2. Landasan syariah, rukun dan syarat musyarakah
Sama halnya dengan pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah juga dilandaskan pada Al-Quran sebagai landasan pokok dalam
kehidupan manusia khususnya dalam hukum perbankan syariah, adapun landasan syariah musyarakah, dalam Nurhayati dan Wasilah 2009:139
adalah: Al-Qur’an Surat An-Nisa:21 ”jika saudara-saudara itu lebih dari satu orang,
maka mereka bersekutu dalam sepertiga itu.” Ketentuan dalam mengatur pembiayaan musyarakah ini, telah diatur
dalam Fatwa Dewan Syariah, agar lebih mempermudah pihak perbankan dan nasabah dalam menjalankan pembiayaan musyarakah ini. Seperti pada Fatwa
DSN MUI No. 08DSN-MUI2000 dalam Sutedi 2009:83, terdapat beberapa ketentuan mengenai musyarakah antara lain:
1. pernyataan ijab dan kabul harus dinyatakan oleh pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak
akad, dengan memperhatikan ketentuan hal-hal berikut: i.
penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit
menunjukkan tujuan akad, penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat akad,
ii. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi atau
dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern. 2.
pihak-pihak yang melakukan akad harus cakap hukum, dan memperhatikan hal-hal berikut:
i. komponen dalam memberikan atau diberikan kekuasaan
perwakilan, ii.
setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam proses bisnis utama,
iii. setiap mitra memiliki hak menyediakan dana dan pekerjaan,
dan setiap mitra melaksanakan kerja sebagai wakil,
Universitas Sumatera Utara
iv. setiap mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau
menginvestasikan dana untuk kepentingan aktivitas musyarakah.
3. objek akad modal, kerja, keuntungan dan kerugian
a. Modal
Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau nilainya sama. Modal terdiri atas aset perdagangan, seperti barang-barang
properti dan sebagainya. b.
Kerja i.
partisipasi para mitra pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah, akan tetapi kesamaan porsi kerja bukanlah
merupakan syarat,
ii. setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas mana
pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalam akad.
c. Keuntungan
i. keuntungan harus dikuantitatifkan dengan jelas untuk
menghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuangan atau ketika penghentian musyarakah,
ii. setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsioanal
atau dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan diawal yang ditetapkan bagi seorang mitra,
iii. seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan
melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau persentase itu diberikan kepadanya,
iv. sistem pembagian keuntungan harus terutang dengan jelas
dalam akad. d.
Kerugian Kerugian harus dibagi diantara para mitra secara proporsional
menurut saham masing-masing dalam modal. e.
Biaya opersional dan persengketaan i.
biaya operasional dibebankan pada modal bersama, ii.
jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara para pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui badan arbitrasi syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Semua ketentuan pembiayaan musyarakah dijalankan oleh bank syariah agar pembiayaan ini dapat berjalan dengan lancar.
Universitas Sumatera Utara
Selain ketentuan, ada juga hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pembiayaan musyarakah, yakni rukun dan syarat musyarakah,
adapun rukun musyarakah dalam Veitzhal dan Andrian 2008:124 antara lain:
1. Pihak yang berakad
2. Objek akadproyek atau usaha modal dan kerja
3. Shighat Ijab Kabul
Penjelasan rukun musyarakah diatas sama dengan penjelasan pada rukun mudharabah, namun perbedaannya terletak pada besarnya kontribusi
atas manajemen dan keuangan atau salah satu diantara itu. Dalam mudharabah modal hanya berasal dari satu pihak, sedangkan dalam
musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih. Sedangkan syarat musyarakah dalam Nurhayati dan Wasilah 2009:139
antara lain: 1.
pelaku: para mitra harus cakap hukum dan baligh 2.
objek musyarakah objek musyarakah merupakan suatu konsekuensi dengan dilakukannya
akad musyarakah yaitu harus ada modal dan kerja.
3. ijab kabul
adalah pernyataan dan ekspresi saling rida atau rela diantara pihak- pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melaui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunitas modern,
4. nisbah
a. nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus
disepakati oleh para mitra diawal akad sehingga resiko perselisihan diantara para mitra dapat dihilangkan,
b. perubahan nasabah harus didasarkan kesepakatan kedua belah
pihak,
Universitas Sumatera Utara
c. keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar
perhitungan keuntungan tersebut misalnya bagi hasil atau bagi laba,
d. keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai
proyeksi akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan,
e. mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri
dengan menyatakan nilai nominal tertentu karena hal ini sama dengan riba dan dapat melanggar prinsip keadilan prinsip untung
muncul bersama risiko
f. pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun
diperbolehkan mengalokasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati, misalnya untuk organisasi kemanusiaan tertentu
atau untuk cadangan.
Berdasarkan uraian ketentuan musyarakah diatas, tidak hanya keuntungan yang diperhatikan, namun jika terjadi kerugian, juga akan
dibagi secara proporsional sesuai dengan porsi modal dari masing-masing mitra. Karena pembiayaan ini bersifat kemitraan.
Seiring berkembangnya zaman, musyarakah dalam perbankan pun dialokasikan untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang kontribusi,
industri, perdagangan dan jasa. Pembiayaan investasi, dapat dialokasikan untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang industri, pembiayaan secara
sindikasi baik untuk kepentingan kerja maupun investasi.
Contoh kasus untuk prinsip musyarakah misalnya Tn. Ridho hendak melakukan suatu usaha, tetapi kekurangan modal. Modal yang dibutuhkan
sebesar Rp40.000.000,- sedangkan modal yang dimilikinya hanya tersedia Rp20.000.000,-. Ini berarti Tn. Ridho kekurangan dana tersebut, beliau
Universitas Sumatera Utara
meminta bantuan kepada bank untuk menutupi kekurangan dana tersebut, modal usaha proyek sebesar Rp40.000.000,- dipenuhi oleh Tn. Ridho 50
ddan Bank Syariah 50. Jika pada akhirnya proyek tersebut memberikan keuntungan sebesar Rp15.000.000,- maka Bank Syariah Rp7.500.000,- 50
untuk Tn. Ridho Rp7.500.000,-. Dengan catatan pada akhir suatu usaha Tn. Ridho tetap akan mengembalikan uang sebesar Rp20.000.000,- ditambah
Rp7.500.000,- untuk keuntungan Bank Syariah dari bagi hasil.
3. Pengakuan dan Pengukuran Pembiayaan Musyarakah