11
11 yang diciptakan oleh seorang, baik sebagai pekerjaan utama maupun pekerjaan
sampingan. Usaha ini dikelola dan dijalankan sendiri dengan asas kekeluargaan, aset yang dimiliki di bawah 200 juta, omset penjualan relatif kecil dengan modal
sendiri. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk usaha mikro relatif sederhana. Jam kerja usaha sesuai keinginan dari pemilik usaha baik pagi, siang,
sore, atau malam. Kebanyakan dari usaha mikro tidak terikat oleh peraturan atau ketentuan hukum, pendapatan yang diperoleh tidak menentu, dan biasanya untuk
melayani masyarakat menengah ke bawah.
2.3 Kendala Usaha Mikro
Usaha mikro telah banyak berkembang di Indonesia. Alokasi anggaran untuk usaha mikro di setiap daerah cukup besar dari total Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah APBD. Menurut Ina 2009:44 dari hasil penelitiannya pada maret 2006 menunjukkan beberapa hal yang menjadi kendala usaha mikro dalam
mengembangkan usahanya, yaitu: 1.
keterbatasan modal; 2.
kurangnya pembinaan dari bank atau lembaga penyalur dana berkaitan dengan aspek keuangan; dan
3. pasar dan pemasaran yang terbatas.
2.4 Rancangan Undang - Undang RUU Usaha Mikro
RUU perdagangan belum sepenuhnya membahas tentang usaha mikro, ada 3 pasal yang menyinggung tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM
antara lain sebagai berikut dalam Ina, 2009:45-46: 1.
BAB II tentang landasan, tujuan dan asas, penjelasan pasal 2 menyebutkan perlindungan kepada usaha kecil. Namun, bagaimana bentuk perlindungannya
belum ada pembahasan lebih lanjut, dan sampai sekarang masih saja ada peristiwa penggusuran untuk kegiatan usaha yang tidak berbadan hukum atau
sektor usaha kecil informal; 2.
BAB VI tentang perijinan pasal 20 butir 3, disebutkan pelaku usaha kecil perorangan yang meliputi pelaku usaha informal dan pelaku usaha kecil
12
12 tradisional dapat dikecualikan dalam pemilikan ijin usaha perdagangan.
Pelaku usaha kecil informal adalah usaha kecil yang belum terdaftar, tidak tercatat dan tidak mempunyai badan hukum. Tidak disebutkan bagaimana
dengan usaha mikro yang sulit memperoleh ijin usaha perdagangan sebagai syarat permohonan kredit, artinya adakah perlakuan khusus bagi usaha mikro
yang akan mengurus perijinan. Ini belum terakomodir pada RUU
Perdagangan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa untuk mengurus legalitas usaha ini berpotensi menciptakan biaya tinggi akibat adanya pungutan liar;
dan 3.
BAB VII tentang sarana perdagangan pasal 21, tentang perlunya kemitraan antara pasar modern, usaha mikro, dan usaha menengah. Ini semua akan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah PP. Bila PP nya belum ada sementara masalah kemitraan menjadi amat penting, bagaimana nasib
UMKM yang selama ini menjadi pihak yang lemah.
2.5 Perspektif Usaha Mikro