1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Investor secara umum memiliki dua pilihan aset untuk investasi, yaitu aset riil real assets dan aset keuangan financial assets. Aset riil real
assets termasuk aset yang memiliki kapasitas produktif seperti tanah, bangunan, pengetahuan dan mesin yang digunakan untuk memproduksi
barang serta para pekerja yang keahliannya diperlukan untuk memanfaatkan sumber daya tersebut. Sedangkan aset keuangan financial assets seperti
saham atau obligasi. Aset keuangan financial assets memiliki kontribusi secara tidak langsung terhadap kapasitas produktif suatu perekonomian,
karena aset ini memisahkan kepemilikan dan manajemen dalam suatu perusahaan dan memfasilitasi pemindahan dana untuk perusahaan dengan
peluang investasi yang menarik Bodie et al., 2006 : 4 Pembelian untuk investasi dalam aset riil dapat dilakukan secara
langsung lewat pabrik atau produsen yang menghasilkan aset tersebut, maupun lewat toko atau orang pribadi yang menjual aset tersebut. Sedangkan
pembelian untuk investasi dalam aset keuangan dapat dilakukan di pasar keuangan yang relatif bersifat jangka pendek seperti Surat Berharga Pasar
Uang SBPU maupun di pasar modal, dengan tujuan investasi jangka panjang.
2
Khusus untuk investasi dalam saham di Indonesia, investor dapat melakukannya di Bursa Efek Indonesia BEI. Dalam melakukan investasi
saham, investor secara umum dapat melakukan strategi aktif atau strategi pasif. Dalam strategi aktif pada dasarnya meliputi tindakan investor secara
aktif dalam melakukan pemilihan dan jual beli saham, mencari informasi, mengikuti waktu dan pergerakan harga saham serta berbagai tindakan aktif
lainnya untuk menghasilkan return abnormal. Di sisi lainnya, strategi pasif biasanya meliputi tindakan investor yang cenderung pasif dalam berinvestasi
pada saham dan hanya mendasarkan pergerakan sahamnya pada pergerakan indeks pasar. Artinya, investor tidak secara aktif mencari informasi ataupun
melakukan jual beli saham yang bisa menghasilkan return abnormal Eduardus Tandellin, 2010 : 329. Namun, untuk memperoleh suatu return,
investor harus mau menanggung risiko tertentu risk-return trade-off dan setiap investor harus mampu menghadapi dan atau melakukan perlindungan
atas aset investasi sesuai dengan kemampuannya menghadapi sebuah risiko tersebut. Agung D. Buchdadi, 2008 : 182.
Risiko dapat diartikan sebagai ketidakpastian tentang hasil earning yang akan diperoleh dimasa datang sebagai akibat perubahan secara
keseluruhan dari kondisi pasar. Akibat ketidakpastian ini, maka para pengambil keputusan sering bertanya tentang besarnya risiko kerugian yang
akan ditanggung jika kondisi pasar berubah menjadi jelek. Risiko harga saham merupakan risiko pasar , disebabkan perubahannya sangat dipengaruhi
oleh iklim investasi global.
3
Risiko yang dihadapi institusi keuangan secara umum dapat dibagi tiga menjadi risiko pasar, risiko kredit, dan risiko operasional, dimana investasi di
bursa saham digolongkan sebagai investasi yang memiliki risiko pasar. Pembagian risiko secara umum menjadi tiga kelompok bukan dimaksudkan
untuk meniadakan faktor risiko yang lain, hal ini lebih dikarenakan kesulitan dalam mengkuantifikasi suatu risiko. Risiko yang tidak dapat dikuantifikasi
akan lebih sulit dalam pengelolaannya. Sementara ini, model pengukuran risiko yang sudah berkembang secara garis besar masih sebatas ketiga risiko
tadi, dimana risiko-risiko lain di luar ketiganya, asalkan dapat dikuantifikasi, dapat dimasukkan ke dalam risiko operasional.
Dalam Amalia 2008 Risiko ini dicerminkan oleh volatilitas dari return yang diukur dengan standard deviation
σ sehingga di samping return, maka model atau cara untuk mengukur volatilitas juga perlu mendapat
perhatian khusus karena risiko ini juga harus dikelola manajemen risiko. Volatilitas portofolio saham dapat memiliki karakteristik homoskedastis atau
heteroskedastis. Volatilitas yang homoskedastis dapat dihitung dengan menggunakan deviasi standar, sedangkan untuk volatilitas yang memiliki
karakteristik heteroskedastis dapat diukur dengan EWMA Exponentially Weighted Moving Average.
Investor dapat mengurangi risiko dengan cara melakukan diversifikasi investasi. Diversifikasi investasi akan memberikan manfaat optimum apabila
return antar investasi dalam satu portofolio berkorelasi negatif. Harry M. Markowitz telah membuktikan bahwa risiko berinvestasi dapat dikurangi
4
dengan menggabungkan beberapa aset ke dalam sebuah portofolio. Metode markowitz menunjukkan bahwa apabila aset-aset keuangan dalam suatu
portofolio memiliki korelasi return yang lebih kecil dari positif 1, risiko portofolio secara keseluruhan dapat diturunkan. Risiko minimum akan
dicapai apabila korelasi return investasi adalah negatif sempurna. R.Agus Sartono dan Arie Andika, 2006 : 37.
Institusi-institusi financial dan juga para investor selalu ingin berusaha agar risiko bisa selalu dikuantifikasikan. Pengukuran-pengukuran tradisional
yang digunakan dalam mengkuantifikasikan risiko banyak kaitannya dengan pengukuran
sensitivitas. Pengukuran
risiko dengan
sensitivitas memperhatikan perubahan pada salah satu faktor risiko dan dampaknya
terhadap profit and loss suatu portofolio. Pengukuran-pengukuran tradisional hanya memberikan hasil dalam bentuk jumlah kerugian yang mungkin
dialami. Pengukuran-pengukuran tersebut tidak memberikan gambaran mengenai potensi atau probabilitas terjadinya kerugian-kerugian tersebut.
Selain itu, pengukuran-pengukuran tradisional tersebut digunakan pada aset- aset secara individual sehingga setiap aset memiliki metode pengukuran
risiko secara tersendiri. R. Agus Sartono dan Arie Andika, 2006 : 38. Masalah timbul ketika masing-masing aset tersebut digabungkan dalam
suatu kelompok produk ataupun sebuah portofolio. Seperti yang diketahui, perlu adanya diversifikasi dalam suatu kelompok produk atau portofolio agar
risiko berkurang. Pengukuran risiko menjadi sulit oleh karena banyaknya metode yang digunakan untuk mengukur risiko berbagai macam aset tersebut
5
yang digabungkan dalam suatu kelompok produk ataupun portofolio. R. Agus Sartono dan Arie Andika, 2006 : 38.
Dalam hal ini, setelah mengetahui volatilitas maka investor dapat memperkirakan dengan tingkat keyakinan level of confidence dan dalam
jangka waktu tertentu berapa potensi risiko penurunan nilai return value at risk. Fardiansyah menyatakan pengukuran risiko dengan metode Value at
Risk VaR saat ini sangat populer digunakan secara luas oleh industri keuangan di seluruh dunia. Sejalan dengan itu, peraturan pemerintah, dalam
hal ini peraturan Bank Indonesia No. 58PBI2003 tentang penerapan pengelolaan risiko bagi perbankan pada tahun 2008 dan surat edaran No.
521DPNP tanggal 29 September 2003 tentang penerapan metode VaR, menyebabkan pengembangan konsep VaR pada institusi perbankan
berkembang pesat. Agung D. Buchdadi, 2008 : 182-183. Salah satu kelebihan VaR adalah bahwa metode pengukuran ini dapat
diaplikasikan ke seluruh produk-produk financial yang diperdagangkan. Angka yang didapatkan merupakan hasil perhitungan secara agregat atau
menyeluruh terhadap risiko produk-produk sebagai suatu kesatuan. VaR juga memberikan estimasi kemungkinan atau probabilitas mengenai timbulnya
kerugian yang jumlahnya lebih besar daripada angka kerugian yang telah ditentukan. VaR juga memperhatikan perubahan harga aset-aset yang ada dan
pengaruhnya terhadap aset-aset yang lain. Hal ini memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap berkurangnya risiko yang diakibatkan
6
oleh diversifikasi kelompok produk atau portofolio. R.Agus Sartono dan Arie Andika, 2006 : 38.
Variabel standar deviasi dalam penghitungan VaR, seperti yang disajikan Agung D. Buchdadi 2007 dalam Jorion 2001 diasumsikan
distribusi normal. Namun demikian, beberapa penelitian menunjukkan asumsi distribusi normal dan unconditional variance kurang tepat apabila
diterapkan pada pergerakan pasar keuangan. Situngkir dan Surya 2006 mengemukakan penghitungan VaR pada pasar saham lebih tepat bila
memperhatikan skewness dan kelebihan kurtosis. Pohan 2004 menemukan distribusi tidak normal dan heteroscedasticity pada reksadana saham selama
tahun 2001-2002, dan Karahap 2005 menemukan hal yang sama pada portofolio mata uang asing.
Salah satu pendekatan yang banyak digunakan untuk menghadapi fenomena conditional variance adalah metode Exponentially Weighted
Moving Average EWMA yang dikembangkan J.P. Morgan. Penelitian ini akan menghitung VaR dengan pendekatan EWMA pada portofolio saham di
Indonesia dengan tujuan memberikan gambaran mengenai profil risiko pasar bagi investor pasar modal di Indonesia. Secara khusus penelitian ini akan
memilih objek portofolio saham-saham yang tergabung dalam indeks LQ45. Penelitian ini memerlukan exposure sebagai nilai posisi asset yang akan
dihitung nilai risikonya VaR, dan digunakan dua nilai exposure yaitu nilai berdasarkan asumsi sebesar Rp 100.000.000 dan nilai dari harga penutupan
saham di akhir periode penelitian. Selain itu penelitian ini memilih batasan
7
waktu pengamatan pada tahun 2007-2010 karena pergerakan pasar modal selama tahun ini menarik untuk diminati mengingat selama tahun tersebut
krisis keuangan global masih berlangsung dan mengakibatkan kondisi pasar keuangan dunia menjadi terpuruk, termasuk pasar modal di Indonesia.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah distribusi empiris return saham mengikuti pola distribusi normal?
2. Apakah distribusi empiris return saham memiliki karakteristik volatilitas yang homoskedastis atau heteroskedastis?
3. Berapakah potensi kerugian setiap saham dan portofolio saham LQ45 dengan menggunakan Value at Risk pendekatan Exponentially
Weighted Moving Average EWMA dengan exposure berdasarkan asumsi sebesar Rp 100.000.000 ?
4. Berapakah potensi kerugian setiap saham dan portofolio saham LQ45 dengan menggunakan Value at Risk pendekatan Exponentially
Weighted Moving Average EWMA dengan exposure berdasarkan harga penutupan saham akhir periode penelitian?
8
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menentukan nilai risiko Value at Risk portofolio optimum saham LQ45 dengan pendekatan EWMA
Exponentially Weighted Moving Average. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan yang
terdapat pada bagian perumusan masalah , antara lain : 1. Return saham mengikuti pola distribusi normal atau tidak
2. Return saham memiliki karakteristik volatilitas homoskedastis atau heterokedastis
3. Untuk menilai potensi kerugian maksimal dari setiap saham dan portofolio LQ45 dengan menggunakan exposure berdasarkan asumsi
sebesar Rp 100.000.000 4. Untuk menilai potensi kerugian maksimal dari setiap saham dan
portofolio LQ45 dengan menggunakan exposure berdasarkan harga penutupan saham akhir periode penelitian
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada : 1. Para analis dan investor di pasar saham Indonesia akan dapat
memperoleh gambaran yang jelas mengenai model yang tepat dari Value at Risk untuk mengukur salah satu risiko pasar yaitu volatilitas
return dari saham-saham LQ45, sehingga dalam pengambilan
9
keputusan investasinya dapat memperhitungkan apakah risiko yang ditanggung sesuai dengan return yang diharapkan.
2. Perusahaan yang sahamnya tergabung dalam LQ45 dapat mengevaluasi performa saham perusahaan tersebut dengan mengetahui VaR dari
portofolio terpilih. 3. Para akademisi dapat mengambil manfaat penelitian ini sebagai kasus
nyata yang dapat digunakan dalam penelitian manajemen keuangan dan dapat menjadi pelengkap penelitian-penelitian yang lain serta dapat
mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Investasi
Investasi secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan harta. Selain daripada itu tujuan investasi
merupakan suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat sekarang ini, dengan tujuan untuk memperoleh
sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang. Ahmad Rodoni, 2009 : 46 Dalam kamus istilah pasar modal dan keuangan kata investasi diartikan
sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Kamus lengkap ekonomi, investasi
didefinisikan sebagai penukaran uang dengan bentuk-bentuk kekeayaan lain, seperti saham atau harta tidak bergerak yang diharapkan dapat ditahan
selama periode waktu tertentu supaya menghasilkan pendapatan. Investasi dalam arti luas, berarti mengorbankan dolar sekarang untuk
dolar pada masa depan. Pengorbanan terjadi saat sekarang ini dan memiliki kepastian. Hasilnya baru akan diperoleh kemudian dan besarnya tidak pasti.
Pada beberapa kasus, elemen waktu merupakan faktor yang mendominasi. Pada kasus lain, risiko menjadi atribut yang dominan. Namun bisa juga baik
waktu maupun risiko menjadi factor yang penting. William et al., 2005 :1.
11
Menurut Tandelilin 2010:1 Investasi dapat diartikan sebagai komitmen untuk menananmkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan
memperoleh keuntungan di masa datang. Dengan kata lain, investasi merupakan komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang sacrife
current consumption dengan tujuan memperbesar konsumsi di masa datang. Seorang investor yang berinvestasi dengan harapan memperoleh
keuntungan dimasa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi. Salah satu alasan utama melakukan investasi
adalah mempersiapkan masa depan sedini mungkin melalui perencanaan kebutuhan yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan saat ini. Adanya
suatu perencanaan investasi adalah jauh lebih baik daripada tidak sama sekali.
1. Proses Investasi
Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor membuat keputusan investasi pada sekuritas yaitu sekuritas
yang akan dipilih, seberapa banyak investasi tersebut, dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut
diperlukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menentukan Tujuan Investasi
Ada tiga hal yang dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan expected rate of return, tingkat
12
risiko rate of risk, dan ketersediaan jumlah dana yang diinvestasikan.
b. Melakukan Analisis Sekuritas Tahap ini berarti melakukan analisis terhadap suatu efek atau
sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk mengidentifikasikan efek yang salah harga mispriced, apakah
harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Untuk itu, ada dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu :
1 Pendekatan Fundamental Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi yang
diterbitkan oleh emiten maupun oleh administrator bursa efek. 2 Pendekatan Teknikal
Pendekatan ini didasarkan pada dataperubahan harga saham dimasa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham
dimasa mendatang. c. Pembentukan Portofolio
Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa
proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masing-masing sekuritas tersebut.
13
d. Melakukan Revisi Portofolio Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya,
dengan maksud kalau dirasa bahwa portofolio yang sekarang dimiliki tidak lagi optimal, atau tidak sesuai dengan preferensi
risiko pemodal, maka pemodal dapat melakukan perubahan terhadap sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio tersebut.
e. Evaluasi Kinerja Portofolio Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja
performance portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Ahmad Rodoni,
2009 : 38 – 39
2. Investasi Saham
Pengertian saham Bodie, et al, 2006 : 59 adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan terhadap sebuah perusahaan. Masing-
masing lembar saham biasa mewakili satu suara tentang segala hal dalam pengurusan perusahaan dan menggunakan suara tersebut dalam
rapat tahunan perusahaan dan pembagian keuntungan. Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. 2001 : 5 Saham
dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
14
Wujud saham adalah, selembar kertas yang mnerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat
berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Walaupun
demikian tidak semua saham memiliki hak tersebut. Tergantung dari jenis saham yang dimiliki oleh seorang investor. Ada beberapa sudut
pandang untuk membedakan saham Sabar Warsini, 2009 : 32 : a
a .
. Berdasarkan cara pengalihanpemindahan tangan dibedakan :
1 Saham atas nama registered stocks yaitu saham dimana identitas pemiliknya tertera pada lembaran saham.
2 Saham atas unjuk bearer stock, tanpa identitas pemilik, sehingga pemegang saham itulah pemilik saham.
b b
. .
Berdasarkan hak tagihan, ada dua jenis saham yaitu : 1 Saham biasa common stocks
Saham biasa merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh emiten untuk memperoleh dana dari
masyarakat dan merupakan jenis yang paling popular di Pasar Modal. Karakteristik saham biasa adalah :
a Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan dilikuidasi.