Tinjauan Prosedur Penyitaan Harta Kekayaan Wajib Pajak Atas Dasar Hutang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Bandung Bojonagara

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam mewujudkan pembangunan yang adil dan merata disegala bidang aspek

diperlukan adanya sumber penerimaan yang menunjang peningkatan sumber penerimaan

negara yang diperlukan untuk membiayai pengeluaran rutin dan untuk membiayai

pembangunan. Minimnya pengetahuan wajib pajak tentang perpajakan khususnya pajak

penghasilan, baik wajib pajak, orang pribadi maupun wajib pajak badan menyebabakan

banyak kesulitan dalam hal pelaksanaan pajaknya selain itu juga kecerobohan wajib pajak

dalam hal pembayaran pajak sangat mengkhawatirkan, akibatnya banyak wajib pajak

yang mengalami penyitaan terhadap kekayaan wajib pajak akibat dari utang pajaknya

untuk kas negara. Dari hal tersebut maka fiskus mengambil kebijakan, dalam hal tersebut

banyak wajib pajak yang tetap tidak mau tahu akan kewajibannya untuk membayar kas

negara sehingga timbulnya penyitaan yang dilakukan oleh juru sita terhadap kekayaan

wajib pajak.

Tidak bisa disangkal bahwa negara sering mengalami kesulitan untuk mengumpulkan itu karena jumlah besar wajib pajak yang tidak patuh dalam melakukan pembayaran pajak. Para wajib pajak kurang menyadari arti penting pajak, di mana mereka sering melakukan tunggakan pajak sampai hutang pajak mereka menjadi akumulasi. Karena itu penagihan pajak dapat dipaksakan penagihannya, sehingga kepada pihak-pihak yang tidak mau membayar pajaknya tersebut dapat dilakukan penagihan pajak dengan surat paksa. Penagihan pajak dengan surat paksa dilakukan oleh pegawai kantor pajak di mana wajib pajak


(2)

yang bersangkutan tinggal. Jika setelah dilakukan penagihan menggunakan surat paksa, wajib pajak tersebut masih tetap tidak mau membayar pajaknya, maka wajib pajak dapat dikenakan sanksi kurungan atau penyitaan atas hartanya. Apabila terhadap wajib pajak atau Penanggung Pajak Surat Paksa sudah diberitahukan, namun sampai dengan batas waktu 2 (dua) kali 24 jam (dua puluh empat) sejak pemberitahuan Surat Paksa Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajaknya, maka Direktorat Jenderal Pajak dapat melakukan penyitaan terhadap barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut.

Dimaksudkan diberinya waktu tersebut untuk memberi kesempatan kepada Penanggung Pajak melunasi utang pajak sebagaimana tercantum dalam Surat Paksa terkait. Dengan adanya penagihan pajak dengan surat paksa, wajib pajak yang tidak mau membayar pajaknya dapat dipaksa untuk memenuhi kewajibannya. Sanksi kurungan dan penyitaan merupakan upaya paksa terakhir yang dapat dilakukan dalam rangka menagih pajak. Adanya sanksi kurungan ini mengakibatkan hilangnya kebebasan seseorang, dan adanya penyitaan barang mengakibatkan harta orang tersebut tidak dapat dipergunakan lagi seperti semula.

Apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam terhitung sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) diterbitkan oleh Kepala KPP sebagai Pejabat yang telah menerbitkan Surat Paksa, SPMP paling cepat diterbitkan setelah lewat waktu 2 kali 24 jam sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada Penanggung Pajak. Dilihat dari akibat-akibat penagihan pajak dengan surat paksa yang sangat tidak menyenangkan itu, maka


(3)

penagihan pajak dengan surat paksa tidak dapat dilakukan dengan sewenang-wenang. Dibutuhkan landasan yuridis khusus yang dapat menjadi landasan hukum bagi penagihan pajak dengan surat paksa. Dalam melaksanakan penyitaan, Jurusita Sita Pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci, dan tempat lain untuk menemukan objek sita di tempat usaha, di tempat kedudukan, atau di tempat tinggal penanggung pajak, atau di tempat lain yang dapat diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita.

Kewenangan tersebut dilakukan dengan tetap memperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat dengan terlebih dahulu meminta izin dari Penanggung Pajak. Jika Penanggung Pajak tidak memberi izin atau menghalangi penyitaan, Juru Sita dapat meminta bantuan Kepolisian atau Kejaksaaan. Untuk memperoleh pelunasan hutang dari wajib pajak badan juru sita melakukan penyitaan terhadap semua harta milik wajib pajak badan baik itu barang yang bergerak (termasuk mobil, perhiasaan, uang tunai, dan deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, obligasi dan surat berharga lainnya) maupun yang tidak bergerak (termasuk bangunan dan kapal dengan isi kotor tertentu). Menurut Mardiasmo (2006, h.116) bahwa penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang penanggung pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan.


(4)

Tabel 1.1

Penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan

Tahun 2012 2013 2014

Jumlah 3 22 19

Sumber: KPP Pratama Bandung Bojonagara

Pada tabel diatas dikatakan bahwa jumlah SPMP pada tahun 2012 hanya 3 SPMP yang diterbitkan oleh KPP Pratama Bandung Bojonagara kemudian pada tahun 2013 telah terjadi peningkatan yang sangat drastis mungkin saja akibat dari Wajib Pajak yang sulit untuk membayarkan tagihan pajaknya sehingga banyak Wajib Pajak yang mengalami penyitaan, lalu pada tahun 2014 terjadi penurunan menjadi 19 penerbitan SPMP itu dapat terjadi karena banyaknya Wajib Pajak yang sudah paham pentingnya membayar tagihan pajak untuk Negeranya sendiri sebagai sarana pembangunan.

Setiap pelaksanaan penyitaan, juru sita pajak membuat berita acara pelaksanaan sita yang ditandatangani oleh juru sita pajak, penanggung pajak dan saksi-saksi.Jika penanggung pajak adalah badan maka berita acara pelaksanaan sita ditandatangani oleh pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung pajak, pemilik modal atau pegawai tetap perusahaan.Salinan berita acara pelaksanaan sita dapat ditempelkan di tempat umum dan berlaku sebagai pemberitahuan maksud tindakan juru sita pajak pada penanggung pajak atas barang yang disita atau diberi segel sita. Penyitaan dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak.Hal lainnya yang dapat disita diatur dengan peraturan


(5)

melunasi biaya penagihan dan utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan atau putusan Badan Peradilan Pajak atau ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri Keuangan atau Keputusan Kepala Daerah. Dari hal diatas maka penulis memilih KPP Pratama Bojonagara Bandung sebagai tempat Praktik Kerja dan memilih judul “Tinjauan Prosedur Penyitaan Kekayaan Wajib Pajak Atas Dasar Utang Pajak di KPP Pratama Bojonagara Bandung”

1.2 Tujuan Laporan Kerja Praktek

Maksud dilaksanakan kerja praktek adalah

1. Untuk mengetahui prosedur penyitaan kekayaan Wajib Pajak 2. Untuk mengetahui hambatan apa saja dalam melakukan penyitaan 3. Untuk mengetahui upaya agar wajib pajak tidak melakukan

penunggakan pajak dan terjadinya penyitaan 1.3 Kegunaan Kerja Praktek

1.3.1 Kegunaan Praktis

Dari hasil penulisan diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu :

 Pihak Dirjen Pajak

Laporan kerja Praktek sebagai bahan masukan atau bahan analisis dalam memperbaiki kekurangan dalam tindak lanjut penagihan pajak dengan cara penyitaan agar masyarakat sadar membayar utang kepada negara itu sangat penting untuk membiayai negara itu sendiri.


(6)

1.3.2 Kegunaan Akademis

Secara akademis, hasil laporan kerja praktek ini diharapakan dapat menjadi gambaran perbandingan antara teori yang terkait pengendalian internal dengan kenyataan di lapangan serta menjadi referensi bagi perkembangan ilmu akuntansi pajak khususnya terkait perpajakan.

1.4 Tempat dan Waktu Kerja Praktek 1.4.1 Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek

Penulis melakukan kerja praktek di KPP Pratama Bojonagara Bandung, Jalan Terusan Prof. Dr. Sutami No. 2 Bandung. Sejak tanggal 27 Juli sampai dengan 31 Agustus.

1.4.2 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

Dengan jam kerja dimulai dari hari senin sampai jumat pukul 08.00 sampai dengan 16.00. Yang telah disepakati oleh pihak Kantor Pajak Bojonagara.


(7)

Tabel 1.2 Aktivitas Kerja Praktek

No. Aktivitas Hari Waktu Penempatan

1 Kerja Praktek

Senin-Kamis 07.30-16.00

Seksi Penagihan Jumat 07.30-16.30

2 Istirahat

Senin-Kamis 11.30-12.30

Seksi Penagihan Jumat 11.30-13.00

3 Libur Sabtu & Minggu - -

Tabel 1.3

Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

NO KEGIATAN Agustus 2015

1. Pengenalan Lingkungan Kantor I II III IV V

2. Pemberian Materi Tentang Perpajakan

3. Pengenalan Struktur Organisasi di Kantor Pajak

4. Pengenalan Tentang Tugas Masing-masing Seksi

5. Pengenalan Prosedur Penyitaan Pada Bagian Seksi Penagihan 6. Pengenalan membuat surat

keluaran dan kembali pos 7. Menginput Surat Tagihan Pajak

dan Memasukan Ke Rumah Berkas


(8)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Bandung Bojonagara

Penerapan pajak di Indonesia sebenarnya sudah diterapkan sejak jaman kolonial Belanda. Pemungutan pajak di masa itu dilakukan oleh lembaga yang dibentuk pemerintahan kolonial yang bernama “De Inspective Finantien”. Lembaga ini bertugas mengenai pemungutan pajak rakyat berdasarkan undang-undang Belanda.

Gedung Inspeksi Keuangan yang berada di Gedung Merdeka selanjutnya di pindahkan ke Soreang Bandung Selatan. Perpindahan Gedung Inspeksi Keuangan ini merupakan akibat dari terjadinya agresi militer Belanda pada 1947, saat itu Belanda menguasai daerah sebelah utara Bandung yang garis batasnya adalah rel kereta api yang memanjang dari barat ke timur kota Bandung.

Belanda berhasil menguasai Kantor Keuangan sehingga dipindahkan ke gedung yang kini dikenal menajdi RS Immanuel. Saat pasukan Indonesia mundur ke selatan, personil administrasi Kantor Inspeksi Keuangan tersebut dipindahkan lagi ke Tasikmalaya. Pada masa inilah akhirnya terjadi dualisme aliran pajak : 1. Kelompok Cooperative, dimana kelompok ini mau bekerjasama dengan


(9)

2. Kelompok Non Cooperative, yaitu kelompok yang sama sekali tidak mau bekerjasasma degan pihak Belanda sehingga mengungsikan diri ke Tasikmalaya.

Pada 17 Desember 1975 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan akhirnya Inspeksi Keuangan Belanda diganti menjadi Inspeksi Pajak Bandung. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 141/KMK.0181979 tanggal 6 April 1979, Inspeksi Pajak Bandung dipecah menjadi 2 terhitung mulai 1 Januari 1980, yaitu :

1) Inspeksi Pajak Bandung Timur, beralamat di Jl. Asia Afrika nomor 114 Bandung

2) Inspeksi Pajak Bandung Barat, beralamat di Jalan Purnawarman nomor 21 Bandung yang kemudian pindah lagi ke Jalan Soekarno Hatta pada 1 Januari 1981.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 terjadi reorganisasi pada Dirjen Pajak dimana 4 Kantor Pajak di kota dipecah menjadi 5 Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

a. KPP Cimahi meliputi Kota Administrasi Cimahi dan Kabupaten Bandung dan berkantor di Jalan Raya Barat Nomor 576 Cimahi.

b. KPP Bandung Tegallega, meliputi daerah pemerintahan wilayah (kewedanan Tegallega) dan berkantor di Jalan Soekarno Hatta Bandung.

c. KPP Bandung Cibeuying, meliputi daerah pemerintahan wilayah cibeuying, dan berkantor di Jalan Purnawarman No.21 Bandung.


(10)

d. KPP Bandung Karees meliputi daerah pemerintahan wilayah Karees dan Kabupaten Sumedang.

e. KPP Bandung Bojonegara, meliputi pemerintahan wilayah Bojonagara dan berkantor untuk sementara di Jalan Cipaganti Bandung.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK/01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, pada akhir tahun 2008 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di seluruh jajaran Direktorat Jenderal Pajak terdiri atas tiga jenis, yaitu:

1. KPP Wajib Pajak Besar yang terdiri atas KPP Wajib Pajak Besar Satu, KPP Wajib Pajak Besar Dua, dan KPP Badan Usaha Milik Negara.

2. KPP Madya yang terdiri atas KPP Penanaman Modal Aasing, KPP Perusahaan Masuk Bursa, KPP Badan dan Orang Asing, KPP Madya Medan, KPP Madya Palembang, KPP Madya Pekanbaru, KPP Madya Batam, KPP Madya Tangerang, KPP Madya Bekasi, KPP Madya Jakart Pusat, KPP Madya Jakarta Barat, KPP Madya Jakarta Selatan, KPP Madya Jakarta Timur, KPP Madya Jakarta Utara, KPP Madya Bandung, KPP Madya Semarang, KPP Madya Surabaya, KPP Madya Sioarjo, KPP Madya Malang, KPP ,adya Balikpapan, KPP Madya Makassar, dan KPP Madya Denpasar. 3. KPP Pratama

KPP Pratama Bandung Bojonagara dibentuk Pada Akhir Tahun 2006 yang beralamat di Jalan Asia Afrika No. 114 Bandung. Pada bulan Maret tahun 2009 pindah ke Jalan Ir.Sutami No. 1 sampai sekarang.


(11)

Pada tahun 2007 Direktorat Jenderal Pajak melakukan reformasi dan modernisasi pada tubuh lembaganya. Salah satunya selain dengan peningkatan SDM ialah dengan melebur fungsi Kantor Pelayanan Pajak. Kantor Pemeriksa Pajak Kantor Penyuluhan dan Kantor Pelayanan Pajk Bumi dan Bangunan termasuk yang terjadi pada Kanwil DJP Jawa Barat I. Hasil peleburan ini akhirnya membentuk 15 Kantor Pelyanan Pajak Pratama.

KPP Pratama Bandung Bojonagara merupakan salah satu diantara pembentukan 15 KPP pada tahun 2007 tersebut. Sebelumnya saat masih bernama KPP Bandung Bojonagara, Kantor Pelayanan Pajak ini pernah beralamat di jalan Cipaganti No. 155-157 Bandung setelah kemudian berpindah ke Jalan Asia Afrika No. 114 Bandung. Setelah modernisasi tersebut sebagaimana Kantor Pajak lainnya, KPP Bandung Bojonagara berganti menjadi KPP Pratama Bandung Bojonagara dan kini berlokasi di Jalan Ir. Sutami Bandung.

2.2 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab pegawai masing-masing telah ditentukan sebelumnya. Tujuannya adalah untuk membina keharmonisan kerja agar perkerjaan dapat dilasaksanakan dengan baik, teratur dan efisien. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang bertugas melaksanakan kegiatan opersiaonal pelayanan perpajakan sesuai dengan wilayah yang menjadi wewenangnya meliputi daerah tertentu. Berdasarkan Keputusan menteri Keuangan Nomor 176/KMK/01/1984 tanggal 25


(12)

Maret 1987, susunan organisasi pada struktur organisasi KPP berbentuk garis lurus atau line tipe A.

Adapun struktur Organisasi pada Kantor Pajak Pratama Bandung Bojonagara adalah sebagai berikut :

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara 2. Sub. Bagian Umum

3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (WASKON 1) 4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II (WASKON 2) 5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III (WASKON 3) 6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV (WASKON 4) 7. Account Representativ (AR)

8. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 9. Seksi Pelayanan

10.Seksi Pemeriksaan 11.Seksi Penagihan

12.Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 13.Kelompok Fungsional Pemeriksa 2.3 Deskripsi Jabatan

Uraian tugas dari struktur Organisasi KPP Pratama Bojonagara Bandung tersebut diuraikan berikut ini:

1. Kepala Kantor

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KP PBB, dan Karikpa maka kepala kantor KPP pratama mempunyai tugas


(13)

mengkordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan Wajib di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dan pajak tidak langsung lainnya, juga Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (Pengelolaan BPHTB hingga akhir 2010) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama bertugas melaksanakan :

a. Penyuluhan b. Pelayanan

c. Pengawasan (pemeriksaan dan penagihan) 2. Sub. Bagian Umum

Bagian Umum mempunyai fungsi : a. Pengurusan Kepegawaian; b. Pengurusan Keuangan; c. Tata Usaha;

d. Pengurusan Ruamh Tangga dan Perlengkapan. Sub.Bagian Umum Terdiri dari :

a. Urusan kepegawaian, mempunyai tugas melakukan urusan keuangan;

b. Urusan Rumah Tangga, mempunyai tugas melakukan urusan rumah tangga dan perlengkapan.


(14)

3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib pajak (PPh, PBB, BPHTB, dan Pajak Lainnya), himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam suatu KPP Pratama terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (Teritorial) tertentu.

4. Account Representative (AR)

AR adalah penghubung antara KPP dengan Wajib Pajak yang bertanggung jawab untuk menyamapaikan informasi perpajakan secara efektif dan profesional. Mereka terlatih untuk memberikan respon yang efektif atas pertanyaan dan permasalahan yang diajukan Wajib Pajak sesegera mugkin. AR juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa Wajib Pajak

memperoleh hak-haknya secara transparan. AR memiliki pemahaman tentang bisnis serta kebutuhan Wajib Pajak dalam hubungannya dengan kewajiban perpajakan. Untuk itu AR secara berkala mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari berbagai nara sumber. Tugas AR antara lain :

a. Menyusun estimasi penerimaan pajak

b. Membuat surat teguran untuk wajib pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)


(15)

d. Menginventarisasi SPPT yang tidak/belum dibayar setelah tanggal jatuh tempo dan membuat Nota Penghitungan dalam rangka penerbitan STP PBB e. Meneliti data pembayaran BPHTB dan membuat Nota Penghitungan dalam

rangja penerbitan Surat Tagihan BPHTB

f. Meneliti dan membuat konsep uraian penelitian pembetulan ketetapan pajak g. Meneliti hasil keluaran berupa DHR, SPPT, DHKP, dan STTS

h. Melakukan penelitian Wajib Pajak/PKP yang beralamat fiktif atau menerbitkan Faktur Pajak fiktif dan membuat laporan atas kebenaran informasi tersebut

i. Melakukan penelitian kepatuhan dan membuat usulan Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku

j. Mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan kebijakan atau peraturan di bidang perpajakan dan memberikan bimbingan kepada wajib pajak

k. Mencari, mernerima atau mengumpulkan data atau informasi yang berhubungan dengan pembuatan/pemutakhir profil Wajib Pajak

l. Melakukan kunjungan dalam rangka pengawasan dan pemuktahiran data wajib pajak

m. Secara periodik membandingkan dan menganalisa data yang diperoleh KPP dari alat keterangan dan sumber lainnya dengan data yang tercantum dalam SPT wajib pajak serta membandingkan kecocokan data antar SPT serta membuat konsep surat permintaan penjelasan/himbauan pembetulan SPT/


(16)

pembayaran pajak apabila ditemukan kemungkinan adanya potensi pajak yang belum dilaporkan dan dibayar

n. Menginventarisasi wajib pajak yang diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan 5. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai fungsi : a. Pengumpulan dan pengolahan data;

b. Penyajian Informasi; c. Penggalian potensi pajak; 6. Seksi Pelayanan

Kepala Seksi Pelayanan Informasi bertugas melaksanakan : a. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan

c. Penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya d. Penyuluhan perpajakan

e. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak f. Kerjasama perpajakan

7. Seksi Pemeriksaan

Mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penertiban dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta Administrasi Pemeriksaan Perpajakan Lainnya.

8. Seksi Penagihan


(17)

a. Penatausahaan piutang pajak;

b. Penyiapan surat teguran dan pengurusan penagihan pajak. c. Kepala Seksi Ekstensifikasi

9. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Membantu Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajka, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

10.Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilaian yang mempunyai fungsi :

a. Pejabat Fungsional Pemeriksa :

 Berkoordinasi dengan seksi pemeriksaan

b. Pejabat Fungsional Penilai :

 Berkoordinasi dengan seksi ekstensifikasi

2.4 Aspek Kegiatan Perusahaan

1. Penerimaan SPT Tahunan

Untuk memberikan kemudahan kepada para wajib pajak menyerahkan SPT Tahunan, KPP Pratama Bojonagara menyelenggarakan Drop Box yang tersebar di pusat-pusat perbelanjaan seperti Paris Pan Java Mall, Bandung Trade Center, Istana Plaza dan Pasar Baru Trade Center. Kegiatan Drop Box diadakan khusus di bulan Maret dan April setiap tahunnya, di lokasi tersebut


(18)

terdapat 2 petugas yang bertugas menerima SPT Tahunan Wajib Pajak dan membantu Wajib Pajak mengisi SPT Tahunannya.

2. Penyuluhan Perpajakan

KPP Pratama Bandung Bojonagara menyelenggarakan penyuluhan perpajakan kepada wajib pajak mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan perpajakan. Penyuluhan yang dilakukan juga dalam rangka memenuhi undangan dari para Wajib Pajak untuk melaksanakan penyuluhan di lingkungan Wajib Pajak. Penyuluhan tersebut meliputi kunjungan ke alamat Waib Pajak, penyuluhan dilaksanakan di KPP Pratama Bandung Bojonagara, serta pembagian leflet dan selebaran perpajakan di pusat keramaian. Materi penyuluhan yang disampaikan dari peraturan perpajakan terbaru, pemberian NPWP pada karyawan serta pengisian SPT Tahunan.

3. Sensus Pajak Nasional

Menyadari masih rendahnya peran aktif masyarakat untuk turut berkontribusi dalam pembiayaan pembangunan nasional mendorong Direktorat Jenderal Pajak untuk meluncurkan agenda nasional Sensus Penduduk Nasional (SPN), SPN yng digulirkan pada akhir tahun 2011 ini adalah merupakan kegiatan pengumpulan data mengenal kewajiban perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak dengan cara mendatangi subyek sensus, baik orang pribadi ataupun badan usaha di seluruh wilayah Indonesia. Dengan SPN diharapkan penerimaan negara dari sketor pajak


(19)

akan meningkat, semakin besar penerimaan negara maka akan semakain banyak fasilitas publik yang dapat disediakan oleh Pemerintah.


(20)

BAB III

PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 Landasan Teori 3.1.1 Definisi Prosedur

Prosedur (procedure) didefinisikan oleh Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2011:23) dalam buku yang berjudul “Sistem Informasi Akuntansi” adalah “Serangkaian langkah/kegiatan klerikal yang tersusun secara sistematis berdasarkan urutan-urutan yang terperinci dan harus diikuti untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan”. Menurut Mulyadi (2010:5) dalam bukunya yang berjudul “Sistem Akuntansi” adalah “Prosedur adalah urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang”.

Dari beberapa definisi diatas dapat dikatakan prosedur adalah Urutan kegiatan yang tersusun secara sistematis untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

3.1.2 Definisi Penyitaan

Penyitaan adalah tindakan hukum dalam proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik untuk menguasai secara hukum atas suatu barang, baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak yang diduga terkait erat dengan tindak pidana yang sedang terjadi (Hartono, 2010:182). Penyitaan dalam Pasal 1 angka 16 KUHP didefinisikan sebagai Serangkaian tindakan penyidik untuk


(21)

mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan.”

Dari beberapa definisi diatas dapat dikatakan Penyitaan adalah Tindakan hukum yang dilakukan penyidik untuk mengambil alih atau menyimpan barang bergerak atau tidak bergerak yang berkaitan untuk kepentingan penyidikan.

3.1.3 Definisi Dasar Utang

Menurut Kasmir (2012:128) , ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya terutama jangka pendek (yang sudah jatuh tempo) disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu:

1. Bisa dikarenakan memang perusahaan sedang tidak memiliki dana sama sekali, atau

2. Bisa mungkin saja perusahaan memiliki dana, namun saat jatuh tempo perusahaan tidak memiliki dana (tidak cukup dana secara tunai sehingga harus menunggu dalam waktu tertentu, untuk mencairkan aktiva lainnya seperti menagih piutang, menjual surat-surat berharga, atau menjual sediaan atau aktiva lainnya). Menurut Fred Weston (2012:129) adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu memenuhi utang (membayar) tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.


(22)

Dari beberapa definsi diatas dapat dikatakan Dasar Utang adalah Perusahaan sedang tidak memiliki dana atau dana tersebut tidak mencukupi pada saat jatuh tempo pembayaran.

3.1.4 Definisi Kekayaan

Kekayaan dapat dikatakan sebagai harta/aset/aktiva. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (ETAP) (2010:68) bahwa yang dimaksud dengan aktiva tetap adalah “Aktiva Tetap adalah aset berwujud yang :

1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain atau untuk tujuan administrative dan

2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2012:1) aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk disediakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain atau untuk tujuan yang administratif dan diperkirakan untuk digunakan lebih dari satu periode.

Dari beberapa definisi diatas dapat dikatakan kekayaan atau aset tetap adalah Aset berwujud yang digunakan untuk penyediaan barang atau jasa yang diperkirakan digunakan lebih dari satu periode.

Melakukan penyitaan adalah pejabat yang berwenang untuk mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak, menerbitkan Surat Teguran, Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus (SPPSS), Surat Paksa (SP), 10 Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP), Surat Sencabutan Sita, Pengumuman Lelang,


(23)

Surat Penentuan Harga Limit, Pembatalan Lelang, Surat Perintah Penyanderaan (SPP), dan surat lain yang diperlukan untuk penagihan pajak sehubungan dengan penanggung tidak melunasi sebagian atau seluruh utang pajak menurut undang undang dan peraturan daerah.

Kewenangan Jurusita Pajak Dalam Melakukan Penyitaan Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Menteri Keuangan cq. Direktorat Jenderal Pajak berwenang menunjuk Pejabat untuk penagihan pajak pusat. Pejabat tersebut juga mempunyai kewenangan untuk:

a. Mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak b. Menerbitkan :

1. Surat Perintah Penagihan seketika dan Sekaligus; 2. Surat Paksa;

3. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan; 4. Surat Perintah Penyanderaan;

5. Surat Pencabutan Sita;

6. Pengumuman dan Pembatalan Lelang;

7. Surat lain yang diperlukan untuk pelaksanaan penagihan pajak.

Jurusita Pajak melaksanakan tugasnya merupakan pelaksanaan eksekusi dari putusan yang sama kedudukannya dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Oleh karena itu, untuk dapat diangkat sebagai Jurusita Pajak, harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh Menteri, misalnya, pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum


(24)

atau yang sederajat serta telah mengikuti pendidikan dan pelatihan khusus Jurusita Pajak. Jurusita Pajak bertugas :

a. melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus; b. memberitahukan Surat Paksa;

c. melaksanakan penyitaan atas barang Penangung Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan; dan

d. melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan. Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan kartu tanda pengenal dan harus diperlihatkan kepada Penanggung Pajak. Dalam melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci, dan tempat lain untuk menemukan objek sita di tempat usaha, di tempat kedudukan, atau di tempat tinggal Penanggung Pajak, atau di tempat lain yang dapat diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita. Dalam melaksanakan tugasnya, Jurusita Pajak dapat meminta bantuan Kepolisian, Kejaksaan, Kementerian yang membidangi hukum dan perundang-undangan, Pemerintah Daerah setempat, Badan Pertanahan Nasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau pihak lain. Jurusita Pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran berdasarkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus yang diterbitkan oleh Pejabat apabila :

a. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat untuk itu;


(25)

b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia;

c. Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya, atau menggabungkan usahanya, atau memekarkan usahanya, atau memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya;

a) Badan usaha akan dibubarkan oleh negara; atau

b) Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda tanda kepailitan.

Dasar hukum pelaksanaan penyitaan/penyenderaan terhadap barang wajib pajak sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan

2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan UndangUndang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa :

3. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor 135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagiihan Pajak dengan Surat Paksa.


(26)

4. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor 137 Tahun 2000 Tentang Tempat dan Tata Cara Penyanderaan, Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak dan Pemberian Ganti Rugi dalam Rangka Penagihan dengan Surat Paksa. 5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK 04/2000 Tentang

Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada Bank dalam rangka penagihan pajak dengan surat paksa. 6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 562/KMK.04/2000 Tentang

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, perlu menetapkan Keputusan Kementerian Keuangan Tentang Syarat-Syarat, Tata Cara Pengangkatan dan Pemberitahuan Jurusita Pajak.

Terhadap penanggung pajak Badan, penyitaan dapat dilaksanakan atas barang milik perusahaan, pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal, baik di tempat kedudukan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun di tempat lain. Penyitaan dilaksanakan dengan 11 mendahulukan barang bergerak kecuali dalam keadaan tertentu dapat dilaksanakan langsung terhadap barang tidak bergerak.

3.2 Hasil Pelaksanaan Dan Pembahasan Kerja Praktek 3.2.1 Hasil Pelaksanaan Kerja praktek

3.2.1.1 Prosedur Penyitaan Harta Kekayaan Wajib Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, yaitu Juru Sita Pajak dapat melakukan penyitaan apabila dalam waktu 2 x 24 jam setelah surat paksa diberitahukan kepada Wajib Pajak, namun Wajib Pajak tersebut tidak melunasi


(27)

utang pajaknya. Penyitaan dilakukan oleh Juru Sita Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang diterbitkan oleh Pejabat. Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Juru Sita Pajak dan dapat dipercayai. Dalam melaksanakan penyitaan Juru Sita pajak harus memperlihatkan kartu tanda pengenal, memperlihatkan SPMP dan memberitahukan maksud dan tujuan penyitaaan. Setiap melaksanakan penyitaan Juru Sita Pajak harus membuat berita acara pelaksanaan sita. Apabila wajib pajak menolak untuk memnandatangani berita acara pelaksanaan penyitaan, maka juru sita pajak harus mencantumkan penolakan tersebut. Penyitaan tetap dapat dilaksanakan walaupun waib pajak tidak hadir dalam penyitaan tersebut.

3.2.1.2 Hambatan Atas Penyitaan Harta Kekayaan Wajib Pajak

Berikut ini adalah hambatan yang dihadapi Jurusita Pajak dalam melakukan penelusuran harta kekayaan Penanggung Pajak antara lain:

1. Banyaknya Wajib Pajak yang tidak mengetahui asal-usul tagihan sampai adanya sita.

2. Kurangnya jumlah Juru Sita pajak yang ada mengakibatkan penagihan tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

3.2.1.3 Upaya Yang dilakukan Atas Penyitaan Harta Kekayaan Wajib Pajak Berikut ini adalah upaya yang dilakukan oleh KPP terkait dengan Penyitaan Harta Kekayaan Wajib Pajak :


(28)

1. Petugas menyerahkan bukti tagihan pajak agar wajib pajak mengerti dengan jelas dan mengetahui asal-usul tagihan yang dibebankan untuk kemudian memikirkan pelunasan.

2. Pengusulan merekrut karyawan atau karyawati menjadi Juru Sita dengan melalui awal seleksi yang ketat apakah yang bersangkutan mempunyai bakat agar nantinya dapat dihasilkan Juru Sita yang bertanggung jawab dan bernyali serta mental dan nyali yang besar.

3.2.2 Pembahasan Kerja Praktek

3.2.2.1 Analisis Prosedur Atas Penyitaan Harta Kekayaan Wajib Pajak Prosedur pelaksanaan di KPP Pratama Bojonagara sudah sesuai dengan Undang-undang Nomer 19 Tahun 2000 Pertama petugas membuat Surat Teguran yang dikirim pada Wajib Pajak, jika Wajib Pajak yang telat membayarkan utang pajaknya atau melewati batas jatuh tempo yaitu 2 x 24 jam dikeluarkan Surat Paksa. Kemudian apabila Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajaknya setelah diterbitkan Surat Paksa dan jika belum melunasinya juga barulah dikeluarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan dan langsung membuat Berita Acara pelaksanaan penyitaan.

3.2.2.2 Analisis Hambatan Dalam Melakukan Prosedur Penyitaan Harta Kekayaan Wajib Pajak

Sampai saat ini masih banyak Wajib Pajak yang masih belum memahami ketentuan perpajakan. Sebagi contoh masih banyak Wajib Pajak yang belum memahami maksud dikeluarkannya Surat Teguran dan SPMP. Kemudian kurangnya Juru Sita Pajak yang ada sehingga jumlah tindakan tidak sebanding


(29)

dengan jumlah SKP yang dikeluarkan dan penagihan tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

3.2.2.3 Analisis Upaya Yang Dilakukan Perusahaan Untuk Mengatasi Hambatan Penyitaan Atas Harta Kekayaan Wajib Pajak

Upaya yang telah dilakukan oleh KPP Pratama Bandung Bojonagara terkait dengan Pengetahuan Wajib Pajak tentang Perpajakan dilakukan Sosialisasi peraturan perpajakan khususnya yang berhubungan dengan penagihan pajak baik kepada Wajib Pajak atau kepada instansi terkait, melalui penyuluhan secara langsung kepada mereka. Harus dihindari rekrutmen secara asal tunjuk dengan cara menjurusitakan para petugas yang sebenarnya tidak mampu untuk menentukan kemampuan calon Juru Sita Pajak hendaknya dilihat apakah ia mempunyai bakat, keuletan, mental, nyali dan tanggung jawab dan kemampuan untuk menjadi Juru Sita.


(30)

4.1 Kesimpulan

1. Prosedur pelaksanaan Penyitaan di KPP Pratama Bojonagara sudah sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan yaitu undang-undang Nomer 19 Tahun 2000, yaitu dimulai dengan diterbitkannya Surat Teguran kepada Wajib pajak dengan jatuh tempo 21 hari jika belum juga melunasi hutang pajak maka dikeluarkan Surat Paksa. Setelah lewat waktu 2 x 24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan tetapi Wajib Pajak belum juga melunasi maka diterbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Tindakan pelaksanaan penyitaan sampai lelang jarang sekali terjadi karena sebagian Wajib Pajak segera membayarkan tunggakan pajaknya. Jadi prosedur penyitaan ini dapat meningkatkan kesadaran Wajib Pajak untuk segera melunasi tunggakannya sebelum dilakukan penyitaan.

2. Dalam pelaksanaan penyitaan kekayaan Wajib Pajak terdapat beberapa hambatan seperti kurangnya personil Juru Sita karena jika sampai kekurangan Juru Sita dalam pelaksanaan penyitaan maka tidak dapat melakukan tugas sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan. Namun masih ada saja Wajib Pajak yang tidak mau bekerja sama dengan baik kepada petugas penagihan pajak karena jika dapat bekerja sama pelaksanaan penagihan dapat berjalan dengan baik.


(31)

kemudian melakukan penyuluhan secara langsung kepada para Wajib Pajak. Kemudian jangan asal memilih untuk merekrut Juru Sita karena menjadi seorang Juru Sita harus mempunyai tanggung jawab dan keberanian yang tinggi bila tidak maka dalam hal penyitaan banyak terdapat kesalahan menyita barang Wajib Pajak.

4.2 Saran

1. Sebaiknya dari pihak KPP menambahkan personil Juru Sita lebih banyak karena sangat dibutuhkan untuk melakukan penyitaan terhadap Wajib Pajak.

2. Dibutuhkan kerja sama yang baik antara Wajib Pajak dan petugas pajak untuk mengetahui asal-usul tagihan Wajib Pajak agar satu sama lain tidak terjadi kesalahpahaman.


(32)

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Dalam menempuh jenjang S1

Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh :

NAMA : Kartika Novitasari

NIM : 21112023

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(33)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Kerja Praktek ... 1

1.2. Tujuan Kerja Praktek ... 5

1.3. Kegunaan Kerja Praktek ... 5

1.3.1. Kegunaan Praktis ... 5

1.3.2. Kegunaan Akademis ... 6

1.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek ... 6

1.4.1. Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek ... 6

1.4.2. Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek ... 6

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 8


(34)

2.4. Aspek Kegiatan Perusahaan KPP Pratama Bojonagara ... 17

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK ... 20

3.1. Landasan Teori ... 20

3.1.1. Definisi Prosedur ... 20

3.1.2. Definisi Penyitaan ... 20

3.1.3. Definisi Dasar Utang ... 21

3.1.4. Definisi Kekayaan ... 22

3.2. Hasil Pelaksanaan dan Pembahasan Kerja Praktek ... 26

3.2.1. Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek ... 26

3.2.2. Pembahasan Kerja Praktek ... 28

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

4.1. Kesimpulan ... 30

4.2. Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 33


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Siti,Kurnia Rahayu, 2009, Perpajakan Indonesia, Bandung Mardiasmo, 2008, Perpajakan, Yogyakarta

Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK 03/2008 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus.

Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.

Lilis,Puspitawati dan Sri Dewi, Anggadini.2011. Sistem Informasi Akuntansi ed.1. Yogyakarta, Graha Ilmu.

2011. Perpajakan. Edisi Revisi 2011. Yogyakarta : Penerbit Andi. Suandy, Early. 2011. Hukum Pajak ed 5. Jakarta, Selemba Empat. Sumarsan, Thomas. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Indeks.

Undang-undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.


(36)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Kartika Novitasari

Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 10 November 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Perumahan Taman Jomin Estate

Blok B3/22, Cikampek Kabupaten Karawang

Telp/HP : 081214556705

Email : novitasarikartika@yahoo.co.id

Status : Mahasiswi

Umur : 22 Tahun

Tinggi/Berat Badan : 165 cm/52kg

Golongan Darah : O

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN FORMAL Tahun 2000 s/d 2006 : SD 4 Juanda Cikampek

Tahun 2006 s/d 2009 : SMP Pupuk Kujang Cikampek Tahun 2009 s/d 2012 : SMAN 1 Cikampek


(37)

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN NONFORMAL 2014 : Kursus Pajak (Brevet A dan B Terpadu)

KULIAH KERJA PRAKTEK

Tempat : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung Periode : 27 Juli 2015 – 31 Agustus 2015

Tujuan : Persyaratan Kelulusan Mata Kuliah Kerja Praktek Posisi : Seksi Penagihan


(38)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, tak lupa kepada keluarga, sahabat, beserta seluruh umatnya hingga akhir zaman. Atas izin Allah penulis dapat menyelesaiakan penyusunan Laporan Kerja Praktek yang berjudul

“Prosedur Penyitaan Harta Kekayaan Wajib Pajak Atas Dasar Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Bojonagara Bandung”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat dalam mata kuliah Kerja Praktek.

Penulis menyadari dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Namun penulis berharap Laporan Kerja Paktek ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pihak lain yang memerlukan referensi terkait bidang kajian yang dibahas oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan bisa terselesaikan tanpa adanya bimbingan, dorongan, nasehat, doa, dan bantuan dari berbagai pihak yang terkait, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec.Lic., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.


(39)

4. Segenap staff dosen Fakultas Ekonomi khususnya Program Studi Akuntansi dan staff Sekretariat Program Studi Akuntansi yang telah banyak membantu, serta memberikan masukan dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini.

5. Segenap pimpinan dan staff pada kantor pelayanan pajak Bojonagara yang telah memberikan waktu, tenaga, dan bantuannya kepada penulis dalam menyusun Laporan Kerja Praktek ini.

6. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan bantuan baik materi maupun doa, serta dukungan atas setiap langkah yang diambil sehingga penulis bersemangat dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dari semua pihak yang tersebut di atas serta pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu dalam menyusun Laporan Kerja Praktek ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, 2015

Penulis,

Kartika Novitasari NIM. 21112023


(40)

(41)

(42)

(1)

34

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN NONFORMAL 2014 : Kursus Pajak (Brevet A dan B Terpadu)

KULIAH KERJA PRAKTEK

Tempat : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung Periode : 27 Juli 2015 – 31 Agustus 2015

Tujuan : Persyaratan Kelulusan Mata Kuliah Kerja Praktek Posisi : Seksi Penagihan


(2)

i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, tak lupa kepada keluarga, sahabat, beserta seluruh umatnya hingga akhir zaman. Atas izin Allah penulis dapat menyelesaiakan penyusunan Laporan Kerja Praktek yang berjudul “Prosedur Penyitaan Harta Kekayaan Wajib Pajak Atas Dasar Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Bojonagara Bandung”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat dalam mata kuliah Kerja Praktek.

Penulis menyadari dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Namun penulis berharap Laporan Kerja Paktek ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pihak lain yang memerlukan referensi terkait bidang kajian yang dibahas oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan bisa terselesaikan tanpa adanya bimbingan, dorongan, nasehat, doa, dan bantuan dari berbagai pihak yang terkait, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec.Lic., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.


(3)

ii

3. Dr. Siti Kurnia Rahayu, S.E., M.Ak., Ak., CA selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan Dosen Pembimbing Dr. Surtikanti, SE., M.Si., AK, CA yang telah memberi pengarahan secara detail dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini. 4. Segenap staff dosen Fakultas Ekonomi khususnya Program Studi Akuntansi dan

staff Sekretariat Program Studi Akuntansi yang telah banyak membantu, serta memberikan masukan dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini.

5. Segenap pimpinan dan staff pada kantor pelayanan pajak Bojonagara yang telah memberikan waktu, tenaga, dan bantuannya kepada penulis dalam menyusun Laporan Kerja Praktek ini.

6. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan bantuan baik materi maupun doa, serta dukungan atas setiap langkah yang diambil sehingga penulis bersemangat dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dari semua pihak yang tersebut di atas serta pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu dalam menyusun Laporan Kerja Praktek ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, 2015

Penulis,

Kartika Novitasari NIM. 21112023


(4)

(5)

(6)