Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) Terhadap Pertumbuhan Stump mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.)

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN MIKORIZA
VESIKULA ARBUSKULA (MVA) TERHADAP PERTUMBUHAN
STUMP MATA TIDUR KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.)

DERMAWAN SAPUTRA SARAGIH
040301002

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009

Universitas Sumatera Utara

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN MIKORIZA
VESIKULA ARBUSKULA (MVA) TERHADAP PERTUMBUHAN
STUMP MATA TIDUR KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.)

SKRIPSI
Oleh :
DERMAWAN SAPUTRA SARAGIH

040301002

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009

Universitas Sumatera Utara

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN MIKORIZA
VESIKULA ARBUSKULA (MVA) TERHADAP PERTUMBUHAN
STUMP MATA TIDUR KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.)

SKRIPSI
Oleh :
DERMAWAN SAPUTRA SARAGIH
040301002/BDP – AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009

Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi : Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Mikoriza Vesikula
Arbuskula (MVA) Terhadap Pertumbuhan Stump mata
Tidur Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.)
Nama
: Dermawan Saputra Saragih
NIM
: 040301002
Departemen : Budidaya Pertanian
Program Studi : Agronomi

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

Ketua

Anggota

Ir. T. Irmansyah, MP

Ir. Charloq, MP

Mengetahui :

Prof. Ir. Edison Purba, Ph. D
Ketua Departemen Budidaya Pertanian

Tanggal Lulus :

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK


DERMAWAN S. SARAGIH : Pengaruh Media Tanam dan Pemberian
Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) terhadap Pertumbuhan Stump Mata Tidur
Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) dibimbing oleh Ir. T. IRMANSYAH, MP
dan Ir. CHARLOQ, MP.
Dari tahun ke tahun kebutuhan akan media tanam yang subur untuk stump
mata tidur karet terus meningkat. Untuk itu suatu penelitian ini telah dilakukan di
lahan percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl.), pada Oktober 2008
sampai Januari 2009 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor
perlakuan yaitu faktor pertama media tanam dengan 3 taraf : sub soil : kompos
TKKS = 25 % + 75 %; 50 % + 50 %; 75 % + 25 %, faktor kedua mikoriza
vesikula arbuskula dengan 4 taraf : 0 g/tan, 10 g/tan, 20 g/tan, 30 g/tan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media tanam berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun 9,13 MST, berat basah tunas dan berat kering tunas.
Pemberian mikoriza vesikula arbuskula (MVA) berpengaruh nyata terhadap berat
basah akar lateral + tunas 13 MST dan berat kering akar lateral + tunas 13 MST.
Interaksi antara media tanam dan mikoriza vesikula arbuskula (MVA)
berpengaruh nyata terhadap berat basah akar lateral. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa media tanam dengan menggunakan sub soil + kompos TKKS
dengan proporsi 25 % : 75 %; 50 % : 50 %; 75 % : 25 %; serta pemberian

mikoriza vesikula arbuskula (MVA) pada media tanam 10 g/tan; 20 g/tan;
30 g/tan belum signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan stump mata tidur
tanaman karet. Interaksi antara media tanam dan mikoriza vesikula arbuskula
(MVA) dengan kombinasi terbaik adalah M2N2 dan M1N2 (sub soil + kompos
TKKS 50 % : 50 % dan sub soil + kompos TKKS 25 % : 75 %, dengan pemberian
mikoriza vesikula arbuskula (MVA) masing-masing 20 g/tan), namun belum
signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan stump mata tidur tanaman karet.

Kata kunci : media tanam, mikoriza vesikula arbuskula, karet

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

DERMAWAN S. SARAGIH : Influence of Planting Medium and Giving
Mycorrhizae Vesicular Arbuscular (MVA) to the Growth of Rubber Stump
(Hevea brasiliensis Muell Arg.) supervised by IR. T. IRMANSYAH, MP and
IR. CHARLOQ, MP.
Years to years the need of fertile planting medium of rubber stump is
increased. Therefore, ar research had been conducted at experimental field

College of Agriculture USU ( + 25 asl.), in october 2008 until january 2009 using
factorial randomized block design with 2 treatment factors, i.e. first factor of
planting medium by 3 levels : sub soil : compost TKKS = 25 % + 75 %; 50 % +
50 %; 75 % + 25 %, second factor of mycorrhizae vesicular arbuscular by 4 levels
: 0 g/plant, 10 g/plant, 20 g /plant, 30 g/plant.
This results showed that indicate planting medium affected significantly
on amount of leaf 9, 13 weeks after plant, weight of wet bud and weight of dry
bud. Giving mycorrhizae vesicular arbuscular affected significantly on weight of
wet lateral roots + bud that 13 weeks after plant, and weight of dry lateral roots +
bud that 13 weeks after plant. Interaction between planting medium and giving
mycorrhizae vesicular arbuscular (MVA) affected significantly on weight of wet
lateral roots. From the result it’s could be concluded that planting medium in sub
soil : compost TKKS with proportion 25 % : 75 %; 50 % : 50 %; 75 % : 25 %;
also giving mycorrhizae vesicular arbuscular (MVA) in planting medium
10 g/plant; 20 g/plant; 30 g/plant not significant to increase the growth of rubber
stump. Interaction between planting medium and giving mycorrhizae vesicular
arbuscular (MVA) which the best combination was M2N2 and M1N2 (sub soil :
compost TKKS : 50 % + 50 % and sub soil : compost TKKS : 25 % + 75 %, with
each giving mycorrhizae vesicular arbuscular 20 g/plant), but not significant to
increase the growth of rubber stump.


Keywords : planting medium, micoriza vesicula arbuscula, rubber

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya sehingga
berjudul

”Pengaruh

Arbuskula

(MVA)

Media

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang


Tanam

terhadap

dan

Pemberian

Pertumbuhan

Mikoriza

Stump

Vesikula

Mata

Tidur


Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.)”.
Pada

kesempatan

ini

penulis

mengucapkan

terimakasih

kepada

Bapak Ir. T. Irmansyah, MP dan Ibu Ir. Charloq, MP selaku ketua dan anggota
komisi pembimbing, yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran kepada
penulis mulai dari persiapan penelitian sampai penyelesaian skripsi ini.
Tidak


lupa

pula

penulis

ucapkan

terimakasih

kepada

Ibu Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP dan Bapak Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D;
Ibu Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MP; yang telah membantu penulis, Staff
penanggung jawab lahan FP USU, Staf penganggung jawab Laboratorium
Teknologi Benih FP USU dan kepada Staff dosen Fakultas Pertanian yang telah
memberi masukan, motivasi dan dukungan dalam menyusun skripsi ini serta
Bapak Hendra Suwarta, SP, S.Kom selaku Kepala Bidang Data & Informasi di
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah I Medan atas bantuan

data curah hujan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya buat
keluarga tersayang, Ayahanda S. Saragih (Alm) dan Ibunda T. Br. Purba yang
telah memberikan dukungan dan dorongan kepada penulis baik secara moril dan
material, kepada Abang-abangku (Sofyan, James, Doni), Adikku (Jeky) juga

Universitas Sumatera Utara

kepada Rida, Jurni yang telah mendukung penulis dalam doa, daya, motivasi dari
awal penelitian sampai penyelesaian skripsi ini.
Penulis

juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat yang setia

mendukung dan mendoakan penulis, Eko, Rimember, Bosco, Dornado, Adifa,
Adi, Tarto, Pu Raja, Sandi, Sony, Nico, Daniel, Zainal, Darma, Yessi, Jojor,
Hayati, Ani, Icha, Ayu, Dina, Grace, Lidia, Rinda, Lasma, Mida, Uli, Evi, Jely,
Lenny, yang telah memberikan doa, dorongan dan semangat selama penyusunan
skripsi ini. Serta teman-teman BDP stambuk 2004 yang tidak dapat disebutkan
namanya satu persatu, B’Doris, B’Frans, B’Rekki, B’Adit, B’Agus, B’Rajani,
B’Rino, B’Doddy B’Adriansyah, K’Loura, K’Tetty, Abang dan Kakak Jurusan
BDP stambuk 2003 yang lain, Adik-adik Jurusan BDP 2005 (Edy, Swonary,
Reinhart, dan yang lainnya), Adik-adik BDP stambuk 06 (Henri, Erwin, Victor,
dan yang lainnya), Adik-adik BDP stambuk 2007 (Hendri, Nangon, dan yang
lainnya), Adik-adik BDP 2008,serta teman-teman yang ada di Berdikari 26 (Heri,
Martin, Manroy, Uhum, Nalon, Decky, Hendri, Philip), PKKku (B’Franky,
B’Oktav, K’Juita, K’Benita), KTBku (K’Sesep, K’Irene) yang telah membantu
baik pikiran, tenaga dari awal penelitian sampai selesainya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.

Medan, November 2009
Penulis

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sungai Buaya, Kec. B.Purba pada tanggal
05 September 1985 dari Ayahanda S.Saragih (Alm) dan Ibunda T.Br Purba.
Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Lubuk Pakam, Kabupaten
Deli Serdang dan pada tahun yang sama lulus ke Fakultas Pertanian USU melalui
jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi
Agronomi Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti persekutuan Kebaktian
Mahasiswa Kristen. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di
PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Kecamatan Dolok Merangir, Kabupaten
Simalungun pada bulan Juni sampai dengan Juli 2007.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan Penelitian....................................................................................... 5
Hipotesis Penelitian ................................................................................... 5
Kegunaan Penelitian .................................................................................. 5
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ........................................................................................ 6
Syarat Tumbuh .......................................................................................... 8
Iklim ................................................................................................. 8
Tanah ............................................................................................... 8
Bibit Stump Mata Tidur dalam Polybag ................................................... 9
Rootone-F ........................................................................................ 11
Media Tanam ................................................................................... 12
Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) ............................................. 14
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 17
Bahan dan Alat .......................................................................................... 17
Metode Penelitian ...................................................................................... 18
Metode Analisa Data ................................................................................. 19
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan ........................................................................................ 20
Persiapan Media Tanam ............................................................................ 20
Persiapan Bahan Tanaman ........................................................................ 20

Universitas Sumatera Utara

Penanaman Stump Mata Tidur Karet ........................................................ 21
Aplikasi Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) ........................................ 21
Pemeliharaan Tanaman ............................................................................. 21
Penyiraman ...................................................................................... 21
Penyulaman ...................................................................................... 22
Penyiangan ...................................................................................... 22
Pewiwilan......................................................................................... 22
Pengendalian Hama dan Penyakit.................................................... 22
Pengamatan Parameter .............................................................................. 23
Waktu Keluarnya Tunas (hst) .......................................................... 23
Panjang Tunas (cm).......................................................................... 23
Diameter Tunas (mm) ...................................................................... 23
Persentase Stump Bertunas (%) ....................................................... 23
Jumlah Daun (helai) ......................................................................... 24
Berat Basah Akar Lateral (g) ........................................................... 24
Berat Basah Tunas (g) ...................................................................... 24
Berat Kering Akar Lateral (g) .......................................................... 24
Berat Kering Tunas (g) .................................................................... 25
Berat Basah Akar Lateral + Tunas 7 MST (g) ................................. 25
Berat Kering Akar Lateral + Tunas 7 MST (g) ................................ 25
Berat Basah Akar Lateral + Tunas 10 MST (g) ............................... 25
Berat Kering Akar Lateral + Tunas 10 MST (g) .............................. 26
Berat Basah Akar Lateral + Tunas 13 MST (g) ............................... 26
Berat Kering Akar Lateral + Tunas 13 MST (g) .............................. 26
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil .......................................................................................................... 27
Pembahasan ............................................................................................... 53
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan................................................................................................ 61
Saran .......................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No.

Teks

Hal

1. Komposisi Unsur dalam Kompos TKKS ...................................................... 4
2. Perbedaan Kompos (Pupuk Organik) dan Pupuk Anorganik ........................ 13
3.

Waktu Keluarnya Tunas atas Perlakuan Media Tanam 1-3 MST (hst) ....... 28

4. Rataan Panjang Tunas 5-13 MST (cm) pada perlakuan Media Tanam dan
pemberian Mikoriza Vesikula Arbuskula ...................................................... 29
5. Rataan Diameter Tunas 5-13 MST (mm) pada Media Tanam dan Pemberian
Mikoriza Vesikula Arbuskula ........................................................................ 32
6. Rataan Jumlah Daun 5-13 MST (helai) pada Media Tanam dan Pemberian
Mikoriza Vesikula Arbuskula ........................................................................ 35
7. Berat Basah Akar Lateral 13 MST (g) pada Media Tanam dan Pemberian
Mikoriza Vesikula Arbuskula ........................................................................ 37
8. Berat Kering Akar Lateral 13 MST (g) pada Media Tanam dan Pemberian
Mikoriza Vesikula Arbuskula ........................................................................ 41

9. Berat Basah Tunas 13 MST (g) pada Media Tanam dan Pemberian Mikoriza
Vesikula Arbuskula ........................................................................................ 42
10. Berat Kering Tunas 13 MST (g) pada Media Tanam dan Pemberian Mikoriza
Vesikula Arbuskula ........................................................................................ 43
11. Berat Basah Akar Lateral + Tunas 7 MST (g) pada Media Tanam dan
Pemberian Mikoriza Vesikula Arbuskula ...................................................... 44
12. Berat Kering Akar Lateral + Tunas 7 MST (g) pada Media Tanam dan
Pemberian Mikoriza Vesikula Arbuskula ...................................................... 45
13. Berat Basah Akar Lateral + Tunas 10 MST (g) pada Media Tanam dan
Pemberian Mikoriza Vesikula Arbuskula ...................................................... 46
14. Berat Kering Akar Lateral + Tunas 10 MST (g) pada Media Tanam dan
Pemberian Mikoriza Vesikula Arbuskula ...................................................... 47
15. Berat Basah Akar Lateral + Tunas 13 MST (g) pada Media Tanam dan
Pemberian Mikoriza Vesikula Arbuskula ...................................................... 48
16. Berat Kering Akar Lateral + Tunas 13 MST (g) pada Media Tanam dan
Pemberian Mikoriza Vesikula Arbuskula ................................................…... 50
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No.

Teks

Hal

1. Hubungan Panjang Tunas dengan Berbagai Media Tanam Pada
Berbagai Umur Tanaman ......................................................................... 30
2. Hubungan Panjang Tunas dengan Berbagai Mikoriza Vesikula
Arbuskula Pada Berbagai Umur Tanaman .............................................. 31
3. Hubungan Diameter Tunas dengan Berbagai Media Tanam Pada
Berbagai Umur Tanaman ......................................................................... 33
4. Hubungan Diameter Tunas dengan Berbagai Mikoriza
Vesikula Arbuskula Pada Berbagai Umur Tanaman ............................ 33
5. Hubungan Berat Basah Akar Lateral 13 MST dengan Media Tanam pada
berbagai Mikoriza Vesikula Arbuskula ................................................... 38
6. Hubungan Berat Basah Akar Lateral 13 MST dengan Mikoriza Vesikula
Arbuskula pada berbagai Media Tanam .................................................. 39
7. Hubungan Berat Basah Akar Lateral + tunas 13 MST dengan Pemberian
Mikoriza Vesikula Arbuskula .................................................................. 49
8. Hubungan Berat Kering Akar Lateral + Tunas 13 MST dengan Pemberian
Mikoriza Vesikula Arbuskula .................................................................. 51

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Lampiran

Hal

1. Data Waktu Keluarnya Tunas (hst) ............................................................... 64
2. Data Panjang Tunas 5 MST (cm) .................................................................. 65
3. Daftar Sidik Ragam Panjang Tunas 5 MST .................................................. 65
4. Data Panjang Tunas 7 MST (cm) .................................................................. 66
5. Daftar Sidik Ragam Panjang Tunas 7 MST ................................................. 66
6. Data Panjang Tunas 9 MST (cm) .................................................................. 67
7. Daftar Sidik Ragam Panjang Tunas 9 MST .................................................. 67
8. Data Panjang Tunas 11 MST (cm) ................................................................ 68
9. Daftar Sidik Ragam Panjang Tunas 11 MST ................................................ 68
10. Data Panjang Tunas 13 MST (cm) ................................................................ 69
11. Daftar Sidik Ragam Panjang Tunas 13 MST ................................................ 69
12. Data Diameter Tunas 5 MST (mm) .............................................................. 70
13. Daftar Sidik Ragam Diameter Tunas 5 MST ................................................ 70
14. Data Diameter Tunas 7 MST (mm) .............................................................. 71
15. Daftar Sidik Ragam Diameter Tunas 7 MST ................................................ 71
16. Data Diameter Tunas 9 MST (mm) .............................................................. 72
17. Daftar Sidik Ragam Diameter Tunas 9 MST ................................................ 72
18. Data Diameter Tunas 11 MST (mm) ............................................................ 73
19. Daftar Sidik Ragam Diameter Tunas 11 MST .............................................. 73
20. Data Diameter Tunas 13 MST (mm) ............................................................ 74
21. Daftar Sidik Ragam Diameter Tunas 13 MST .............................................. 74

Universitas Sumatera Utara

22. Data Persentase Stump Bertunas 1 MST (%) ............................................... 75
23. Data Persentase Stump Bertunas 2 MST (%) ............................................... 75
24. Data Persentase Stump Bertunas 3 MST (%) ............................................... 76
25. Data Persentase Stump Bertunas 4 MST (%) ............................................... 76
26. Data Persentase Stump Bertunas 5 MST (%) ............................................... 77
27. Data Persentase Stump Bertunas 6 MST (%) ............................................... 77
28. Data Persentase Stump Bertunas 7 MST (%) ............................................... 78
29. Data Jumlah Daun 5 MST (helai) ................................................................. 79
30. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 5 MST .................................................... 79
31. Data Jumlah Daun 7 MST (tangkai) ............................................................. 80
32. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 7 MST .................................................... 80
33. Data Jumlah Daun 9 MST (tangkai) ............................................................. 81
34. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 9 MST .................................................... 81
35. Data Jumlah Daun 11 MST (tangkai) ........................................................... 82
36. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 11 MST .................................................. 82
37. Data Jumlah Daun 13 MST (tangkai) ........................................................... 83
38. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 13 MST .................................................. 83
39. Data Berat Basah Akar Lateral 13 MST (gram) ........................................... 84
40. Data Transformasi Akar Berat Basah Akar Lateral 13 MST (gram) ............ 84
41. Daftar Sidik Ragam Berat Basah Akar Lateral 13 MST ............................... 85
42. Data Berat Kering Akar Lateral 13 MST (gram) .......................................... 85
43. Data Transformasi Akar Berat Kering Akar Lateral 13 MST (gram) ........... 86
44. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Akar Lateral 13 MST ............................. 86
45. Data Berat Basah Tunas 13 MST (gram) ...................................................... 87

Universitas Sumatera Utara

46. Daftar Sidik Ragam Berat Basah Tunas 13 MST ......................................... 87
47. Data Berat Kering Tunas 13 MST (gram) .................................................... 88
48. Data Transformasi Akar Berat Kering Tunas 13 MST (gram) ..................... 88
49. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Tunas 13 MST ........................................ 89
50. Data Berat Basah Akar Lateral + Tunas 7 MST (gram) ............................... 89
51. Data

Transformasi

Akar

Berat

Basah

Akar

Lateral

+

Tunas

7 MST (gram) ................................................................................................ 90
52. Daftar Sidik Ragam Berat Basah Akar Lateral + Tunas 7 MST ................... 90
53. Data Berat Kering Akar Lateral + Tunas 7 MST (gram) .............................. 91
54. Data

Transformasi

Akar

Berat

Kering

Akar

Lateral

+

Tunas

7 MST (gram) ................................................................................................ 91
55. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Akar Lateral + Tunas 7 MST ................. 92
56. Data Berat Basah Akar Lateral + Tunas 10 MST (gram) ............................. 92
57. Daftar Sidik Ragam Berat Basah Akar Lateral + Tunas 10 MST ................. 93
58. Data Berat Kering Akar Lateral + Tunas 10 MST (gram) ............................ 93
59. Data

Transformasi

Akar

Berat

Kering

Akar

Lateral

+

Tunas

10 MST (gram) .............................................................................................. 94
60. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Akar Lateral + Tunas 10 MST ............... 94
61. Data Berat Basah Akar Lateral + Tunas 13 MST (gram) ............................. 95
62. Daftar Sidik Ragam Berat Basah Akar Lateral + Tunas 13 MST ................. 95
63. Data Berat Kering Akar Lateral + Tunas 13 MST (gram) ............................ 96
64. Data

Transformasi

Akar

Berat

Kering

Akar

Lateral

+

Tunas

13 MST (gram) .............................................................................................. 96
65. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Akar Lateral + Tunas 13 MST ............... 97

Universitas Sumatera Utara

66. Rangkuman Hasil Penelitian ......................................................................... 98
67. Deskripsi Tanaman Karet Klon PB-260 ....................................................... 99
68. Bagan Lahan Penelitian ................................................................................ 100
69. Bagan Plot Tanaman ..................................................................................... 101
70. Curah

Hujan

Harian

Medan

dan

Sekitarnya

Oktober

2008



Januari 2009 ................................................................................................. 102
71. Analisa Usaha Tani ....................................................................................... 103
72. Foto Lahan Penelitian ................................................................................... 104
73. Foto Stump Karet, Tunas dan Akarnya ......................................................... 105
74. Foto Stump Karet, Tunas dan Akarnya ......................................................... 106
75. Foto Stump Karet, Tunas dan Akarnya ......................................................... 107
76. Foto Stump Karet, Tunas dan Akarnya ......................................................... 108
77. Foto Stump Karet, Tunas dan Akarnya ......................................................... 109
78. Foto Stump Karet, Tunas dan Akarnya ......................................................... 110
79. Foto Stump Karet, Tunas dan Akarnya ......................................................... 111
80. Foto Stump Karet, Tunas dan Akarnya ......................................................... 112
81. Foto Stump Karet, Tunas dan Akarnya ......................................................... 113
82. Foto Stump Karet, Tunas dan Akarnya ......................................................... 114
83. Foto Stump Karet, Tunas dan Akarnya ......................................................... 115
84. Foto Stump Karet, Tunas dan Akarnya ......................................................... 116

PENDAHULUAN

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

DERMAWAN S. SARAGIH : Pengaruh Media Tanam dan Pemberian
Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) terhadap Pertumbuhan Stump Mata Tidur
Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) dibimbing oleh Ir. T. IRMANSYAH, MP
dan Ir. CHARLOQ, MP.
Dari tahun ke tahun kebutuhan akan media tanam yang subur untuk stump
mata tidur karet terus meningkat. Untuk itu suatu penelitian ini telah dilakukan di
lahan percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl.), pada Oktober 2008
sampai Januari 2009 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor
perlakuan yaitu faktor pertama media tanam dengan 3 taraf : sub soil : kompos
TKKS = 25 % + 75 %; 50 % + 50 %; 75 % + 25 %, faktor kedua mikoriza
vesikula arbuskula dengan 4 taraf : 0 g/tan, 10 g/tan, 20 g/tan, 30 g/tan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media tanam berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun 9,13 MST, berat basah tunas dan berat kering tunas.
Pemberian mikoriza vesikula arbuskula (MVA) berpengaruh nyata terhadap berat
basah akar lateral + tunas 13 MST dan berat kering akar lateral + tunas 13 MST.
Interaksi antara media tanam dan mikoriza vesikula arbuskula (MVA)
berpengaruh nyata terhadap berat basah akar lateral. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa media tanam dengan menggunakan sub soil + kompos TKKS
dengan proporsi 25 % : 75 %; 50 % : 50 %; 75 % : 25 %; serta pemberian
mikoriza vesikula arbuskula (MVA) pada media tanam 10 g/tan; 20 g/tan;
30 g/tan belum signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan stump mata tidur
tanaman karet. Interaksi antara media tanam dan mikoriza vesikula arbuskula
(MVA) dengan kombinasi terbaik adalah M2N2 dan M1N2 (sub soil + kompos
TKKS 50 % : 50 % dan sub soil + kompos TKKS 25 % : 75 %, dengan pemberian
mikoriza vesikula arbuskula (MVA) masing-masing 20 g/tan), namun belum
signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan stump mata tidur tanaman karet.

Kata kunci : media tanam, mikoriza vesikula arbuskula, karet

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

DERMAWAN S. SARAGIH : Influence of Planting Medium and Giving
Mycorrhizae Vesicular Arbuscular (MVA) to the Growth of Rubber Stump
(Hevea brasiliensis Muell Arg.) supervised by IR. T. IRMANSYAH, MP and
IR. CHARLOQ, MP.
Years to years the need of fertile planting medium of rubber stump is
increased. Therefore, ar research had been conducted at experimental field
College of Agriculture USU ( + 25 asl.), in october 2008 until january 2009 using
factorial randomized block design with 2 treatment factors, i.e. first factor of
planting medium by 3 levels : sub soil : compost TKKS = 25 % + 75 %; 50 % +
50 %; 75 % + 25 %, second factor of mycorrhizae vesicular arbuscular by 4 levels
: 0 g/plant, 10 g/plant, 20 g /plant, 30 g/plant.
This results showed that indicate planting medium affected significantly
on amount of leaf 9, 13 weeks after plant, weight of wet bud and weight of dry
bud. Giving mycorrhizae vesicular arbuscular affected significantly on weight of
wet lateral roots + bud that 13 weeks after plant, and weight of dry lateral roots +
bud that 13 weeks after plant. Interaction between planting medium and giving
mycorrhizae vesicular arbuscular (MVA) affected significantly on weight of wet
lateral roots. From the result it’s could be concluded that planting medium in sub
soil : compost TKKS with proportion 25 % : 75 %; 50 % : 50 %; 75 % : 25 %;
also giving mycorrhizae vesicular arbuscular (MVA) in planting medium
10 g/plant; 20 g/plant; 30 g/plant not significant to increase the growth of rubber
stump. Interaction between planting medium and giving mycorrhizae vesicular
arbuscular (MVA) which the best combination was M2N2 and M1N2 (sub soil :
compost TKKS : 50 % + 50 % and sub soil : compost TKKS : 25 % + 75 %, with
each giving mycorrhizae vesicular arbuscular 20 g/plant), but not significant to
increase the growth of rubber stump.

Keywords : planting medium, micoriza vesicula arbuscula, rubber

Universitas Sumatera Utara

Latar Belakang

Permasalahan lahan kritis di Indonesia semakin besar dengan semakin
meluasnya deforestasi. Di samping itu, lahan juga dapat menjadi kritis karena
pemanfaatannya yang melebihi kapasitasnya. Menurut Menkokesra, 2005 dalam
Nurcholis dan Sumarsih, (2007) Saat ini diperkirakan luas lahan kritis di
Indonesia mencapai sekitar 25 juta ha. Hal ini juga semakin diperparah dengan
adanya kegiatan perambahan hutan yang mengakibatkan 2,8 juta hektar per tahun
hutan Indonesia rusak (http://www.tempointeraktif.com., 2007).
Tanaman karet merupakan tanaman yang dapat tumbuh secara liar
meskipun di tanah yang kurang subur. Reaksi tanah yang umumnya ditumbuhi
karet berada pada kisaran pH 3,0-8,0 (Setyamidjaja, 2000).
Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang memiliki peranan
sangat penting dalam perekonomian nasional, antara lain sebagai sumber
pendapatan bagi lebih dari 10 juta petani dan menyerap sekitar 1,7 juta tenaga
kerja lainnya. Selain itu, karet merupakan salah satu komoditas nonmigas yang
secara konsisten nilai ekspornya. (http://www.tempointeraktif.com., 2007).
Saat ini karet banyak digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari
keperluan rumah tangga sampai kepada keperluan industri. Untuk kebutuhan
peralatan rumah tangga seperti : mainan anak-anak, sepatu, sandal, makanan
(permen karet), hingga peralatan elektronik. Untuk keperluan industri sebagai
bahan untuk membuat ban sepeda motor, ban mobil, hingga ban pesawat terbang.
Tak mengherankan, permintaan karet di dunia terus meningkat. Data terbaru
menyebutkan, total konsumsi karet dunia: karet alam dan sintetik meningkat

Universitas Sumatera Utara

sekitar 4,1% dari 20,68 juta ton pada 2005 menjadi 21,51 juta ton pada 2006.
Tahun 2007, seperti perkiraan banyak kalangan, permintaan karet naik sekitar
10%. International Rubber Study Group (IRSG) memperkirakan, permintaan atau
konsumsi

karet

dunia

akan

naik

menjadi

24

juta

ton

pada

2010

(http://www.bexi.co.id., 2008).
Perkebunan karet Indonesia seluas 3,3 juta hektar, 85 % di antaranya
perkebunan rakyat, selebihnya, 7 %, merupakan perkebunan besar negara dan 8 %
perkebunan besar swasta. Dari segi produksi Indonesia kalah dengan Thailand.
Produksi karet Indonesia selama 2006 tercatat 2,6 juta ton, kalah dibandingkan
dengan Thailand yang menempati posisi teratas dengan tiga juta ton, melalui
upaya penerapan teknologi maju dan bibit jenis unggul diharapkan mampu
meningkatkan produksi per satuan hektar sehingga tahun 2020 Indonesia bisa
menjadi produsen karet terbesar di dunia (http://wwwkemenegpdt.go.id., 2008).
Secara umum permasalahan utama perkebunan karet rakyat adalah masih
rendahnya produktivitas kebun (sekitar 610 kg/ha/tahun) bila dibandingkan
dengan produktivitas tanaman karet perkebunan besar yang mencapai sekitar
1100-1200 kg/ha/thn (Ditjenbun, 2005).
Rendahnya produktivitas tersebut antara lain disebabkan sebagian besar
kebun petani (> 60%) masih menggunakan bahan tanam non-unggul dan masih
luasnya areal karet yang tua/rusak yang perlu diremajakan (Supriadi, 1997).
Masalahnya, proyek pengembangan karet berbantuan dengan pembiayaan
dari pemerintah pusat atau pinjaman luar negeri sudah sulit diadakan. Oleh karena
itu perlu didorong upaya-upaya untuk melakukan percepatan pengembangan
peremajaan

karet

secara

mandiri

melalui

peningkatan

partisipasi

dan

Universitas Sumatera Utara

pemberdayaan petani serta masyarakat. Hal ini dilandasi pula oleh kenyataan
bahwa upaya peremajaan karet oleh petani dengan menerapkan teknologi maju
secara swadaya berjalan relatif lambat dan tingkat keberhasilannya rendah, karena
menghadapi berbagai kendala seperti terbatasnya dana yang dimiliki petani,
ketersediaan benih bermutu, ketersediaan informasi dan SDM yang handal,
kelemahan

sistem

kelembagaan

finansial,

pengolahan

dan

pemasaran

(Supriadi et al, 1992).
Subsoil (Tanah bawahan) merupakan horizon B atau bagian tanah yang
sudah terbentuk horizon; sedang bagi tanah yang sedang berkembang berarti
lapisan tanah dibawah tanah permukaan dimana terdapat pertumbuhan akar yang
normal (http://warintek.bantul.go.id., 2008).
Kompos adalah hasil pembusukan sisa-sisa tanaman yang disebabkan oleh
aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos sangat ditentukan oleh
besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N rasio). Jika C/N
rasio tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna.
Bahan kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama
dibandingkan dengan bahan C/N rasio rendah. Kualitas kompos dianggap baik
jika memiliki C/N rasio antara 12-15 (Novizan, 2005).
Kompos dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang digunakan untuk
memupuk perkebunan kelapa sawit dapat mengurangi kebutuhan pupuk kimia
sampai 50 % pada tahun ketiga. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Kompos
dari TKKS bila digunakan dengan dosis 50 kg/pohon maka setara dengan unsur
hara 99 kg N, 53 kg P, dan 165 kg K2O per hektar atau 215 kg urea, 147 kg SP36, dan 275 kg MOP per hektar. Selain mengurangi pupuk kimia, kompos TKKS

Universitas Sumatera Utara

juga akan meningkatkan kualitas tanah dengan lebih baiknya agregasi, aerasi dan
kapasitas tanah (Indriani, 2004).
Tabel 1. Komposisi unsur dalam kompos TKKS
Unsur
N total
P
K
Mg
Ca
Fe
C
Bahan Organik
C/N ratio
PH

Nilai
2.45 %
0.25 %
0.82 %
0.45 %
0.84 %
1.85 %
17.80 %
62.70 %
14.90 %
7.29

Sumber : Tasma Puja, 2008.
Di alam, terdapat berbagai bentuk simbiosis yang secara tidak langsung
dapat meningkatkan produktivitas tanaman, diantaranya ialah cendawan mikoriza.
Cendawan ini sering disebut mikoriza vesikula arbuskula (MVA) karena dapat
membentuk struktur vesikula pada korteks akar tanaman yang terinfeksi. Vesikula
merupakan struktur seperti kantung di ujung hifa yang mengandung banyak
butiran lemak. Vesikula berfungsi sebagai organ penyimpanan (Musnawar, 2006).
Karet merupakan tanaman yang bernilai ekonomis tinggi, tetapi satu hal
yang sering terjadi di lapangan adalah tingginya tingkat kematian stump setelah
beberapa saat tanam di lapangan. Kombinasi media tanam (sub soil, kompos
TKKS, dan pemberian mikoriza) dan pemakaian stump yang unggul diharapkan
dapat membantu menyelesaikan permasalahan tingginya tingkat kematian stump
karet tersebut setelah di tanam di lapangan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh media tanam dan pemberian mikoriza vesikula
arbuskula

(MVA)

terhadap

pertumbuhan

stump

mata

tidur

Universitas Sumatera Utara

karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) dan diharapkan penelitian ini dapat
bermanfaat bagi peneliti dan bagi pihak – pihak yang membutuhkan informasi
khususnya dalam pengadaan bibit tanaman karet.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh media tanam dan
pemberian mikoriza vesikula arbuskula (MVA) terhadap pertumbuhan stump
mata tidur karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.).

Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan stump mata tidur karet.
2. Ada pengaruh pemberian mikoriza vesikula arbuskula (MVA) terhadap
pertumbuhan stump mata tidur karet.
3. Ada interaksi media tanam dan pemberian mikoriza vesikula arbuskula
(MVA) terhadap pertumbuhan stump mata tidur karet.

Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

Botani Tanaman

Menurut Tim Penulis PS (2004), klasifikasi tanaman karet (Hevea
brasiliensis) adalah sebagai berikut :
Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Euphorbiales

Family

: Euphorbiaceae

Genus

: Hevea

Spesies

: Hevea brasiliensis Muell Arg.

Tanaman karet dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji) dan
vegetatif (menggunakan klon). Biji yang akan dipakai untuk bibit, terutama untuk
penyediaan

batang

bagian

bawah

harus

sungguh-sungguh

baik

(Setyamidjaja, 2000). Tanaman karet memproduksi senyawa kompleks seperti
vitamin, hormon, pati, sellulosa, protein, lemak,asam nukleat dan enzim untuk
mengendalikan dan mengatur dan mendukung proses perkembangannya
(Salisbury dan Ross, 1995).
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup
besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh
lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada
kecondongan arah tumbuh tanaman agak miring ke arah utara. Batang tanaman ini
mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Tim Penulis PS, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Daun karet berselang-seling, helai daunnya panjang dan terdiri dari 3 anak
daun yang licin berkilat. Petiola tipis, hijau, berpanjang 3,5-30 cm. Helaian anak
daun berhelai pendek dan berbentuk lonjong-oblong atau oblong-obovate, pangkal
sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak
cerah, panjangnya 5-35 cm dan lebar 2,5-12,5 cm (Sianturi, 2001).
Pohon karet mulai menghasilkan buah pada usia 4 tahun. Setiap buah
terdiri dari tiga atau empat biji, yang jatuh ke tanah ketika buah matang dan
pecah. Setiap tanaman karet menghasilkan 800 biji (1,3 kg) dua kali setahun. Biji
terdiri dari cangkang keras yang tipis dan sebuah kernel. Cangkang juga terdiri
dari beberapa minyak kernel dan cangkang terkadang dicampur bersama,
menghasilkan

minyak

yang

mengandung

serat

yang

tinggi

(http://www.tempointeraktif.com., 2007).
Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang
berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai
enam ruang. Garis tengah buah 3-5 cm. Bila buah sudah masak, maka akan pecah
dengan sendirinya. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji
biasanya tiga, kadang enam, sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar
dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola
yang khas (Tim Penulis PS, 2004).
Bunga majemuk ini terdapat pada ujung ranting yang berdaun. Tiap-tiap
karangan bunga bercabang-cabang. Bunga betina tumbuh pada ujung cabang,
sedangkan bunga jantan terdapat pada seluruh bagian karangan bunga. Jumlah
bunga jantan jauh lebih banyak daripada bunga betina. Bunga berbentuk
“lonceng” berwarna kuning. Ukuran bunga betina lebih besar daripada bunga

Universitas Sumatera Utara

jantan. Apabila bunga betina terbuka, putik dengan tiga helai putik akan tampak.
Bunga jantan bila telah matang akan mengeluarkan tepung sari yang berwarna
kuning. Bunga karet mmpunyai bau dan warna yang menarik dengan tepung sari
dan putik yang agak lengket (Setyamidjaja, 2000).

Syarat tumbuh
Iklim
Tanaman karet tumbuh baik di dataran rendah. Yang ideal adalah pada
tinggi 0-200 m dari permukaan laut. Penyebaran perkebunan karet di indonesia
terbanyak adalah hingga tinggi 400 m dari permukaan laut. Tanaman karet
tumbuh baik di daerah yang mempunyai curah hujan 2000-4000 mm per tahun.
Tanaman karet dapat tumbuh pada suhu diantara 250 hingga 350 C. Suhu terbaik
adalah rata-rata 280 C. Kelembaban nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman karet
adalah rata-rata berkisar diantara 75-90 %. Angin yang bertiup kencang dapat
mengakibatkan patah batang, cabang atau tumbang. Lama penyinaran dan
intensitas cahaya matahari sangat menentukan produktivitas tanaman. Di daerah
yang kurang hujan yang menjadi faktor pembatas adalah kurangnya air,
sebaliknya di daerah yang terlalu banyak hujan, cahaya matahari menjadi
pembatas (Sianturi, 2001).

Tanah
Menurut Setyamidjaja (2000), sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman
karet adalah sebagai berikut :


Solum cukup dalam, sampai 100 cm atau lebih, tidak terdapat batu-batuan.



Aerase dan drainase baik.

Universitas Sumatera Utara



Remah, porous dan dapat menahan air.



Tekstur terdiri atas 35 % liat dan 30 % pasir .



Tidak bergambut, dan jika ada tidak lebih tebal dari 20 cm.



Kandungan unsur hara N, P, dan K cukup dan tidak kekurangan unsur
mikro.



pH 4,5 - 6,5.



Kemiringan tidak lebih dari 16 %.



Permukaan air tanah tidak kurang dari 100 cm.

Bibit Stum Mata Tidur dalam Polybag
Bibit karet dalam polybag dapat berasal dari biji atau okulasi mata
tidur (OMT) yang dipelihara sampai tumbuh menjadi tanaman kecil yang siap
dipindahkan.Bibit dalam polybag dapat digunakan untuk keperluan pembibitan,
kebun kayu okulasi, kebun produksi maupun ditanam di lahan bekas hutan atau
yang lain.Tanaman karet yang berada dalam polybag merupakan tanaman yang
telah siap untuk dipindahkan atau ditanam di lapangan. Bibit karet dalam polybag
merupakan bahan tanam yang ideal karena perakarannya telah siap dan tunas
tumbuh dengan baik. Cara membuatnya adalah sebagai berikut:
1. Akar tunggang OMT dipotong dan disisakan ± 35 cm atau disesuaikan dengan
panjang polybag, sedang akar lateral dipotong hingga tinggal 2 cm.
2. Polybag ukuran 30 cm x 50 cm dilubangi (12 lubang) kemudian diisi tanah
permukaan atas kurang lebih setengahnya. Stump okulasi diletakkan tegak
lurus di dalam polybag kemudian diisi kembali dengan tanah sampai penuh.
Leher akar harus terletak di bawah permukaan tanah. Selanjutnya tanah
dipadatkan agar tidak terdapat rongga di sekitar permukaan akar.

Universitas Sumatera Utara

3. Polybag diatur dalam barisan dengan mata okulasi menghadap ke arah yang
sama. Barisan dibuat kelompok-kelompok dengan lebar 5-10 polybag dan
panjang 50-100 polybag. Antar barisan diberi jarak untuk memudahkan
pemeliharaan, seperti menyiang rumput atau gulma, mewiwil tunas-tunas
aksiler yang tumbuh baik pada batang bawah maupun pada batang atas,
memberantas hama dan penyakit bila ada, memupuk, dan menyiram bila tidak
ada hujan.
4. Bibit dalam polybag dipelihara sampai tumbuh 2-3 payung daun atau 3-4
bulan, selanjutnya bibit siap dipindah ke lapangan.
5. Penyiraman dilakukan apabila tidak ada hujan. Oleh karena itu bibit dalam
polybag harus diletakkan dekat sumber air baik itu sungai, sumur atau air
irigasi untuk memudahkan penyiraman.
(Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005).
Okulasi atau penempelan bertujuan untuk menyatukan sifat-sifat baik yang
dimiliki oleh batang bawah (stock) dengan batang atas (scion) yang ditempelkan
padanya. Dewasa ini dikenal dua cara okulasi, yaitu okulasi coklat (brown
budding) dan okulasi hijau (green budding) (Setyamidjaja, 2000). Dengan cara
okulasi akan terjadi penggabungan sifat-sifat baik dari dua tanaman dalam waktu
yang relatif pendek dan memperlihatkan pertumbuhan yang seragam. Setelah
pengokulasian

tanaman

berhasil,

3

minggu

kemudian

dilakukan

penyeroan/pemotongan 5-10 cm diatas batang tanaman yang telah berhasil
diokulasi, agar pertumbuhan difokuskan melalui okulasi (mata tunas) yang telah
terbentuk. Tujuan utama membuat bibit okulasi adalah agar produksi bisa lebih
tinggi (Tim Penulis PS, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Stump mata tidur karet merupakan hasil pembiakan vegetatif (okulasi) atau
sering juga disebut bibit okulasi yang dibongkar setelah mata bengkak. Awalnya
(Sianturi, 2001).
Klon tanaman karet yang digunakan dalam penelitian ini adalah klon
PB-260 karena mempunyai keunggulan dalam hal kualitas dan kuantitas produksi
tiap bulannya. PB-260 merupakan klon yang sampai saat ini diteliti dan
dikembangkan oleh perusahaan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate untuk
meningkatkan kualitas output (ban) yang di produksi oleh mereka yang dipakai
dalam perlombaan Internasional Formula 1 (mobil) dan Moto GP (sepeda motor)
(http://www.bridgestone.co.id., 2008).

Rootone – F
Zat pengatur tumbuh rootone-f adalah formulasi dari beberapa zat :
Napthalene Acitic Acid (NAA), Indole Acitid Acid (IAA), dan IBA yang
berbentuk tepung berwarna putih kotor dan sukar larut dalam air. Komposisi
bahan aktif rootone-f adalah Napthalene Acetamida (NAA) 0,067 %; 3-metil-1Napthalene acetatamida (MNAD) 0,013 %; 3-Indol butyric Acid (IBA) 0,057 %
dan Thyram (Tetramithiuram disulfat) 4,00 %. NAD, NAA, DAN IBA merupakan
senyawa organik yang dapat mempercepat dan memperbanyak perakaran stek.
Thyram merupakan senyawa organik yang berfungsi sebagai fungisida. Waktu
pengeratan sebelum pengambilan stek ini berkaitan dengan pengumpulan zat
makanan pada pangkal batang yang dikerat nantinya akan membantu dalam
pembentukan akar pada stek tersebut. Zat pengatur tumbuh rootone-f berfungsi
untuk mempercepat proses fisiologis yang memungkinkan tersedianya bahan
pembentuk akar dengan segera (Astuti, 2006). Indole Acitid Acid (IAA), IBA,

Universitas Sumatera Utara

PAA disebut sebagai hormon auksin yang dapat menghambat perakaran bila
dalam jumlah besar dan dapat meningkatkan perakaran dalam konsentrasi yang
jauh lebih rendah (Salisbury dan Ross, 1995).
Media Tanam
Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi sub
soil dengan kompos tandan kosong kelapa sawit dan diharapkan kombinasi ini
akan membantu dalam hal penyediaan media tanam yang subur menyerupai top
soil mengingat semakin banyaknya kerusakan lahan pertanian Indonesia. Media
tanam ini dimasukkan ke dalam polybag (Setiawan dan Andoko, 2006).
Media tanam, hasil karet maksimal didapatkan jika di tanam di tanah
subur, berpasir, dapat melalukan air dan tidak berpadas (kedalaman padas yang
dapat ditolerir adalah 2-3 m). Tanah ultisol yang kurang subur banyak ditanami
karet

dengan

pemupukan

dan

pengolahan

yang

baik

(http://www.agroindonesia.com., 2006).
Tanah yang kaya bahan organik bersifat lebih terbuka/sarang sehingga
aerasi tanah lebih baik dan tidak mudah mengalami pemadatan dibandingkan
dengan tanah yang mengandung bahan organik rendah. Tanah yang kaya bahan
organik relatif lebih sedikit hara yang terfiksasi mineral tanah sehingga yang
tersedia bagi tanaman lebih besar. Hara yang digunakan oleh mikroorganisme
tanah bermanfaat dalam mempercepat aktivitasnya, meningkatkan kecepatan
dekomposisi bahan organik dan mempercepat pelepasan hara. Pupuk kimia tidak
dapat menggantikan manfaat ganda bahan organik tanah (Sutanto, 2002).
Beberapa kelemahan pupuk organik yaitu kandungan unsur hara relatif lebih
rendah dibanding pupuk anorganik sehingga dosis penggunaannya lebih tinggi

Universitas Sumatera Utara

dan

respon

tanaman

terhadap

pupuk

organik

relatif

lebih

lambat

(Musnamar, 2006).
Kompos merupakan senyawa bahan organik yang telah mengalami
degradasi/penguraian/pengomposan sehingga berubah bentuk dan sudah t