PENDAHULUAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong Tahun 2014

diharapkan dan berdampak buruk bagi produktivitas perawat Irwady dalam Minarsih, 2011. RSUD Cibinong merupakan rumah sakit terbesar di kabupaten bogor sehingga menjadi rumah sakit pusat rujukan untuk seluruh wilayah yang berada di kabupaten Bogor yang memiliki 233 tempat tidur, 16 pelayanan dan 747 pegawai yang diantaranya 265 adalah tenaga perawat yang terdiri dari 142 perawat di ruang rawat inap RSUD Cibinong Unit Kepegawaian RSUD Cibinong, 2014. Berdasarkan data sekunder pencapaian kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD Cibinong kurang dari 50 padahal standar kemenkes 70. Hal ini juga diakui oleh kepala komite keperawatan yang menyatakan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap kurang dari 50. Kurangnya kinerja perawat pelaksana dirasakan pula oleh keluarga pasien rawat inap. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 keluarga pasien di ruang rawat inap, tujuh diantaranya tidak puas terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap dikarenakan sering terjadinya keterlambatan penanganan infus yang ada di ruang rawat ianp RSUD Cibinong. Hal ini disebabkan karena d i ruang rawat inap RSUD Cibinong rasio perawat dan pasien 1:3. Padahal berdasarkan standarisasi ketenagaan rumah sakit pemerintah, yang ditetapkan permenkes RI.NO.262Men.KesPerVII1997, ratio perawat dengan pasien adalah 1:1. Berdasarkan profil RSUD Cibinong tahun 2012 pencapaian Turn Over Interval TOI dan Bed Turn Over BTO melebihi standar yang telah ditetapkan. TOI RSUD Cibinong adalah 0,92 hari padahal standar TOI 1-3 hari dan BTO RSUD Cibinong 90 kali padahal standar BTO adalah 40-50 kali. Hal tersebut 4 menimbulkan beban kerja yang besar sehingga mempengaruhi lingkungan kerja yang tidak nyaman yang berdampak rendahnya produktivitas kerja perawat pelaksana Sitohang, 2006. Selain itu berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada perawat pelaksana di ruang rawat inap menyatakan dari 15 perawat pelaksana di ruang rawat inap, 8 diantaranya mengatakan rendahnya kesempatan berprestasi bagi perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD cibinong. Hal ini diperkuat dengan pengakuan kepala komite keperawatan yang menyatakan tidak bisa memastikan pelatihan keperawatan dilakukan setiap tahun karena pelatihan keperawatan baik internal maupun eksternal jarang diselenggarakan. Rendahnya kesempatan berprestasi juga merupakan salah satu faktor yang menurunkan produktivitas kerja perawat. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD Cibinong Tahun 2014”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan data sekunder pencapaian kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD Cibinong kurang dari 50 padahal standar kemenkes 70. Hal ini juga diakui oleh kepala komite keperawatan yang menyatakan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap kurang dari 50. Kurangnya kinerja perawat pelaksana dirasakan pula oleh keluarga pasien rawat inap. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan 10 keluarga pasien di ruang rawat inap, tujuh diantaranya tidak puas terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap 5 dikarenakan sering terjadinya keterlambatan penanganan infus yang ada di ruang rawat ianp RSUD Cibinong. Hal ini disebabkan karena di ruang rawat inap RSUD Cibinong rasio perawat dan pasien 1:3. Berdasarkan profil RSUD Cibinong tahun 2012 pencapaian Turn Over Interval TOI dan Bed Turn Over BTO melebihi standar yang telah ditetapkan oleh Depkes. TOI RSUD Cibinong adalah 0,92 hari padahal standar TOI 1-3 hari dan BTO RSUD Cibinong 90 kali padahal standar BTO adalah 40-50 kali. Hal tersebut menimbulkan beban kerja yang besar sehingga mempengaruhi lingkungan kerja yang tidak nyaman yang mempengaruhi rendahnya produktivitas kerja perawat pelaksana. Selain itu berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada perawat pelaksana di ruang rawat inap menyatakan dari 15 perawat pelaksana di ruang rawat inap, 8 diantaranya mengatakan rendahnya kesempatan berprestasi bagi perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD cibinong. Hal ini diperkuat dengan pengakuan kepala komite keperawatan yang menyatakan t idak bisa memastikan pelatihan keperawatan dilakukan setiap tahun karena pelatihan keperawatan baik internal maupun eksternal jarang diselenggarakan. Rendahnya kesempatan berprestasi juga merupakan salah satu faktor yang menurunkan produktivitas kerja perawat. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014. 6 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 ? 2. Bagaimana gambaran faktor- faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 ? 3. Apakah ada hubungan antara variabel motivasi dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 ? 4. Apakah ada hubungan antara variabel tingkat penghasilan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 ? 5. Apakah ada hubungan antara variabel lingkungan kerja dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 ? 6. Apakah ada hubungan antara variabel kesempatan berprestasi dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 ? 7. Apakah ada hubungan antara variabel manajemen dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 ? 8. Apakah ada hubungan antara variabel status gizi dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 ? 7 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor- faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran produktivitas kerja perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 2. Diketahuinya gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 3. Diketahuinya hubungan antara variabel tingkat penghasilan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 4. Diketahuinya hubungan antara variabel lingkungan kerja dengan produktivitas kerja perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 5. Diketahuinya hubungan antara variabel kesempatan berprestasi dengan produktivitas kerja perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 6. Diketahuinya hubungan antara variabel manjemen dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 7. Diketahuinya hubungan antara variabel status gizi dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RS UD Cibinong tahun 2014 8 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Bagi RSUD Cibinong Manfaat penelitian bagi RSUD Cibinong adalah memberikan saran dan kritik yang`dapat berguna bagi manajemen rumah sakit sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pengembangan RSUD Cibinong untuk meningkatkan produktivitas kerja hingga terciptanya pelayanan rumah sakit yang bermutu. Informasi yang bisa didapat oleh RSUD Cibinong adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Cibinong. 1.5.2 Manfaat bagi perawat Manfaat penelitian bagi perawat adalah dapat menjadi acuan untuk perbaikan produktivitas kerja perawat dengan melihat faktor- faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong. 1.5.3 Manfaat Bagi Peneliti Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman praktis kepada peneliti tentang semua proses penelitian dari pembuatan kuisioner, menyebarkan kuesioner sampai menginterpretasikan hasil dan analisis penelitian sehingga peneliti mengetahui faktor- faktor yang 9 berhubungan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong. 1.5.4 Manfaat Bagi Pembaca Bagi Pembaca diharapkan penelitian ini dapat lebih memacu penelitian-penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dengan judul faktor- faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Cibinong tahun 2014. Objek penelitian ini adalah perawat pelaksana yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Cibinong tahun 2014. Waktu penelitian pada bulan April-Mei 2014. Penelitian ini dilakukan karena pencapaian kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong dibawah standar kemenkes, penelitian ini penting untuk dilakukan agar dapat mengetahui faktor- faktor apa saja yang berhubungan dengan produktivitas perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk dapat meningkatkan pencapaian kinerja perawat pelaksana di rumah sakit tersebut. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produktivitas 2.1.1 Produktivitas Secara Umum Filosofi produktivitas sudah ada sejak awal peradaban manusia karena makna produktivitas adalah keinginan the will dan upaya effort manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan di segala bidang. Menurut Encyclopedia Britanica 1982 disebutkan bahwa produktivitas dalam ekonomi berarti rasio dari hasil yang dicapai dengan pengorbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan sesuatu. Sedangkan menurut formulasi National Productivity Board NPB Singapura, dikatakan bahwa produktivitas adalah sikap mental attitude of mind yang mempunyai semangat untuk melakukan peningkatan perbaikan. 2.1.2 Produktivitas Kerja Produktivitas kerja bukan semata- mata ditujukan untuk mendapatkan hasil kerja sebanyak-banyaknya, melainkan kualitas untuk kerja juga penting diperhatikan. Sebagaimana diungkapkan bahwa produktivitas individu dapat dinilai dan apa yang dilakukan oleh individu tersebut dalam kerjanya. Dengan 11 kata lain, produktivitas individu adalah bagaimana seseorang melaksanakan pekerjaannya atau unjuk kerja. Orang yang produktif akan menggambarkan potensi, persepsi dan kreatifitas yang senantiasa menyumbangkan kemampuannya agar bermanfaat bagi dirinya dan lingkungan Sedarmayanti, 2009. Produktivitas kerja lebih dari sekedar ilmu teknologi dan teknik- teknik manajemen akan tetepi mengandung filosofi dan sikap yang didasarkan pada motivasi yang kuat untuk secara terus menerus berusaha mencapai mutu kehidupan yang lebih baik. Kongres produktivitas sedunia ke IV di Oslo norwegia 1984 dalam stefanus emanuel, 1998. Pada dasarmya produktivitas mencakup sikap mental patriotik yang memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada keyakinan diri bahwa kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini Sinungan,2003. Sikap yang demikian membuat seorang selalu mencari perbaikan dan peningkatan. Orang yang mempunyai sikap tersebut terdorong untuk menjadi dinamis, kreatif, inovatif serta terbuka, tetapi kritis terhadap ide- ide baru dan perubahan-perubahan. Menurut Hakim 2009 indikator produktivitas kerja adalah pencapaian tujuan, kreatifitas, tingkat pelayanan dan umpan balik. Kreativitas ini meliputi kreatif dalam memecahkan masalah, kreatif dalam memanfaatkan waktu kerja dan waktu luang . Ditambahkan pentingnya kreatifitas pada produktivitas. Sesuai dengan Sinamo dalam Kartikasari 2008 dengan nilai produktif maka setiap masyarakat memanfaatkan waktunya sebaik dan 12 sekreatif mungkin untuk membuat hal-hal yang positif dan generasi mudah juga akan lebih produktif untuk belajar dan menghasilkan karya juga prestasi. perilaku kerja yang produktif seperti rajin, hemat, bersemangat, teliti, tekun, ulet, sabar, akuntabel, responsibel, berintegritas, menghargai waktu, menghargai pengetahuan, kreatif, inovatif, dan sebagainya Sinamo dalam kartikasari, 2008. Berdasarkan teori diatas kreatifitas penting karena perawat yang kreatif dalam memecahkan masalah dan memanfaatkan waktu kerja dan waktu luang akan menghasilkan output yang produktif. Kreatifitas juga merupakan salah satu ciri-ciri dari perilaku orang yang produktif. Cara meningkatkan kreativitas antara lain : a. Mengadakan pelatihan terkait asuhan keperawatan Tujuan diadakan pelatihan adalah untuk meningkatkan kreatifitas perawat pelaksana terkait asuhan keperawatan. b. Perawat manajer meningkatkan kreativitas melalui kepekaan yang memberikan perhatian dan memberlakukan perawat dengan baik. Manajer yang kompeten secara professional memberikan inspirasi untuk kreativitas dengan memberikan pujian kepada perawat pelaksana karena dengan memberikan pujian perawat pelaksana akan merasa hasil kerjanya dihargai dan perawat akan terus meningkatkan hasil kerjanya. c. mengadakan curah pendapat ditujukan untuk meningkatkan kreatifitas pegawai Swanburg, 1995. 13 Budaya produktif dirumuskan sebagai totalitas kesadaran, pikiran, perasaan, sikap, dan keyakinan yang mendasari, menggerakkan, mengarahkan, serta memberi arti pada seluruh perilaku dan proses produktif dalam suatu sistem produksi. Sinamo dalam kartikasari, 2008. Menurut Mulianto 2006 beberapa faktor yang sangat menunjang dan menentukan dalam keberhasilan usaha peningkatan produktivitas kerja perawat yaitu dukungan penuh semua manajer yaitu manajer tingkat atas, tingkat menengah dan tingkat bawah untuk meningkatkan produktivitas kerja perawat, komunikasi yang efektif antar perawat, partisipasi atau keikutsertaan semua perawat dari segala lapisan bila ada kegiatan yang berkaitan dengan hal penunjang kinerja khususnya perawat seperti pelatihan, usaha ya ng terus-menerus dan terprogram dengan cara setiap ruang rawat inap memiliki standar program kerja, ada organisasi atau pejabat yang bertanggung jawab dalam usaha peningkatan produktivitas dan selalu mengadakan pemantauan serta melakukan tindak lanjut seperti diadakan penghargaan bagi perawat di ruang rawat inapnya yang memiliki program kerja diatas standar sehingga perawat diberikan stimulus untuk bekerja lebih baik. Usaha peningkatan produktivitas dilakukan secara terus menerus dan dilakukan pemantauan, e valuasi, tindak lanjut, dan apresiasi kepada mereka yang berhasil memberikan kontribusi Mulianto, 2006. 14