Parameter Pengelasan Studi Perbandingan Kekuatan Tarik Pada Pengelasan Plat Baja St 40 Tebal 3 mm Dengan Pengelasan Busur Listrik Menggunakan Arus 120 A Dan 140 A

- Dikhususkan hanya untuk las. Perbedaannya: - Carbon Arc Welding memakai fluks Coating, TIG memakai gas pelindung. - Elektroda pada Carbon Arc Welding ikut mencair sebagai logam pengisi, TIG elektrodanya tidak ikut mencair. - Carbon Arc Welding tidak perlu filler metal, TIG diperlukan filler metal.

2.5. Parameter Pengelasan

Kestabilan dari busur api yang terjadi pada saat pengelasan merupakan masalah yang paling banyak terjadi dalam proses pengelasan dengan SAW, oleh karena itu kombinasi dari Arus listrik I yang dipergunakan dan Tegangan V harus benar-benar sesuai dengan spesifikasi kawat elektroda dan fluksi yang dipakai. 1. Pengaruh dari Arus Listrik I Setiap kenaikan arus listrik yang dipergunakan pada saat pengelasan akan meningkatkan penetrasi serta memperbesar kuantiti lasnya. Penetrasi akan meningkat 2 mm per 100 A dan kuantiti las meningkat juga 1,5 Kgjam per 100 A. Gambar 2.3. Pengaruh Arus Listrik. Sumber: Dasar-dasar pengelasan, W. Keynyon terjemahan Dines Ginting. Sedangkan pengaruhnya terhadap kawat elektroda dengan diameter yang dipergunakan pada saat proses pengelasan adalah diammeter mm x 100-200 A. 2. Pengaruh dari Tagangan Listrik V Setiap peningkatan tegangan listrik V yang dipergunakan pada proses pengelasan akan semakin memperbesar jarak antara tip elektroda dengan material Universitas Sumatera Utara yang akan dilas, sehingga busur api yang terbentuk akan menyebar dan mengurangi penetrasi pada material las. Konsumsi fluksi yang dipergunakan akan meningkat sekitar 10 pada setiap kenaikan 1 volt tegangan. 3. Pengaruh Kecepatan Pengelasan Jika kecepatan awal pengelasan dimulai pada kecepatan 40 cmmenit, setiap pertambahan kecepatan akan membuat bentuk jalur las yang kecil Welding Bead, penetrasi, lebar serta kedalaman las pada benda kerja akan berkurang. Tetapi jika kecepatan pengelasannya berkurang dibawah 40 cmmenit cairan las yang terjadi dibawah busur api las akan menyebar serta penetrasi yang dangkal, hal ini dikarenakan over heat. 4. Pengaruh Polaritas arus listrik AC atau DC Pengelasan dengan kawat elektroda tunggal pada umumnya menggunakan tipe arus Direct Current DC, elektroda positif EP, jika menggunakan elektroda negatif EN penetrasi yang terbentuk akan rendah dan kuantiti las yang tinggi. Pengaruh dari arus Alternating Curret AC pada bentuk butiran las dan kuantiti pengelasan antara elektroda positif dan negatif adalah sama yaitu cenderung porosity, oleh karena itu dalam proses pengelasan yang menggunakan arus AC harus memakai fluks yang khusus. 5. Heat input Heat input atau energi per unit length pada proses pengelasan akan berpengaruh pada microstruktur lasan dan HAZ terutama nilai hardness dan impact. Heat input yang terlalu tinggi akan menyebabkan hot cracking, dan yang terlalu rendah akan menyebabkan cold cracking apalagi ditunjang dengan adanya hydrogen. Heat input yang ideal untuk pengelasan bergantung pada banyak factor, diantaranya jenis material, ketebalan material, jenis kampuh las, welding proses dll. Kadang -kadang untuk mempercepat proses pengelasan, diberikan heat input yang tinggi.Namun ada beberapa hal yg harus diperhatikan berkaitan dengan heat input, diantaranya menjaga preheat dan temperature cooling time. Untuk menentukan preheat dan cooling time bisa dilihat dari berbagai standar. Satu parameter yang bagus untuk menentukan cooling time ini yang disebut T85, Universitas Sumatera Utara artinya waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan temparatur lasan dari 800°C- 500 °C,untuk beberapa jenis steel fine grained,quenched and tempered T85 adalah10-25s. Jika T85 terlalu kecil hardness pada HAZ terlalu tinggi ada nilai maksimum dan Jika terlalu besar impact strength terlalu rendah ada nilai minimum. Siklus termal yang terjadi selama pengelasan dipengaruhi oleh masukan panas heat input yang diberikan. Besarnya masukan panas yang terjadi pada proses pengelasan tergantung pada factor-faktor seperti : 1. Daya hantar heat conductivity dari logam yang disambung. 2. Geometri seperti tebal logam yang disambung. 3. Janis sambungan dan bentuk alur. 4. Teknik pengelasan termasuk parameter las yang diterapkan. Besarnya masukan panas per satuan panjang las untuk pengelasan busur listrik diberikan oleh persamaan berikut : E = 0.5 CV 2 Dimana : E = Energi atau masukan panas joule C = Kapasitas Farads V = Tegangan listrik Volt Tidak seluruhnya energy panas yang diberikan itu digunakan untuk menyambung logam, tetapi sebagian akan hilang ke udara luar. Pada proses pengelasan masukan panas yang dapat diberikan tergantung pada kerapatan energy energy density dari teknik pengelasan tersebut. Semakin besar kerapatan energinya maka semakin rendah masukan panas yang diberikan untuk suatu proses pengelasan. Jenis logam dan kerapatan yang diberikan akan menentukan kecepatan pemanasan heating rate dari logam yang dilas. Masukan panas akan menentukan temperature tinggi yang terjadi pada logam las dan berarti mempengaruhi terhadap struktur mikro serta sambungan las. Universitas Sumatera Utara

2.6. Klasifikasi Kawat Elektroda Dan Fluksi