Perencanaan Perbaikan Kawat Tanah Tambahan Mendesain Sistem Proteksi Kawat Tanah pada SUTT 150 kV Berdasarkan I

Tabel 4.1 Tingkat isolasi dari isolator transmisi hantaran udara Tegangan sistem V LL kV Tegangan ke tanah V LN kV Tegangan lebih switching kV Jumlah piringan Tegangan lebih temporer kV Jumlah piringan Jumlah piringan yang diusulkan untuk dipasang 132 76 495 5 228 6 7,9,10 150 87 566 6 261 7 8,10,11,12 220 127 825 9 381 10 11,15,16 400 231 1115 13 762 20 22,24 500 289 1445 17 954 255 30,34 Dengan cara manual, sama seperti perhitungan perkiraan jumlah gangguan sebelumnya, maka dapat ditunjukkan perbedaan jumlah gangguan yang terjadi dengan jumlah piringan isolator yang berbeda-beda seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.2. Dari tabel tersebut dapat ditunjukkan jika jumlah piringan isolator semakin banyak yang dipergunakan, akan menghasilkan perkiraan jumlah gangguan yang semakin kecil. Dimana Isokreaunic Level I kl yang dipergunakan adalah 128, yaitu jumlah hari guruh I kl yang terjadi pada tahun 2008. Tabel 4.2 Pengaruh jumlah piringan isolator terhadap perkiraan jumlah gangguan n Jlh. Keping Isolator 10 11 12 13 14 N t gangguantahun 4,6748 3,6240 2,4446 1,4110 0,3737 Ket: Perhitungan berdasarkan Transmisi Sei Rotan – Tebing Tinggi

IV.3 Perencanaan Perbaikan Kawat Tanah Tambahan

Kawat tanah yang sudah dipergunakan setiap mendirikan SUTT, SUTET dan SUTUT, diakui dapat mengurangi jumlah gangguan akibat tegangan lebih akibat sambaran petir langsung maupun tidak langsung sambaran induksi. Pengurangan jumlah gangguan akibat tegangan lebih petir itu dapat terjadi dengan alasan : Universitas Sumatera Utara 1. Kawat tanah dapat menghalangi sambaran petir yang menuju kawat fasa, sehingga sambaran petir akan mengenai kawat tanah. 2. Kawat tanah dapat mengalirkan arus petir ke tahanan kaki menara, yaitu lewat tiang menara. 3. Peningkatan faktor kopling akan menyebabkan tegangan yang dibebani isolator akan semakin berkurang. Penambahan penggunaan kawat tanah pada saluran transmisi udara, bertujuan untuk meningkatkan kualitas perisaian kawat tanah pada transmisi tersebut atau untuk mengurangi jumlah gangguan akibat sambaran petir pada khususnya. Dengan penambahan penggunaan kawat tanah perisaian pada transmisi, misalnya pada Transmisi Sei Rotan–Tebing Tinggi yaitu dari dua kawat tanah menjadi tiga kawat tanah, akan mengurangi jumlah gangguan yang terjadi. Hal ini dapat ditunjukkan pada Tabel 4.3, dimana pengurangan perkiraan jumlah gangguan terjadi, jika transmisi tersebut menggunakan tiga kawat tanah. Pada perhitungan pengaruh jumlah kawat tanah terhadap perkiraan jumlah gangguan transmisi, jumlah piringan disc isolator yang dipergunakan adalah 12 disc, dan jumlahnya sama untuk setiap perhitungan yang ada. Dan struktur transmisi yang dipergunakan adalah Transmisi Sei Rotan–Tebing Tinggi. Tabel 4.3 Pengaruh jumlah kawat tanah terhadap perkiraan jumlah gangguan pada Transmisi Sei Rotan–Tebing Tinggi Tahun I kl Jumlah gangguan pada transmisi N t 2 kawat tanah 3 kawat tanah 2005 103 1,9644 1,6466 2006 104 1,9836 1,6658 2007 118 2,2517 1,9339 2008 128 2,4446 1,9788 2009 120 2,2887 1,9709 Universitas Sumatera Utara

IV.4 Mendesain Sistem Proteksi Kawat Tanah pada SUTT 150 kV Berdasarkan I

kl Lima Tahun Terakhir Kinerja sistem proteksi kawat tanah sangat mempengaruhi stabilitas penyaluran daya pada transmisi tegangan tinggi SUTT, SUTET, SUTUT. Jika kinerja sistem proteksi kawat tanah baik, maka kemungkinan jumlah gangguan yang akan terjadi akan semakin kecil dan demikian untuk sebaliknya. Untuk melindungi suatu transmisi, keberadaan kawat tanah belum tentu dapat menjamin keberhasilannya untuk menlindungi transmisi dari tegangan lebih petir. Keberhasilan kawat tanah untuk melindungi transmisi dari tegangan lebih petir didukung juga oleh: 1. Tegangan kritis isolator atau jumlah keping disc isolator yang dipergunakan pada menara transmisi. 2. Ketinggian menara tower dan ketinggian kawat tanah pada tengah gawang transmisi hantaran udara. 3. Besar tahanan kaki menara Tower Footing Resistance. Desain yang dilakukan hanya berdasarkan teori dan bukan untuk harus dipraktekkan di lapangan. Desain sistem proteksi kawat tanah yang akan dibahas adalah system perlindungan transmisi dengan kawat tanah yang didukung oleh alat pelindung transmisi lain misalnya isolator dan rata-rata jumlah hari guruh tahunan I kl rata-rata yang digunakan adalah jumlah hari guruh yang terjadi di Sumatera Utara. Berdasarkan Tabel 3.1 diperoleh rata-rata jumlah hari guruh tahunan yang terjadi adalah I kl rata-rata sebesar 115. Desain sistem proteksi kawat tanah pada transmisi udara untuk mengurangi jumlah gangguan berdasarkan pada Gambar 4.1. Dimana dari gambar tersebut dapat diambil data-data sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Penggunaan jumlah kawat tanah dibuat tetap dua kawat tanah, jarak antara kawat tanah s g sama dengan 5 m dan jenis kawat tanah sama seperti yang digunakan pada Transmisi Sei Rotan – Tebing Tinggi r g = 0,0048 m. 1 R a = 3,125 m 1R 2 2H = 63 m 1 2H = 57,4 m R I = 60,01 m 1R 4,75 m 0,875 m 3 m Bidang Referensi Bayang-bayang dari kawat sebenarnya Kawat fasa Kawat tanah earth wire Jari-jari kawat tanah r = 0,0048 m g 6,5 m Gambar 4.1 Desain kawat tanah untuk mengurangi jumlah gangguan transmisi 2. Ketinggian menara dimisalkan menjadi h t 31,5 m, sagging kawat tanah dimisalkan menjadi 5 m sehingga ketinggian kawat tanah pada pertengahan gawang h g adalah 26,5 m. Berdasarkan data-data dari Gambar 4.1, maka perhitungan perkiraan jumlah gangguan yang akan terjadi secara teori adalah sebagai berikut: 1. Jumlah sambaran yang akan terjadi pada transmisi. Berdasarkan Persamaan 2.4, maka jumlah sambaran yang akan terjadi sebagai berikut: N s = 0,15 x 115 {0,0133 31,5 + 2 x 26,5 + 0,1 x 4,75} N s = 27,58 sambaran100km-tahun Universitas Sumatera Utara Maka untuk Transmisi Sei Rotan–Tebing Tinggi yang mempunyai panjang total transmisi 53,48 km, maka jumlah sambaran yang akan terjadi adalah 13,24 sambaran dalam satu tahun. 2. Besar tegangan antara puncak menara tower-top dengan tanah. Besar tahanan kaki menara R tf dibuat konstan 8 ohm berdasarkan tahanan kaki menara Transmisi Sei Rotan – Tebing Tinggi. Maka untuk menghitung tegangan antara puncak menara dengan tanah, terlebih dahulu dihitung impedansi surja kawat tanah Z g dan impedansi surja petir Z s . Sesuai dengan Persamaan 2.15 dan Gambar 4.1, maka impedansi surja kawat tanah dapat dihitung sebagai berikut: Maka untuk sepanjang Transmisi Sei Rotan – Tebing Tinggi besar yang mempunyai panjang 53,48 km impedansi surja kawat tanah adalah 10160 Ω. Sedangkan untuk menghitung impedansi surja petir Z s dapat digunakan Persamaan 2.22 dan Gambar 4.1, sebagai berikut: Maka berdasarkan Persamaan 2.23, maka tegangan yang akan terjadi pada titik puncak menara dengan tanah adalah: Universitas Sumatera Utara 3. Besar tegangan yang akan terjadi pada isolator. Sebelum menghitung tegangan yang terjadi pada isolator terlebih dahulu dihitung nilai faktor kopling K f pada transmisi. Berdasarkan Persamaan 2.16 dan Gambar 4.1, maka faktor kopling dapat dihitung sebagai berikut: Berdasarkan Persamaan 2.24, maka besar tegangan yang akan terjadi pada menara dapat ditentukan, sebagai berikut: 4. Besar tegangan flashover isolator, diperoleh dari Tabel 3.3 dimana untuk jumlah isolator pada keadaan udara basah 13 disc, besar tegangan flashover isolatornya adalah 500 kV. 5. Oleh karena itu besar arus petir I s yang akan mengakibatkan flashover isolator adalah: I s = 500-122,4745,341 = 70,68 kA 6. Probabilitas arus puncak yang akan terjadi. Berdasarkan Persamaan 2.25, maka probabilitas arus ditentukan sebagai berikut: p i = 1,175 – 0,015 x 70,68 = 0,114 7. Perkiraan jumlah gangguan yang akan terjadi. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Persamaan 2.261, maka perkiraan jumlah gangguan yang akan terjadi adalah: N t = 0,114 x 0,6 x 13,24 = 0,9056 gangguantahun Berdasarkan perhitungan perkiraan jumlah gangguan di atas, dapat dibuat suatu pernyataan bahwa jumlah gangguan yang terjadi akan kecil dan diperkirakan tidak akan terjadi gangguan, hal ini terlihat dari perhitungan perkiraan jumlah gangguannya yang tidak mencapai satu kali gangguan dalam satu tahun, yaitu sebesar 0,9056 gangguantahun. Terutama jika transmisi tersebut menggunakan jumlah piringan isolator sebanyak 14 disc maka perkiraan jumlah gangguan yang akan terjadi adalah 0,1305 gangguantahun. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN