Tinjauan Atas Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang.

(1)

SKRIPSI

TINJAUAN ATAS PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI

KEUANGAN DAERAH DALAM PENYUSUNAN LAPORAN

KEUANGAN PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN DELI

SERDANG

OLEH :

NAMA : SANDY SERA SINAGA

NIM : 040522138

DEPARTEMEN : AKUNTANSI PROGRAM : S-1 EKSTENSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan

2008


(2)

Universitas : Sumatera Utara

Fakultas : Ekonomi

Program : Strata - I

Nama Mahasiswa : Sandy Sera Sinaga

NIM : 040522138

Judul skripsi : Tinjauan Atas Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang

Tgl/Bln/Thn Materi Bimbingan Tgl/Bln/Thn

Diterima Paraf Pembimbing

Kembali Paraf Pembimbing

Bimbingan Selesai Tanggal

Dosen Pembimbing


(3)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 3

C. Perumusan Masalah ... 3

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

E. Kerangka Konseptual ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ... 6

1. Pengertian Akuntansi Keuangan Daerah ... 6

2. Tahap-Tahap Pengembangan Sistem Akuntansi ... 9

3. Kebijakan Pengembangan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ... 10

B. Laporan Keuangan Daerah ... 12

1. Pengertian Laporan Keuangan Daerah ... 12

2. Bentuk Dan Unsur-Unsur Laporan Keuangan Daerah ... 12

3. Konsep Dasar Dan Karakteristik ... 18

4. Tujuan Laporan Keuangan Daerah ... 21

C. Prosedur Akuntansi Keuangan Daerah Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Daerah ... 24

D. Pengukuran Kinerja Instansi Pemerintah Berdasarkan LAKIP. ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 42

B. Jenis Penelitian... 42

C. Jenis Dan Sumber Data ... 42

D. Teknik pengumpulan Data ... 43


(4)

1. Gambaran Umum Pemerintah Kabupaten Deli Serdang ... 44

2. Struktur Organisasi Dan Uraian Tugas ... 48

3. Prosedur Akuntansi keuangan Daerah ... 55

4. Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Deli Serdang ... 60

5. Pengukuran Kinerja Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ... 64

B. Analisa Dan Evaluasi... 64

1. Analisis Dan Evaluasi Terhadap Struktur Organisasi Pengelola Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Deli Serdang ... 64

2. Analisis Dan Evaluasi terhadap Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Otonomi daerah telah digulirkan di Indonesia sejak tahun 1999 dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 dan kemudian diganti dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004. Dengan otonomi tersebut, daerah diberi kewenangan untuk mengelola keuangan sendiri. Keuangan ini tentunya harus dijalankan secara akuntabel dan transparan. Pertimbangan yang mendasar adalah kondisi dalam negeri dan luar negeri. Kondisi dalam negeri mengindikasikan bahwa rakyat menghendaki keterbukaan dan kemandirian (desentralisasi).

Dengan adanya Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka dapat diduga terjadi perubahan yang cukup mendasar dalam pengelolaan daerah termasuk manajemen atau pengelolaan daerah termasuk manajemen atau pengelola keuangan daerah. Hal ini disebabkan manajemen keuangan daerah merupakan alat untuk mengurus dan mengatur rumah tangga Pemerintah Daerah.

Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintah daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintah dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan


(6)

pemerintahan negara. Penerapan prinsip Good Governance pada masa reformasi menuntut adanya perubahan paradigma berfikir dan bertindak bagi semua elemen birokrasi pemerintah baik pusat maupun daerah.

Kep. Mendagri No. 29 tahun 2002 mengisyaratkan bahwa untuk tujuan efektivitas atas pengelolaan dana yang dikelolanya, pemerintah daerah diwajibkan menyiapkan laporan keuangan daerah sebagai bagian dari laporan pertanggungjawaban Kepala Daerah. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang merupakan salah satu Pemerintah Kabupaten yang ada di Sumatera Utara diharuskan menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan daerah yang meliputi neraca daerah, laporan perhitungan APBD, nota perhitungan APBD dan laporan arus kas.

Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang efisien, efektif dan akuntabel, pemerintah telah mengeluarkan Inpres No. 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Inpres No. 7 tahun 1999 bagi pemerintah daerah merupakan unit kerja instansi pemerintah daerah diwajibkan untuk mempublikasi indikator kinerja sebagai bagian dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah atau yang disingkat dengan LAKIP. LAKIP dimaksudkan menjadi sarana utama akuntabilitas publik yang dapat mengungkapkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan visi dan misi dari pemerintah daerah.

Demi terselenggaranya perhitungan Laporan Keuangan tentunya bukan pekerjaan yang mudah, diperlukan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan peralatan yang digunakan untuk menunjang penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dalam menyusun laporan keuangan daerah. Sumber Daya


(7)

Manusia yang dimaksud adalah Pengelola Keuangan Penyelenggara Pemerintahan. Penerapan sistem akuntansi keuangan daerah membutuhkan pemahaman yang menyeluruh dari pelaksanaan manajemen keuangan daerah dan adanya penyempurnaan secara kontiniu dari instansi yang berwenang agar terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah sebagai bagian dari good governance dapat menjadi kenyataan.

Penulis juga ingin mengetahui apa yang menyebabkan keterlambatan penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah karena penulis mengamati untuk tahun 2005 sementara Laporan Keuangan untuk tahun 2006 belum bisa dipublikasikan, sehingga Laporan Keuangan mengalami keterlambatan dalam pelaporannya. Keadaan ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Tinjauan atas Penerapan

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang”.

B. Batasan Masalah

Penulis membuat batasan masalah tahun 2005 dikarenakan data untuk tahun 2006 masih dalam pemeriksaan dan belum disahkan oleh DPRD sehingga belum bisa dipublikasikan.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba merumuskan masalah yang menjadi dasar dalam penulisan skripsi yaitu :


(8)

1. Bagaimana Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang?

2. Apakah pengukuran kinerja yang dilakukan pada pemerintah Kabupaten Deli Serdang telah sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran yang jelas bagaimana Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dalam Penyusunan Laporan Keuangan pada Pemerintah Daerah Deli Serdang.

2. Untuk mengetahui pengukuran kinerja pada pemerintah Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

3. Untuk mengetahui dengan jelas sejauhmana sumber daya yang digunakan dalam penerapan sistem akuntansi keuangan daerah dalam penyusunan laporan keuangan daerah Pemda Deli Serdang.

Pada penelitian ini, penulis berharap memberikan manfaat antara lain : 1. Bagi Penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan

tentang masalah yang diteliti, yaitu bagaimana penerapan akuntansi keuangan daerah.

2. Bagi Pemerintah Kabupaten, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang mungkin berguna bagi perusahaan dalam hal penerapan akuntansi keuangan daerah.


(9)

3. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat menambah informasi dan wawasan serta dapat sebagai referensi bagi peneliti lain bila mengadakan penelitian di masa yang akan datang.

E. Kerangka Konseptual

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Sumber Data : Hasil Olahan Penulis

Pemerintah Kabupaten Deli Serdang

Departemen Akuntansi dan Keuangan

Laporan Keuangan Daerah 1. Laporan Perhitungan Anggaran 2. Nota Perhitungan Anggaran 3. Laporan Aliran kas

4. Neraca Daerah

Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah : 1. Standar Akuntansi Pemerintahan

2. Kepmendagri no. 29 tahun 2002 3. PP no. 105 dan 108 tahun 2000 4. UU no. 32 dan 33 tahun 2004

Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten


(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

1. Pengertian Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Pengertian akuntansi sebagaimana dikemukakan oleh Accounting Principle Board (APB) yang memandang akuntansi dari sudut fungsinya sebagai berikut : Menurut Halim (2002:138) “Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas ekonomi yang dimaksudkan agar berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam membuat pilihan-pilihan yang nalar di antara berbagai alternatif tindakan. Akuntansi meliputi beberapa cabang, antara lain akuntansi keuangan, akuntansi manajemen dan akuntansi pemerintahan”.

Akuntansi menyediakan informasi yang kuantitatif yang bersifat keuangan, dengan demikian output akuntansi adalah informasi keuangan. Informasi keuangan tersebut lebih dikenal dalam bentuk laporan keuangan. Informasi dari akuntansi keuangan daerah tentu saja digunakan oleh Pemerintah Daerah sendiri (internal), juga oleh pihak di luar Pemda (eksternal), seperti DPRD, PemerintahPropinsi, Pemerintah Pusat dan masyarakat dalam rangka pengambilan keputusan.

Sistem akuntansi adalah prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak di dalam dan di luar organisasi. Organisasi bebas merancang dan menerapkan berbagai prosedur yang diharapkan dapat menghasilkan informasi yang dibutuhkan. Akan tetapi karena


(11)

informasi yang harus disajikan kepada pihak-pihak di luar organisasi telah diatur dalam standar akuntansi maka organisasi harus merancang sistem akuntansinya yang dapat menghasilkan laporan keuangan sebagaimana ditetapkan dalam standar akuntansi untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan standar akuntansi.

Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) Departemen Keuangan RI (2001:1) “Sistem akuntansi keuangan secara sederhana adalah suatu sistem informasi yang menggabungkan proses pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran, pelaporan data yang berkaitan dengan keuangan dari suatu entitas sehingga dapat menghasilkan informasi keuangan yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan”.

Dalam Depkeu (2002:13) Akuntansi keuangan pemerintah daerah meliputi semua kegiatan yang mencakup pengumpulan data, pengklasifikasian, pembukuan dan pelaporan atas transaksi keuangan pemerintah daerah. Akuntansi keuangan pemerintah daerah merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang mempunyai ciri-ciri tersendiri berbeda dengan akuntansi komersial, yaitu :

1. Tidak bertujuan untuk mengukur laba

Tujuan pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat,sehingga harus memberikan informasi keuangan mengenai sumber-sumber yang digunakan untuk pelayanan dan darimana sumber-sumber tersebut diperoleh.

2. Tidak adanya kepentingan pemilik

Pemerintah tidak memiliki kekayaan sendiri sebagaimana perusahaan. Bila asset melebihi hutang, maka kelebihan tersebut tidak dapat dibagikan kepada rakyat sebagaimana layaknya badan usaha komesial yng membagikan deviden pada akhir tahun buku. 3. Adanya akuntansi anggaran

Akuntansi anggaran mencakup akuntansi atas estimasi pendapatan, appropriasi, estimasi pendapatan yang dialokasikan, otorisasi kredit anggaran (allotment) serta realisasi pendapatan dan belanja untuk pembuatan laporan yang menunjukkan atau membuktikan ketaatan dengan syarat-syarat yang ditetapkan dalam dokumen otorisasi kredit


(12)

anggaran dan peraturan-peraturan pelaksanaan anggaran yang berlaku.

Kerangka umum sistem akuntansi keuangan daerah adalah sebagai berikut : 1. Satuan Kerja memberikan dokumen-dokumen sumber (DS) seperti Surat

Perintah Membayar Uang (SPMU) dan Surat Tanda Setoran (STS) dari transaksi keuangannya kepada Unit Keuangan Pemerintah Daerah.

2. Unit Pembukuan dan Unit Perhitungan melakuan pembukuan bulanan (DS) tersebut dengan menggunakan komputer akuntansi (komputer yang telah disiapkan untuk keperluan akuntansi) termasuk perangkat lunak (software) akuntansi.

3. Dari proses akuntansi tersebut dihasilkan jurnal yang sekaligus diposting ke dalam buku besar dan buku pembantu secara otomatis untuk setiap satuan kerja.

4. Bila dokumen di atas telah di verifikasi dan benar maka dilanjutkan dengan proses komputer untuk pembuatan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ).

5. LPJ dikirimkan kepada Kepala Daerah sebagai pertanggungjawaban satuan Kerja atas pelaksanaan anggaran, satu copy dikirim kepada Satuan Kerja yang bersangkutan untuk kebutuhan pertanggungjawaban dan manajemen. Satu copy untuk arsip unit perhitungan.

6. LPJ konsolidasi juga harus diberikan kepada Kepala Daerah agar dapat mengetahui keseluruhan realisasi APBD pada suatu periode.


(13)

2. Tahap-tahap Pengembangan Sistem Akuntansi

Pengembangan sistem akuntansi pemerintah membutuhkan waktu yang relatif lama. Terlebih lagi pengembangan sistem ini dimulai bersamaan dengan reformasi dalam pengelolaan keuangan daerah, baik dari sisi perencanaan dan penganggaran, perbendaharaan dan akuntansi, termasuk manajemen kas daerah. Oleh karena itu pengembangan sistem ini sangat erat kaitannya dengan perubahan faktor-faktor tersebut. Semua hal tersebut dapat dijalankan secara simultan.

Dalam BAKUN Departemen Keuangan (2002:15), tahapan-tahapan dalam pengembangan sistem akuntansi pemerintah meliputi :

1. Perencanaan meliputi berbagai kegiatan untuk mengidentifikasi permasalahan serta tujuan pengembangan akuntansi.

2. Pemilihan sistem, meliputi kegiatan studi kelayakan dari berbagai aspek atas berbagai sistem yang dapat digunakan untuk dipilih sistem yang tepat bagi pemerintah daerah yang bersangkutan.

3. Pengembangan sistem, meliputi kegiatan pengembangan sistem dan prosedur akuntansi (berikut software), pengadaan hardware dan prasarana penunjang lainnya, penyiapan kelembagaan yang bertanggungjawab atas sistem akuntansi,penyiapan modul pelatihan, dan penyiapan SDM yang kompeten di bidang akuntansi.

4. Implementasi sistem, yaitu mengimplementasikan sistem yang telah dikembangkan. Dalam tahap implementasi ini hendaknya digunakan sistem paralel. Sistem keuangan daerah yang sekarang tetap berjalan sementara sistem akuntansi keuangan yang baru mulai dijalankan. Bila sistem yang baru berjalan lancar, maka sistem yang lama ditinggalkan.

5. Pemeliharaan sistem, dimaksudkan untuk memperbaiki kesalahan atau kelemahan yang ada serta untuk memutakhirkan agar sistem dapat selalu memenuhi kebutuhan. Pemeliharaan sistem ini harus dilaksanakan secara terus-menerus mengingat perubahan peraturan perundang-undangan, operasi dan transaksi keuangan pemerintah sedemikian sering terjadi.

Informasi yang dihasilkan oleh proses akuntansi dituangkan dalam laporan keuangan terdiri dari :1) Laporan Realisasi Anggaran, 2) Neraca, 3) Laporan Arus Kas, dan 4) Catatan Atas Laporan Keuangan (Komite Standar Akuntasi Pemerintah Pusat dan Daerah).


(14)

Selain empat bentuk unsur laporan keuangan yang dikemukakan di atas, masing-masing daerah diharuskan menyampaikan informasi yang berkaitan dengan keuangan daerah, yaitu Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Daerah dan data yang berkaitan dengan kebutuhan dan potensi ekonomi daerah.

Data akuntansi yang dilaporkan, dikaitkan dengan data nonfinansial seperti data statistik memungkinkan instansi pemerintah untuk menilai efisiensi, sejauhmana sumber daya yang ada telah dimanfaatkan secara ekonomis dan penilaian efektivitas suatu instansi tersebut mampu memberikan pelayanan maksimum dengan sumber yang tersedia, termasuk menilai apakah hasil suatu program dapat mencapai konsekuensi-konsekuensi yang dituju. Sebagai contoh, program yang diluncurkan untuk menanggulangi kemiskinan, pemberantasan penyakit menular, pemberantasan kejahatan atau program penanggulangan putus sekolah apakah sudah berhasil sesuai dengan tujuannya.

Berdasarkan uraian di atas, secara eksplisit menjelaskan konteks penggunaan informasi akuntansi untuk mengevaluasi sejauhmana kebijakan publik dilaksanakan para manajer program dan mentaati pencapaian tujuan dengan batasan tingkat pendanaan yang ditetapkan. Dengan membandingkan angka-angka anggaran dengan realisasi, dapat ditetapkan berapa jumlah yang dibelanjakan dan pada area pola belanja dimana terjadi perbedaan yang telah diantisipasi sebelumnya.

3. Kebijakan Pengembangan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Sistem akuntansi adalah serangkaian prosedur yang digunakan untuk memproses transaksi keuangan pemerintah sampai dilaksanakannya laporan pertanggungjawaban keuangan daerah.


(15)

Dari pengertian tersebut diketahui bahwa sistem akuntansi meliputi berbagai elemen yang diperlukan dalam proses akuntansi. Elemen-elemen tersebut antara lain : formulir, catatan, buku-buku, laporan, sumber daya manusia, kebijakan, prosedur dan prasarana lain yang diperlukan. Seluruh elemen ini saling berinteraksi dalam menghasilkan laporan pertanggungjawaban. Berhubung sistem akuntansi mencakup berbagai elemen sebagaimana disebutkan di atas, maka pengembangan sistem harus dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan ketersediaan dan kesiapan berbagai elemen tersebut.

Tanggungjawab atas pemilihan dan pengembangan sistem akuntansi berada pada Kepala Daerah. Berdasarkan PP No. 105 tahun 2000, Pemerintah Daerah wajib menetapkan sistem akuntansi yang digunakan dalam bentuk peraturan daerah.

Pengembangan sistem akuntansi ini harus berpedoman pada pokok-pokok pengembangan sistem akuntansi yang ditetapkkan oleh Menteri Dalam Negeri. Untuk keperluan dimaksud, Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan Kepmendagri No. 29 tahun 2002. Kepmendagri tersebut hanya mengatur hal-hal pokok saja. Dengan demikian Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan yang diperoleh PP No. 105 tahun 2000 wajib mengembangkan sistem akuntansi yang mampu menghasilkan laporan sesuai dengan mengajukan pada pedoman tersebut akan mempertimbangkan situasi dan kondisi daerah masing-masing. Di dalam Kepmendagri no. 29 tahun 2002 tersebut juga dinyatakan bahwa sistem akuntansi disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah. Oleh karena itu apabila terdapat ketidaksesuaian antara lain butir-butir yang diatur


(16)

dalam Kepmendagri dan standar akuntansi, Pemerintah Daerah seharusnya mengacu kepada Standar Akuntansi keuangan Pemerintah.

B. Laporan Keuangan Daerah

1. Pengertian Laporan Keuangan Daerah

Laporan Keuangan Daerah merupakan informasi yang memuat data berbagai elemen struktur kekayaan dan struktur finansial yang merupakan pencerminan hasil aktivitas tertentu. Istilah “Laporan Keuangan Pemerintah Daerah” meliputi semua laporan dan berbagai penjelasannya yang mengakui laporannya tersebut akan diakui sebagai bagian dari laporan keuangan.

2. Bentuk dan Unsur-Unsur Laporan Keuangan Daerah 2.1 Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai esset kewajiban dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari asset, kewajiban dan ekuitas dana. Masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut :

1. Asset adalah sember daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dengan satuan uang termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan untuk pemeliharaan sumber-sumber daya karena alasan sejarah dan budaya. Manfaat ekonomi masa depan yang


(17)

terwujud dalam asset adalah potensi asset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, baik kegiatan operasional pemerintah berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah. Asset diklasifikasikan ke dalam asse lancar jika diharapkan dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Asset yang tidak dapat dimasukkan dalam kriteria tersebut diklasifikasikan sebagai asset nonlancar. Asset lancar meliputi kas dan setara kas, piutang dan persediaan. Asset nonlancar meliputi asset keuangan yang bersifat jangka panjang, asset yang digunakan untuk kegiatan operasi pemerintah dan asset tidak berwujud. Asset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi permanen, asset tetap lainnya dan konstruksi dalam pengerjaan. Asset nonlancar lainnya diklasifikasikan sebagai asset lainnya, termasuk dalam asset lainnya antara lain ; asset tidak berwujud dan dana cadangan.

2. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintahan. Karakteristik esensial kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai kewajiban masa kini yang dalam penyelesaiannya akan datang. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintah lain atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan pegawai yang bekerja pada pemerintahan atau


(18)

dengan pemberi jasa lainnya. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum atau sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan. Kewajiban di kelompokkan ke dalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang harus diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas bulan sejak tanggal pelaporan, kewajiban yang penyelesaiannya baru wajib dilakukan setelah dua belas bulan sejak tanggal pelaporan.

3. Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara asset dan kewajiban pemerintah.

Ekuitas Dana dapat diklaisifikasikan sebagai berikut :

1. Ekuitas Dana lancar, yaitu selisih antara asset lancar dan dana cadangan atas kewajiban jangka pendek.

2. Ekuitas Dana Investasi, yaitu selisih antara asset nonlancar dan dana cadangan atas kewajiban jangka panjang.

3. Ekuitas Dana Cadangan, yaitu dana yang dicadangkan untuk tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.


(19)

Tabel 2.1 NERACA

PEMERINTAHAN DAERAH PROPINSI/KABUPATEN/KOTA PER 31 DESEMBER 20xx dan 20xx

No URAIAN Dalam Rupiah

20x1 20x3 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. ASSET ASSET LANCAR

Kas di Kas Daerah Kas di Pemegang Kas

Piutang Pendapatan Asli Daerah (PAD) Piutang Lain-lain

Persediaan

Bagian Lancar Pinjaman Kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Bagian Lancar Pinjaman Kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Bagian Lancar Pinjaman Kepada Lembaga Internasional Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran

Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi (TGR) Jumlah Asset Lancar

INVESTASI PERMANEN

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

Pinjaman Kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pinjaman Kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pinjaman Kepada Pemerintah Pusat

Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Otonom Penyertaan Modal Dalam Proyek Pembangunan

Jumlah Investasi Permanen

ASSET TETAP

Tanah

Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan dan Irigasi Asset tetap lainnya

Konstruksi Dalam Pengerjaan

Jumlah Asset Tetap

ASSET LAINNYA

Tagihan Penjualan Angsuran Kemitraan Dengan Pihak Ketiga Asset Tak Berwujud

Dana Cadangan Asset Lain-lain

Jumlah Asset Lainnya JUMLAH ASSET

KEWAJIBAN

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

Hutang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) Hutang Lainnya

Hutang lancar Kewajiban Jangka Panjang

Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx


(20)

53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73.

Jumlah Kewajiban Lancar

Bagian lancar Kewajiban Jangka Panjang Jumlah Kewajiban lancar

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

Utang Obligasi Utang Bunga Obligasi Utang Bunga Lainnya

Jumlah Kewajiban Jangka Panjang JUMLAH KEWAJIBAN

EKUITAS DANA EKUITAS DANA LANCAR

Selisih Lebih Pembiayaan Anggaran (SilPA) Dana lancar Cadangan Piutang

Cadangan Persediaan

Dana yanh harus disediakan untuk pembayaran Hutang jangka Panjang

Jumlah Ekuitas Dana Lancar

EKUITAS DAN INVESTASI

Diinvestasi dalam Investasi Permanen Diinvestasi dalam Aset Tetap Diinvestasi dalam Asset Lain-Lain

Dana yang disediakan untuk Pembayaran Hutang jangka Panjang

Jumlah Ekuitas Dana Investasi

EKUITAS DANA CADANGAN

Diinvestasi dalam Dana Cadangan

Jumlah Ekuitas Dana Cadangan

JUMLAH EKUITAS DANA

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DAN DANA

Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx

Sumber Data : Manual Akuntansi Keuangan Daerah

2.2 Laporan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Laporan realisasi menyajikan ikhtisar sumber, alokasi pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan.

Komponen yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran meliputi unsur pendapatan, belanja dan pembiayaan. Masing-masing komponen didefinisikan sebagai berikut :

1. Pendapatan adalah semua penerimaan kas umum negara atau kas daerah yang menambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran bersangkutan


(21)

yang menjadi hak pemerintah pusat atau daerah, yang tidak perlu dibayar diperoleh dibayar kembali pembayarannya oleh pemerintah.

2. Belanja adalah semua pengeluaran kas umum negara atau kas daerah yang menguarangi ekuitas dana lancar dam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali pembayarannya oleh pemerintah.

3. Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman kepada entitas lain dan penyertaan modal oleh pemerintah.

Tabel 2.2

LAPORAN PERHITUNGAN APBD PEMERINTAH DAERAH/KABUPATEN/KOTA

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20xx dan 20xx

No URAIAN APBD 20xxx APBD 20xx

ANGGA RAN

REALI SASI

% ANGG

ARAN REALI SASI % 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. PENDAPATAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH

Pendapatan Pajak Daerah Bersih Pendapatan Retribusi Daerah Bersih

Pendapatan Bagian Laba Perusahaan milik Daerah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah

Jumlah Pendapatan Asli Daerah PENDAPATAN DANA PERIMBANGAN

Pendapatan Bagian Daerah Dari PBB dan BPHTB Pendapatan Bagian Daerah Dari Pajak Penghasilan Pendapatan Bagian Daerah Dari SDA

Dana Alokasi Umum

Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx


(22)

13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75.

Dana Alokasi Khusus

Jumlah Pendapatan Dana Perimbangan PENDAPATAN BAGI HASIL DARI PEMPROP

Pendapatan Bagi Hasil Pajak Pendapatan Bagi Hasil Lainnya

Jumlah Pendapatan Bagi Hasil dan Pemprop

PENDAPATAN LAIN-LAIN YANG SAH

Pendapatan Hibah Pendapatan Dana Darurat Pendapatan Lain-Lain

Jumlah Lain-lain Pendapatan Yang Sah JUMLAH PENDAPATAN

BELANJA

Organisasi DPRD

Bupati dan Wakil Bupati Sekretaris Daerah Dispenda Dinas Kesehatan Dinas Pekerjaan Umum BAPPEDA

BAPEDALDA

JUMLAH BELANJA

BAGI HASIL PENDAPATAN KE DESA

Bagi Hasil Pajak Ke Desa Bagi Hasil Retribusi Ke Desa

Bagi Hasil Pendapatan Lainnya Ke Desa

JUMLAH BAGI HASIL PENDAPATAN KE DESA DANACADANGAN

Pembentukan Dana Cadangan Pencarian Dana Cadangan

DANA CADANGAN NETTO SURPLUS/DEFISIT

PEMBIAYAAN Penerimaan

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Penjualan Aset Daerah Yang Dipisahkan Penjualan Investasi Lainnya

Pinjaman Luar Negeri

Pinjaman Dari Pemerintah Pusat

Pinjaman Dari Pemerintah Otonom Lainnya Pinjaman Dari BUMN

Pinjaman Dari BUMD Pinjaman Dari Bank

Pinjaman Dari Lembaga Keuangan Pinjaman Dalam Negeri Lainnya

Jumlah Penerimaan Pengeluaran

Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri Pembayaran Pokok Pinjaman Pemerintah Pusat Pembayaran Pokok Pinjaman Pemda otonom Lainnya Pembayaran Pokok Pinjaman Kepada BUMN Pembayaran Pokok Pinjaman Kepada BUMD Pembayaran Pokok Pinjaman kpd dlm Negeri Lainnya Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah

Pemberian Pinjaman Kepada BUMN Pemberian Pinjaman Kepada Pemberian Pinjaman Kepada Pemberian Pinjaman Kepada

Jumlah Pengeluaran PEMBIAYAAN NETTO Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx Xx


(23)

2.3 Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan kegiatan operasional, investasi, pembiayaan dan transaksi nonanggaran menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir kas pemerintah pada periode tertentu. Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-masing didefinisikan sebagai berikut :

1. Penerimaan adalah semua penerimaan kas umum negara atau kas yang dibukukan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

2. Pengeluaran adalah semua pengeluaran kas umum negara atau kas daerah yang dibukukan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

Tabel 2.3

PEMERINTAH KABUPATEN LAPORAN ARUS KAS

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20xx DAN 20xx

NO URAIAN 20xx 20xx

REALISASI ANGGARAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.

Arus Kas Dari Aktivitas Operasi I. Arus Kas Masuk

A. PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Pajak Daerah

Pendapatan Retribusi Daerah

Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lainnya Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah

Total Pendapatan Asli Daerah

B. PENDAPATAN DANA PERIMBANGAN DARI PEMERINTAH PUSAT

Pendapatan Bagian Daerah Dari PBB dan BPHTB Pendapatan Bagian Daerah Dari Pajak Penghasilan Pendapatan Bagian Daerah Dari SDA

Pendapatan Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus

Total pendapatan Dana Perimbangan

C. PENDAPATAN BAGI HASIL DARI PEMERINTAH PROPINSI

Pendapatan Bagi Hasil Pajak Pendapatan Bagi Hasil Lainnya

Total Pendapatan Bagi Hasil Dari Pemerintah Propinsi D. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

Pendapatan Hibah Pendapatan Dana Darurat Lain-Lain Pendapatan

Total Lain-Lain Pendapatan Yang Sah Total Arus Kas Masuk

Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxxx Xxx Xxx Xxxx Xxx Xxx Xxx Xxxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxxx Xxx Xxx Xxxx Xxx Xxx Xxx Xxxx


(24)

26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79.

II. Arus Kas Keluar

Belanja Pegawai Belanja Barang dan jasa Belanja Pemeliharaan Belanja Perjalanan Dinas Belanja Pinjaman Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Operasi Lainnya Belanja Tak Tersangka Bagi Hasil Pajak Ke Desa Bagi Hasil Retribusi Ke Desa Bagi Hasil Pendapatan Ke Desa

Total Arus Keluar Kas

Arus Kas Bersih Dari Aktivitas Operasi (I-II)

Arus Kas Dari Transaksi Asset Tetap Dan Asset Lainnya Arus Masuk Kas

Pendapatan Dari Penjualan Asset Tetap Pendapatan Dari Penjualan Asset Lainnya

Total Arus Masuk Kas Arus Keluar Kas

Pembelian Asset Tetap Pembelian Asset Lainnya

Total Arus Keluar Kas

Arus Kas Bersih Dari Transaksi Asset Tetap Dan Asset Lainnya Arus Kas Dari Aktivitas Pembiayaan

Arus Kas Masuk

Penerimaan Penjualan Asset Yang Dipisahkan

Penerimaan Kembali Pinjaman kpd BUMN/D/PemPusat/Daerah Otonom Lainnya

Penerimaan Pinjaman Dari BUMN/BUMD Penerimaan Pinjaman Pemerintah Pusat

Penerimaan Pinjaman Dari Pemerintah Otonom Lainnya Penerimaan Pinjaman Dari dalam Negeri

Penerimaan Pinjaman Luar Negeri

Total Arus Masuk Kas Arus Kas Keluar

Pembayaran Pokok Pinjaman Kepada Pemerintah Pusat Pembayaran Pokok Pinjaman Kepada BUMN/D

Pembayaran Pokok Pinjaman Pemerintah Daerah Otonom Lainnya Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Lainnya

Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

Total Arus Keluar kas

Arus Kas Bersih Dari Aktivitas Pembiayaan Arus Kas Dari Aktivitas Non Anggaran Arus Kas Masuk

Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga

Arus Kas Keluar

Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga

Arus Kas Bersih Dari Aktivitas Non Anggaran Kenaikan/Penurunan Kas

Saldo Kas Awal Saldo Kas Akhir

Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxxx Xxxx Xxx Xxx Xxxxx Xxx Xxx Xxx Xxxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxxx Xxx Xxx Xxx Xxxx Xxxx Xxx xxxxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxxx Xxxx Xxx Xxx Xxxxx Xxx Xxx Xxx Xxxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxxx Xxx Xxx Xxx Xxxx Xxxx Xxx xxxxx


(25)

2.4 Nota Perhitungan APBD

Dalam laporan pertanggungjawaban keuangan daerah, terdapat tiga bentuk laporan keuangan daerah dan sistem akuntansi keuangan daerah ini, yaitu laporan perhitungan APBD, laporan arus kas dan neraca daerah. Terdapat satu bentuk laporan lagi yang dipersyaratkan oleh peraturan yang berlaku yaitu nota perhitungan APBD. Nota perhitungan APBD merupakan dokumen yang disampaikan oleh Kepala Daerah dihadapan sidang paripurna DPRD. Nota perhitungannya pada dasarnya menurut kinerja keuangan daerah dan ringkasan realisasi APBD yang disajikan dalam laporan perhitungan APBD.

Nota perhitungan APBD ini merupakan laporan yang bersifat komprehensif yang menurut baik informasi-informasi keuangan maupun nonkeuangan. Oleh karena itu, penyusunannya bukanlah dihasilkan secara langsung oleh sistem, melainkan ditambah dengan berbagai data-data lainnya.

Nota Perhitungan APBD dapat disusun sebagai berikut : Bab I Pendahuluan

1.1Umum

1.2Maksud dan Tujuan Penyusunan Nota Perhitungan APBD 1.3Landasan Hukum Penyusunan Nota Perhitungan APBD 1.4Sistematika Penulisan Nota Perhitungan APBD

Bab II Kinerja Keuangan Daerah

1.1Arah dan Kebijakan Umum APBD 1.2Strategi dan Prioritas APBD

1.3Rencana Program/ Kegiatan dan Target Kinerja


(26)

Bab III Ringkasan Realisasai APBD

3.1 Realisasi Pendapatan Daerah’ 3.2 Realisasi Belanja Daerah

3.3 Realisasi Pembiayaan 3.4 Posisi Dana Cadangan

Bab V Penutup

2.5 Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan lain meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan relisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan juga mencakupi informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelapor dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut :

1. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal atau keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-Undang APBN atau Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target. 2. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja selama tahun pelaporan.

3. Mengajukan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.

4. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.


(27)

5. Mengungkapkan informasi untuk pos-pos asset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual yang dimodifikasi atas pendapatan dan belanja serta rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas. 6. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang

wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

3. Konsep Dasar dan Karakteristik Laporan Keuangan Daerah

Menurut Nordiawan (2006:39) ada delapan prinsip yang digunakan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah :

1. Basis Akuntansi

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aktiva, kewajiban dan entitas dalam neraca.

2. Prinsip Nilai Historis

Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dimasa yang akan datang dalam kegiatan pemerintahan.

3. Prinsip Realisasi

Pendapatan yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah selama satu tahun fiskal akan digunakan untuk membayar untuk membayar utang dan belanja dalam periode tersebut.


(28)

4. Prinsip Substansi Mengungguli Bentuk Formal

Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi atau peristiwa lain yang seharusnya disajikan. Maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya aspek formalitasnya saja, hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas pada Catatan Atas Laporan Keuangan. 5. Prinsip Periodesitas

Kegiatan akuntansi dan laporan keuangan entitas pelaporan perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan, sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan.

6. Prinsip konsistensi

Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang seharusnya serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan.

7. Prinsip Pengungkapan Lengkap

Laporan Keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi-informasi tersebut dapat ditempatkan pada lembar muka laporan keuangan atau dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.

8. Prinsip Penyajian Wajar

Faktor pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan.


(29)

Dalam penyusunan laporan Keuangan pada awalnya sistem pencatatan tunggal (single entry system) seringkali digunakan didalam pelaksanaan pencatatan transaksi keuangan. Hal ini dikarenakan sistem pencatatan tunggal (single entry) lebih mudah dipahami dan praktis. Akan tetapi sekarang ini tidak dipakai lagi.

Karakteristik laporan keuangan daerah merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik pokok yaitu : dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat diperbandingkan.

1. Dapat dipahami

Kualitas penting yang ditampung dalam laporan keuangan daerah adalah kemudahannya untuk segera dipahami pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

2. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memakai kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai

3. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus handal (reliable). Informasi memiliki kualitas handal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian


(30)

yang tulus atau jujur (faithfu; representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

4. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan entitas antar periode untuk mengindentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk entitas tersebut, antar periode entitas yang sama dan untuk entitas yang berbeda.

4. Tujuan Laporan Keuangan Daerah

Menurut Indra Bastian yang diadopsi dari Public Sector Comitee-IFAC (2001:128) tujuan Pelaporan Keuangan Sektor Publik yaitu :

1. Tujuan secara umum

a. Memberikan informasi yang bermanfaat. b. Memenuhi kebutuhan pemakai

2. Tujuan secara khusus

a. Mengidentifikasi sumber daya yang didapat dan digunakan sesuai dengan anggaran yang telah disetujui secara umum.

b. Mengidentifukasi sumber daya yang didapat dan digunakan sesuai. c. Menyediakan informasi tentang sumber daya alokasi dan

penggunaan sumber daya keuangan.

d. Menyediakan informasi tentang cara organisasi sektor publik membiayai aktivitas dan memenuhi kebutuhan kas.

e. Menyediakan informasi yang berguna dalam mengevaluasi kemampuan manajemen dalam membiayai aktivitasnya dan memenuhi komitmen serta kewajibannya.

f. Menyediakan informasi tentang kondisi keuangan dan perubahannya oranisasi sektor publik.

g. Menyediakan informasi untuk mengevaluasi performansi organisasi sektor publik terutama yang terkait dengan biaya operasi efisiensi dan pencapaian target.


(31)

Laporan Keuangan Daerah merupakan representasi terstruktur posisi keuangan dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pemerintah daerah. Laporan Keuangan daerah untuk tujuan umum yaitu mempunyai peranan prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, sumber daya dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan, serta resiko dan ketidakpastian yang terkait. Untuk memenuhi tujuan tersebut, laporan keuangan daeran menyediakan informasi mengenai entitas dalam hal ini :

1. Aktiva; 2. Kewajiban;

3. Ekuitas Dana Pendapatan; 4. Belanja;

5. Pembiayaan dan; 6. Arus Kas

Setiap entitas laporan keuangan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode laporan untuk tujuan :

1. Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas perintah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

2. Manajerial

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi palaksanaan kegiatan suatu entitas pemerintah dalam periode pelaporan, sehingga memudahkan fungsi


(32)

perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aktiva, kewajiban dan entitas pemerintah untuk kepentingan masyarakat.

3. Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam mengelola sumber daya yang dipergunakan kepadanya dan ketaatannya kepada perturan peraturan perundang-undangan.

4. Keseimbangan Antargenerasi (Intersenerational Equity)

Membantu para pengguna dalam mengetahui apakah penerimaan pemerintah pada periode pelaporan cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

Tujuan keseimbangan antargenerasi (intergeneration Equity) pada akuntansi pemerintahan dapat dilihat seperti pada transaksi belanja modal yang berasal dari dana pinjaman. Untuk meningkatkan kemampuan objektif dan disiplin Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pengembalian pinjaman, maka diperlukan kecermatan dan kehati-hatian, dalam pengelolaan pinjaman daerah ini bertujuan untuk mengatur lebih lanjut hal-hal yang menyangkut pinjaman daerah dengan mengantisipasi kebutuhan masa depan serta dengan mempertimbangkan perlunya mempertahankan kondisi kesehatan dan kesinambungan perekonomian nasional.


(33)

Dana pinjaman tersebut terbagi ke dalam dua jenis yaitu dana pinjaman pemerintah pusat yang digunakan untuk membiayai proyek-proyek bantuan luar negeri dan dana pinjaman dari pemerintah daerah yang digunakan untuk membiayai proyek-proyek dari pemerintah pusat.

Secara spesifik, tujuan laporan keuangan daerah adalah menyediakan informasi yang berguna untuk menunjukkan akuntabilitas entitas untuk sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

C. Prosedur Akuntansi Keuangan Daerah Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Daerah

Pada Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Keuangan Daerah, prosedur yang akan di bahas adalah prosedur penerimaan dan penyetoran kas, prosedur penerbitan SPM melalui pengajuan SPP BS awal tahun anggaran, prosedur penerbitan SPM melalui pengajuan SPP belanja berikutnya, prosedur penerbitan SPM melalui pengajuan SPP BT dan prosedur pengeluaran kas. Prosedur ini terdiri dari :

1. Penerimaan dan penyetoran kas pada sub sistem pendapatan asli daerah, pendapatan retribusi daerah dan lain-lain pendapatan yang sah.

2. Penerimaan dan penyetoran kas pada sub sistem penerimaan dana perimbangan.

3. Penerimaan dan penyetoran kas pada bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak.


(34)

a. Prosedur penerbitan SPM melalui pengajuan SPPBS pada awal tahun anggaran.

b. Prosedur penerbitan SPM melalui pengajuan SPPBS pada awal tahun anggaran.

c. Prosedur penerbitan SPM melalui pengajuan SPPBT pada awal tahun anggaran.

d. Prosedur Pengeluaran Kas.

A. Penerimaan dan penyetoran kas pada sub sistem pendapatan asli daerah, pendapatan retribusi daerah dan lain-lain pendapatan yang sah :

1. Kasir setiap unit kerja

a. Menerima uang dan SKPD rangkap lima dari wajib pajak untuk pajak daerah.

b. Menerima uang TBP rangkap tiga dari wajib pajak untuk retribusi daerah.

c. Menghitung jumlah uang yang diterima dan mencocokkan dengan jumlah yang tercantum dalam SKPD kepada :

d. Mendistribusikan SKPD kepada : - Lembar kesatu untuk wajib pajak - Lembar kedua untuk dispenda - Lembar ketiga untuk jasa raharja

- Lembar keempat untuk pemegang kas (BKP) - Lembar kelima untuk arsip


(35)

e. Mendistribusikan TBP kepada : - Lembar kesatu untuk wajib pajak - Lembar kedua untuk kasir

- Lembar ketiga untuk pemegang kas (BKP)

f. Menyetorkan uang kepada pemegang kas (BKP) selambat-lambatnya jam tertentu setiap hari kerja dengan menggunakan STS rangkap empat.

g. Pengisian STS oleh kasir baik rinciannya harus sama dengan SKPD atau TBP.

h. Berdasarkan STS yang telah diotorisasi pemegang kas (BKP) unit kerja membuat register penerimaan.

i. Mengarsipkan STS lembar kesatu.

2. Pemegang kas khusus penerima (pemegang kas khusus atau BKP) setiap unit kerja.

a. Menerima setoran uang, SKPD lembar keempat dan STS 4 lembar untuk pajak daerah.

b. Menerima setoran uang, TBP lembar ketiga dan STS 4 lembar untuk retribusi daerah.

c. Menghitung uang yang diterima dan mencocokkan dengan jumlah yang tercantum dalam STS.

d. Mengotorisasi STS dan mendistribusikannya kepada : - Lembar kesatu untuk kasir

- Lembar kedua untuk pemegang kas - Lembar ketiga untuk KASDA


(36)

- Lembar keempat untuk pemegang kas (BKP)

- Lembar kelima untuk bagian atau subbagian akuntansi

- Membuat rekapitulasi penerimaan harian (RPH-pemegang kas atau BKP) rangkap dua dengan distribusi :

- Lembar kesatu untuk pemegang kas dan diarsipkan. - Lembar kedua untuk Kasda yang disampaikan melalui

bank.

- Menyetoekan penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah ke rekening Kasda dengan menggunakan slip setoran rangkap dua dan dilampiri.

- STS lembar 3-4

- RPH pemegang kas lembar kedua

e. RPH pemegang kas untuk selanjutnya dikirim ke kasda oleh bank.

f. Penyetoran dilaksanakan selambat-lambatnya jam tertentu pada setiap hari kerja.

g. Pemegang kas tidak diperkenankan menyimpan uang tunai lebih dari 1x24 jam.

h. Mengarsipkan SKPD lembar keempat, STS lembar kedua dan RPH pemgang kas lembar kesatu untuk pajak daerah.

i. Mengarsipkan TBP lembar keempat, STS lembar kedua dan RPH pemegang kas lembar kesatu untu retribusi daerah.

j. Tiap akhir bulan pemegang kas membuat laporan penerimaan kepada dispenda.


(37)

3. Bank

a. Menerima uang, STS lembar ketiga dan keempat, RPH pemegang kas (BKP) lembar kedua, slip setoran dua rangkap dari pemegang kas.

b. Mengotorisasi slip setoran dan mengembalikan lembar kesatu kepada pemegang kas.

c. Mengkredit rekening Kasda.

d. Mengarsipkan slip setoran lembar kedua.

e. Berdasarkan RPH pemegang kas, membuat rekap RPH pemegang kas lembar kesatu dan kedua, nota kredir dan rekening koran kepada Kasda.

f. Setoran atau titipan penerimaan daerah hari jumat atau sabtu di kreditkan pada rekening Kasda pada hari senin.

g. Setoran akhir bulan harus dikreditkan pada bulan yang bersangkutan.

4. Kas Daerah

a. Menerima STS lembar rangkap ketiga dan keempat, RPH pemegang kas lembar kedua, rekap RPH pemegang kas lembar kesatu dan kedua, nota kredit dan rekening koran dari bank. b. Meneliti kebenaran kode rekeningdan uraian penerimaan dan

mencocokkan jumlah rupiah yang ada pada STS, rekap RPH pemegang kas, nota kredit dan RC.

c. Menghubungi bank yang belum mengirimkan lembaran STS dan rekapitulasi penerimaan harian pemegang kas.


(38)

d. Menyerahkan rekap RPH pemegang kas lembar kedua dan STS lembar keempat kepada bagian atau sub bagian akuntansi.

e. Membuat daftar penerimaan atau penyetoran yang sudah dicatat tetapi belum masuk RC.

f. Mencatat rekap RPH pemegang kas ke dalam catatan atau jurnal penerimaan dan pengeluaran kas.

g. Mengarsip RPH pemegang kas lembar kedua, rekap RPH pemegang kas lembar kesatu dan STS lembar ketiga.

5. Bagian atau sub bagian akuntansi

a. Bagian atau sub bagian akuntansi menerima rekap RPH pemegang kas lembar kedua dan STS lembar keempat dari Kasda.

b. Mencocokkan jumlah yang tercantum dalam rekap RPH pemegang kas dengan STS.

c. Melakukan jurnal dan posting secara harian atau bulanan, dengan membukukan STS dan nota kredit ke dalam buku besar penerimaan.

d. Setelah dilakukan jurnal dan posting, selanjutnya dilakukan pencetakan DTP.

e. Selanjutnya DTP diteliti kebenarannya dan dibandingkan dengan STS. Jika tidak benar proses jurnal posting diulang. Jika sudah benar maka selanjutnya dengan proses pelaporan keuangan.


(39)

f. Selanjutnya dilakukan cek kebenaran proses pelaporan keuangan dengan membandingkan data yang dicetak dalam lembar pengontrol. Jika belum benar maka proses pelaporan keuangan diulang, jika sudah benar maka dicetak pelaporan keuangan.

g. Pada akhir periode atau tahun anggaran yang ditentukan, berdasarkan laporan yang diterima dari unit kerja lain maka dilakukan proses rekonsiliasi atas perkiraan neraca dan LRA. h. Berdasarkan hasil rekonsiliasi tersebut dibuat memo

penyesuaian.

i. Berdasarkan memo penyesuaian tersebut maka laporan keuangan dicetak dan didistribusikan kepada pihak-pihak terkait.

j. Membukukan STS dan nota kredit ke dalam buku pembantu penerimaan.

k. Membukukan rekap RPH pemegang kas ke dalam buku besar penerimaan.

l. Mengarsip rekap RPH pemegang kas lembar kedua, nota kredit dan ST lembar keempat.

B. Penerimaan dan penyetoran kas pada sub sistem penerimaan dana perimbangan :

1. Biro atau bagian keuangan

a. Membuat SPP rangkap dua.


(40)

c. Mengarsip SPP lembar kedua.

2. KPKN

a. Menerima SPP dari biro atau bagian keuangan.

b. KPKN menerbitkan SPM berdasarkan SPP yang diterimanya.

c. Mengirimkan SPM tersebut ke bank sebagai perintah kepada bank tersebut untuk melakukan transfer ke rekening kasda.

3. Bank

a. Menerima transfer dari KPKN, mengkreditkan rekening Kasda dan mengirim RC serta nota kredit ke Kasda.

b. Setoran akhir bulan harus masuk penerimaan pada bulan yang bersangkutan.

4. Kas Daerah

a. Menerima RC dan nota kredit dari bank. b. Mencocokkan RC dengan nota kredit.

c. Mengirim nota kredit ke bagian atau sub bagian akuntansi. d. Mengarsip RC.

5. Bagian atau sub bagian akuntansi

a. sama dengan prosedur penerimaan PAD.

C. Penerimaan dan penyetoran kas pada bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak.

1. Bank persepsi

a. Mengirim nota kredit daln laporan penerimaan uang ke KPKN dan KPPBB serta mentransfer uang ke bank persepsi.


(41)

2. Bank

a. Menerima transfer dari bank persepsi, mengkreditkan rekening Kasda dan mengirimkan RC serta nota kredit ke kas daerah.

b. Setoran akhir bulan harus masuk penerimaan pada bulan yang bersangkutan

3. Kas Daerah

a. Menerima RC dan nota kredit dari bank. b. Mencocokkan RC dengan nota kredit.

c. Mengirimkan nota kredit ke bagian atau sub bagian akuntansi. d. Mengarsip RC.

4. Bagian atau sub bagian akuntansi

a. Sama dengan prosedur penerimaan PAD.

D. Penerimaan dan penyetoran kas pada sub sistem :

D.1 Prosedur penerbitan SPM melalui pengajuan SPPBS pada awal tahun anggaran :

1. Pemegang kas atau bendaharawan

a. Membuat SPPBS minimal rangkap lima dan SKO untuk SPP awal anggaran.

b. Membuat SPPBS minimal rangkap lima dan SKO serta pengendalian anggaran belanja untuk SPP bulan berikutnya.

c. Mendistribusikan SPPBS lembar pertama sampai lembar kelima ke sub bagian perbendaharaan.

d. Menerima dan mengarsip SPPBS lembar keempat dan SPM lembar keempat yang diterima dari bagian atau sub bagian p[erbendaharaan.


(42)

e. Mencatat SPM lembar keempat dalam BKU di sisi penerimaan. f. Mencairkan SPM di Kasda jika SPM dibayar secara tunai oleh Kasda. g. Membuat cek dan mencairkannya di bank jika SPM dibayarkan melalui

bank.

h. Mencatat dalam register SPP – SPM.

2. Bagian atau sub bagian Perbendaharaan

a. Menerima, memeriksa dan mengotorisasi SPPBS yang diajukan oleh pemegang kas setiap unit kerja serta mendistribusikan SPM minimal delapan lembar.

b. Mendistribusikan SPP sebagai berikut :

- Lembar pertama pertama sampai kedua untuk Kasda.

- Lembar Ketiga untuk arsip bagian atau sub bagian perbendaharaan. - Lembar keempat untuk pemegang kas dinas atau unit kerja.

- Lembar kelima untuk bagian atau sub bagian verifikasi. c. Mencatat SPP yang masuk atau sah ke dalam register SPPBS. d. Mendistribusikan SPM sebagai berikut :

- Lembar pertama sampai ketiga untuk Kasda.

- Lembar keempat untuk pemegang kas dinas atau unit kerja. - Lembar kelima untuk bagian atau sub bagian verifikasi. - Lembar keenam untuk arsip.

- Lembar ketujuh untuk bagian atau sub bagian perbendaharaan. - Lembar kedelapan untuk arsip loket atau advis lest.

- Mencatat SPM yang diterbitkan ke dalam register SPM. - Mengarsip SPM lembar ketujuh.


(43)

- Mengarsip SPM lembar kedelapan atau arsip loket advis lest.

D.2 Prosedur pengesahan SPJ melalui pengajuan SPP belanja bulan berikutnya

1. Pemegang Kas atau Bendaharawan

a. Mencatat semua kuitansi atau bukti pengeluaran ke dalam catatan atau registernya masing-masing.

b. Menyiapkan SPJ dengan menggabungkan semua kuitansi atau bukti pengeluaran dan berkas lainnya masing-masing rangkap tiga.

c. Menyerahkan berkas SPJ sebanyak tiga berkas kepada bagian atau sub bagian verifikasi.

d. Menerima surat tanda terima penyerahan SPJ dari bagian atau sub bagian verifikasi lembar pertama dan kedua.

e. Menerima surat pengesahan SPJ dari bagian atau sub bagian verifikasi lembar ketiga.

f. Pada akhir tahun anggaran atau bulan desember SPJ disertai dengan bukti penyetoran sisa penggunaan dropping beban sementara pada awal bulan tersebut.

2. Bagian atau sub bagian verifikasi.

a. Menerima dan mengarsip tambahan SPPBS lembar kelima dan SPM lembar kelima dalam register SPP dan register sebagai bahan verifikasi pertanggungjawaban pemegang kas bulan berikutnya.

b. Menerima dan meneliti berkas SPJ dari pemegang kas rangkap tiga yang didistribusikan sebagai berikut :


(44)

- Berkas lembar pertama sebagai arsip.

- Berkas lembar kedua untuk bagian atau sub bagian akuntansi setelah diperiksa dan diuji.

- Berkas lembar ketiga untuk pemegang kas.

c. Menerbitkan surat tanda terima penyerahan SPJ rangkap tiga yang didistribusikan sebagai berikut :

- Lembar pertama untuk pemegang kas.

- Lembar kedua untuk bagian atau sub bagian perbendaharaan. - Lembar ketiga untuk arsip.

d. Memeriksa berkas SPJ dari pemegang kas setiap unit kerja.

e. Membuat surat tanda terima penyerahan SPJ lembar pertama dan kedua dari bagian atau sub bagian verifikasi rangkap tiga yang didistribusikan sebagai berikut :

- Lembar pertama dan kedua untuk pemegang kas.

- Lembar ketiga untuk arsip bagian atau sub bagian perbendaharaan. f. Menerbitkan pengesahan SPJ SPPBS rangkap lima yang didistribusikan

sebagai berikut :

- Lembar pertama untuk pemegang kas.

- Lembar kedua untuk bagian atau sub bagian akuntansi. - Lembar ketiga untuk bagian atau sub bagian perbendaharaan. - Lembar keempat untuk arsip.

g. Membuat surat teguran apabila pemegang kas terlambat menyerahkan SPJ khusus untuk akhir tahun atau bulan desember, SPJ dilakukan pada akhir bulan sebelum penutupan tahun anggaran.


(45)

D.3 Prosedur penerbitan SPM melalui pengajuan SPPBT pada awal tahun anggaran :

1. Pemegang kas atau bendaharawan

a. Membuat SPPBT minimal rangkap lima. Dilengkapi SKO, kuitansi-kuitansi pengeluaran, tanda terima pembayaran utang disetujui oleh atasan langsung dan pemegang kas atau bendaharawan, BA pemeriksaan barang atau pekerjaan oleh BKP atau konsultan, surat pernyataan tidak terlambat melaksanakan pekerjaan, BAST penyerahan barang atau pekerjaan, BA pembayaran dan surat bukti pendukung lainnya.

b. Mendistribusikan SPPBS lembar pertama sampai lembar kelima ke bagian atau sub bagian perbendaharaan.

c. Menerima dan mengarsip SPPBT lembar keempat dan SPM lembar keempat yang diterima dari bagian atau sub bagian perbendaharaan.

d. Mencatat SPM keempat dalam BKU di sisi penerimaan.

e. Mencairkan SPM di Kasda jika SPM dibayarkan secara tunai oleh Kasda. f. Membuat cek dan mencairkannya ke bank jika SPM dibayarkan melalui

bank.

g. Mencatat dalam register SPP SPM.

2. Bagian atau sub bagian perbendaharaan

a. Menerima, memeriksa dan mengotorisasi SPP BT yang di ajukan oleh pemegang kas setiap unit kerja serta mendistribusikan SPM minimal 8 lembar.

b. Mendistribusikan SPP sebagai berikut : - Lembar pertama sampai kedua untuk Kasda.


(46)

- Lembar ketiga untuk bagian atau sub bagian perbendaharaan. - Lembar keempat untuk pemegang kas dinas atau unit kerja. - Lembar kelima untuk bagian atau sub bagian verifikasi. c. Mencatat SPP yang masuk atau sah ke dalam register SPPBT. d. Mendistribusikan SPM sebagai berikut :

- Lembar pertama sampai ketiga untuk Kasda.

- Lembar keempat untuk pemegang kas dinas atau unit kerja. - Lembar kelima untuk bagian atau sub bagian verifikasi. - Lembar keenam untuk pihak ketiga.

- Lembar ketujuh untuk bagian atau sub bagian perbendaharaan. - Lembar kedelapan untuk arsip loket atau advis lest.

e. Mencatat SPM yang diterbitkan ke dalam register SPM f. Mengarsip SPM lembar ketujuh.

g. Mengarsip SPM lembar kedelapan atau arsip loket advis lest.

3. Bagian atau sub bagian verifikasi

a. Menerima dan mengarsipkan tembusan SPPBT lembar kelima dan SPM lembar kelima dalam register SPP dan register SPM sebagai bahan dalam memverifikasikan pertanggungjawaban pemegang kas bulan berikutnya khusus untuk SPPBS.

b. Menerbitkan pengesahan SPJ dropping bulan sebelumnya. c. Mencatat pengsahan SPJ ke dalam register SPJ.

D.4 Prosedur Pengeluaran Kas. 1. Pemegang Kas


(47)

a. Menerima dan mengarsipkan SPPBS lembar keempat dan SPM lembar keempat yang diterima dari bagian atau sub bagian perbendaharaan.

b. Mencairkan SPM di Kasda jika SPM di bayar tunai oleh Kasda.

c. Membuat cek dan mencairkannya ke bank jika SPM dibayarkan melalui bank.

2. Bagian atau sub bagian perbendaharaan

a. Menerima pengesahan SPJ tembusan dari bagian atau sub bagian verifikasi khusus untuk belanja beban sementara bulan berikutnya.

b. Memeriksa dan mengotorisasi serta mengeluarkan SPM sesuai SPP yang telah diperiksa yang diajukan oleh pemegang kas atau pengajuan SPP disertai pengesahan SPJ jika merupakan pengajuan beban sementara bulan berikutnya.

c. Mendistribusikan SPPBS atau SPPBT sebagai berikut : - Lembar pertama sampai kedua untuk Kasda.

- Lembar ketiga untuk arsip bagian atau sub bagian perbendaharaan. - Lembar keempat untuk pemegang kas dinas atau unit kerja.

- Lembar kelima untuk bagian atau sub bagian verifikasi.

3. Bagian verifikasi khusus untuk SPPBS

a. Menerbitkan pengesahan SSPJ SPPBS rangkap lima yang didistribusikan sebagai berikut :

- Lembar pertama untuk pemegang kas.

- Lembar kedua untuk bagian atau sub bagian akuntansi. - Lembar ketiga untuk bagian atau sub bagian perbendaharaan. - Lembar keempat untuk arsip.


(48)

4. Kantor Kas Daerah atau Kasda

a. Menerima SPM lembar pertama sampai lembar ketiga dari bagian atau sub bagian perbendaharaan, SPM disertai berkas SPPBS atau SPPBT lembar pertama dan kedua.

b. Meneliti kebenaran kode kegiatan, uraian kegiatan pengeluaran dan mencocokkan antara jumlah rupiah yang ada pada SPPBS dan SPM.

c. Merealisasikan pembayaran utang berdasarkan SPM secara tunai atau melalui bank kepada pemegang kas atau pihak ketiga.

D. Pengukuran Kinerja Instansi Pemerintah Berdasarkan LAKIP

Pembuatan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintahan (LAKIP) bagi instansi pemerintah bersifat mandatori. Karena sifatnya mandatori, maka semua instansi pemerintahan harus melakukannya dan dalam pelaksanaannya mengikuti pedoman ang telah dikeluarkan, dalam hal ini pedoman penyusunan LAKIP yang dikeluarkan oleh Lembaga Administrasi Negara.

Bentuk dan isi LAKIP dibuat seragam untuk semua instansi pemerintah. Menurut Bastian (2001 : 350) ”penyeragaman itu dimaksudkan untuk

mengurangi perbedaan cara penyajian serta memudahkan dalam melakukan perbandingan dan evaluasi kinerja”. Laporan Akuntabilitas Kinerja juga harus

memasukkan aspek pendukung lainya, meliputi : a. Aspek Keuangan

b. Aspek Sumber Daya Manusia c. Aspek Sarana dan Prasarana

d. Metode Kerja, pengendalian manajemen da kebijakan lain yang mendukung pelaksanaan tugas utama instansi.


(49)

Selain itu, penyusunan LAKIP harus mengikuti prinsip-prinsip yang lazim, yaitu laporan harus disusun secara jujur, objektif dan transparan. Disamping itu perlu diperhatikan prinsip-prinsip lain meliputi :

a. Prinsip pertanggungjawaban, sehingga lingkupnya jelas. Hal-hal yang dikendalikan oleh pihak-pihak yang melaporkan harus dapat dimengerti oleh pembaca laporan.

b. Prinsip pengecualian, yang dilaporkan adalah hal-hal yang penting dan relevan bagi pengambil keputusan dan pertanggungjawaban instansi yang bersangkutan.

c. Prinsip manfaat yaitu manfaat laporan harus lebih besar daripada biaya-biaya penyusunannya.

Dan juga pengungkapan akuntabilitas aspek-aspek pendukung pelaksanaan tugas da funfsi tersebut tidak tumpang tindih dengan pengungkapan akuntabilitas kinerja, maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Uraian pertanggungjawaban keuangan dititikberatkan pada perolehan penggunaan dana baik dana yang berasal alokasi APBN (rutin maupun pembangunan) maupun dana yang berasal dari PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak).

b. Uraian Pertanggungjawaban sumber daya manusia, dititikberatkan pada penggunaan dan pembinaan dalam hubungannya dengan peningkatan kinerja yang berorientasi pada hasil atau manfaat dan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.


(50)

c. Uraian mengenai pertanggungjawaban penggunaan sarana dan prasarana dititikberatkan pada pengelolaan, pemeliharaan, pemanfaatan dan pengembangannya.

d. Uraian tentang metode kerja, pengendalian manajemen dan kebijaksanaan lainnya difokuskan pada manfaat atau dampak dari suatu kebijaksanaan yag merupakan cerminan pertanggungjawaban kebijaksanaan.

Menurut Sofyan (2000 : 83) Perencanaan strategik yang disusun oleh instansi pemerintah harus mencakup :

a. Uraian tentang visi, misi, srategi dan faktor-faktor kunci keberhasilan organisasi.

b. Uraian tentang tujuan, sasaran dan aktivitas organisasi.

c. Uraian tentang cara mencapai tujuan dan sasaran organisasi dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi bersangkutan.

Setelah dilakukan perencanaan strategik, langkah selanjutnya adalah membuat evaluasi kinerja. Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan pogram, kegiatan dan kebijaksanaan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan misi dan visi pemerintah.


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang yang beralamat di jalan negara no. 1 Lubuk Pakam dan penelitian dilakukan mulai bulan Juni.

B. Jenis Penelitian

Peneliti ini berupa studi deskriptif, dimana penulis dengan cara langsung mendatangi objek penelitian yaitu Pemerintah Daerah Deli Serdang guna memperoleh data-data dan informasi yang dibutuhkan. Penelitian ini didasarkan pada teori-teori yang mendukung sebagai landasan teoritis dalam menganalisa data di lapangan.

C. Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Data primer adalah data yang diambil dari pengamatan langsung dan diolah peneliti, yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan terhadap kepala dinas, kepala bagian keuangan pemerintah daerah, satuan kerja perangkat daerah atau SKPD.

2. Data sekunder adalah diambil langsung dari pemerintah daerah Deli Serdang tanpa pengolahan lebih lanjut baik data yang bersifat


(52)

kualitatif maupun kuantitatif berupa sejarah singkat pemerintahan, struktur pemerintahan dan dokumen laporan keuangan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan terdiri dari : 1. Wawancara

Yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait dengan penyediaan informasi yang diperlukan dalam penelitian.

2. Dokumentasi

Yaitu metode pengumpulan data dan informasi melalui buku-buku, jurnal, internet, dokumen-dokumen lain yang mendukung penelitian.

3. Observasi

Yaitu suatu studi yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan langsung terhadap tiap fenomena yang menjadi objek penelitian.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan, disusun, diinterpretasikan dan dianalisis berdasarkan keadaan yang sebenarnya sehingga memberikan keterangan yang lengkap dalam pemecahan masalah yang dihadapi.


(53)

BAB IV

ANALISA HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang terletak diantara 2º57 - 3º16 Lintang Utara dan 98º33 - 99º27 Bujur Timur merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan palung pasifik barat. Dengan luas wilayah 2.391,62 km² (139.462 Ha) atau merupakan 3,345 dari luas propinsi Sumatera Utara. Secara administratif terdiri dari 22 kecamatan dan 2 perwakilan kecamatan dengan 394 desa atau kelurahan (380 desa dan 14 kelurahan).

Kabupaten Deli Serdang berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara dengan kabupaten langkat dan selat sumatera. 2. Sebelah selatan dengan kabupaten karo.

3. Sebelah barat dengan kabupaten langkat dan kabupaten karo. 4. Sebelah timur dengan kabupaten serdang bedagai.

Daerah ini secara geografis terletak pada wilayah pengembangan pantai timur sumatera serta memiliki topografi, kountur dan iklim yang bervariasi, berdasarkan topografi maka wilayah kabupaten Deli Serdang dibagi menjadi tiga bahagian yaitu :

1. Dataran pantai luasnya±63.002 Ha (26,30%) terdiri dari 4 kecamatan (hamparan perak, labuhan deli, percut sei tuan dan pantai labu). Jumlah desa sebanyak 64 desa atau kelurahan dengan panjang pantai ±62 km. Potensi utama adalah pertanian, pangan,


(54)

perkebunan rakyat, perkebunan besar, perikanan laut, pertambangan, peternakan unggas dan pariwisata.

2. Dataran rendah luasnya ±68.965 Ha (28,80%) terdiri dari 11 kecamatan (sunggal, pancur batu, namorambe, deli tua, batang kuis, tanjung morawa, patumbak, lubuk pakam, beringin, pagar merbau). Jumlah desa atau kelurahan sebanyak 197 desa atau kelurahan.

3. Dataran tinggi pegunungan luasnya ±111.970 Ha (44,90%) terdiri dari 7 kecamatan (kutalim baru, sibolangit, sibiru-biru, STM hilir, STM hulu, gunung meriah dan angun purba). Jumlah desa sebanyak 133 desa. Potensi utama adalah pertanian rakyat, perkebunan dan peterrnakan.

Di Kabupaten Deli Serdang terdapat lima daerah aliran sungai atau DAS yaitu DAS Belawan, DAS Deli, DAS Belumai, DAS Percut dan DAS Ular dengan luas areal 378.841 Ha, yang kesemuanya bermuara ke Selat malaka dengan hulunya berada di kabupaten Simalungun dan Karo. Pada umumnya sub DAS ini dimanfaatkan untuk mengairi areal persawahan sebagai upaya peningkatan produktif pertanian.

Tata guna dan peruntukan lahan kabupaten Deli Serdang keadaan tahun 2004 :

No Tata Guna Lahan Luas (Ha) Persentase

1 2 3 4

Perkampungan atau pemukiman Persawahan

Tegalan atau Kebun Campuran Perkebunan Besar

12.907 44.444 52.897 52.286

5,39 18,56 22,09 22,67


(55)

5 6 7 8 9 10 11 12 13

Perkebunan Rakyat Hutan

Semak atau alang-alang Kolam atau tambak Rawa-rawa

Peternakan

Lokasi Bandara Kuala Namo Kawasan Industri

Dan lain-lain

29.908 40.157 670 317 792 49 1.564 356 2.305

12,49 16,77 3,28 0,55 0,33 0,02 0,36 0,07 0,85

Penduduk Kabupaten Deli Serdang terdiri dari beraneka ragam suku antara lain Melayu, Toba, Karo, Simalungun, Mandailing, Jawa, Minangkabau, dan lain-lain yang ada pada umumnya memeluk agama dengan kepercayaan seperti Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, hindu dan Budha.

Jumlah penduduk pada akhir tahun 2004 sebesar ± 1.463.031 jiwa dan merupakan jumlah penduduk terbesar di Sumatera Utara dengan tingkat pertumbuhan penduduk 2,09% dan kepadatan rata-rata 598 jiwa/km² sedangkan komposisi mata pencaharian penduduk adalah petani 60,22%, ABRI atau pegawai negeri atau karyawan 21,83%, pedagang 5,40%, nelayan 2,86%, jasa-jasa 3,17%, pengrajin 0,40% dan lain-lain 6,12%. Desentralisai sesuai dengan UU no. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU no. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah akan dilaksanakan mulai pada tahun 2001.

Perda Kabupaten Deli Serdang no. 8 tahun 2001 tentang rencana strategis pembangunan kabupaten Deli Serdang tahun 2001sampai 2005 telah ditetapkan visi yaitu mengembangkan kabupaten Deli Serdang sebagai pusat agribisnis,


(56)

agriindustri dan pariwisata untuk mencapai masyarakat maju, sejahtera sekaligus berkesinambungan dan berwawasan lingkungan. Sedangkan visi misi bupati Deli Serdang tahun 2004-2009 yaitu ”Deli Serdang yang maju dengan masyarakatnya yang religius, sejahtera dalam ke-Bhinekaan melalui pemerataan pembangunan, pemanfaatan sumber daya yang adil dan penegakan hukum yang ditopang oleh tata pemerintahan yang baik”.

Untuk mewujudkan visi tersebut maka dibuatlah misi seperti di bawah ini : 1. Mendorong lahirnya masyarakat ”Civic” yang toleran, dapat

menerima perbedaan agama, etnis, orientasi politik dan status sosial lainnya serta meningkatkan kualitas hidup rakyat.

2. Meningkatkan pembangunan yang merata di segala bidang. 3. Meningkatkan kual;itas SDM pemerintah Deli Serdang.

4. Menegakkan supremasi hukum dan meningkatkan jaminan situsi yang kondusif.

5. Mendorong percepatan pembangunan sarana dan prasarana daerah.

6. Meningkatkan pelaksanaan tata pemerintahan yang baik.

Sesuai dengan wewenang daerah Kabupaten Deli Serdang yang diatur UU no. 22 tahun 1999, maka fungsi pemerintah kabupaten Deli Serdang pada dasarnya dapat dibagi ke dalam lima sifat yaitu :

1. Pemberian pelayanan. 2. Fungsi pengaturan. 3. Fungsi pembangunan.


(57)

4. Fungsi perwakilan atau berinteraksi dengan pemerintah propinsi atau pusat.

5. Fungsi koordinasi dan perencanaan pembangunan kota.

2. Struktur Organisasi dan Uraian tugas Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang

Perangkat daerah kabupaten adalah organisasi atau lembaga pada pemerintahan kabupaten Deli Serdang yang bertanggungjawab kepada Bupati dan membantu Bupati dalam menyelenggarakan pemerintahan, yaitu terdiri dari atas sekretaris daerah, dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Kecamatan, kelurahan yang organisasinya dibentuk sesuai dengan kewenangan dan kebutuhan daerah.

2.1 Struktur Organisasi

Di dalam struktur Pemerintah kabupaten Deli Serdang terdiri dari : 1. Asisten Administrasi Pemerintahan dan Tata Praja

2. Asisten Administrasi Pembangunan 3. Asisten Adminitrasi

Masing-masing susunan organisasi asisten terdiri dari : 1. Asisten Administrasi Pemerintahan dan Tata Praja

a. Bagian Pemerintahan dan Tata Praja terdiri dari ;

- Sub bagian Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah. - Sub bagian Pemerintahan Kecamatan dan Kelurahan - Sub bagian Pertanahan


(1)

good governance. Penerapan anggaran kinerja merupakan syarat mutlak untuk menuju pemerintahan yang bersih dan akuntabel.

Penerapan anggaran berbasis kinerja bersifat transferable atau dapat ditransfer, bahkan peraturan perundang-undangan yang ada mengharuskan penerapan anggaran kinerja di tiap pemerintah daerah. Kendala utama adalah belum terintegrasinya pengembangan sistem manajemen keuangan pemerintah yang mencakup sub sistem perencanaan, penganggaran, perbendaharaan, akuntansi, sistem informasi dan audit. Pedoman-pedoman yang dikeluarkan masih bersifat parsial dan sering tidak bersesuaian sehingga harus dilakukan penyesuaian atau konversi dari suatu subsistem ke subsistem lainnya.

Kendala lainnya yaitu sumber daya manusia (SDM) mengingat perkembangan akuntansi pemerintah di Indonesia tidak secepat perkembangan akuntansi komersial, sampai saat ini masih sedikit sekali SDM yang menguasai akuntansi pemerintahan. Begitu juga dengan kurangnya kepedulian di linhkungan pemerintah daerah untuk mendasarkan keputusan dalam informasi keuangan.

Prosedur yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten terdiri dari prosedur penerimaan kas, prosedur pengeluaran kas dan pelaporan keuangannya. Prosedur penerimaan kas terdiri dari penerimaan pajak daerah, pajak retribusi daerah disetor langsung ke kas daerah, semua manfaat yang bernilai uang berupa komisi, rabat, potongan bunga atau nama lain sebagai akibat penjualan atau pengadaan barang dan penempatan uang daerah merupakan pendapatan daerah, serta pendapatan daerah disetor sepenuhnya tepat waktu ke kas daerah telah sesuai dengan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Deli Serdang.


(2)

pembebanan didukung bukti-bukti yang lengkap, penggunaan anggaran daerah menggunakan surat printah membayar untuk melakukan pembayaran begitu juga dengan orang yang memberi wewenang harus menandatangani atau mengesahkan bukti-bukti yang menjadi dasar pengeluaran kas. Prosedur pengeluaran kas ini juga telah sesuai dengan PP no. 105 tahun 2000 dan juga PP no. 108 tahun 2000.

Pelaporan pertanggungjawaban pada akhir tahun yaitu Laporan Perhitungan APBD, nota perhitungan APBD, laporan arus kas dan neraca telah sesuai. Akan tetapi, format laporan pertanggungjawaban pada laporan perhitungan APBD kurang sesuai karena tidak adanya perbandingan dengan tahun sebelumnya, hanya sebatas satu periode saja sementara dalam PP no. 108 tahun 2000 harus ada perbandingan satu periode berjalan dengan periode sebelumnya.

Pelaporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang telah menggunakan prosedur akuntansi secara berganda walaupun secara manual, begitu juga dengan Laporan Arus Kas yang telah mencantumkan saldo awal tahun sebelumnya sesuai dengan PP no. 105 dan 108 tahun 2000. Neraca pada pemerintahan kabupaten Deli Serdang telah menggunakan L. Account sesuai dalam PP no. 105 dan 108 tahun 2000.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Dalam penyusunan laporan keuangan, pemerintah kabupaten Deli Serdang telah menggunakan sistem akuntansi keuangan daerah dengan peralatan yang kurang memadai yaitu sistem komputerisasi yang belum dikuasai dan jumlah komputer yang masih kurang sehingga penyusunan laporan keuangan mengalami keterlambatan.

2. Penyebab terjadinya keterlambatan penyusunan laporan keuangan salah satunya adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang memadai dan mahir dalam aplikasi sistem akuntansi keuangan daerah di pemerintah kabupaten Deli Serdang berjumlah 5 orang dan seharusnya berjumlah 10 orang sehingga penyusunan laporan keuangan yang telah menggunakan sistem akuntansi keuangan daerah mengalami keterlambatan.

3. Pelaporan pertanggungjawaban pada akhir tahun yaitu Laporan Perhitungan APBD, nota perhitungan APBD, laporan arus kas dan neraca telah sesuai. Akan tetapi, format laporan pertanggungjawaban pada laporan perhitungan APBD kurang sesuai karena tidak adanya perbandingan dengan tahun sebelumnya, hanya sebatas satu periode saja sementara dalam PP no. 108 tahun 2000 harus ada perbandingan satu periode berjalan dengan periode sebelumnya. Pelaporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang telah menggunakan prosedur


(4)

sesuai dengan PP no. 105 dan 108 tahun 2000. Neraca pada pemerintahan kabupaten Deli Serdang telah menggunakan T. Account sesuai dalam PP no. 105 dan 108 tahun 2000.

4. Struktur organisasi pengelola keuangan pemerintah kabupaten Deli Serdang berbentuk garis, dimana atasan mempunyai sejumlah bawahan dan tanggungjawab langsung mengenai tugas-tugas atasannya. Hal ini dapat memudahkan koordinasi antara atasan dan bawahan serta memudahkan pengawasan oleh atasan kepada bawahan.

5. Pengukuran Kinerja pemerintah kabupaten Deli Serdang dilakukan karena adanya ketentuan dari pemerintah pusat untuk membuat laporan akuntabilitas kinerja bagi setiap instansi pemerintah.

B. Saran

1. Perlu adanya sumber daya manusia yang memahami akuntansi sehingga implementasi sistem ini dapat lebih mudah. Sumber daya manusia ini dapat diperoleh melalui perekrutan pegawai dengan kualifikasi dibidang akuntansi yang memadai serta melakukan pelatihan-pelatihan yang cukup kepada SDM yang telah ada.

2. Menggunakan sistem komputerisasi yang dapat mempermudah pekerjaan pembukuan dan memanfaatkannya bagi pengendalian manajemen keuangan daerah juga menambah peralatan yang menyediakan aplikasi sistem akuntansi keuangan daerah.


(5)

3. Kepada pegawai yang telah mahir mengikuti pelatihan manual aplikasi sistem akuntansi keuangan daerah hendaknya dapat memberikan pelatihan secara intern kepada pegawai lainnya sehingga lebih memudahkan mereka untuk dapat menyesuaikan diri dengan format pelaporan keuangan yang baru.

4. Pemerintah daerah diharapkan dapat membuat peraturan daerah yang lebih mengikat mengenai LAKIP agar sistem monitoring pelaporannya setiap instansi dan dinas lebih konsisten.


(6)

Bahtiar, Arif. 2002. Akuntansi Pemerintahan. Edisi I. Salemba Empat. Jakarta. Bastian, Indra. 2002. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Penerbit PT. Salemba Empat.

Halim, Abdul. 2002 Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi ketiga Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat, Jakarta.

Halim, Abdul. 2004 Akuntansi Keuangan Daerah; Akuntansi Sektor Publik. Edisi Revisi: Salemba Empat, Jakarta.

Mardiasmo. 2002 Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Partono. 2001. Penyusunan Standar-standar Akuntansi Pemerintah Pusat

Indonesia. Jakarta : PT. Intama Artha Indonesia.

Sofyan, Awaludin. 2000. Analisis Teoritis Presiden No. 7 Tahun 1999 Tentang

Penilaian Kinerja Instansi Pemerintah, Program Ekstensi FE-UGM,

Yogyakarta : Working Paper

Umar, Husein. 2001. Riset Akuntansi. Edisi Ketiga. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan Pusat dan Daerah. 2005. Pernyataan

Standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta : PT. Sinar Grafika.

..., Keputusan Menteri Dalam Negeri no. 13 tahun 2006 tentang Pedoman

Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah, Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

..., Peraturan Pemerintah no. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Daerah

dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonomi.

..., Peraturan Pemerintah no. 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

..., Peraturan Pemerintah no. 108 tahun 2000 tentang Tata Cara

Pertanggungjawaban Kepala Daerah.

..., Undang-Undang no. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

..., Undang-Undang no. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan