Analisis Pengakuan Pendapatan Mudharabah PT. BNI Syariah cabang Medan

4. Analisis Pengakuan Pendapatan Mudharabah PT. BNI Syariah cabang Medan

Peneliti memaparkan contoh kasus mengenai pembiayaan mudharabah pada PT. BNI Syariah cabang Medan, yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak BNI Syariah sendiri. Adapun contoh kasus tersebut adalah: BNI Syariah menyalurkan pembiayaan ke CV. “T” sebesar Rp.1.000.000.000,- dengan skim mudharabah revenue sharing. Dan BNI Syariah menginginkan tingkat keuntungan bagi hasil dari penyaluran pembiayaan tersebut adalah 15 per tahun, dan CV. “T” tersebut kembali menyalurkan pembiayaan kepada para pedagang di daerah Sukaramai, Tembung dan sekitarnya dengan skim murabahah jual – beli dengan tingkat margin penjualan 40. Maka, tingkat bagi hasil yang ideal saling menguntungkan antara BNI Syariah dengan CV,”T” tersebut adalah: Perhitungan tingkat bagi hasilnya adalah 1540 x 100 = 37,5 untuk CV. “T” dan 62,5 untuk BNI Syariah. Pada tahun pertama Laporan Keuangan CV. “T” adalah sebagai berikut : Penjualan Rp.1.400.000.000,- Harga Pokok Penjualan Rp 1.000.000.000,- - Laba Kotor Penjualan Rp. 400.000.000,- Biaya Adm dan Penjualan Rp. 100.00.000,- Laba Bersih Penjualan Rp. 300.000.000,- - Universitas Sumatera Utara Karena yang dipakai adalah skim mudharabah revenue sharing maka bagi hasil yang diterima BNI Syariah adalah 37,5 x Laba kotor penjualan Rp.400.000.000,- = Rp 150.000.000,- dan untuk CV.”T” adalah Rp.250.000.000,- Berbeda kalau yang dipakai adalah skim mudharabah profit loss sharing maka bagi hasil yang diterima BNI Syariah adalah 37,5 x Laba bersih penjualan Rp.300.000.000,- = Rp.112.500.000,- dan untuk CV.”T” adalah Rp.187.500.000,- Dalam mengatur pengakuan dan pengukuran pendapatan mudharabah PT. BNI Syariah cabang Medan sudah menerapkan PSAK No. 105 tentang akuntansi mudharabah, karena lebih khusus dari pada PSAK No. 59. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengakuan dan pengukuran pendapatan PT. BNI Syariah cabang Medan antara lain: a mengenai dana mudharabah yang disalurkan, berdasarkan PSAK 105 paragraf 22 dinyatakan “bahwa penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan dari pengelola dana dan tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha”. Dan sekiranya bagian hasil usaha belum dibayar oleh pengelola, bagian tersebut diakui sebagai piutang PSAK 105 paragraf 24. Dimisalkan: Universitas Sumatera Utara Tabel 6.1 Realisasi Laba Bruto PT. X selama 10 bulan yang dilaporkan setiap tanggal 10 bulan berikutnya No. Bulan Jumlah Laba Bruto Rp Porsi Bank 30 Rp Tgl. Pelaporan Bagi hasil Tanggal pembayar an bagi hasil 1. Ags 20.000.000 6.000.000 10 Sept 10 Sept 2. Sept 50.000.000 15.000.000 10 Okt 10 Okt 3. Okt 45.000.000 13.500.000 10 Nov 10 Nov 4. Nov 40.000.000 12.000.000 10 Des 10 Des 5. Des 60.000.000 18.000.000 10 Jan 10 Jan 6. Jan 50.000.000 15.000.000 10 Feb 10 Feb 7. Feb 40.000.000 12.000.000 10 Mar 10 Mar 8. Mar 50.000.000 15.000.000 10 Apr 10 Apr 9. Apr 55.000.000 16.500.000 10 Mei 05 Jun 10. Mei 60.000.000 18.000.000 10 Jun 15 Jun Sumber: hasil wawancara Analisis: Piutang pendapatan bagi hasil mudharabah disajikan dalam neraca pada bagian aset. Akun ini merupakan sub-akun dari piutang. Adapun akun pendapatan bagi hasil mudharabah accrual disajikan dalam laporan laba rugi. Oleh karena bagi hasil tersebut belum berwujud kas, maka pendapatan bagi hasil accrual tidak diikutsertakan dalam perhitungan bagi hasil dengan nasabah. Untuk keperluan praktis, pendapatan bagi hasil secara accrual perlu dibedakan dengan pendapatan bagi hasil yang telah berwujud kas. Universitas Sumatera Utara b jenis investasi berupa kas atau non-kas, transaksi mudharabah pada PT. BNI Syariah cabang Medan dilakukan dengan menggunakan aset kas yang mengacu pada PSAK 105 paragraf 12 dan 13, berdasarkan PSAK tersebut dinyatakan bahwa dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan non-kas kepada pengelola dana dan pengukuran pendapatan mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan. c penurunan nilai investasi sebelum usaha dimulai, berdasarkan PSAK 105 paragraf 19, disebutkan bahwa jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang. d kerugian akibat kelalaian Salah satu ciri dari inve stasi mudharabah adalah ikut sertanya pemilik modal menanggung risiko jika terjadi kerugian usaha. Kerugian usaha mudharabah dapat dibedakan antara dua jenis, yaitu, kerugian pengelola dan kerugian bukan karena kelalaian pengelola. a. Kerugian disebabkan bukan karena kelalaian pengelola Berdasarkan PSAK 105 paragraf 21, disebutkan bahwa kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi, Universitas Sumatera Utara misalkan, untuk bagi hasil pada tabel 6.1 diatas untuk April, dilaporkan pada tanggal 10 Maret 20XB dilaporkan bahwa PT. X mengalami kerugian Rp 40 juta akibat bencana alam longsor yang mengenao pom bensin yang dikelola. Penyisihan kerugian sebesar Rp 40.000.000,- tersebut menunjukkan bahwa BNI Syariah menanggung 100 kerugian investasi mudharabah yang terjadi. Implikasi dari adanya penyisihan kerugian tersebut adalah berkurangnya pengembalian modal investasi mudharabah yang ditanggung BNI Syariah. b. Kerugian disebabkan karena kelalaian pengelola 1 Kerugian disebabkan karena kelalaian pengelola dan dipandang masih mampu melanjutkan usaha, berdasarkan PSAK 105 paragraf 23, disebutkan bahwa kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah, untuk bagi hasil pada tabel 6.1 bulan April, dilaporkan pada tanggal 10 Mei 20XB dilaporkan bahwa PT. X mengalami kerugian Rp 40.000.000,-. Setelah diteliti kerugian disebabkan oleh kesalahan mudharib, 2 Kerugian disebabkan karena kelalaian pengelola dan bangkrut, adapun kasus yang terjadi pada BNI Syariah cabang Medan, informasi singkat investasi mudharabah: Universitas Sumatera Utara - besarnya investasi BNI Syariah Rp 1.000.000,- - angsuran pokok dibayarkan 10x dalam setiap bulan 100.000,- - bagi hasil ditentukan berdasarkan nisbah dari proyeksi profit. Profit diproyeksikan besarnya 20.000bulan. Nisbah yang disepakati nasabah : BNI Syariah = 40:60 atau BNI Syariah diproyeksikan mendapatkan 12.000bulan - pencairan dilakukan 10 Januari 2009 - angsuran pokok dan bagi hasil dijadwalkan dibayar setiap tanggal 10, yaitu tanggal 10 Februari 2009 s.d 11 November 2009, biaya penyisihan penghapusan sebesar Rp 10.000 masuk ke LR, sedangkan penyisihan penghapusan sebesar Rp 10.000 masuk kesisi aset neraca. Selama bulan Februari, maret, dan April, nasabah secara rutin mengangsur pokok dan bagi hasil kepada BNI Syariah dengan jumlah sebagai berikut: bulan Februari: laba Rp 20.000,- porsi BNI Syariah 60 Rp 12.000,- dan jumlah angsuran Rp 100.000,- bulan Maret: laba Rp 22.000,- porsi BNI Syariah 60 Rp 13.000,- dan jumlah angsuran Rp 100.000, Universitas Sumatera Utara bulan April: laba Rp 19.000, porsi BNI Syariah 60 Rp 11.400,- dan jumlah angsuran Rp 100,000, pada 10 Februari 2009, nasabah mengangsur pokok dan bagi hasil. Realisasi profit Rp 20.000,- maka rekening nasabah sebesar Rp 100.000,- diakui sebagai investasi mudharabah, pendapatan bagi hasil sebesar Rp 12.000,- dan selanjutnya bulan Maret dan April juga demikian. Tetapi pada tanggal 10 Mei 2009, nasabah tidak mengangsur pokok dan bagi hasil, realisasi pokok adalah 0. atas kejadian ini BNI Syariah diketahui bahwa investasi mengalami kebakaran, maka saldo pokok investasi mudharabah yang belum terbayar adalah Rp 700.000,- besarnya investasi awal Rp 1.000.000,- dikurangi 3xangsuran pokok Rp 100.000,-. Maka rincian penyisihan: penyisihan yang harus dibentuk: 100x700.000=700.000 penyisihan yang telah dibentuk pada 31 Jan 09 = 10.000 kekurangan penyisihan adalah = 690.000 maka pada 31 Mei 2009 BNI Syariah mengakui adanya biaya penyisihan penghapusan sebesar Rp 690.000,- dan Universitas Sumatera Utara BNI Syariah melakukan penghapusbukuan atas investasi ini sebesar Rp 700.000,- dan pada tanggal 1 Juni 2010, nasabah dengan iktikad baik melakukan angsuran pokok investasi sebesar Rp 300.000,- karena kerugian ini disebabkan kelalaian nasabah, maka BNI Syariah mengakuinya sebagai rekening nasabah sebesar Rp 300.000,- dan penyisihan penghapusan Rp 300.000,-.

5. Analisis Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Musyarakah PT. BNI Syariah cabang Medan.