terbentuk secara sempurna. Akan tetapi apabila pH rendah atau boleh dikata kelebihan dosis maka air akan tampak keputih–putihan karena terlalu banyak
konsentrasi alum yang cenderung berwarna putih Alearts, 1987. Aluminium Sulfat atau alum, diproduksi dalam bentuk padatan atau cairan.
Banyak dipakai karena harganya relatif murah dan efektif untuk mengolah air dengan kekeruhan yang tinggi dan baik dipakai bersama-sama dengan zat
koagulan pembantu. Dibandingkan dengan garam besi, alum tidak menimbulkan pengotoran yang serius pada dinding bak. Salah satu kekurangannya adalah flok
yang terjadi lebih ringan dibanding flok koagulan garam besi dan selang pH lebih sempit yaitu 5,5 – 8,5. Alum padat umumnya dipakai dalam bentuk larutan
dengan konsentrasi 5–10 untuk skala kecil dan untuk skala besar 20 30 Susana, 2010.
2.6 Metode Jar Test
Jar test adalah suatu percobaan yang berfungsi untuk menentukan dosis optimal dari koagulan pada proses pengolahan air bersih dan salah satu simulasi
dari beberapa metoda yang paling umum dipakai untuk menilai efisiensi suatu proses koagulasi dan flokulasi. Kekeruhan air dapat dihilangkan melalui
pembubuhan koagulan. Umumnya koagulan tersebut berupa Al
2
SO
4 3
, namun dapat pula berupa garam FeCl
3
atau sesuatu poli-elektrolit organis Hanum, 2002 Jar test mensimulasikan proses koagulasi dan flokulasi dalam proses
pengolahan limbah sehingga membantu operator pengolahan limbah untuk menentukan jumlah bahan kimia yang tepat. Data yang didapat dengan
melakukan jar tes antara lain dosis optimum penambahan koagulan, lama pengendapan serta volume endapan yang terbentuk. Jar Test yang dilakukan
adalah untuk membandingkan kinerja kogulan yang digunakan untuk mengendapkan padatan tersuspensi yang terdapat pada air sungai. Koagulan yang
digunakan adalah Tawas dan Poly Aluminium Chloride PAC Suryadiputra, 1994.
Jar test berfungsi untuk menentukan dosis optimal dari koagulan biasanya tawasalum yang digunakan pada proses pengolahan air bersih. Kekeruhan air
dapat dihilangkan melalui pembubuhan koagulan. Umumnya koagulan tersebut berupa Al
2
SO
4 3
, namun dapat pula berupa garam FeCl
3
atau sesuatu poly- elektrolit organis. Selain pembubuhan koagulan diperlukan pengadukan sampai
terbentuk flok. Flok-flok ini mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid yang tumbuh dan akhirnya bersama-sama mengendap Suryadiputra, 1994.
Jar test memberikan data mengenai kondisi optimum untuk parameter- parameter proses seperti :
a. Dosis koagulan dan koagulan pembantu b. pH
c. Metode pembubuhan bahan kimia pada atau dibawah permukaan air, pembubuhan beberapa bahan kimia secara bersamaan atau berurutan
d. Kecepatan larutan kimia e. Waktu dan intensitas pengadukan cepat dan pengadukan lambat flokulasi
f. Waktu penjernihan Margareth dkk, 2012.
2.7 Ammonia Nitrogen
Ammonia adalah bahan kimia dengan formula kimia NH
3
. Molekul
ammonia mempunyai bentuk segi tiga. Ammonia NH
3
dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air dengan membentuk larutan yang bersifat basa. Di
dalam air, nitrogen ammonia berada dalam 2 bentuk, yaitu ammonia NH
3
dan ammonium NH4+, menurut reaksi keseimbangan berikut :
NH
3
+ H
2
O ⇔ NH
4 +
+ OH
−
Riwayati, 2010. Keseimbangan antara NH
3
dan NH
4 +
dipengaruhi oleh temperatur, akan tetapi perbandingan antara NH
3
dan NH
4 +
sangat dipengaruhi pH. Larutan ammonia dengan air mempunyai sedikit amonium hidroksida NH
4
OH. Sumber ammonia di perairan adalah pemecahan nitrogen organik protein dan urea dan
nitrogen anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air yang berasal dari dekomposisi bahan organik oleh mikroba dan jamur amoniafikasi Riwayati,
2010 . Selain itu, sumber ammonia adalah reduksi gas nitrogen yang berasal dari
proses difusi udara atmosfer, banyak terkandung dalam limbah cair, baik limbah domestik, limbah pertanian, maupun limbah dari pabrik, terutama pabrik pupuk
nitrogen. Kadar ammonia yang tinggi pada air sungai menunjukkan adanya pencemaran, akibatnya rasa air sungai kurang enak dan berbau. Pada air minum
kadar ammonia harus nol dan air sungai di bawah 0,5 mgL. Adanya ammonia tergantung pada beberapa faktor yaitu sumber asalnya ammonia, tanaman air yang
menyerap amoniak sebagai nutrient, konsentrasi oksigen dan temperatur. Ammonia ini disebut juga nitrogen ammonia, dihasilkan dari pembusukan secara
bakterial zat-zat organik. Air limbah yang masih baru segar secara relatif berkadar ammonia bebas rendah dan berkadar nitrogen organik tinggi. Nitrogen
ammonia berkurang kadarnya ketika air limbah dibenahi sedangkan keseimbangan tercapai Nainggolan, 2011.
Kandungan ammonia dalam air yang terdapat dalam air limbah industri sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, bila ammonia berada dalam wujud
ammonia bebas karena bersifat sebagai toksik racun. Sedangkan ammonia dalam bentuk senyawa maupun ion sudah berkurang toksisitasnya. Senyawa amoniak
dapat ditemukan dimana-mana, dari kadar beberapa mgl pada air permukaan dan air tanah hingga mencapai 30 mgl lebih pada air buangan. Kadar amoniak yang
tinggi pada air sungai menunjukkan adanya pencemaran Nugroho, 2006. Ammonia cair dapat menyebabkan kulit melepuh seperti luka bakar dan
dapat juga mengakibatkan iritasi pada kulit, mata dan saluran pernafasan. Bahkan bisa menyebabkan mual, muntah, dan pingsan. Penggunaan ammonia dalam
waktu yang lama dapat menyebabkan penyakit kanker karena ammonia bersifat karsinogenik atau bahan yang dapat menimbulkan kanker Nugroho, 2006 .
Konsentrasi amoniak dapat berubah-ubah sepanjang tahun. Pada musim panas konsentrasi senyawa ini dapat sangat rendah, hal ini disebabkan amoniak
diserap oleh tumbuhan, selain itu dapat dipengaruhi oleh temperatur air yang tinggi yang dapat mempengaruhi proses nitrifikasi. Sedangkan pada suhu yang
rendah yaitu musim dingin sewaktu pertumbuhan bakteri berkurang dan proses nitrifikasi berjalan lambat menyebabkan konsentrasi amoniak pada sungai tinggi.
Perubahan derajat keasaman pH dapat berpengaruh terhadap tingkat toksisitas
ammonia, dengan semakin rendah pH air maka semakin rendah daya racun ammonia dan sebaliknya semakin tinggi pH air, semakin tinggi pula daya
racunnya. Batas toleransi ikan terhadap pH berkisar antara 4,0-11,0 Mulyanto, 2007.
2.8 Spektrofotometri