1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi perannya di masa yang akan
datang. Salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yaitu dengan cara melalui perbaikan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar
merupakan inti kegiatan dari pendidikan. Belajar mengajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk untuk membantu murid-murid agar bisa belajar
dengan baik. Proses belajar merupakan inti dari proses pendidikan formal dengan guru sebagaimfasilitator. Dalam PBM sebagai besar hasil belajar peserta didik
ditentukan oleh guru. Pendidikan dikatakan berkualitas apabila proses belajar mengajar PBM
dapat berlangsung secara efektif. Pendidikan disebut berkualitas apabila peserta didik menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar
sesuai dengan sasaran dan tujuan pendidikan. Hal ini dalihat pada hasil belajar yang dinyatakan dalam proses akademik. Pendidikan dikatakan berkualitas
apabila terjadi penyelenggaraan pembelajaran yang efektif dan efisien dengan melibatkan semua Komponen-komponen pendidikan, seperti mencakup tujuan
pengajaran, pendidik dan peserta didik, bahan pelajaran, strategi atau metode belajar mengajar, alat dan sumber pelajaran serta evaluasi
Kurikulum yang dipakai di SDN kebakalan yaitu menggunakan kurikulum KTSP masih belum banyak menggunakan metode, model dan strategi
dalam pembelajaran. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP adalah
sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan kompetensi tugas-tugas dengan standar performansi tertentu
sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu Kunandar, 2007:133. Pada pelaksanaan KTSP,
guru ditempatkan sebagai fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berlangsung dengan baik. Fungsi guru sebagai fasilitator yaitu; 1 menyediakan
pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam membuat rancangan dan proses; 2 menyediakan atau memberikan kegiatan-
kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasannya, menyediakan sarana yang merangsang siswa
berfikir secara produktif; 3 memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran siswa berkembang atau tidak.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disemua jenjang pendidikan yang meiliki peran yang sangat penting dalam penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Menyadari pentingnya pembelajaran matematika disekolah, undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 37 ditegaskan bahwa mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah. Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar SD perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak yaitu pendidik, pemerintah,
orangtua, maupun masyarakat, karena pembelajaran matematika disekolah dasar merupakan peletak konsep dasar yang dijadikan landasan untuk belajar pada
jenjang berikutnya, selain itu penguasaan matematika yang kuat sejak dini diperlukan untuk penguasaan dan penciptaan teknologi di masa depan.
Menurut Depdiknas 2006, salah satu tujuan dari pembelajaran matematika hendaknya mampu mengembangkan kemampuan pemahaman
matematika siswa. Bani 2011:13 mengungkapkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika adalah salah satu tujuan penting dalam
pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan
pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematika merupakan faktor yang sangat penting karena
kemampuan tersebut tidak dapat dipisahkan dengan masalah pembelajaran yang merupakan alat ukur sejauh mana penguasaan materi yang diajarkan guru. Siswa
mampu mencapai kemampuan pemahaman matematika yang baik diperlukan suasana belajar yang menyenangkan, aktif dan kondusif untuk merangsang siswa
agar mampu menyerap materi dengan optimal. Pra riset telah dilakukan, sebagian kelas IV SDN Kebakalan masih
mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan guru kelas, bahwa kemampuan pemahaman konsep
matematika masih rendah, akibatnya nilai matematika yang diperoleh siswa selalu kurang dari KKM. Siswa hanya terpaku pada rumus dan contoh yang diberikan
oleh guru, sehingga jika siswa diberikan soal yang berbeda dimana soal tersebut memerlukan pemahaman yang lebih dalam terutama pada soal uraian. Hal ini
menyebabkan siswa merasa bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami sehingga kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran matematika
semakin rendah. Selain itu kurangnya pemanfaatan media pembelajaran yang diberikan guru, sehingga proses belajar-mengajar monoton dan kurang inovatif.
Pendidik mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting dalam pengajaran, karena pendidik merupakan penentu kualitas pengajaran. Oleh karena
itu, pendidik harus selalu meningatkan peranan dan kompetensinya dalam mengelola komponen-komponen pengajaran. Pendidik yang memiliki kompetensi
tinggi akan mampu mendorong peserta didik meraih prestasi yang optimal, oleh karena itu pembelajaran harus berorientasi pada peserta didik, karena peserta
didik merupakan komponen pokok dan subyek didik. Pembelajaran dengan sistem klasikal kurang memperhatikan perbedaan
individu, oleh karena itu untuk mendapatkan pembelajaran pendidikan yang maksimal diperlukan beberapa pendekatan, strategi, metode dan model dalam
pembelajaran maka dari itu model dalam suatu pembelajaran sangat penting untuk membangkitkan semangat siswa agar tidak mudah bosan dan agar dapat mencapai
kegiatan pembelajaran yang interaktif. Dalam pembelajaran kooperatif, guru berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah
pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi harus membangun pikirannya juga.
Siswa yang merasa bahwa dirinya sulit mengerjakan soal dan sulit memecahkan masalah dalam soal akan merasa malas mengerjakan, seringkali senang
menganggu teman yang lain dan tidak meneruskan mengerjakan soal yang diberikan oleg guru. Maka dari itu pembelajaran dengan menggunakan model
sangat penting untuk membangkitkan semangat siswa dalam memecahkan soal, disini saya menggunakan model Student Teams Achivement Division STAD agar
siswa bisa saling bertukar fikiran. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas diperoleh data bahwa banyak peserta didik kelas IV SDN
Kebakalan siswa masih kurang konsentrasi dan mengalami kesulitan dalam mencapai kegiatan pembelajaran yang efektif hal ini bisa dilihat dari siswa dalam
mengikuti pembelajaran yang berlangsung banyak siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran seperti contoh guru bertanya siswa hanya diam dan tidak menjawab
pertanyaan yang guru berikan dan masih ada siswa yang hanya bermain dan mengobrol dengan temannya tidak mendengarkan guru.
Mempelajari matematika akan lebih efektif dan menyenangkan dengan menggunakan model Student Teams Achivement Division STAD untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman anak, sehingga dipilih skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Student Team Achivement Division STAD terhadap
Pemahaman Matematika Siswa Kelas IV Materi Bangun Ruang dan Bangun Datar di SDN Kebakalan Porong-Sidoarjo.
1.2 Rumusan Masalah