1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pasar modal atau bursa efek merupakan suatu objek penelitian yang menarik untuk diteliti. Hal ini dikarenakan bahwa pasar modal memiliki daya
tarik. Pertama, diharapkan pasar modal ini akan bisa menjadi alternatif penghimpun dana selain sistem perbankan. Kedua, pasar modal memungkinkan
para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Selain dua alasan tersebut, alasan lain juga bahwa pasar
modal merupakan indikator kemajuan perekonomian dari suatu negara serta menunjang ekonomi suatu negara Parmono, 2001.
Pada umumnya tujuan investor berinvestasi adalah untuk mengharapkan tingkat keuntungan return. Investor selalu mencari alternatif investasi yang
memberikan return tertinggi dengan tingkat risiko tertentu Fahmi dan Hadi, 2009:6. Namun yang perlu disadari adalah bahwa hampir semua investasi
mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Konsep risiko tidak terlepas kaitannya dengan return. Seorang investor yang rasional sebelum mengambil
keputusan investasi harus mempertimbangkan dua hal, yaitu pendapatan yang diharapkan expected return dan risiko risk. Risiko yang dimaksudkan adalah
tingkat potensi kerugian yang timbul karena perolehan hasil investasi yang diharapkan tidak sesuai dengan harapan Rahardjo, 2006:9. Investor yang
melakukan investasi pada instrumen keuangan seperti saham, dapat digolongkan sebagai investor yang berani mengambil risiko risk seeker. Hal ini dikarenakan
hingga saat ini investasi pada saham masih dianggap sebagai investasi yang paling berisiko dibanding instrumen keuangan yang lain karena pendapatan yang
diharapkan dari investasi pada saham bersifat tidak pasti. Kertonegoro 1995 mendefinisikan risiko adalah kemungkinan bahwa
hasil nyata dari suatu investasi dapat berbeda dari yang diharapkan. Risiko suatu investasi langsung berkaitan dengan hasil yang diharapkan. Pada hakikatnya
investor akan berusaha meminimalkan risiko untuk mendapatkan tingkat hasil
2 tertentu, atau memaksimalkan hasil untuk tingkat risiko tertentu. Pengetahuan
investor masih terbatas karena diantara mereka banyak yang berinvestasi tanpa memperhitungkan risiko yang akan timbul. Banyak perusahaan yang kurang
bagus melakukan penawaran saham dan para penjamin emisi menjajakan saham- saham kepada investor
dengan ‘bungkusan’ yang indah. Koetin dan Winarto, 1997:42-43
Dari waktu ke waktu, harga suatu saham dapat naik atau turun atau dapat juga tetap. Turun-naiknya harga saham ini merupakan salah satu hal yang harus
diperhatikan oleh pemodal investor yang terlibat dalam kegiatan di pasar modal. Sitompul, 2000:151. Informasi yang diperoleh investor dan calon investor
mengenai variabilitas harga saham selama periode perdagangan di bursa bermanfaat untuk keputusan investasi yang sedang berjalan atau hendak
dijalankan. Sumiyana 2008 menemukan bahwa harga saham di akhir hari periode perdagangan melonjak naik sedangkan di awal hari perdagangan turun
kembali. Fenomena ini menjadi satu konsekuensi penting bagi investor untuk menentukan strategi jual-beli saham. Hal ini menyebabkan sangat pentingnya
harga saham di periode penutupan untuk diteliti. Pada tren berinvestasi saham di bursa efek, banyak cara yang dapat
dilakukan oleh para investor supaya memperoleh capital gain yang besar. Begitu juga dengan para manajer investasi perusahaan, mereka tidak mau kinerja
portofolio yang mereka hasilkan adalah jelek di mata investor. Oleh karena itu para manajer investasi mempercantik portofolio mereka.
Selain saham, reksa dana merupakan salah satu alternatif berinvestasi bagi pemodal atau investor yang memiliki dana terbatas, tidak memiliki waktu dan
keahlian untuk menghitung risiko dan return atas investasi yang mereka tanamkan. Hal yang membedakan reksa dana dengan instrumen lainnya adalah
adanya manajer investasi yaitu pihak profesional yang bertugas mengelola dana investasi dari investor reksa dana. Salah satu jenis reksa dana yang memiliki
return dan risiko paling tinggi adalah reksa dana saham. Secara definisi, reksa dana adalah wadah untuk menghimpun dana
masyarakat yang dikelola oleh badan hukum yang bernama manajer investasi
3 untuk kemudian diinvestasikan ke portofolio efek seperti saham, obligasi, dan
instrumen pasar uang. Profil risiko yang tinggi pada reksa dana saham tidak menjadikan reksa dana kekurangan peminat, terbukti dengan komposisi Nilai
Aktiva Bersih NAB reksa dana pada awal tahun 2015 bahwa reksa dana saham konvensional menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 42. Calon investor
sebaiknya melakukan analisis kinerja reksa dana saham sebelum menentukan produk reksa dana saham yang akan dipilih. Pengukuran kinerja merupakan hal
yang dilakukan untuk mengukur tingkat pengembalian return dan risiko. Reksa dana saham sesuai dengan namanya, maka minimal 80 dana
investor diletakkan pada instrumen saham. Jika dibandingkan dengan jenis reksa dana lainnya seperti reksa dana campuran, reksa dana pendapatan tetap dan reksa
dana pasar uang, maka reksa dana saham memiliki risiko yang paling tinggi, namun dapat memberikan keuntungan paling besar untuk jangka waktu investasi
minimal lima tahun kedepan. Besarnya risiko pada reksa dana saham ini dikarenakan harga saham yang fluktuatif dari hari ke hari. Sehingga untuk
berinvestasi pada produk reksa dana saham, dianjurkan untuk periode investasi lima tahun kedepan guna penyebaran risiko di sepanjang waktu investasi.
Reksa dana saham paling dapat dipenruhi oleh fluktuasi dibanding jenis reksa dana lainnya, dengan keuntungan tinggi, reksa dana saham juga memiliki
risiko yang tinggi, yakni penurunan harga saham yang dipengaruhi mekanisme pasar di bursa efek. Tidak semua saham layak diinvestasikan oleh investor. Oleh
karena itu para calon investor harus pintar dalam memilih reksa dana mana yang akan dipilih.
Pentingnya dilakukan penelitian ini untuk memberikan gambaran kepada calon investor tentang kinerja reksa dana saham sebelum mereka menanamkan
modal atau dana yang dimiliki di salah satu reksa dana saham. Para investor sebaiknya mempunyai standar pengukuran benchmark dalam melaksanakan
pengukuran investasinya sebelum berinvestasi di reksa dana. Standar pengukuran benchmark digunakan untuk mengetahui reksa dana yang termasuk ke dalam
kategori outperform maupun underperform. Kategori outperform menunjukkan bahwa kinerja reksa dana saham lebih besar dibandingkan dengan kinerja
4 benchmark yang dipakai sehingga termasuk dalam kategori layak untuk
berinvestasi di reksa dana tersebut. Sedangkan kategori underperform adalah reksa dana yang menunjukkan kinerja lebih kecil daripada benchmark yang
digunakan sehingga kurang layak untuk berinvestasi di reksa dana tersebut. Dalam melakukan penilaian kinerja sebuah investasi, terdapat dua
pengukuran kinerja yaitu melalui return reksa dana itu sendiri dan model Risk Adjusted Return. Adapun metode untuk melakukan penilaian kinerja dengan
menggunakan return reksa dana itu sendiri adalah raw return. Sedangkan Risk Adjusted Return adalah perhitungan return yang disesuaikan dengan risiko yang
harus ditanggung. Adapun metodenya antara lain Treynor Ratio, Sharpe Ratio, Jensen Alpha, Roy Safety First Ratio, M
2
, Sortino Ratio, MSR, FPI dan Information Ratio. Dalam penelitian ini digunakan metode pengukuran Sharpe
Raito untuk menilai kinerja reksa dana saham. Menururt Mahdi 1997, sebagaimana diutip oleh Warsono 2004 menyatakan bahwa secara umum, model
pengukuran kinerja Sharpe dapat diterapkan untuk semua reksa dana. Penelitian ini menggunakan Risk Adjusted Return, karena jika melakukan pengukuran reksa
dana berdasarkan returnnya saja akan menghasikan hasil yang tidak akurat, sehingga pengukuran harus melibatkan return dan risiko reksa dana yaitu
menggunakan return sesuaian risiko Hartono, 2010. Investor juga disarankan untuk terus memantau perkembangan reksa dana
saham yang dimilikinya. Tidak hanya memastikan bahwa tujuan investasi tercapai, investor juga dapat mengetahui waktu yang tepat untuk membeli lebih
banyak saham atau menjual saham yang dimiliki, yang dikenal dengan market timing. Salah satu market timing yang dapat digunakan ketika berinvestasi reksa
dana saham adalah window dressing. Fenomena window dressing adalah suatu kondisi dimana harga saham di
bursa efek cenderung menguat atau naik pada akhir tahun. Kemunculan window dressing ini pada akhir tahun, tentunya memberikan keuntungan bagi pihak
investor maupun manajer investasi. Investor dapat memperoleh capital gain yang besar atas portofolio yang disusun oleh manajer investasi. Fenomena window
dressing ini jika dimanfaatkan dengan benar, akan menghasilkan capital gain
5 yang besar untuk pembelian saham yang dilakukan. Sedangkan manajer investasi
dengan bagusnya portofolio yang diajukan kepada investor, maka mereka akan memperoleh kompensasi atau bonus yang bagus atau besar pula.
Lakonishok et al. 1991 dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa manajer investasi menjual saham berkinerja jelek atau buruk kemudian membeli
saham yang kinerjanya bagus. Hal ini dilakukan untuk memberi kesan baik terhadap investor bahwa portofolio yang dihasilkan adalah baik. Harapan kinerja
emiten perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa di akhir kuartalakhir tahun yang lebih baik dibanding kuartaltahun sebelumnya mendorong dilakukannya
window dressing untuk peningkatan kompensasi atau bonus yang akan diterima pada akhir tahun. Hal inilah yang menyebabkan dalam siklus setahun, menjelang
akhir Maret sampai awal April biasanya saham menguat, yaitu karena window dressing kuartal 1. Demikian pula ketika menjelang akhir Juni hingga Juli, bursa
saham menguat karena pengaruh window dressing semester 1. Window dressing yang muncul satu tahun sekali di akhir tahun memiliki daya akurasi lebih tepat
dibanding dengan kuartalsemester. Penelitian ini menguji fenomena window dressing pada perusahaan
sekuritas Indonesia. Lebih khusus, penelitian ini dilakukan pada reksa dana saham di Indonesia pada tahun 2010 hingga tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menyajikan bukti empiris mengenai praktek window dressing pada reksa dana saham yang dilakukan oleh manajer investasi pada perusahaan sekuritasnya
tahun 2010-2015.
1.2 Rumusan Masalah