Perkawinan dalam Pandangan Hukum Positif Penutup

13 hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Pernikahan merupakan cara yang dipilih Allah SWT sebagai jalan bagi manusia untuk beranak-pinak, berkembang-biak, dan melestarikan hidupnya setelah masing-masing pasangan siap melakukan perannya yang positif dalam mewujudkan tujuan pernikahan. Allah SWT tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan secara anarkis tanpa aturan. Demi menjaga kehormatan dan martabat kemuliaan manusia, Allah SWT mengadakan hukum sesuai dengan martabatnya, sehingga hubungan antara laki-laki dan perempuan itu telah saling terikat. Bentuk pernikahan ini telah memberi jalan yang aman pada naluri seks, memelihara keturunan dengan baik dan menjaga kaum perempuan agar tidak laksana rumput yang bisa dimakan oleh binatang ternak dengan seenaknya. Pergaulan suami isteri menurut ajaran Islam diletakkan di bawah naluri keibuan dan kebapakan sebagaimana ladang yang baik yang nantinya menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang baik dan menghasilkan buah yang baik pula. 5 Oleh karena itu, perkawinan menurut hukum Islam merupakan sebuah ikatan lahir batin yang suci dan mulia antara pasangan pria dan wanita yang bertujuan membentuk keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, yakni keluarga yang penuh ketenangan, penuh cinta kasih dan selalu mengharapkan limpahan rahmat dari Allah SWT. Selain itu perkawinan merupakan sebuah ibadah dalam rangka mentaati perintah Allah SWT. 5 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah Beirut: Dar al-Fikr, 1983, jilid 2, hlm. 5. 14

B. Hukum Perkawinan Menurut Fikih

Segolongan fuqaha, yakni Jumhur ulama, berpendapat bahwa nikah itu sunah hukumnya. Golongan Zhahiriy berpendapat bahwa nikah itu wajib. Sedang para ulama Malikiyah mutaakhirin berpendapat bahwa nikah itu wajib untuk sebagian orang, sunah bagi sebagian lainnya, dan mubah untuk segolongan lainnya lagi. Silang pendapat ini disebabkan, apakah bentuk kalimat perintah dalam ayat dan hadis-hadis yang berkenaan dengan masalah ini harus diartikan wajib, sunah ataupun mubah. 6 Perkawinan dalam kaitannya dengan pelaksanaan syariat, hukumnya termasuk anjuran mustahab bagi orang yang membutuhkan atau ingin berhubungan seksual dengan syarat mempunyai biaya nikah dan bertujuan demi menjaga agama, melanggengkan keturunan dan melestarikan nasab serta mewujudkan kemaslahatan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi: 7 ء ﺎ ﺟ و Artinya:“Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu serta berkeinginan untuk menikah, maka hendaklah ia menikah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukan pandangan mata dan 6 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqh Islam Tinjauan Antar Madzhab Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001, hlm. 222. 7 Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’i; Mengupas Masalah Fiqhiyah Berdasarkan Al- Qur’an dan Hadits, hlm. 452.