4
menjalin tali persaudaraan di antara dua keluarga dari pihak suami dan pihak istri dengan berlandaskan pada etika dan estetika yang bernuansa ukhuwah
basyariyah dan Islamiyah.
5
Akan tetapi, kadang sesuatu yang sakral tersebut dijadikan sebuah permainan bagi segilintir orang sehingga mengkaburkan makna
pernikahan itu sendiri sebagai suatu yang agung, indah dan suci. Di Indonesia perkawinan yang sah adalah perkawinan yang dilakukan
menurut perundang-undangan yang berlaku. Bagi orang Islam perkawinan yang sah adalah perkawinan yang dilaksanakan menurut hukum Islam seperti yang
disebutkan dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 serta dicatat menurut ayat 2 pada pasal yang sama. Setelah itu sesuai dengan sunnah
Nabi Muhammad SAW diumumkan melalui walimah supaya diketahui orang banyak. Akan tetapi, dalam kenyataannya masih banyak dijumpainya pernikahan
yang dilakukan dengan tidak mengikuti yang telah ditetapkan dalam undang- undang tersebut, seperti pernikahan yang dilakukan di bawah tangan atau yang
lebih kita kenal dengan sebutan perkawinan siri. Nikah siri atau perkawinan yang dilakukan di bawah tangan maksudnya
ialah bahwa perkawinan itu tetap dilakukan dengan memenuhi baik rukun-rukun maupun syarat-syarat yang telah ditentukan menurut hukum Islam. Namun,
pelaksanaannya tidak dilakukan melalui pendaftaran atau pencatatan di Kantor Urusan Agama KUA yang mewilayahi tempat tinggal mereka. Tidak sahnya
5
Muhammad Asmawi, Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan Yogyakarta: Darussalam, 2004, hlm. 114.
5
nikah siri atau perkawinan di bawah tangan menurut hukum negara juga memiliki dampak negatif bagi status anak yang dilahirkan di mata hukum, yakni
anak yang dilahirkan dianggap sebagai anak yang tidak sah.
6
Sehingga anak hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibu. Artinya
bahwa si anak tidak mempunyai hubungan hukum terhadap ayahnya. Di dalam akta kelahirannya pun statusnya dianggap sebagai anak luar nikah, sehingga
hanya dicantumkan nama ibu yang melahirkannya. Keterangan sebagai anak luar nikah dan tidak tercantumnya nama si ayah akan berdampak sangat mendalam
secara sosial dan psikologis bagi si anak. Bagi suami perkawinan siri juga dapat merugikan dirinya sendiri, yaitu
ketika istri meninggal lebih dahulu maka ia tidak berhak atas harta gono-gini dan juga tidak mendapat warisan. Bagi umat Islam Indonesia, aturan Allah SWT
tentang kewarisan telah menjadi hukum positif yang dipergunakan dalam Peradilan Agama dalam memutuskan kasus pembagian maupun persengketaan
berkenaan dengan harta warisan tersebut. Perkawinan siri merupakan bentuk perkawinan di Indonesia yang masih
kontroversial, maka penulis tertarik untuk mengkaji masalah ini. Sehingga
penulis berinisiatif menulis skripsi dengan judul “Praktik Perkawinan Siri serta Akibat Hukum terhadap Kedudukan Istri, Anak dan Harta
Kekayaannya Analisis Perbandingan Fikih dan Hukum Positif ”.
6
Idris Ramulyo, Hukum Pernikahan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan Agama dan Zakat Menurut Hukum Islam Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hlm. 71.
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Mengingat begitu luasnya masalah perkawinan siri tersebut, penulis membatasi dengan pokok permasalahan, yaitu tentang perkawinan siri serta
akibat yang terjadi terhadap kedudukan istri, anak dan harta kekayaannya. Adapun perumusan masalah berdasarkan pembatasan masalah di atas,
penulis rinci dalam bentuk pertanyaan, antara lain: 1. Bagaimana pandangan fikih terhadap perkawinan siri?
2. Bagaimana pandangan hukum positif terhadap perkawinan siri? 3. Bagaimana akibat hukum perkawinan siri terhadap kedudukan istri, anak dan
harta kekayaannya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penilitian ini, antara lain: 1. Mengetahui pandangan fikih terhadap perkawinan siri.
2. Mengetahui pandangan hukum positif terhadap perkawinan siri. 3. Mengetahui bagaimana akibat hukum perkawinan siri terhadap kedudukan
istri, anak dan harta kekayaannya. Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari skripsi
ini antara lain: 1. Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan tentang
fikih dan hukum positif dalam hal perkawinan siri serta dampak hukumnya terhadap terhadap kedudukan istri, anak dan harta kekayaannya.
7
2. Dapat berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan sebagai bahan bacaan dan literatur serta dapat dijadikan rujukan terhadap masalah-masalah yang
berkaitan. 3. Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi orang-orang yang ingin melakukan
perkawinan siri.
D. Studi Review Terdahulu
1. Tindakan Perkawinan Siri di Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang, sebuah skripsi yang disusun oleh Achmad Husairi pada tahun 2010. Skripsi
ini meneliti tentang perkawinan siri yang terjadi di Kecamatan Karang Tengah, berisi tentang faktor-faktor terjadinya perkawinan siri, dampaknya
bagi keluarga serta tindakan dan argumentasi masyarakat terhadap
perkawinan siri. 2. Dampak Poligami Melalui Nikah Siri terhadap Keharmonisan Keluarga
Studi Kasus di Kelurahan Sarua Indah Ciputat, disusun oleh Mirzan Ghulammahmad pada tahun 2009. Sebagaimana yang tercatat dalam judul,
penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sarua Indah Ciputat, yang meneliti dan mengkaji masalah poligami yang dilakukan dengan perkawinan siri serta
dampaknya terhadap keharmonisan rumah tangga. 3. Pengaruh Nikah Siri terhadap Kewarisan “Analisis Putusan Pengadilan
Agama Jakarta Timur Perkara Nomor 921Pdt. G2007PAJT”, yang disusun oleh Elluyah Al’aros pada tahun 2010. Skripsi ini mengkaji secara
8
detail Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Nomor Perkara 921Pdt. G2007PAJT tentang Sengketa Waris.
Ketiga skripsi di atas, meskipun bertema serupa akan tetapi berbeda secara prinsip dan pembahasan dengan skripsi yang akan penulis bahas.
Pertama, skripsi ini membahas tentang perkawinan siri dari segi fikih sekaligus hukum positif Indonesia. Kedua, analisis perbandingan perkawinan siri antara
fikih dan hukum positif Indonesia.
E. Metode Penelitian
Untuk mengkaji pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan penelitian hukum kualitatif dan penelitian hukum normatif atau
penelitian hukum kepustakaan yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka.
7
Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain: 1. Bahan hukum primer bahan-bahan hukum yang mengikat, yaitu terdiri dari
Al-Quran, Hadis, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam hal ini adalah segala peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
masalah dalam skripsi ini. 2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, antara lain; tafsir, buku-buku umum, jurnal, dokumen dan referensi-referensi lain yang berhubungan dengan skripsi ini.
7
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, hlm. 13.
9
3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti
kamus dan ensiklopedia. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan
library research atau studi kepustakaan, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik komperatif secara kualitatif yaitu membandingkan
tinjauan fikih dan hukum positif terhadap permasalahan yang ada. Adapun teknik penulisan dalam skripsi ini sesuai dengan buku pedoman
penulisan skripsi, tesis dan disertasi yang ditertibkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari 5 lima bab dan masing-masing bab mempunyai sub-sub bab. Secara sistematis bab-bab itu terdiri dari:
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini penulis akan menguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
studi review terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Perkawinan dalam Pandangan Fikih
Bab ini menguraikan tentang perkawinan menurut fikih, hukum perkawinan menurut fikih, rukun dan syarat perkawinan dalam fikih,
serta pencatatan perkawinan dalam pandangan fikih.