Ismuhadi : Analisa Pidana Hukum Dan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Penistaan Agama Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
Selanjutnya, mengenai hal ini orang beranggapan bahwa seorang individu yang melakukan peniruan imitasi dalam masyarakat memang besar sekali pengaruhnya
walaupun setiap kehidupan manusia itu mempunyai ciri khas tersendiri, namun harus kita akui bahwa orang-orang dalam hidupnya sehari-hari dan pendapatnya
sangat mengikuti keadaan dari lingkungan di sekitar mereka itu ataupun lingkungan di sekitar kita sangat dominant dalam menentukan arah hidup kita selanjutnya.
B. Pengertian Kejahatan ditinjau dari pandangan kriminologi
Kejahatan adalah suatu nama yang diberikan oleh orangmasyarakat untuk menilai perbuatan ataupun tingkah laku seseorang ataupun sekelompok orang sebagai
suatu perbuatan yang digolongkan ke dalam perbuatan jahat. Jadi, pengertian kejahatan ini adalah termasuk ke dalam pengertian yang relatif, yaitu tergantung kepada orang
yang memandang dan dari sudut mana dia memandangnya. Kejahatan di dalam KUHP terdapat di dalam buku II yang memuat tentang tindak pidana yang dinamakan
misdrijven atau kejahatan
37
37
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Eresco, Bandung, 1986, hal. 4
. Beberapa sarjana yang memberikan definisi tentang kejahatan, membagi
kejahatan dari 3 tiga sudut pandang, antara lain : 1. Kejahatan dipandang dari Segi Sosiologis
a. W.A. Bonger, menyatakan bahwa kejahatan dipandang dari sudut sosiologis adalah satu jenis gejala sosial, yaitu suatu kelakuan yang asosial dan amoral
yang tidak dikehendaki oleh kelompok pergaulan dan secara sadar ditentang oleh pemerintah.
Ismuhadi : Analisa Pidana Hukum Dan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Penistaan Agama Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
b. Paul Mudikno Moeliono menyatakan kejahatan adalah perbuatan manusia yang merupakan pelanggaran norma yang dirasakan merugikan, menjengkelkan
sehingga tidak boleh dibiarkan. Pengertian tidak boleh dibiarkan disini dimaksudkan bahwa apabila terjadi juga perbuatan tersebut, maka si pembuat
tersebut harus ditindak dan sarana yang paling tepat menindaknya adalah melalui sarana hukum, yaitu hukum pidana.
2. Kejahatan dipandang dari Segi Hukum Pengertian kejahatan dipandang dari segi hukum adalah perbatasan yang
dilarang oleh undang-undang dan barang siapa yang melakukan sesuatu perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang tersebut, maka ia akan dihukum. Jadi, tegasnya
kejahatan di sini adalah setiap perbuatan yang telah ditetapkan atau dirumuskan dalam suatu peraturan pidana.
3. Kejahatan dipandang dari segi kejiwaan Psikologis Setiap perbuatan manusia adalah dicerminkan oleh kejiwaan dari manusia
bersangkutan yang dalam tindakannya sampai dimana manusia itu dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma yang terdapat dalam masyarakatnya. Jadi dapat dikatakan
bahwa perbuatan jahat kejahatan adalah suatu tindakan perbuatan yang tidak sesuai dengan kesadaran hukum masyarakat tertentu tersebut yang oleh karena itu pula
perbuatan itu dapat dikatakan adalah tidak normal abnormal. Setelah melihat mengenai pengertian dari kejahatan itu tetapi masih belum
ditemui suatu keseragaman pendapat karena memang pada umumnya bahwa kejahatan itu diartikan tergantung kepada orang tertentu dan dari sudut mana dia memandang.
JE. Sahetapy menyatakan, bahwa pengkajian lebih lanjut dan pembagian dari gejala kejahatan dapat ditempuh melalui dua jalan, yaitu bentuk gejala kejahatan itu
Ismuhadi : Analisa Pidana Hukum Dan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Penistaan Agama Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
sendiri yang dapat dibahas dan dibagi menurut perbuatan atau perbuatan kelompok, tetapi perubuatan itu dapat juga dilihat sebagai ungkapan pelaku dan kemudian para
pelaku dijadikan dasar pembagian. 1. Pangkal tolak = perbuatan. Pembagian menurut perbuatan dapat dibagi dua,
bilamana dilihat pada cara tindak pidana dilakukan atau pada denda hukum dan nilai hukum yang menderita karena tidak pidana itu
38
Menurut cara melakukan sebagai suatu kemungkinan pembagian .
39
Menurut benda-benda hukum yang menderita, pada pokoknya hal ini dipakai sebagai dasar pembagian dalam hukum pidana terutama dalam Buku II, dimana
: a. perbuatan itu dilakukan sedemikian rupa, sehingga si korban dapat mengamati,
baik perbuatan maupun si pelaku, tanpa mempertimbangkan apakah si korban menyadari perbuatan itu sebagai tindak pidana atau tidak, misalnya
penganiayaan, penghinaan, perampokan, sejumlah bentuk perbuatan curang, banyak tidak pidana seksual, dan sebagainya.
Sebaliknya, perbuatan itu dibuat sedemikian rupa sehingga si korban tidak melihat perbuatan, pelaku atau kedua-duanya pada waktu hal itu dilakukan,
misalnya : penggelapan, penahanan, banyak bentuk pencurian biasa atau yang dikualifikasi, kebanyak tindak pidana pemalsuan dan peracunan.
b. perbuatan itu dilakukan dengan mempergunakan sarana-sarana bantu khusus alat-alat pertukangan, bahan kimia dan sebagainya atau tanpa yang disebut
tadi. c. perbuatan itu dilakukan dengan kekerasan fisik, dengan cara memaksa atau
secara biasa.
38
Ibid.
39
Ibid
Ismuhadi : Analisa Pidana Hukum Dan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Penistaan Agama Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009
pada tiap bab diberi judul = Kejahatan terhadap………………………. Juga dalam kriminologi dikenal selama ini pembagian sedemikian, dimana dibadakan
tindak pidana agresif, ekonomi, seksual, politik dan tindak pidana lain. 2. Pangkal tolak = si pelaku. Si pelaku juga disini terdapat dua cara, dapat dimulai
berdasarkan motif si pelaku atau berdasarkan sifat-sifat si pelaku.
C. Faktor-Faktor Penyebab Tindak Pidana Penistaan Agama