraan mengalami
kegagalan yang faktor utamanya disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara
lembaga terkait.
Kontribusi usaha peternakan domba terhadap kesejahteraan ekonomi
peternak
Usaha ternak merupakan usaha yang memiliki potensi yang dapat
dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi peternak. Kontribusi
usaha ternak domba terhadap keluarga petani investasi yang dapat diuangkan oleh
petani. Misalnya kontribusi ternak domba terhadap petani di Kecamatan Cikajang,
Kabupaten Garut. Penelitian Rahmat (2008) di lokasi tersebut menunjukkan
bahwasanya kontribusi pendapatan masyarakat dari beternak domba yaitu
Rp 3,155,469/tahun untuk 12 orang peternak skala I (dengan kepemilikan rata-rata
ternak 9.04 Setara Domba Dewasa), Rp 3,618,378 per tahun untuk 22 orang
peternak skala II (dengan kepemilikan rata-rata ternak 13.42 Setara Domba
Dewasa) dan Rp 8,078,140 per tahun untuk lima orang peternak pada skala III
(dengan kepemilikan rata-rata ternak 35.40 Setara Domba Dewasa). Kontribusi ini
akan semakain meningkat apabila skala usaha peternak domba semakin besar. Hal

11

ini dibuktikan dengan penghitungan kontribusi pendapatan keluarga peternak
yaitu kontribusi sebesar 6.33 persen pada skala I, kontribusi sebesar 11.35 persen
pada skala II dan 27.54 persen untuk skala ke III.
Daerah Bogor merupakan daerah yang sesuai untuk mengembangkan
potensi sumberdaya perternakan karena selain memegang peranan penting dalam
perekonomian pedesaan Bogor, ketersediaan sumberdaya ternak juga sangat
mendukung dalam kegiatan produksi. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Yulida pada 2008 yang meneliti tentang Potensi sumberdaya
peternakan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor untuk pengembangan ternak
domba. Peneliti menggambarkan bahwa sumberdaya yang tersedia masih
mendukung dalam pembangunan ternak domba di Kecamatan Ciampea antara
yang lain sumberdaya alam, manusia, modal dan kelembagaan peternakan. Jumlah
ternak yang saat ini mencapai 422 ekor, dengan melihat jumlah sumberdaya pakan
ternak yang masih surplus di Kecamatan Ciampea diperkirakan masih dapat
dilakukan penambahan ternak hingga mencapai 102 ekor.
Aspek finansial dan non finansial dalam kajian studi kelayakan usaha
peternakan domba
Widodo (2010) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha
penggemukan domba pada Agrifarm di Desa Cihideung Udik Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hasil analisis ini menyatakan bahwa
usaha tersebut layak pada pada aspek non finansial, berdasarkan aspek pasar,
peluang pasar masih terbuka karena masih adanya gap yang cukup besar antara
permintaan dan penawaran. Berdasarkan aspek teknis, variabel utama faktor
pendukung jalannya usaha pada aspek ini menunjukkan adanya keberpihakan
yang cukup baik sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan aspek manajemen, usaha penggemukan domba Agrifarm telah
melakukan pembagian kerja meski dengan struktur yang sederhana. Berdasarkan
aspek sosial, usaha ini cenderung tidak merusak lingkungan dan justru mampu
menyerap tenaga kerja.
Dalam membuat perkiraan pendapatan yang akan diperoleh di masa yang
akan datang perlu dilakukan perhitungan secara cermat dengan membandingkan
data dan informasi yang ada sebelumnya. Begitu pula perkiraan dengan biayabiaya yang akan dikeluarkan selama periode tertentu. Pada aspek finansial asumsiasumsi tersebut ditunjukkan dalam aliran cash atau cashflow perusahaan selama
periode usaha. Dengan dibuatnya aliran kas perusahaan, kemudian dinilai
kelayakan investasi tersebut melalui kriteria kelayakan investasi. Tujuannya
adalah untuk menilai apakah investasi tersebut layak atau tidak dijalankan dilihat
dari aspek keuangan (finansial).
Alat ukur yang digunakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha
berdasarkan kriteria investasi umumnya sama yaitu Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Net B/C dan Payback Period (PP). Walaupun
demikian, hasil yang diperoleh dari tiap usaha berbeda-beda. Tidak hanya
tergantung pada jenis usaha saja namun besar kecilnya usaha dan cara pengelolaan
juga mengakibatkan memberikan nilai yang berbeda. Penelitian tentang kelayakan
finansial penggemukan kambing dan domba yang dilakukan oleh Fitrial (2009)
pada Mitra Tani Farm berlokasi di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

12

menganalisis aspek finansial usaha penggemukan kambing dan domba peternakan
Mitra Tani Farm selama lima tahun dengan tingkat diskonto 8.5 persen diperoleh
nilai NPV sebesar Rp 359,346,744, net B/C dan Gross B/C sebesar 2.53, IRR
sebesar 11.7 persen dan PP selama 1.5 tahun. Hasil dari analisis yang diperoleh
masing-masing kriteria investasi tersebut sesuai dengan nilai indikator yang
ditetapkan sehingga usaha penggemukan kambing dan domba layak untuk
dijalankan. Sedangkan pada penelitian Widodo (2010) yang hanya memiliki
produk berupa domba, pada aspek finansial hasil analisis ini menyatakan bahwa
aspek finansial yang meliputi NPV, IRR, Net B/C, PP dan BEP, usaha
penggemukan domba Agrifarm ini layak untuk dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat
dari analisis finansial yang menunjukkan NPV lebih besar dari nol yaitu
Rp 31,615,070 IRR sebesar 43 persen, dimana lebih besar dari discount rate
sebesar 6.5 persen. Nilai Net B/C lebih besar dari satu, yaitu 2.93. Payback Period
(PP) yang diperoleh adalah sebesar 3.3 tahun atau sama dengan 3 tahun 4 bulan
dimana masih lebih kecil dari umur proyek serta nilai break even point (BEP)
usaha Penggemukan Domba Agrifarm ini adalah sebanyak 532 ekor.
Beberapa penelitian analisis kelayakan usaha, para peneliti melakukan
analisis nilai pengganti (switching value), analisis ini dilakukan untuk menguji
kepekaan setiap perubahan kenaikan harga input dan penurunan output
(penjualan). Fitrial (2009) melalui pendekatan nilai analisis switching value
menunjukan usaha tersebut dapat mentolerir kenaikan harga input mencapai 5.34
persen dan penurunan kuantitas penjualan output sebesar 4.79 persen. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2010) mengenai analisis kelayakan usaha
penggemukan domba pada Agrifarm di Desa Cihideung Udik Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan analisis switching value,
penurunan volume penjualan ternak Agrifarm lebih berpengaruh dibandingkan
dengan peningkatan biaya operasional. Batas penurunan volume penjualan ternak
Agrifarm agar usaha ini tetap layak dilaksanakan adalah sebesar 3.69 persen,
sedangkan batas peningkatan biaya operasional adalah sebesar 6.98 persen.
Penelitian terdahulu yang dikaji memiliki manfaat yang dapat diambil antara
lain adalah penggunaan metode, lokasi penelitian yang digunakan oleh peneliti
sebelumnya. Adapun penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelititan terdahulu adalah
objek penelitian yang sama yaitu domba dan metode yang digunakan serta analisis
kelayakan usaha yaitu NPV (Net Present Value), Net B-C Ratio, IRR ( Internal
Rate of Return), Payback Period dan Switching Value yang diteliti oleh Eliser
(2000), Rahmat (2008), Yulida (2008), Fitrial (2009) dan Widodo (2010).
Sedangkan perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian
sebelumnya yaitu penelitian yang akan dilakukan membahas investasi baru yang
akan dijalankan oleh perusahaan sehingga data yang digunakan berdasarkan
berupa data estimasi berdasarkan historical data perusahaan.

13

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, berasal
dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun
kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini, akan dijelaskan pada sub bab
berikut.
Teori Investasi
Penilaian investasi dalam studi kelayakan Usaha bertujuan untuk
menghindari terjadinya keterlanjutan investasi yang tidak menguntungkan karena
bisnis yang tidak layak. Kekeliruan dan kesalahan dalam menilai investasi akan
menyebabkan kerugian dan risiko yang besar. Penilaian investasi memiliki
konsekuensi dalam jangka panjang, pada umumnya dalam jumlah yang besar, dan
komitmen yang sulit untuk diubah. Gittinger (1986) mengungkapkan bahwa
kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barangbarang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaatmanfaat setelah beberapa periode waktu. Secara umum, bisnis merupakan
kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil
atau benefit dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatankegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit bisnis.
Gray et al (1992) mendefinisikan suatu kegiatan investasi sebagai kegiatan
yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan
mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Sumber-sumber
yang dapat dipergunakan dalam pelaksanaan bisnis dapat berbentuk barangbarang modal, tanah, bahan-bahan setengah jadi, tenaga kerja dan waktu.
Sedangkan benefit dapat berbentuk tingkat konsumsi yang lebih besar,
penambahan kesempatan kerja, perbaikan tingkat pendidikan atau kesehatan, dan
perubahan/perbaikan suatu sistem atau struktur.
Tingkat
Bunga Riil, r

Investasi, I

Gambar 1. Kurva fungsi investasi
Mankiw (2007), menyatakan bahwa investasi bergantung pada tingkat
bunga. Penurunan tingkat bunga riil akan mengurangi biaya modal. Karena itu,
hal ini menunjukkan hal ini meningkatkan jumlah laba dari kepemilikan modal
dan meningkatkan insentif untuk mengakumulasi lebih banyak modal. Demikian

14

pula, kenaikan tingkat bunga riil akan meningkatkan biaya modal dan menyebabkan perusahaan menurunkan investasi. Karena itu, kurva investasi yang
mengaitkan investasi dengan tingkat bunga akan miring ke bawah. Adapun kurva
fungsi investasi dapat ditunjukkan pada Gambar 1. Pada Gambar 1, menunjukkan
bahwa investasi tetap bisnis naik ketika tingkat bunga turun. Hal tersebut
dikarenakan tingkat bunga yang lebih rendah menurunkan biaya modal dan karena
itu memiliki modal menjadi lebih menguntungkan.
Kenyataan yang dihadapi oleh pemilik modal adalah sumberdaya semakin
langka, suatu kegiatan investasi dapat memberikan manfaat yang berbeda dari
berbagai alternatif bisnis yang ada, sehingga pemilik modal perlu mengetahui
secara pasti tingkat manfaat (benefit) yang dicapai dalam suatu bisnis, dapat
memilih alternatif bisnis yang paling menguntungkan, dapat menentukan prioritas
investasi dari berbagai alternatif yang ada, dapat mengurangi pemborosan
sumberdaya. Oleh karena itu, diperlukan studi kelayakan bisnis yang dapat
menunjukkan apakah bisnis yang direncanakan atau sudah dilakukan layak untuk
dilaksanakan atau dipertahankan.
Studi Kelayakan Bisnis
Bisnis merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya
dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah
untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan
dalam suatu unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan bisnis
adalah siklus bisnis yang terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dan
analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi (Gitingger, 1986).
Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah
suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan
(Nurmalina et al, 2009). Selain itu studi kelayakan bisnis dapat diartikan sebagai
penelitian tentang dapat tidaknya suatu bisnis (biasanya merupakan bisnis
investasi) dilaksanakan dengan berhasil (Jumingan, 2009). Pengertian
keberhasilan bagi pihak yang berorientasi profit dan non profit bisa berbeda. Bagi
pihak yang berorientasi profit semata, biasanya mengartikan keberhasilan suatu
bisnis dalam artian yang lebih terbatas dibandingkan dengan