3. Pinjam Meminjam
Perjanjian pinjam meminjam dibedakan dalam dua jenis yaitu pinjam meminjam dengan objek barang yang dapat diganti atau barang yang habis
pakai, misalnya uang, makanan atau yang sejenis, dan pinjam meminjam dengan objek barang yang tidak dapat diganti atau barang tidak habis
pakai. Perjanjian jenis pertama ini oleh Subekti
26
Dalam perjanjian pinjam uang seringkali disertai perjanjian pembayaran bunga sehingga jumlah yang dikembalikan lebih besar daripada yang
dipinjamkan. Hal demikian memang dibenarkan menurut ketentuan digunakan sebutan
pinjam meminjam, sedangkan jenis kedua dinamakan pinjam pakai. Perbedaan pokok antara keduanya terletak pada kepemilikan dan
pengembalian barang pinjaman. Jika objek perjanjian merupakan barang yang tidak dapat diganti atau tidak habis pakai, maka barang tetap menjadi
milik pemberi pinjaman 1741 BW dan setelah habis masa pinjaman si peminjam harus mengembalikannya dalam keadaan seperti semula. Oleh
karena itu selama masa peminjaman, penerima pinjaman harus memelihara barang sebaik-baiknya seolah-olah miliknya sendiri atau yang
dikenal dengan sebutan “seorang bapak rumah yang baik”. Jika objeknya perjanjian berupa barang yang dapat diganti atau habis
pakai, maka barang yang diserhakan menjadi milik penerima pinjaman, sedangkan pemberi pinjaman berhak atas pengembalian barang dengan
jumlah dan kualitas yang sama.
26
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Op.cit, hal. 119
Universitas Sumatera Utara
KUHPerdata, namun menurut hukum Islam temasuk riba dan hukumnya haram.
4. Sewa Menyewa
Sewa menyewa merupakan bentuk perjanjian di mana pihak yang satu menyanggupi akan menyerahkan suatu benda untuk dipakai selama waktu
tertentu, sedangkan pihak yang lain menyanggupi akan membayar harga yang ditetapkan untuk pemakaian pada waktu yang ditentukan.
27
Kewajiban pihak yang menyewakan adalah meyerahkan barang, memelihara barang yang disewakan agar dapat dipakai untuk keperluan
dimaksud, dan memberikan ketenteraman dari barang yang disewakan selama berlangsungnya persewaan. Adapun kewajiban penyewa adalah
memakai barang secara baik atau secara patut, membayar harga sewa, menanggung resiko karena kesalahan atau kelalaiannya dan
mengembalikan barang sewaan. Perjanjian sewa menyewa tidak bertujuan untuk memberikan kepemilikan,
melainkan hanya untuk pemakaian. Apabila pihak yang diserahi barang itu tidak ada kewajiban membayar suatu harga, maka perjanjian semacam ini
disebut pinjam pakai.
28
Perjanjian sewa menyewa bukan memberikan hak kebendaan, melainkan hak perseorangan sehingga karenanya penyewa tidak boleh menjual, atau
menggadaikan benda yang disewa, bahkan menyewakan kepada orang lain pun tidak dibolehkan.
27
Subekti, Pokok-pokok………., Op cit, hal. 137.
28
Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Bandung, Alumni, 1986, hal. 223-231.
Universitas Sumatera Utara
5. Leasing