Tingkat Ketaatan Masyarakat terhadap Resep Dokter Dalam Menggunakan Obat di Kelurahan Sudirejo I Medan

(1)

TINGKAT KETAATAN MASYARAKAT TERHADAP RESEP DOKTER DALAM MENGGUNAKAN OBAT DI KELURAHAN SUDIREJO I MEDAN

Oleh:

SHOLAHUDDIN ADLAN S 070100207

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

TINGKAT KETAATAN MASYARAKAT TERHADAP RESEP DOKTER DALAM MENGGUNAKAN OBAT DI KELURAHAN SUDIREJO I MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

SHOLAHUDDIN ADLAN S 070100207


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Ketaatan Masyarakat terhadap Resep Dokter Dalam Menggunakan Obat di Kelurahan Sudirejo I Medan

Nama : SHOLAHUDDIN ADLAN S NIM : 070100207

Pembimbing Penguji I

(dr. Datten Bangun, Msc Sp.FK) (dr. Tina Christina L Tobing, SpA) NIP: 130349092 NIP: 196109101987122001

Penguji II

(dr.Juliandi Harahap, MA) NIP : 197007021998021001

Medan, Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Ketaatan pasien dalam melakukan pengobatan merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pengobatan, di samping faktor-faktor lain, yaitu ketepatan diagnosis, ketepatan pemilihan obat, ketepatan aturan dosis, cara pemberian dan faktor sugestif/kepercayaan penderita terhadap dokter maupun terhadap obat yang diberikan. Ketidaktaatan dapat memperlama masa sakit atau meningkatkan keparahan penyakit.

Penelitiaan ini bertujuaan untuk mengetahui tingkat ketaatan pasien terhadap resep yang diberikan dokter dan mengetahui hambatan pasien terhadap resep yang diberikan dokter. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Subjek penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Sudirejo I Medan. Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling yaitu semua subjek yang memenuhi kriteria sampai jumlah subjek terpenuhi. Subjek diwawancarai dengan menggunakan kuesioner, kemudian data diolah dengan menggunakan SPSS 17.

Dari hasil penelitiian diperoleh yang tergolong baik sebanyak 13%, dan yang tergolong sedang sebanyak 68%, sedangkan yang tergolong kurang sebanyak 19%. Dari angka-angka tersebut terlihat jelas bahwa rata-rata Tingkat Ketaatan Masyarakat terhadap Resep Dokter dalam Menggunakan Obat di Kelurahan Sudirejo I Medan adalah dalam kategori sedang.


(5)

ABSTRACT

Patient obedience to get the treatment is a determinant factor for the success in the treatment besides other factors such as diagnosis accuracy, precise medicine selection, dosage taken accuracy and patients trust/suggestive to the physician and the medicine given. Disobedience may prolong the pain and even it may increase the disease as the effect of unexpected influence such as worse medical condition.

This research is intended to know the patient obedience rate to the prescription order and to know the hindrances faced by patients to the prescription ordered by the physician. This research is deskriptif with a cross sectional design. The subject of the research is the population at Sudirejo I area Medan. The sample is taken using consecutive sampling, it means the subjects who meet the criteria untilthe number of sample met. The subjects are interviewed using the questionnaire. The data is analyzed using SPSS 17.

The results of the research show that the figure which is categorized good is for 13%, and categorized medium for 68%, whereas categorized worse for 19%. From the figure, it can be seen that the average of the people obedience to the prescription ordered by the physician in using the medicine at Sudirejo I area is categorized medium.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan KTI (Karya Tulis Ilmiah) ini yang berjudul “Tingkat Ketaatan Masyarakat terhadap Resep Dokter dalam Menggunakan Obat di Kelurahan Sudirejo I Medan”. Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedoteran Universitas Sumatera Utara.

Dan dalam kesempatan ini saya juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing saya, dr. Datten Bangun, Msc Sp.Fk selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan KTI ini. Dan juga saya ucapkan terima kasih kepada dr. Tina Christina L Tobing, SpA dan dr. Juliandi Harahap, MA selaku dosen penguji yang telah bersedia meguji, memberikan masukan dan saran kepada saya.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan KTI ini. Untuk itu, saya mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca, dan penulis.

Medan, November 2010 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Diagram ... viii

Daftar Lampiran ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1.Ketaaata ……... 4

2.1.1.Definisi Ketaatan……... 4

2.1.2.Hambatan Ketidaktaatan... 5

2.1.3.Pencegahan Ketidaktaatan ... 6

2.2.Obat ... 8

2.2.1.Definisi ... 8

2.2.2.Penggolongan Obat ... 8

2.3.Resep ... 9

2.3.1.Pengertian Resep ... 9

2.3.2.Tujuan Penulisan Resep ... 10


(8)

2.4.Dosis ... 12

2.4.1.Pengertian Dosis ... 12

2.4.2.Macam-macam Dosis ... 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 13

3.1.Kerangka Konsep Penelitian ... 13

3.2.Defenisi Operasional dan Variabel ... 13

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 15

4.1.Jenis Penelitian ... 15

4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

4.3.Populasi dan Sampel Penelitian ... 15

4.4.Metode Pengumpulan Data ... 16

4.5.Pengolahan dan Analisis Data ... 17

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 18

5.1.Hasil Penelitian ... 18

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 18

5.1.2. Karakteristik Responden ... 19

5.1.3. Hasil Analisa Data ... 20

5.2.Pembahasan ………..……….. 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

6.1. Kesimpulan ... 39

6.2. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 41 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan

Usia ... 19 Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan

Jenis Kelamin ... 19 Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan


(10)

DAFTAR DIAGRAM

Nomor Judul Halaman

Diagram 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan

ketegori tingkat ketaatan ... 21 Diagram 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase kategori tingkat

ketaatan berdasarkan jenis kelamin ……….…..22 Diagram 5.3. Distribusi frekuensi dan persentase kategori tingkat

ketaatan berdasarkan pendidikan terakhir ………... 23

diagram 5.4. Distribusi frekuensi dan persentase reponden dalam menebus resep dari dokter ... 24

Diagram 5.5. Distribusi frekuensi dan persentase responden

lupa dalam meminum obat ... 25 Diagram 5.6. Distribusi frekuensi dan persentase responden

yang mendapat penjelasan dari dokter cara meminum

obat yang diberikan ...26 Diagram 5.7. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan

responden tentang cara meminum obat 3 kali sehari... 27 Diagram 5.8. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan

responden cara meminum obat sebelum makan...28 Diagram 5.9. Distribusi frekuensi dan persentase responden

cara meminum obat setelah makan ... 29 Diagram 5.10. Distribusi frekuensi dan persentase responden dalam

menghabiskan obat yang diberikan dokter ...30 Diagram 5.11. Distribusi frekuensi dan persentase responden yang


(11)

Diagram 5.13. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan

responden akibat ketidaktaatan minum obat ... 33 Diagram 5.14. Distribusi frekuensi dan persentase responden yang

meminta pada dokter untuk membuatkan jadwal

meminum obat sesuai aktivitasnya ... 34 Diagram 5.15. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuaan

responden tentang efek samping dari setiap


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Informed Consent Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Lampiran 5 Ethical Clereance

Lampiran 6 Uji Validitas dan Reabilitas Lampiran 7 Master Data


(13)

ABSTRAK

Ketaatan pasien dalam melakukan pengobatan merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pengobatan, di samping faktor-faktor lain, yaitu ketepatan diagnosis, ketepatan pemilihan obat, ketepatan aturan dosis, cara pemberian dan faktor sugestif/kepercayaan penderita terhadap dokter maupun terhadap obat yang diberikan. Ketidaktaatan dapat memperlama masa sakit atau meningkatkan keparahan penyakit.

Penelitiaan ini bertujuaan untuk mengetahui tingkat ketaatan pasien terhadap resep yang diberikan dokter dan mengetahui hambatan pasien terhadap resep yang diberikan dokter. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Subjek penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Sudirejo I Medan. Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling yaitu semua subjek yang memenuhi kriteria sampai jumlah subjek terpenuhi. Subjek diwawancarai dengan menggunakan kuesioner, kemudian data diolah dengan menggunakan SPSS 17.

Dari hasil penelitiian diperoleh yang tergolong baik sebanyak 13%, dan yang tergolong sedang sebanyak 68%, sedangkan yang tergolong kurang sebanyak 19%. Dari angka-angka tersebut terlihat jelas bahwa rata-rata Tingkat Ketaatan Masyarakat terhadap Resep Dokter dalam Menggunakan Obat di Kelurahan Sudirejo I Medan adalah dalam kategori sedang.


(14)

ABSTRACT

Patient obedience to get the treatment is a determinant factor for the success in the treatment besides other factors such as diagnosis accuracy, precise medicine selection, dosage taken accuracy and patients trust/suggestive to the physician and the medicine given. Disobedience may prolong the pain and even it may increase the disease as the effect of unexpected influence such as worse medical condition.

This research is intended to know the patient obedience rate to the prescription order and to know the hindrances faced by patients to the prescription ordered by the physician. This research is deskriptif with a cross sectional design. The subject of the research is the population at Sudirejo I area Medan. The sample is taken using consecutive sampling, it means the subjects who meet the criteria untilthe number of sample met. The subjects are interviewed using the questionnaire. The data is analyzed using SPSS 17.

The results of the research show that the figure which is categorized good is for 13%, and categorized medium for 68%, whereas categorized worse for 19%. From the figure, it can be seen that the average of the people obedience to the prescription ordered by the physician in using the medicine at Sudirejo I area is categorized medium.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diagnosis yang tepat, pemilihan obat serta pemberian obat yang benar dari tenaga kesehatan ternyata belum cukup untuk menjamin keberhasilan suatu terapi jika tidak diikuti dengan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat. Menurut laporan WHO, kepatuhan rata-rata pasien pada terapi terhadap penyakit di negara maju hanya sebesar 50% sedangkan di negara berkembang, jumlah tersebut bahkan lebih rendah (WHO,2003).

Menurut Departement of Health and Human Services (DHHS) tahun 1990, 48% dari seluruh penduduk Amerika Serikat, gagal mengikuti regimen pengobatan. Dan 32 % pasien yang mendapat perintah pengulangan resep dari dokter tidak mengulangi pembelian resep tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh The New England Journal Of Medicine menunjukan bahwa pasien tidak mematuhi pengobatan yang diberikan dokter di sebabkan kerena kelupaan 30%, dan kurang informasi tentang penggunaan obat yang di berikan sekitar 9% (Osterberg,2005).

Ketaatan didefenisikan sebagai seberapa jauh prilaku seseorang (dalam hal menggunakan obat, mengikuti diet, atau mengubah gaya hidup) sesuai dengan nasehat medis atau saran kesehatan, sehingga tidak terjadi hal yang membahayakan hasil terapi pasien (Rantucci, 2009).

Ketaatan pasien dalam melakukan pengobatan merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pengobatan, di samping faktor-faktor lain, yaitu ketepatan diagnosis, ketepatan pemilihan obat, ketepatan aturan dosis dan cara pemberian dan faktor sugestif/kepercayaan penderita terhadap dokter maupun terhadap obat yang diberikan. Namun ironis sekali kenyataan, bahwa di satu pihak ketelitian pemeriksaan dan diagnosis semakin modern, namun di lain pihak ketaatan untuk melakukan pengobatan dari pihak pasien seringkali rendah sekali.


(16)

Ketidaktaatan jelas akan menyebabkan menurunnya keberhasilan terapi, di samping dampak ekonomiknya (Rantucci, 2009).

Terminologi yang paling popular dalam literature kesehatan saat ini adalah ketaatan (adherence = percaya dan mengikuti), sedangkan istilah ketekunan (persistence) berarti ketaatan jangka panjang. Seharusnya bila suatu informasi disampaikan oleh seorang professional kesehatan, dan selanjutnya informasi ini diterima, dipahami, diingat, dan dipercayai oleh pasien, hasilnya akan berupa ketaatan (Rantucci, 2009).

Ketidaktaatan dapat memeperlama masa sakit atau meningkatkan keparahan penyakit dan sejumlah akibat yang tidak diingikan, seperti sakit bertambah lama atau kondisi medis memburuk sehingga pasien perlu perawatan di rumah sakit atau akibat ekstrem, yaitu kematiaan.. Selain itu ketidaktaatan dapat menyebabkan dokter berasumsi bahwa diagnosis penyakit salah. Asumsi ini muncul akibat buruknya respon terhadap obat. Hal ini dapat mengakibatkan dokter melakukan lebih banyak tes dan mungkin memberikan tambahan obat baru. Akhirnya, timbul biaya sangat besar yang harus ditanggung oleh masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan, yaitu tidak hanya biaya yang dikeluarkan untuk mengobati akibat ketidaktaatan yang membahayakan, tetapi juga biaya obat-obatan yang terbuang percuma (Rantucci, 2009).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang ketaatan pasien dengan tema Tingkat Ketaatan Pasien terhadap Resep Dokter, yang dalam hal ini di lakukan di Kelurahan Sudirejo I Medan.

1.2. Rumusan Masalah


(17)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat ketaatan pasien terhadap resep yang diberikan dokter.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hambatan ketaatan pasien terhadap resep yang diberikan dokter.

2. Meningkatkan ketaatan pasien terhadap resep dokter.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Untuk Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang tingkat ketaatan pasien terhadap resep dokter.

2. Untuk Responden

Sedikit banyak dapat menambah wawasan dan pengetahuan responden tentang bahaya ketidaktaatan terhadap resep dokter.

3. Untuk Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data untuk penelitian selanjutnya tentang upaya pencegahan dan pengendalian ketidaktaatan resep dokter ataupun lainnya, tergantung dari tema dari penelitian selanjutnya.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dari latar belakang masalah di atas, maka pada bab ini akan dibahas lebih lanjut tentang ketaatan pasien dan obat serta resep dokter yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini.

2.1. Ketaatan

2.1.1. Definisi Ketaatan

Ketaatan didefenisikan sebagai seberapa jauh perilaku seseorang (dalam hal menggunakan obat, mengikuti diet, atau mengubah gaya hidup) sesuai dengan nasehat medis atau saran kesehatan, sehingga tidak terjadi hal yang membahayakan hasil terapi pasien. Karena ketidaktaatan akan menyebabkan sejumlah akibat yang tidak diinginkan, seperti sakit bertambah lama atau kondisi medis memburuk sehingga pasien perlu perawatan di rumah sakit atau rawatan rumah atau akibat ekstrem, yaitu kematian. Akhirnya, timbul biaya sangat besar yang harus ditanggung oleh masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan yaitu tidak hanya biaya yang dikeluarkan untuk mengobati akibat ketidaktaatan yang membahayakan, tetapi juga biaya obat-obatan yang terbuang percuma dan kehilangan waktu kerja (Rantucci, 2009).

Ada lima masalah yang berkaitan dengan ketidaktaatan, yaitu: 1. Menggunakan atau mendapatkan obat yang benar, tetapi terlalu sedikit. 2. Menggunakan atau mendapatkan obat yang benar, tetapi terlalu banyak. 3. Frekuensi minum obat yang tidak sesuai.


(19)

2.1.2. Hambatan Dalam Ketaatan

Hambatan dalam ketaatan sehingga menyebabkan terjadinya ketidaktaatan yang teridentifikasi meliputi berbagai faktor pasien dan kepercayaan pasien, sifat komunikasi antara pasien dan profesional kesehatan, dan berbagai faktor perilaku (Rantucci, 2009).

1. Faktor pasien

a. Merasa penyakitnya tidak serius. b. Merasa pengobatan tidak efektif.

c. Pandangan negatif dari keluarga dan teman atau kurangnya dukungan sosial. d. Pengalaman dengan pengobatan sedikit atau memiliki pengalaman buruk

dengan pengobatan.

e. Kurang pengetahuan tentang penyakit yang diderita (Rantucci, 2009). 2. Faktor Komunikasi

a. Kurang penjelasan yang eksplisit, tepat, jelas, jumlahnya memadai, dan termasuk menerima tanggapan.

b. Tingkat pengawasan medis rendah.

c. Kurang informasi yang seimbang tentang resiko dan efek samping.

d. Strategi yang dilakukan oleh dokter untuk mengubah sikap dan kepercayaan pasien kurang.

e. Kepuasan pasien dalam berinteraksi dengan dokter rendah atau tidak ada sama sekali.

f. Dokter dianggap tidak ramah dan kurang perhatian.

g. Dokter tidak membiarkan pasien terlibat dalam membuat keputusan (Rantucci, 2009).

3. Hambatan Ketaatan a. Durasi terapi panjang.

b. Munculnya efek merugikan atau efek samping.

c. Tidak dapat membaca, kemampuan kognitif rendah, hambatan bahasa. d. Hambatan fisikis/finansial untuk mendapatkan obat (Rantucci, 2009).


(20)

2.1.3. Pencegahan Ketidaktaatan

Dalam mengembangkan perencanaan untuk mencegah ketidaktaatan, dokter harus memikirkan alasan untuk taat dan hambatan untuk tidak taat. Perhatian harus difokuskan pada tiga aspek penting dalam konseling pasien, yaitu komunikasi dengan pasien, pemberian informasi, dan strategi mencegah ketidaktaatan.

1. Komunikasi dengan pasien

Dokter harus melibatkan pasien dalam diskusi untuk membangun hubungan dengan pasien. Komunikasi lebih lanjut harus terjadi untuk memungkinkan dokter bergerak maju melalui proses asuhan kefarmasian untuk mendapatkan informasi yang tepat, menentukan metode untuk mencegah ketidaktaatan, serta melaksanakan metode tersebut. Aspek-aspek komunikasi dengan pasien yang dapat membantu mencegah ketidaktaatan pasien antara lain kepuasan pasien, nada bicara, sifat, isi, frekuensi, dan metode komunikasi (Rantucci, 2009).

2. Pemberian informasi

Ada sejumlah faktor terkait pemberian informasi yang harus diperhatikan dalam mencegah ketidaktaatan:

a. Persuasif : bergantung pada sifat persuasif dokter dalam komunikasi dan seberapa keras usaha dokter memotivasi pasien.

b. Informasi penggunaan obat : pasien harus selalu diberi instruksi yang benar, sesuai, dan lengkap, antara lain berapa banyak obat digunakan, kapan obat digunakan, berapa lama penggunaan obat harus dilanjutkan termasuk informasi pengulangan resep.

c. Informasi tentang penyakit, cara kerja, dan waktu kerja obat : pasien memerlukan informasi tentang kondisi penyakitnya dan cara kerja obat dalam mengatasi kondisi tersebut. Pasien juga harus diberitahu tentang waktu yang


(21)

d. Informasi efek samping : pasien harus diberi tahu tentang tanda-tanda dari setiap efek samping umum yang mungkin terjadi. Pemberian informasi tentang efek samping dan efek merugikan menurunkan ketidaktaatan pasien dengan mengurangi rasa takut dan memungkinkan suatu penanganan masalah dengan cara yang lebih sesuai.

e. Teknik khusus : informasi mengenai teknik menggunakan obat, bila diperlukan, dan cara mengingat penggunaan obat juga perlu diberikan untuk mengurangi kemungkinan ketidaktaatan

f. Jumlah dan tingkat : tidak boleh terlalu komprehensif atau terlalu terperinci agar pasien dapat menyerap atau memahami informasi yang diberikan, yaitu informasi harus sesuai dengan tingkat pendidikan, ketidakmampuan, pasien (kondisi fisik atau kondisi mental yang membatasi pasien, serta keadaan emosional pasien (Rantucci, 2009).

3. Strategi untuk mencegah ketidaktaatan

Karena ketidaktaatan dipandang sebagai perilaku yang dipengaruhi oleh kepercayaan, pengalaman, dan sebagainya, berbagai strategi perilaku direkomendasikan untuk mencegah ketidaktaatan. Strategi tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Dokter dan pasien bekerja sama untuk menyederhanakan jadwal pemakaian obat dengan mengurangi jumlah obat, mengurangi jumlah interval dosis per hari, dan mengatur regimen dosis agar lebih sesuai dengan kegiatan rutin pasien.

b. Dokter memberikan alat pengingat dan pengatur pemakaian obat (misalnya, wadah tablet yang dilengkapi alarm atau tempat obat yang tersusun sesuai pendosisan) dan grafik terpisah untuk mengecak penggunaan obat.

c. Dokter mengingatkan pasien melalui telepon atau surat tentang pengulangan resep.


(22)

d. Dokter juga melibatkan pasangan pasien dan anggota keluarga lainnya untuk mrngingatkan dan mendorong pasien menggunakan obat yang diresepkan (Rantucci, 2009).

2.2. Obat 2.2.1. Defenisi

Obat adalah semua bahan kimia tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun menyembuhkan penyakit (Syamsuni, 2006).

2.2.2. Penggolongan Obat

Macam-macam penggolongan obat: 1. Menurut kegunaan obat:

a. Untuk menyembuhkan penyakit (terapeutik) b. Untuk mencegah (profilaktik)

c. Untuk diagnosis (diagnostik) 2. Menurut cara kerja

a. Lokal : obat yang bekerja pada jaringan setempat.

b. Sistemik : obat yang didistribusikan ke seluruh tubuh melalui oral. 3. Menurut undang-undang :

a. Narkotik : obat yang diperlukan dalam bidang pengobatan dan IPTEK dan dapat menimbulkan ketergantungan dan ketagihan yang sangat merugikan masyarakat.

b. Psikotropika : obat yang mempengaruhi proses mental, merangsang, atau menenangkan, mengubah pikiran, perasaan atau kelakuan orang.


(23)

- Diberi tanda khusus lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi hitam dan huruf “K” yang menyentuh garis tepinya.

- Semua obat baru, kecuali dinyatakan oleh pemerintah tidak berbahaya. - Semua sedian parental/injeksi/invus intravena.

d. Obat bebas terbatas : obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dalam bungkus aslinya dari produsen/pabriknya dan diberi tanda lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam serta diberikan tanda peringatan. e. Obat bebas : obat yang dapat dibeli secara bebas dan tidak membahayakan

bagi si pemakai dalam batas dosis yang dianjurkan, diberi tanda lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam.

4. Menurut sumber obat

a. Tumbuhan (flora, nabati) b. Hewan (fauna, hayati) c. Mineral (pertambangan) d. Sintesis (tiruan/buatan) e. Mikroba/fungi/jamur 5. Menurut bentuk sediaan obat

a. Bentuk padat : serbuk, tablet, pil, kapsul, supositoria b. Bentuk setengah padat : salep, krim, pasta, cerata, gel/jelly.

c. Bentuk cair/ larutan : potio, sirup, eliksir, obat tetes, gargarisma, clysma, epithema, injeksi, infus intravena, douche, lotio, dan mixturae.

d. Bentuk gas : inhalasi/spray/aerosol (Syamsuni, 2006).

2.3. Resep

2.3.1. Pengertian Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan atau membuat, meracik serta menyarahkan obat kepada pasien. Resep asli tidak boleh diberikan kembali


(24)

setelah obatnya diambil oleh pasien, hanya dapat diberikan copy resep atau salinan resepnya (Syamsuni, 2006).

Resep adalah wujud akhir kompetensi dokter dalam medical care, mengaplikasikan ilmu pengetahuan-keahlian dan keterampilannya dibidang farmakologi dan terapeutik kepada pasien. Secara teknis resep artinya pemberian obat secara tidak langsung, ditulis jelas dengan tinta, tulisan tangan pada kop resep resmi kepada pasien, format, dan kaedah penulisan sesuai dengan dan per Undang-Undangan yang berlaku. Permintaan tersebut disampaikan kepada farmasis/apoteker di apotek agar diberikan obat dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu sesuai permintaan kepada pasien yang berhak (Jas, 2009).

Resep asli harus di simpan di apotek dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain kecuali diminta oleh:

1. Dokter yang menulisnya atau merawatnya, 2. Pasien yang bersangkutan,

3. Pegawai (kepolisian, kehakiman, kesehatan) yang ditugaskan untuk memeriksa, serta

4. Yayasan dan lembaga lain yang menanggung biaya pasien. Resep disebut juga Formulae Medicae tediri atas :

1. Formulae Officinalis, yaitu resep yang tercantum dalam buku farmakope atau buku lainnya dan merupakan standar (resep standar).

2. Formulae Megistralis, yaitu resep yang ditulis oleh dokter.

Resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang artinya recipe = ambillah. Di belakang tanda ini biasanya baru tertera nama dan jumlah obat (Syamsuni, 2006).


(25)

4. Instalasi farmasi/apotek rentang waktu bukanya lebih panjang dalam pelayanan farmasi dibandingkan praktek dokter.

5. Meningkatkan peran dan tanggung jawab dokter dalam pengawasan distribusi obat kepada masyarakat, tidak semua golongan obat dapat diserahkan kepada masyarakat secara bebas.

6. Pemberian obat lebih rasional dibandingkan dispensing, dokter bebas memilih obat secara tepat, ilmiah dan selektif.

7. Pelayanan berorientasi kepada pasien (patien oriented), hindarkan material oriented.

8. Sebagai medical record yang dapat dipertanggungjawabkan, sifatnya rahasia (Jas, 2009).

2.3.3. Resep Lengkap

Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Nama, alamat dan nomor izin praktik dokter, dokter gigi atau dokter hewan. 2. Tanggal penulisan resep (inscription).

3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocation). 4. Nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio/ordonatio). 5. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura).

6. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (sub-scriptio).

7. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.

8. Tanda seru dan/atau paraf dokter untuk resep yang melebihi dosis maksimalnya (Syamsuni, 2006).


(26)

2.4.Dosis

2.4.1. Pengertian dosis

Dosis adalah jumlah atau takaran obat yang diberikan kepada pasien dalam satuan berat, isi (volume) atau unit. Dosis obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek farmakologi obat (Jas, 2009).

2.4.2.Macam-macam dosis

1. Dosis minimal: dosis yang paling kecil yang masih memberiakan efek terapeutik. 2. Dosis maksiamal: dosis yang tertinggi yang masih dapat diberikan tanpa efek

toksis

3. Dosis permulaan: dosis yang diberkan pada permulaan menggunaan obat untuk mencapai kadar tertentu dalam darah.

4. Dosis pemeliharaan: dosis untuk menjaga agar penyakitnya tidak kambuh lagi. 5. Dosis terapeutik (dosis lazim, dosis medicinalis): dosis optimal atau yang paling

baik.

6. Dosis toksik: penggunaan obat melibihi dosis maksimal. 7. Dosis letalis: dosis yang menimbulkan kematian.

8. Dosis ganda: pemberiaan dosis tunggal yang berulang mengakibatkan akumulasi obat dalam tubuh, supaya MEC ( minimal effect concentration ) tercapai.


(27)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

3.2.Variabel dan Definisi Operasional

Variabel yang akan diteliti adalah ketaatan pasien terhadap resep dokter dalam menggunakan obat

Ketaatan adalah seberapa jauh perilaku seseorang (dalam hal menggunakan obat, mengikuti diet, atau mengubah gaya hidup) sesuai dengan nasehat medis atau saran kesehatan, sehingga tidak terjadi hal yang membahayakan pasien. Ketaatan diukur melalui kuesioner. Setiap jawaban benar diberi skor 2 dan jawaban salah diberi skor 0. Total skor adalah 25. Tingkat ketaatan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Baik, jika jawaban benar responden > 75%, apabila total skor responden > 20. 2. Sedang, jika jawaban benar responden 40-75%, apabila total skor responden 11 -

20.

3. Kurang, jika jawaban benar responden < 40%, apabila total skor responden < 11 (Notoadmodjo,2007).

Obat didefinisikan sebagai bahan yang menyebabkan perubahan dalam fungsi biologis melalui proses kimia (Katzung,2001).

Ketaatan Masyarakat

Pengguanaan Obat Sesuai Resep Dokter


(28)

Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan atau membuat, meracik serta menyarahkan obat kepada pasien (Syamsuni, 2006).

Pasien adalah orang sakit atau orang yang menjalani pengobatan karena penyakit (Dorland, 2002).

Dosis adalah kuantitas yang diberikan pada satu waktu seperti jumlah pengobatan tertentu (Dorland, 2002).


(29)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang menggambarkan suatu keadaan atau suatu fenomena (Arikunto, 2007). Penelitian dengan desain cross sectional dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan dari penelitian, yaitu ingin mengetahui tingkat ketaatan masyarakat terhadap resep dokter dalam menggunakan obat di Kelurahan Sudirejo I Medan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Sudirejo I Medan, dan dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2010.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Kelurahan Sudirejo I Medan.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive sampling, yaitu semua subjek yang memenuhi kriteria sampai jumlah subjek terpenuhi. Kriteria inklusi ialah masyarakat berusia diatas 18 tahun. Kriteria eksklusi ialah masyarakat, yang buta, buta huruf, serta mengalami gangguan jiwa atau gangguan kepribadian, dan masyarakat yang menolak untuk berpartisipasi.

Jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan rumus :

N= d2 (Zα)2


(30)

Keterangan: N = Besar Sampel Zα = Deviasi baku alpha P = Proporsi kategori Q = 1- P

d = Presisi

Berdasarkan rumus maka besar sampel dapat dihitung sebagai berikut : N = (1,96)2 x 0,5 x 0,5

(0,1)2 N =

1. Memberikan kemudahan kepada responden dalam memberikan jawabannya. 3,842 x 0,25

(0.1)2

N = 96,05 dibulatkan menjadi 97 orang

4.4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden adalah bentuk kuesioner (angket). Jenis kuesioner ini adalah kuesioner tertutup, dimana pertanyaan yang diikuti oleh pilihan-pilihan jawabannya telah disediakan dan disusun oleh peneliti sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal menjawab pertanyaan tersebut dengan membuat centang (√) pada kolom jawaban yang telah disediakan. Alasan peneliti menggunakan kuesioner tersebut karena:

2. Lebih praktis dan sistematis.


(31)

4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner dilakukan dengan perangkat lunak SPSS 17.0. Sampel yang digunakan pada validitas dan reliabilitas adalah 20 orang yang memiliki karakteristik sama dengan sampel. Hasil uji validitas dan reliabilitas untuk tiap pertanyaan dalam kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1.Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian

Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Ketidaktaatan P2 0,710 Valid 0,756 Reliabel

P3 0,439 Valid Reliabel

P4 0,765 Valid Reliabel

P5 0,829 Valid Reliabel

P6 0,619 Valid Reliabel

P7 0,800 Valid Reliabel

P8 0,722 Valid Reliabel

P9 0,730 Valid Reliabel

P10 0,538 Valid Reliabel

P11 0,702 Valid Reliabel

P12 0,513 Valid Reliabel

P13 0,540 Valid Reliabel

4.5.Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah terkumpul, diolah (editing, coding, dan entry data). Editing data dilakukan untuk melihat tentang kelengkapan pengisian kuisoner, lalu dilakukan pengkodean. Data yang sudah diberi kode dalam bentuk kategorik kemudian dapat diolah menggunakan komputer dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 17.0.


(32)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini, akan dipaparkan hasil penelitian beserta pembahasannya. Penelitian dilakukan sejak penyusunan proposal hingga penyusunan laporan hasil penelitian. Proses pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2010 dengan melakukan wawancara terhadap 100 orang usia 18 tahun ke atas, yang bertempat tinggal di Kelurahan Sudirejo I Medan tentang ketaatan masyarakat terhadap resep dokter dalam menggunakan obat.

5.1.1.Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kelurahan Sudirejo I. Kelurahan Sudirejo I merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Medan Kota yang dipimpin oleh Ibu Ubudiah,SH. Kelurahan ini memiliki luas 89,69 Ha. dan dibagi menjadi 15 lingkungan. Penelitian mencakup seluruh lingkungan yang ada di Kelurahan Kelurahan Sudirejo I. Secara geografis, kelurahan ini memiliki batas-batas sebagai berikut:

 Utara : Kelurahan Teladan Timur  Selatan : Kelurahan Sudirejo II  Barat : Kelurahan Teladan Barat


(33)

5.1.2.Karakteristik Responden Penelitian Tabel 5.1.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Usia (N=100)

Usia Jumlah (orang) %

Dewasa Muda (18-40 tahun) 70 70.0

Dewasa Tua (40-65 tahun) 28 28.0

Tua (> 65 tahun) 2 2.0

Total 100 100.0

Berdasarkan tabel 5.1 di atas diketahui bahwa usia responden paling banyak adalah usia di bawah 18-40 tahum yaitu 70 orang (70%), sedangkan usia responden paling sedikit adalah lebih dari 60 tahun yaitu sebanyak 2 orang (2%).

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin (N=100)

Jenis Kelamin Jumlah (orang) %

Laki-laki 52 52.0

Perempuan 48 48.0

Total 100 100.0

Berdasarkan tabel 5.2 di atas diketahui bahwa jumlah responden laki-laki adalah sebanyak 52 orang (52%) dan jumlah responden perempuan sebanyak 48 orang (48%).


(34)

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Pendidikan Terakhir (N=100)

Usia Jumlah (orang) %

SD 3 3.0

SMP 16 16.0

SMA 61 61.0

PT 20 20.0

Total 100 100.0

Berdasarkan tabel 5.3 di atas diketahui bahwa pendidikan tertinggi responden paling banyak adalah SMA yaitu sebanyak 61orang (61%), sedangkan pendidikan terakhir responden paling sedikit adalah SD yaitu sebanyak 3 orang (3%).

5.1.3.Hasil Analisa Data

Hasil penelitiaan tentang ketaatan tiap responden terhadap resep dari dokter dapat dilihat pada diagram berikut ini :


(35)

Diagram 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Ketegori Tingkat Ketaatan

Dari diagram tersebut, didapatkan hasil bahwa tingkat ketaatan pasien dalam penelitian ini digolongkan menjadi 3 yaitu, baik, cukup, kurang. Seorang responden dikatakan baik jika total nilai yang didapat 20-25 sedangkan dikatakan sedang jika seorang responden total nilai yang didapat 10-19 dan dikatakan buruk jika seorang responden total nilai yang didapat lebih kecil dari 10. Dan diketahui bahwa tingkat ketaatan yang dikategorikan buruk memiliki persentase paling kecil yaitu 13.0%, sedangkan tingkat ketaatan yang dikategorikan sedang sebanyak 68.0%, dan tingkat ketaatan yang diketegorikan baik sebesar 19.0%.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

Baik Sedang Kurang

19%

68%


(36)

Diagram 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Ketaatan Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden laki-laki yang termasuk dalam kategori buruk ada sebanyak 6 responden (6%), dan yang kategori sedang sebanyak 36 responden (36%), sedangkan yang termasuk kategori baik ada sebanyak 10 responden (10%). Sedangkan pada responden wanita yang termasuk kategori buruk ada 7 responden (7%), dan yang termasuk kategori sedang ada sebanyak 32 responden (32%), sedangkan yang kategori baik sebanyak 9 responden (9%). Dari dapat dilihat tidak ada perbedan yang berarti, antara responden laki – laki dengan perempuan.

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40%

Baik Sedang Kurang

Laki-laki Perempuan


(37)

Diagram 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Ketegori Tingkat Ketaatan Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Dari data tersebut diketahui bahwa responden berdasarkan pendidikan terakhirnya SD kategori kurang sebanyak 33%, sedang 67%, baik 0%. Sedangkan pada pendidikan terakhir SMP kategori kurang sebanyak 43%, sedang 50%, baik 6%. Pada pendidikan terakhir SMA kategori kurang sebanyak 8%, sedang 73%, baik 18%. Dan pada pendidikan terakhir Perguruan Tinggi kategori kurang sebanyak 0%, sedang 65%, baik 35%. Dari sini dapat dikatakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi tingkat ketaatannya.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

Baik Sedang Kurang

0% 67% 33% 6% 50% 43% 18% 73% 8% 35% 65% 0% SD SMP SMA PT


(38)

Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat berdasarkan pertanyaan sebagai berikut :

Diagram 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Reponden dalam Menebus Resep dari Dokter

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa dari 100 orang, 68 orang (68%) mejawab akan menebus resep yang diberikan dari dokter, sedangkan 30 orang (30%) menjawab tidak selalu dengan berbagai alasan, dan sebanyak 2orang (2%) responden

68%

30%

2%

Selalu Menebus Tidak Selalu Menebus Tidak Menebus


(39)

Diagram 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Lupa dalam Meminum Obat

Diagram di atas menunjukan bahwa sebanyak 22 orang (22%) sering lupa dalam meminum obat yang diberikan dokter, dan 48 orang (48%) menjawab sesekali/ kadang-kadang lupa, dan hanya 30 orang (30%) yang teratur / tidak pernah lupa dalam meminum obat.

30%

48%

22%

Tidak pernah lupa Kadang Lupa Sering Lupa


(40)

Diagram 5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden yang Mendapat Penjelasan dari Dokter Cara Meminum Obat yang Diberikan

Dari data dapat dilihat bahwa sebagian besar dari responden medapatkan penjelasan dari dokter tentang cara meminum obat yang diberikan, yaitu sebanyak 72 orang (72%), tetapi ada sebanyak 13 orang (13%) yang mendapat penjelasan setelah menanyakan kepada dokternya, dan bahkan ada 15 orang (15%) yang tidak mendapatkan penjelasan dari dokter.

72%

13%

15%

Selalu Tidak Selalu Tidak


(41)

Diagram 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Responden tentang Cara Meminum Obat 3 Kali Sehari

Disini dapat diketahui bahwa sebagian besar pemahaman orang tentang meminum obat 3 kali sehari adalah meminum obat setelah makan pagi,siang,dan malam yaitu sebanyak 91 orang (91%), sedangkan yang menjawab benar yaitu menyatakan meminum obat setiap 8 jam sekali hanya sebanyak 7 orang (7%), dan sebanyak 2 orang (2%) mengatakan meminum obat 3 sekaligus.

7%

91%

2%

per 8 jam

setelah makan pagi,siang,malam 3 obat setiap minum


(42)

Diagram 5.8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Responden Cara Meminum Obat Sebelum Makan

Diagram di atas menunjukan bahwa sebanyak 54 orang (54%) sudah menjawab dengan benar, yaitu menyatakan meminum obat 1 jam sebelum makan,

54%

14%

32%

1 Jam Sebelum Makan 2 Jam Sebelum Makan Segera Sebelum Makan


(43)

Diagram 5.9. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Cara Meminum Obat Setelah Makan

Pada diagram ini dapat dilihat bahwa sebanyak 60 orang (60%) menjawab dengan benar cara meminum obat setelah makan, yaitu segera setelah makan, dan sebanyak 26 orang (26%) menyatakan meminumnya setengah jam setelah makan, lalu sisanya yaitu 14 orang (14%) menyatakan 1 jam setelah makan.

60%

26%

14%

Segera Setalah Makan 1/2 Jam Setelah Makan 1 Jam Setelah Makan


(44)

Diagram 5.10. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden dalam Menghabiskan Obat yang Diberikan Dokter

Dapat dilihat bahwa sebanyak 58 orang (58%) menyatakan akan menghabiskan obat yang diberikan dokter, dan sebanyak 25 orang (25%) tidak

17%

58%

25%

Menurut Anjuran Dokter Menghabiskannya Tidak Menghabiskan


(45)

Diagram 5.11. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden yang Menggunakan Obat Sampai Penyakitnya Sembuh

Diagram diatas menunjukan sebanyak 80 orang (80%) meminum obatnya sampai sembuh, dan sebanyak 16 orang (16%) meminum obat sesuai yang dianjurkan dokter, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 4 orang (4%) tidak meminum obat sampai sembuh.

16%

80%

4%

Menurut Anjuran Dokter Sampai Sembuh


(46)

Diagram 5.12. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden jika Obat Habis Namun Penyakit Belum Sembuh

Pada diagram diatas menunjukan bahwa responden yang akan menyambung sendiri resep dari dokter ke apotik, sebanyak 5 orang (5%), dan yang memilih untuk

70%

25%

5%

Kembali Ke Dokter Pergi Ke Dokter Lain


(47)

Diagram 5.13. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Responden Akibat Dari Ketidaktaatan Minum Obat

Dari diagram di atas diketahui bahwa responden yang menjawab akibat dari ketidaktaatan dalam minum obat adalah sakit bertambah lama atau kondisi kesehatan memburuk, sebanyak 66 orang (66%), dan yang menjawab bertambahnya biaya pengobatan, sebanyak 18 orang (18%), dan selebihnya yaitu 16 orang (16%) menyatakan tidak tahu.

66%

18%

16%

Sakit Bertambah Lama atau Kondisi Makin Buruk Bertambahnya Biaya Pengobatan


(48)

Diagram 5.14. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden yang Meminta pada Dokter Untuk Membuatkan Jadwal Meminum Obat Sesuai Aktivitasnya

Dari diagram ini dapat kita lihat bahwa responden yang selalu meminta kepada dokter untuk membuatkan jadwal meminum obat yang disesuaikan dengan aktivitasnya hanya sebanyak 22 orang (22%), sedangkan 22 orang (22%) tidak selalu meminta untuk dibuatkan jadwal tersebut, bahkan 55 orang (55%) lagi tidak pernah

23%

22%

55%

Selalu Tidak Selalu Tidak Pernah


(49)

Diagram 5.15. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuaan Responden Tentang Efek Samping Dari Setiap Obat yang Dikonsumsi

Pengetahuan pasien tentang efek samping obat berbeda-beda. Sebanyak 7orang (7%) mengetahui efek samping dari setiap obat yang dikonsumsinya. Sedangkan 58 orang (58%) hanya mengetahui beberapa obat saja dari yang dikonsumsinya, dan 35 orang (35%) sama sekali tidak mengetahuinya.

7%

58%

35%

Mengetahui Tidak Semua Obat Tidak Tahu


(50)

5.2.Pembahasan

Kataatan pasien dalam menjalani pengobatan adalah merupakan faktor penting untuk mencapai keberhasilan terapi. Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari 100 responden yang mengikuti penelitian ini yang dapat dikategorikan tingkat ketaatannya dalam kategori baik hanya sebanyak 19 orang (19.0%) dan yang termasuk kategori sedang sebanyak 68 orang (68.0%), sedangkan yang termasuk dalam kategori buruk ada 13 orang (13.0%).

Angka ini menunjukan bahwa tingkat ketaatan masyarakat di Kelurahan Sudirejo I Medan tergolong dalam kategori sedang, jika di bandingkan dengan laporan WHO yang menyatakan, ketaatan rata-rata pasien pada terapi terhadap penyakit di negara maju hanya sebesar 50% sedangkan di negara berkembang, jumlah tersebut bahkan lebih rendah (WHO,2003). Dan pada penelitian ini didapat rata-rata hanya 19% pasien yang benar-benar taat menjalani pengobatan, jadi dapat dikatakan di Negara berkembang tingkat ketaatan pasien lebih rendah dibandingkan dengan Negara-negara maju.

Dalam membahas masalah ketaatan pasien dalam menjalani pengobatan, ada beberapa masalah yang harus diperhatikan, seperti apakah pasien yang sedang menjalani terapi menggunakan atau mendapatkan obat yang diresepkan (Rantucci, 2009). Karena dari penebusan resep ini dapat dilihat juga keseriusan pasien dalam menjalani pengobatan. Dan pada penelitian ini didapat sebanyak 68 responden (68%) menyatakan bahwa akan menebus semua obat yang diresepkan. Sedangkan lainnya menyatakan tidak selalu menebus resep, dengan sebagian besar alsannya karena harga obatnya mahal. Dari sini tampak bahwa masalah finansial juga dapat mempengaruhi masalah ketaatan dalam menjalani pengobatan. Salah satu hambatan ketaatan adalah hambatan fisikis/finansial untuk mendapatkan obat (Rantucci, 2009).


(51)

obat ia akan menggandakan dosis berikutnya untuk mengisinya(Siregar, 2006). Dan menurut penelitian yang dilakukan oleh the new england journal of medicine menunjukan bahwa pasien tidak mematuhi pengobatan yang diberikan dokter di sebabkan kerena kelupaan sebanyak 30% (Osterberg, 2005). Sedangkan pada penelitian ini didapati sebanyak 48 responden (48%) yang menyatakan terkadang masi suka lupa dalam meminum obat, dan sebagian besar alasan mereka menyatakan sering lupa dikarenakan sibuk dalam bekerja. Sebenarnya hal itu dapat dicegah dengan cara membuat jadwal meminum obat yang disesuiakan dengan aktivitasnya. Dokter dan pasien dapat bekerja sama untuk menyederhanakan jadwal pemakaian obat agar lebih sesuai dengan kegiatan rutin pasien (Rantucci, 2009). Dengan pembuatan jadwal seperti itu dapat memudahkan pasien untuk tetap meminum obatnya walaupun pasien mempunyai aktivitas yang padat. Tetapi ternyata pada penelitian ini didapati sebanyak 55 responden (55%) menyatakan tidak pernah meminta untuk dibuatkan jadwal kapada dokter yang disesuaikan dengan aktivitasnya. Dalam hal ini mungkin pemahaman pasien tentang kegunaan pembuatan jadwal masi kurang, sehingga mungkin disini dokter dapat berperan lebih aktif dalam membuatkan jadwal kepada pasiennya.

Selanjutnya dalam ketaatan ini yang perlu diperhartikan lagi tentang informasi cara penggunaan obat yang diberikan seperti jumlahnya, frekuensinya, dan waktunya. Pasien harus selalu diberi instruksi yang benar, sesuai, dan lengkap, antara lain berapa banyak obat digunakan, kapan obat digunakan, berapa lama penggunaan obat harus dilanjutkan termasuk informasi pengulangan resep (Rantucci, 2009). Karena hal ini bisa mencegah kesalah pahaman pasien tentang keefektifan pengobatan dan mencegah terjadi efek yang merugikan pada pengobatan. Dan menurut the new england journal of medicine bahwa hanya 9% pasien yang kurang informasi dalam penggunaan obat (Osterberg,2005). Sedangkan pada penelitian ini masi didapati sebanyak 15% responden yang kurang informasi dalam penggunaan obat.


(52)

Contohnya seperti dalam hal menggunakan obat untuk 3 kali sehari, ternyata pemahaman masyarakat/responden masi sangat kurang. Hal ini terbukti dengan didapatnya data sebanyak 91 responden (91%) mengatakan cara meminum obat untuk 3 kali sehari adalah meminum obat setelah makan pagi, siang, dan malam, padahal seharusnya penggunaan obat seperti ini adalah diminum setiap 8 jam. Hal ini mungkin disebabkan oleh masalah tingkat pemahaman pasien yang berbeda. Jadi dalam memberi informasi tidak boleh terlalu komprehensif atau terlalu terperinci agar pasien dapat menyerap atau memahami informasi yang diberikan, yaitu informasi harus sesuai dengan tingkat pendidikan, ketidakmampuan pasien (kondisi fisik atau kondisi mental yang membatasi pasien), serta keadaan emosional pasien (Rantucci, 2009).

Efek samping obat, efek samping obat juga perlu kita informasikan kepada pasien sebab timbulnya efek merugikan atau efek samping obat seperti mual, muntah merupakan hambatan dari ketaatan (Tambayong 2002). Dan Pemberian informasi tentang efek samping dan efek merugikan menurunkan ketidaktaatan pasien dengan mengurangi rasa takut dan memungkinkan suatu penanganan masalah dengan cara yang lebih sesuai (Rantucci, 2009). Maka seharusnya dalam memberikan suatu obat dokter harus menjelaskan kepada pasien tentang efek samping yang mungkin akan muncul dalam menggunakan obat tersebut, seperti dari data yang didapat ternyata sebanyak 35 responden (35%) menyatakan tidak mengetahui efek samping dari obat yang digunakannya. Jadi dalam hal ini masi harus lebih ditingkatkan agar tingkat ketaatan pasien dalam menjalani pengobatan bisa lebih baik lagi.


(53)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, didapatkanlah suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat ketaatan masyarakat terhadap Resep Dokter dalam Menggunakan Obat di Kelurahan Sudirejo I Medan yang tergolong baik sebanyak 13%, dan yang tergolong sedang sebanyak 68%, sedangkan yang tergolong kurang sebanyak 19%. Dari angka-angka tersebut terlihat jelas bahwa rata-rata Tingkat Ketaatan Masyarakat terhadap Resep Dokter dalam Menggunakan Obat di Kelurahan Sudirejo I Medan adalah dalam kategori sedang.

2. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya mungkin faktor ekonomi, masalah kesibukan dalam bekerja, serta kurangnya informasi tentang manfaat dan bahaya dari ketidaktaan dan berbagai masalah lainya.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat dibuat beberapa saran untuk berbagai pihak diantaranya :

1. Institusi Pemerintahan

Perlunya diadakan suatu penyuluhan kesehatan di daerah Kelurahan Sudirejo I agar dapat meningkatkan pemahaman masyarakat akan manfaat dari ketaatan menjalani pengobatan serta dampak buruk dari ketidaktaatan menjalani pengobatan, untuk meningkatkan ketaatan msyarakat di Kelurahan tersebut. 2. Masyarakat Kelurahan Sudirejo I Medan

Bagi masyarakat yang berobat ke dokter agar menaati anjuran yang dari dokter dan menebus semua obat yang di resepkan oleh dokter. Dan jika dirasa perlu mintalah pada dokter untuk dibuatkan jadwal / pengingat untuk meminum obat.


(54)

3. Peneliti berikutnya

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh peneliti berikutnya sebagai data awal untuk melanjutkan penelitiannya. Peneliti mempunyai beberapa saran untuk peneliti berikutnya yang tertarik dengan masalah ketaatan berobat, diantaranya adalah:

a. Dalam penelitian selanjutnya, hendaknya peneliti berikutnya mengambil lokasi penelitian di lebih dari satu kelurahan sehingga dapat diketahui perbedaan ketaatan di suatu kelurahan dengan kelurahan lainnya atau dapat dilakukan pada tingkat yang lebih luas lagi seperti kecamatan, kotamadya / kabupaten, atau pada tingkat provinsi.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Sopiyudin M, 2008. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan ed. Jakarta : Sagung Seto.

Jas, Admar, 2009. Perihal Resep & Dosis ed. Medan : USU press, 1-3; 7-10.

Katzung, Betram G, 2001. Sifat Dasar Obat. In: Sjabana, Dripa, ed. Farmakologi Dasar dan Klinik ed. Jakarta : Salemba Medika, 3-8.

Newman, Dorland W.A, 2002. Kamus kedokteran Dorland ed. Jakarta : EGC, 1624; 688.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 3-4; 79-92; 112-136; 185-191.

Osterberg, Lars and Blaschke, Terrence, 2005. Adherence to Medication. Available from : Februari 2010].

Rantucci, Melanie J, 2009. Membantu Pasien untuk Memiliki Ketaatan dan Membuat Keputusan. In : Manurung, July, ed. Komunikasi Apoteker-Pasien Panduan Konseling Pasien ed. Jakarta : EGC, 49-81.


(56)

Satroasmoro, Sudigdo, and Ismael, Sofyan, 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis ed. Jakarta : Sagung Seto.

Syamsuni, H.A, 2006. Konsep Kefarmasian. In : Elviana, Ella, ed. Ilmu Resep. ed. Jakarta: EGC, 1-38.

Wahyuni, Arlinda Sari. Statistika Kedokteran. Jakarta Timur : Bamboedoea Communication.

World Health Organization, 2003. Adherence Long-Term Therapies. Available from:http://www.who.int/mip/2003/other_documents/en/E%20AAK%20Adhere nce.pdf. [Accessed 27 February 2010].


(1)

obat ia akan menggandakan dosis berikutnya untuk mengisinya(Siregar, 2006). Dan menurut penelitian yang dilakukan oleh the new england journal of medicine menunjukan bahwa pasien tidak mematuhi pengobatan yang diberikan dokter di sebabkan kerena kelupaan sebanyak 30% (Osterberg, 2005). Sedangkan pada penelitian ini didapati sebanyak 48 responden (48%) yang menyatakan terkadang masi suka lupa dalam meminum obat, dan sebagian besar alasan mereka menyatakan sering lupa dikarenakan sibuk dalam bekerja. Sebenarnya hal itu dapat dicegah dengan cara membuat jadwal meminum obat yang disesuiakan dengan aktivitasnya. Dokter dan pasien dapat bekerja sama untuk menyederhanakan jadwal pemakaian obat agar lebih sesuai dengan kegiatan rutin pasien (Rantucci, 2009). Dengan pembuatan jadwal seperti itu dapat memudahkan pasien untuk tetap meminum obatnya walaupun pasien mempunyai aktivitas yang padat. Tetapi ternyata pada penelitian ini didapati sebanyak 55 responden (55%) menyatakan tidak pernah meminta untuk dibuatkan jadwal kapada dokter yang disesuaikan dengan aktivitasnya. Dalam hal ini mungkin pemahaman pasien tentang kegunaan pembuatan jadwal masi kurang, sehingga mungkin disini dokter dapat berperan lebih aktif dalam membuatkan jadwal kepada pasiennya.

Selanjutnya dalam ketaatan ini yang perlu diperhartikan lagi tentang informasi cara penggunaan obat yang diberikan seperti jumlahnya, frekuensinya, dan waktunya. Pasien harus selalu diberi instruksi yang benar, sesuai, dan lengkap, antara lain berapa banyak obat digunakan, kapan obat digunakan, berapa lama penggunaan obat harus dilanjutkan termasuk informasi pengulangan resep (Rantucci, 2009). Karena hal ini


(2)

Contohnya seperti dalam hal menggunakan obat untuk 3 kali sehari, ternyata pemahaman masyarakat/responden masi sangat kurang. Hal ini terbukti dengan didapatnya data sebanyak 91 responden (91%) mengatakan cara meminum obat untuk 3 kali sehari adalah meminum obat setelah makan pagi, siang, dan malam, padahal seharusnya penggunaan obat seperti ini adalah diminum setiap 8 jam. Hal ini mungkin disebabkan oleh masalah tingkat pemahaman pasien yang berbeda. Jadi dalam memberi informasi tidak boleh terlalu komprehensif atau terlalu terperinci agar pasien dapat menyerap atau memahami informasi yang diberikan, yaitu informasi harus sesuai dengan tingkat pendidikan, ketidakmampuan pasien (kondisi fisik atau kondisi mental yang membatasi pasien), serta keadaan emosional pasien (Rantucci, 2009).

Efek samping obat, efek samping obat juga perlu kita informasikan kepada pasien sebab timbulnya efek merugikan atau efek samping obat seperti mual, muntah merupakan hambatan dari ketaatan (Tambayong 2002). Dan Pemberian informasi tentang efek samping dan efek merugikan menurunkan ketidaktaatan pasien dengan mengurangi rasa takut dan memungkinkan suatu penanganan masalah dengan cara yang lebih sesuai (Rantucci, 2009). Maka seharusnya dalam memberikan suatu obat dokter harus menjelaskan kepada pasien tentang efek samping yang mungkin akan muncul dalam menggunakan obat tersebut, seperti dari data yang didapat ternyata sebanyak 35 responden (35%) menyatakan tidak mengetahui efek samping dari obat yang digunakannya. Jadi dalam hal ini masi harus lebih ditingkatkan agar tingkat ketaatan pasien dalam menjalani pengobatan bisa lebih baik lagi.


(3)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, didapatkanlah suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat ketaatan masyarakat terhadap Resep Dokter dalam Menggunakan Obat di Kelurahan Sudirejo I Medan yang tergolong baik sebanyak 13%, dan yang tergolong sedang sebanyak 68%, sedangkan yang tergolong kurang sebanyak 19%. Dari angka-angka tersebut terlihat jelas bahwa rata-rata Tingkat Ketaatan Masyarakat terhadap Resep Dokter dalam Menggunakan Obat di Kelurahan Sudirejo I Medan adalah dalam kategori sedang.

2. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya mungkin faktor ekonomi, masalah kesibukan dalam bekerja, serta kurangnya informasi tentang manfaat dan bahaya dari ketidaktaan dan berbagai masalah lainya.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat dibuat beberapa saran untuk berbagai pihak diantaranya :

1. Institusi Pemerintahan

Perlunya diadakan suatu penyuluhan kesehatan di daerah Kelurahan Sudirejo I agar dapat meningkatkan pemahaman masyarakat akan manfaat dari ketaatan


(4)

3. Peneliti berikutnya

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh peneliti berikutnya sebagai data awal untuk melanjutkan penelitiannya. Peneliti mempunyai beberapa saran untuk peneliti berikutnya yang tertarik dengan masalah ketaatan berobat, diantaranya adalah:

a. Dalam penelitian selanjutnya, hendaknya peneliti berikutnya mengambil lokasi penelitian di lebih dari satu kelurahan sehingga dapat diketahui perbedaan ketaatan di suatu kelurahan dengan kelurahan lainnya atau dapat dilakukan pada tingkat yang lebih luas lagi seperti kecamatan, kotamadya / kabupaten, atau pada tingkat provinsi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Sopiyudin M, 2008. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang

Kedokteran dan Kesehatan ed. Jakarta : Sagung Seto.

Jas, Admar, 2009. Perihal Resep & Dosis ed. Medan : USU press, 1-3; 7-10.

Katzung, Betram G, 2001. Sifat Dasar Obat. In: Sjabana, Dripa, ed. Farmakologi

Dasar dan Klinik ed. Jakarta : Salemba Medika, 3-8.

Newman, Dorland W.A, 2002. Kamus kedokteran Dorland ed. Jakarta : EGC, 1624; 688.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 3-4; 79-92; 112-136; 185-191.

Osterberg, Lars and Blaschke, Terrence, 2005. Adherence to Medication. Available from : Februari 2010].


(6)

Satroasmoro, Sudigdo, and Ismael, Sofyan, 2008. Dasar-Dasar Metodologi

Penelitian Klinis ed. Jakarta : Sagung Seto.

Syamsuni, H.A, 2006. Konsep Kefarmasian. In : Elviana, Ella, ed. Ilmu Resep. ed. Jakarta: EGC, 1-38.

Wahyuni, Arlinda Sari. Statistika Kedokteran. Jakarta Timur : Bamboedoea Communication.

World Health Organization, 2003. Adherence Long-Term Therapies. Available from:http://www.who.int/mip/2003/other_documents/en/E%20AAK%20Adhere nce.pdf. [Accessed 27 February 2010].