18 Window dressing dalam pengertian pasar modal, akuntansi dan keuangan
diartikan sebagai suatu rekayasa akuntansi. Aksi itu sebagai upaya menyajikan gambaran keuangan yang lebih baik daripada yang dapat dibenarkan menurut
fakta dan akuntansi yang lazim. Caranya, dengan menetapkan aktiva atau pendapatan terlalu tinggi dan menetapkan kewajiban atau beban terlalu rendah
dalam laporan keuangan. Secara umum, window dressing terjadi menjelang tutup buku laporan keuangan. Hal ini karena adanya aksi manajer investasi dimana
mereka melakukan transaksi, terutama untuk jenis saham yang ada dalam portofolio efeknya yang bertujuan mengangkat harga saham yang dimilikinya.
Motif untuk mengubah portofolio yang dilakukan biasanya dipengaruhi oleh manajer investasi yang yakin bahwa portofolio yang mempunyai
“penampilan lebih baik” akan meningkatkan investasi pada saham sehingga akan meningkatkan kompensasi yang akan mereka dapat. Pada kasus ini, window
dressing akan mempengaruhi sekuritas terpilih berdasarkan kinerja sebelumnya.
2.2 Penelitian Terdahulu
Bhana 1994 meneliti secara mendalam mengenai praktek window dressing dengan menggunakan sampel dari Johanesburg Stock Exchange JSE
dari tahun 1983-1990. Berdasarkan data penelitiannya, perusahaan yang melakukan praktek tersebut adalah perusahaan-perusahaan yang mempunyai
“penampilan” kurang bagus. Dengan melakukakan window dressing, aktivitas trading yang dilakukan mengalami peningkatan pada tiap akhir kuartal. Ada dua
tipe window dressing yang dapat diidentifikasikan. Tipe pertama adalah portofolio manajer yang dikeluarkan pada akhir kuartal untuk pelaporan kuartal. Keputusan
untuk membeli dan menjual saham dibuat berdasarkan harapan yang lebih baik dari kuartal sebelumnya. Hal ini berhubungan dengan proses pengambilan
keputusan. Pada tipe ini, window dressing tidak terlalu mempengaruhi komposisi sekuritas dalam portofolio. Berikutnya, tipe kedua adalah window dressing yang
dilakukan berdasarkan gagasan bahwa pembuatan portofolio dipengaruhi oleh keinginan manajer investasi untuk menunjukkan tipe portofolio tertentu pada
akhir kuartal kepada investor.
19 Penelitian mengenai window dressing di Indonesia dilakukan oleh Kapugu
dan Wardhani 2008 dengan sampel reksa dana saham di Indonesia selama periode 2001-2007. Mereka menggunakan data residual absolut yang diolah dari
data Nilai Aktiva Bersih NAB dan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG sehingga diperoleh hasil bahwa ada indikasi awal keberadaan window dressing
pada bulan Desember. Menurut penelitian mereka, dengan adanya temuan window dressing, terlihat adanya pola unik di akhir tahun yang perlu diperhatikan oleh
calon atau pemegang unit penyertaan. Maksudnya adalah agar para pemegang unit penyertaan juga memperhatikan faktor-faktor selain tingkat pengembalian yang
dilaporkan agar dana yang diinvestasikan benar-benar memberikan tingkat return sesuai ekspektasi awal investasi tingkat return yang optimal dan sesuai dengan
karakter risikonya. Dalam konteks penelitian mereka, faktor-faktor selain tingkat pengembalian tersebut antara lain kemampuan manajer investasi, kredibilitas
manajer investasi, penempatan dana oleh manajer investasi portofolio dan gayatujuan pengelolaan reksa dana.
20
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian event studies. Menurut Tandelilin 2001:126, event studies adalah penelitian yang mengamati dampak dari
pengumuman informasi terhadap harga sekuritas. Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan bukti empiris mengenai praktek window dressing yang dilakukan oleh
manajer investasi pada perusahaan sekuritasnya tahun 2010-2015.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua reksa dana saham yang memiliki izin dari Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM yang
telah terdaftar dan diterbitkan pada tahun 2010-2015. Tahun keuangan 2010-2015 digunakan sebagai populasi dengan pertimbangan agar dapat memberikan
gambaran terbaru mengenai praktek window dressing yang terjadi di Indonesia saat ini.
Dari populasi tahun 2010-2015 tersebut, kemudian dipilih beberapa reksa dana saham untuk dijadikan sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini diambil dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan
pertimbangan tertentu, yang pada umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Indriantoro dan Supomo, 1999:131. Kriteria untuk
menentukan sampel adalah: 1.
Sampel yang diambil merupakan jenis reksa dana saham yang tercatat masih aktif pada tahun 2010-2015 serta terdaftar di BAPEPAM.
2. Sampel yang diambil merupakan jenis reksa dana saham konvensional.
3. Sampel yang diambil memiliki Nilai Aktiva Bersih NAB yang lengkap serta
dipublikasikan di media cetak atau website resmi BAPEPAM.