mengalami kenaikan secara signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010

PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 13

3.1.1.2. Perkembangan Belanja Pemerintah Daerah

Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara selang Tahun 2010-

2015, mengalami kenaikan secara signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010

belanja daerah mencapai 1.137.423.444.598 dan meningkat pada tahun 2011 mencapai 1.285.864.832.396. Pada tahun 2012, belanja daerah mencapai 1.771.118.335.760 dan meningkat pada tahun 2013 hingga mencapai 2.025.590.874.885. Tahun 2014 belanja daerah mencapai 2.229.484.466.963 dan tahun 2015 mencapai 2.693.083.788.018. Belanja tidak langsung pada tahun 2010 mencapai 632.041.038.970 dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 626.908.175.514. Tahun 2012 belanja tidak langsung mencapai 860.233.283.307 sedangkan pada tahun 2013 berkurang menjadi 921.771.690.539. Pada tahun 2014, belanja tidak langsung mencapai 1.141.016.761.807 dan meningkat pada tahun 2015 menjadi sebesar 1.409.339.275.747. Belanja langsung pada tahun 2010 mencapai 505.382.405.628 dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 658.956.656.882 Tahun 2012 belanja tidak langsung mencapai 910.885.052.453 sedangkan pada tahun 2013 meningkat mencapai 1.103.819.184.346. Pada tahun 2014, belanja tidak langsung berkurang menjadi 1.088.467.705.156 dan meningkat pada tahun 2015 menjadi sebesar 1.283.744.512.271. Belanja modal pada tahun 2010 mencapai 164.360.062.551 dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 233.630.332.387. Tahun 2012 belanja modal mencapai 350.596.718.100 sedangkan pada tahun 2013 meningkat menjadi 387.136.384.941. Pada tahun 2014, belanja modal mencapai 506.723.317.942 dan meningkat pada tahun 2015 menjadi sebesar 757.277.044.717. Dalam RPJMD Provinsi Sulawesi Utara 2016-2021 belanja daerah digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah yang terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Belanja daerah tersebut diprioritaskan untuk mendanai urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan standar pelayanan minimal serta berpedoman pada standar teknis dan harga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Belanja daerah untuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan berpedoman pada analisis standar belanja dan standar harga satuan regional. Urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi: a pendidikan, b kesehatan, c pekerjaan umum dan penataan ruang, d perumahan rakyat dan kawasan permukiman, e ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat, dan f sosial. Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi: a tenaga kerja, b pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, c pangan, d pertanahan, e lingkungan hidup, f administrasi kependudukan dan pencatatan sipil, g pemberdayaan masyarakat dan desa, h pengendalian penduduk dan keluarga berencana, i perhubungan, j komunikasi dan informatika, k koperasi, usaha kecil, dan menengah, l penanaman PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 14 modal, m kepemudaan dan olahraga, n statistik, o persandian, p kebudayaan, q perpustakaan, dan r kearsipan. Urusan pemerintahan pilihan meliputi: a kelautan dan perikanan, b pariwisata, c pertanian, d kehutanan, e energi dan sumber daya mineral, f perdagangan, g perindustrian, dan h transmigrasi. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara menetapkan target capaian kinerja setiap belanja, baik dalam konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupun program dan kegiatan, yang bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran dan memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran. Program dan kegiatan harus memberikan informasi yang jelas dan terukur serta memiliki korelasi langsung dengan keluaran yang diharapkan dari program dan kegiatan dimaksud ditinjau dari aspek indikator, tolok ukur dan target kinerjanya. a. Belanja Tidak Langsung Penganggaran belanja tidak langsung memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1 Belanja Pegawai a Penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan Pegawai Negeri Sipil Daerah PNSD disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang- undangan serta memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD serta pemberian gaji ketiga belas. b Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan pengangkatan Calon PNSD sesuai formasi pegawai yang dibutuhkan c Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasi pegawai dengan memperhitungkan acress yang besarnya maksimum 2,5 dua koma lima per seratus dari jumlah belanja pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan. d Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Kepala DaerahWakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD dibebankan pada APBD Tahun rencana dengan mempedomani Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. Terkait dengan hal tersebut, penyediaan anggaran untuk pengembangan cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Kepala DaerahWakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD di luar cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJS, tidak diperkenankan dianggarkan dalam APBD. e Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dan kematian bagi Kepala DaerahWakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD dibebankan pada APBD dengan PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 15 mempedomani Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004, Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2011, Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2013 tentang Perubahan Kesembilan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial. f Penganggaran Tambahan Penghasilan PNSD harus memperhatikan kemampuan keuangan daerah dengan persetujuan DPRD sesuai amanat Pasal 63 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005. Kebijakan dan penentuan kriterianya ditetapkan terlebih dahulu dengan peraturan kepala daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 39 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011. g Penganggaran Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. h Tunjangan profesi guru PNSD dan dana tambahan penghasilan guru PNSD yang bersumber dari APBN Tahun Rencana melalui dana transfer ke daerah dianggarkan dalam APBD pada jenis belanja pegawai, dan diuraikan ke dalam obyek dan rincian obyek belanja sesuai dengan kode rekening berkenaan. 2 Belanja Hibah dan Bantuan Sosial Penganggaran belanja hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari APBD mempedomani peraturan kepala daerah yang telah disesuaikan dengan Pasal 298 ayat 4 dan ayat 5 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari APBD, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari APBD, serta peraturan perundang- undangan lain di bidang hibah dan bantuan sosial. 3 Belanja Bagi Hasil Pajak a Penganggaran dana Bagi Hasil Pajak Daerah yang bersumber dari pendapatan pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupatenkota harus mempedomani Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Tata cara penganggaran dana bagi hasil pajak daerah tersebut harus memperhitungkan rencana pendapatan pajak daerah, sedangkan pelampauan target Tahun Anggaran yang belum direalisasikan kepada pemerintah kabupatenkota ditampung dalam Perubahan PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 16 APBD atau dicantumkan dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD. b Penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari retribusi daerah dilarang untuk dianggarkan dalam APBD sebagaimana maksud Pasal 94 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dan Pasal 18 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005. 4 Belanja Bantuan Keuangan a Belanja bantuan keuangan dari pemerintah daerah dianggarkan dalam APBD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah setelah alokasi belanja yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan dipenuhi oleh pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Utara. Belanja bantuan keuangan tersebut, harus didasarkan pada pertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal, membantu pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang tidak tersedia alokasi dananya danatau menerima manfaat dari pemberian bantuan keuangan tersebut, serta dalam rangka kerjasama antar daerah sesuai kemampuan keuangan masing-masing daerah. Pemberian bantuan keuangan dapat bersifat umum dan bersifat khusus. Bantuan keuangan yang bersifat umum digunakan untuk mengatasi kesenjangan fiskal dengan menggunakan formula antara lain variabel: pendapatan daerah, jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin dan luas wilayah yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Bantuan keuangan yang bersifat khusus digunakan untuk membantu capaian kinerja program prioritas pemerintah daerah penerima bantuan keuangan sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan penerima bantuan. Pemanfaatan bantuan keuangan yang bersifat khusus ditetapkan terlebih dahulu oleh pemberi bantuan. b Bantuan keuangan kepada partai politik harus dialokasikan dalam APBD Tahun Anggaran 2020 dan dianggarkan pada jenis belanja bantuan keuangan, obyek belanja bantuan keuangan kepada partai politik dan rincian obyek belanja nama partai politik penerima bantuan keuangan. Besaran penganggaran bantuan keuangan kepada partai politik berpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik. Selanjutnya, pemerintah provinsi Sulawesi Utara dapat memberikan bantuan keuangan lainnya kepada pemerintah desa, sebagaimana PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 17 diatur dalam Pasal 72 ayat 1 huruf e Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Pasal 98 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014. Dari aspek teknis penganggaran, dalam APBD pemberi bantuan keuangan, belanja bantuan keuangan tersebut harus diuraikan daftar nama pemerintah daerahdesa selaku penerima bantuan keuangan sebagai rincian obyek penerima bantuan keuangan sesuai kode rekening berkenaan. 5 Belanja Tidak Terduga Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah. Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk mendanai kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan terjadi berulang, seperti kebutuhan tanggap darurat bencana, penanggulangan bencana alam dan bencana sosial, dana pendamping DAK yang tidak tertampung dalam bentuk program dan kegiatan pada Tahun Anggaran yang direncanakan, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya. b. Belanja Langsung Penganggaran belanja langsung dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1 Penganggaran belanja langsung dalam APBD digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah yang terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Urusan pemerintahan wajib terdiri atas urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar. Penganggaran belanja langsung dituangkan dalam bentuk program dan kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik dan keberpihakan pemerintah daerah kepada kepentingan publik. Penyusunan anggaran belanja pada setiap program dan kegiatan untuk urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar ditetapkan dengan SPM dan berpedoman pada standar teknis dan harga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyusunan anggaran belanja pada setiap program dan kegiatan untuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan berpedoman pada analisis standar belanja dan standar harga satuan regional. Alokasi belanja untuk program dan kegiatan pada masing-masing urusan pemerintahan tersebut di atas, digunakan sebagai dasar penyusunan RKA-SKPD. PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 18 Selain itu, penganggaran belanja barang dan jasa agar mengutamakan produksi dalam negeri dan melibatkan usaha mikro dan usaha kecil serta koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem dan kualitas kemampuan teknis. 2 Belanja Pegawai Dalam rangka meningkatkan efisiensi anggaran daerah, penganggaran honorarium bagi PNSD dan Non PNSD memperhatikan asas kepatutan, kewajaran dan rasionalitas dalam pencapaian sasaran program dan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan waktu pelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai target kinerja kegiatan dimaksud. Berkaitan dengan hal tersebut, pemberian honorarium bagi PNSD dan Non PNSD dibatasi dan hanya didasarkan pada pertimbangan bahwa keberadaan PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan benar-benar memiliki peranan dan kontribusi nyata terhadap efektifitas pelaksanaan kegiatan dimaksud dengan memperhatikan pemberian Tambahan Penghasilan bagi PNSD sesuai ketentuan tersebut pada a.1.f dan pemberian Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sesuai ketentuan tersebut pada a.1.g. Suatu kegiatan tidak diperkenankan diuraikan hanya ke dalam jenis belanja pegawai, obyek belanja honorarium dan rincian obyek belanja honorarium PNSD dan Non PNSD. Besaran honorarium bagi PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. 3 Belanja Barang dan Jasa a Pemberian jasa narasumbertenaga ahli dalam kegiatan dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa dengan menambahkan obyek dan rincian obyek belanja baru serta besarannya ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. b Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak ketigamasyarakat hanya diperkenankan dalam rangka pemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaan atau penghargaan atas suatu prestasi. Alokasi belanja tersebut dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa sesuai kode rekening berkenaan. c Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikan dengan kebutuhan nyata yang didasarkan atas pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD, jumlah pegawai dan volume pekerjaan serta memperhitungkan estimasi sisa persediaan barang. d Pengembangan pelayanan kesehatan di luar cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJS hanya diberikan kepada Kepala DaerahWakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD. Pengembangan pelayanan kesehatan tersebut hanya berupa pelayanan Medical check up sebanyak 1 satu kali dalam 1 satu tahun, termasuk keluarga satu istrisuami dan dua anak dalam rangka pemeliharaan kesehatan dan dianggarkan dalam bentuk program dan kegiatan pada SKPD yang secara fungsional terkait dan dilaksanakan PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 19 pada Rumah Sakit Umum Daerah setempatRumah Sakit Umum Pusat di daerah. e Penganggaran Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor milik pemerintah daerah dialokasikan pada masing-masing SKPD sesuai amanat Pasal 6 ayat 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dan besarannya sesuai dengan masing-masing peraturan daerah. f Pengadaan barangjasa yang akan diserahkan kepada pihak ketigamasyarakat pada tahun anggaran berkenaan, dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa dengan mempedomani Pasal 298 ayat 4 dan ayat 5 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012, serta peraturan perundang-undangan lain dibidang hibah dan bantuan sosial. Pengadaan belanja barangjasa yang akan diserahkan kepada pihak ketigamasyarakat pada tahun anggaran berkenaan dimaksud dianggarkan sebesar harga belibangun barangjasa yang akan diserahkan kepada pihak ketigamasyarakat ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaanpembangunan barangjasa sampai siap diserahkan g Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka kunjungan kerja dan studi banding, baik perjalanan dinas dalam negeri maupun perjalanan dinas luar negeri, dilakukan secara selektif, frekuensi dan jumlah harinya dibatasi serta memperhatikan target kinerja dari perjalanan dinas dimaksud sehingga relevan dengan substansi kebijakan pemerintah daerah. Hasil kunjungan kerja dan studi banding dilaporkan sesuai peraturan perundang-undangan. Khusus penganggaran perjalanan dinas luar negeri berpedoman pada Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2005 tentang Perjalanan Dinas Luar Negeri dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pedoman Perjalanan Dinas Ke Luar Negeri Bagi PejabatPegawai di lingkungan Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah, dan Pimpinan serta Anggota DPRD. 4 Belanja Modal a Pemerintah daerah Sulawesi Utara memprioritaskan alokasi belanja modal pada APBD untuk pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana yang terkait langsung dengan peningkatan pelayanan dasar kepada masyarakat. b Penganggaran untuk barang milik daerah dilakukan sesuai dengan kemampuan keuangan dan kebutuhan daerah berdasarkan prinsip efisiensi, efektifitas, ekonomis dan transparansi dengan mengutamakan produk-produk dalam negeri. Penganggaran pengadaan dan pemeliharaan barang milik daerah didasarkan pada perencanaan kebutuhan barang milik daerah yang PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 20 disusun dengan memperhatikan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD serta ketersediaan barang milik daerah yang ada. Selanjutnya, perencanaan kebutuhan barang milik daerah merupakan salah satu dasar bagi SKPD dalam pengusulan anggaran untuk kebutuhan barang milik daerah yang baru new initiative dan angka dasar baseline serta penyusunan RKA-SKPD. Khusus penganggaran untuk pembangunan gedung dan bangunan milik daerah mempedomani Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Selanjutnya, untuk efisiensi penggunaan anggaran, pembangunan gedung kantor baru milik pemerintah daerah tidak diperkenankan sesuai dengan Surat Menteri Keuangan Nomor S-841MK.022014 tanggal 16 Desember 2014 hal PenundaanMoratorium Pembangunan Gedung Kantor Kementerian NegaraLembaga, kecuali penggunaan anggaran tersebut terkait langsung dengan upaya peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan publik. c Penganggaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum mempedomani Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2012 tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Yang Bersumber Dari APBD. d Penganggaran belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelianpengadaan aset tetap dan aset lainnya aset tak berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 dua belas bulan, digunakan dalam kegiatan pemerintahan dan memenuhi nilai batas minimal kapitalisasi aset capitalization threshold. Nilai aset tetap dan aset lainnya yang dianggarkan dalam belanja modal tersebut adalah sebesar harga belibangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaanpembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan, sesuai maksud Pasal 27 ayat 7 huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, Pasal 53 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 dan Lampiran I Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP 01 dan PSAP 07, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan serta Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 17 tentang Akuntansi Aset Tak Berwujud Berbasis Akrual. e Segala biaya yang dikeluarkan setelah perolehan awal aset tetap biaya rehabilitasirenovasi sepanjang memenuhi nilai batas minimal PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 21 kapitalisasi aset capitalization threshold, dan dapat memperpanjang masa manfaat atau yang dapat memberikan manfaat ekonomi dimasa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, atau peningkatan mutu produksi atau peningkatan kinerja dianggarkan dalam belanja modal sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I PSAP Nomor 7, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan Pasal 53 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011. 5 SurplusDefisit APBD a Surplus atau defisit APBD adalah selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan anggaran belanja daerah. b Dalam hal APBD diperkirakan surplus, dapat digunakan untuk pembiayaan pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo, penyertaan modal investasi daerah, pembentukan dana cadangan, danatau pemberian pinjaman kepada pemerintah pusatpemerintah daerah lain danatau pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial. Pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial tersebut diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang dianggarkan pada SKPD yang secara fungsional terkait dengan tugasnya melaksanakan program dan kegiatan tersebut. c Dalam hal APBD diperkirakan defisit, pemerintah daerah menetapkan penerimaan pembiayaan untuk menutup defisit tersebut, yang bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, danatau penerimaan kembali pemberian pinjaman atau penerimaan piutang. d Dalam penyusunan perencanaan penganggaran dan pembahasan dalam hal ini KUA dan PPAS antara Kepala Daerah dengan DPRD pada bulan Juni-Juli terkait dengan Belanja perlu prinsip kehati-hatian prudential bagi Pemerintah Daerah. Hal ini perlu dikaitkan dengan penyusunan asumsi kebijakan, pertumbuhan ekonomi dan proyeksi pendapatan serta kondisi ekonomi makro daerah, dengan wajib mempedomani penetapan batas maksimal defisit APBD yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan melaporkan posisi surplusdefisit APBD kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan setiap semester sesuai maksud Pasal 106 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dan Pasal 57 ayat 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011. Dalam kaitan itu, sedapat mungkin Pemerintah Sulawesi Utara menghindari Belanja melampaui batas defisit APBD yang diperkenankan oleh ketentuan tersebut di atas. PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 22 Tabel 3.4. Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Provinsi Sulawesi Utara No TAHUN Total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur Rp Total pengeluaran Belanja + Pembiayaan Pengeluaran Prosentase Rp a b a b x 100 1 2013 466,453,608,591.00 2,065,590,874,885.00 22.58 2 2014 502,786,008,836.00 2,279,484,466,963.00 22.06 3 2015 544,184,121,364.00 2,718,083,788,018.00 20.02 PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 23 Tabel 3.5. Proporsi Realisasi Belanja Terhadap Anggaran Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara, 2010 2015 URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata Rata Pertumbuhan BELANJA 1.137.423.444.598 1.285.864.832.396 1.771.118.335.760 2.025.590.874.885 2.229.484.466.963 2.693.083.788.018 19,20 BELANJA TIDAK LANGSUNG 632.041.038.970 626.908.175.514 860.233.283.307 921.771.690.539 1.141.016.761.807 1.409.339.275.747 18,17 Belanja Pegawai 328.811.979.819 368.886.615.819 380.581.933.699 395.525.192.657 467.712.986.916 521.408.421.930 9,80 Belanja Hibah 114.013.707.140 39.085.000.000 279.993.486.000 262.920.571.500 294.610.568.350 548.284.694.000 128,54 Belanja Bantuan Sosial 46.816.744.500 29.553.813.400 500.000.000 5.230.000.000 12.316.500.000 300.000.000 169,75 Belanja Bagi Hasil Kepada ProvinsiKabKota dan Pemerintahan Desa 137.100.431.295 187.539.904.485 198.156.413.252 256.177.099.086 293.834.636.812 327.901.115.304 19,60 Belanja Bantuan Keuangan Kepada ProvinsiKabKota dan Pemerintahan Desa dan Partai Politik 4.000.000.000 1.043.603.350 931.330.356 899.999.857 69.957.385.674 9.833.144.513 1.499,81 Belanja Tidak Terduga 1.298.176.216 799.238.460 70.120.000 1.018.827.439 1.586.104.055 429.250.000 241,21 Belanja Subsidi - - - - 998.580.000 1.182.650.000 1,84 BELANJA LANGSUNG 505.382.405.628 658.956.656.882 910.885.052.453 1.103.819.184.346 1.088.467.705.156 1.283.744.512.271 21,27 Belanja Pegawai 48.481.822.978 55.670.172.018 56.662.657.400 7.928.415.934 35.073.021.920 22.775.699.434 -8,77 Belanja Barang dan Jasa 292.540.520.099 369.656.152.477 503.625.676.953 645.754.383.471 546.671.365.294 503.691.768.120 16,37 Belanja Modal 164.360.062.551 233.630.332.387 350.596.718.100 387.136.384.941 506.723.317.942 757.277.044.717 36,59 Sumber: Buku APBD Realisasi Pemerintah Provinsi dan KabupatenKota Provinsi Sulawesi Utara, diolah 2015. PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 24 Tabel 3.6. REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH UNTUK KESELARASAN DAN KETERPADUAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN FUNGSI DALAM KERANGKA PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA Tahun Anggaran 2014-2015 URAIAN REALISASI Rp Tahun 2015 Tahun 2014 PELAYANAN UMUM 1.398.757.250.018,00 1.185.732.757.558,00 Perencaaan Pembangunan 21.308.669.892,00 19.906.307.711,00 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian 1.359.373.637.376,00 1.141.460.434.650,00 Ketahanan Pangan 11.969.755.248,00 9.288.257.406,00 Kearsipan 449.403.400,00 247.294.000,00 Komunikasi dan Informatika 5.655.784.102,00 5.206.115.185,00 Perpustakaan 9.624.348.606,00 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 23.287.098.397,00 20.658.785.171,00 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri 23.287.098.397,00 20.658.785.171,00 EKONOMI 265.588.325.368,00 294.146.115.410,00 Perhubungan 25.831.117.768,00 31.673.382.454,00 Tenaga Kerja 18.616.980.273,00 19.286.352.362,00 Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 11.993.197.407,00 11.503.952.015,00 Penanaman Modal 10.905.091.789,00 12.356.218.251,00 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 14.458.509.286,00 8.867.849.505,00 Pertanian 99.799.256.111,00 107.310.015.190,00 Kehutanan 19.803.157.593,00 18.271.095.627,00 PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 25 Energi dan Sumberdaya Mineral 13.540.063.560,00 17.398.402.255,00 Kelautan dan Perikanan 31.179.277.156,00 43.333.475.831,00 Perdagangan 15.152.324.023,00 21.393.494.027,00 Perindustrian 4.195.797.402,00 2.751.877.893,00 Transmigrasi 113.553.000,00 LINGKUNGAN HIDUP 8.067.767.644,00 7.816.832.838,00 Lingkungan Hidup 8.067.767.644,00 7.816.832.838,00 PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 598.050.663.419,00 341.587.358.937,00 Pekerjaan Umum 598.050.663.419,00 341.587.358.937,00 KESEHATAN 205.563.313.437,00 185.072.017.131,00 Kesehatan 205.563.313.437,00 185.072.017.131,00 PARIWISATA DAN BUDAYA 29.299.260.282,00 47.185.138.194,00 Kebudayaan 981.955.100,00 1.161.467.600,00 Pariwisata 28.317.305.182,00 46.023.670.594,00 PENDIDIKAN 123.167.492.030,00 109.213.865.126,00 Pendidikan 82.363.232.911,00 85.908.697.108,00 Pemuda dan Olahraga 29.670.546.147,00 23.305.168.018,00 Perpustakaan 11.133.712.972,00 PERLINDUNGAN SOSIAL 41.302.578.269,00 38.071.596.598,00 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 7.963.273.327,00 7.428.276.900,00 Sosial 33.339.304.942,00 30.643.319.698,00 TOTAL 2.693.083.748.864,00 2.229.484.466.963,00 PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 26 Belanja daerah Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2010-2015 menunjukkan kinerja yang positif dimana pada tahun 2010 belanja daerah sejumlah 1.137.423.444.598 yang kemudian naik pada tahun 2011 menjadi sebesar 1.443.702.565.121. Pada tahun 2012, belanja mencapai 1.817.969.042.396 dan naik menjadi 2.276.652.783.917 pada tahun 2013. Pada tahun 2014 belanja mencapai 2.452.618.546.301 dan pada tahun 2015 menjadi 2.641.789.104. Gambar 3.1. menjelaskan tentang alokasi belanja beberapa urusan wajib provinsi 2014-2015. Secara umum urusan pemerintahan umum mencakup Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi, Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, Ketahanan Pangan, Kearsipan, Komunikasi dan Informasi, Perpustakaan, dan Perencanaan Pembangunan mendapatkan alokasi belanja relatif besar dibandingkan dengan urusan wajib pemerintahan provinsi lainnya. Alokasi belanja untuk pendidikan dan kesehatan 2015 sebesar 9 persen, dan relatif menurun dibandingkan dengan alokasi tahun 2014 sebesar 13,20 persen. Penurunan alokasi belanja pada bidang pendidikan dan kesehatan diikuti dengan kenaikan alokasi belanja infrastruktur khusus kewenangan ke-PUan menjadi 16,3 persen pada tahun 2015. Alokasi belanja bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur belum dapat memenuhi amanat Undang-Undang tentang Pendidikan, Kesehatan, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri untuk alokasi belanja Modal khususnya infrastruktur dasar. Arahan kebijakan alokasi belanja kedepan, memerlukan dukungan komitmen pemerintah provinsi bersama pihak legislatif untuk dapat mengalokasikan dana lebih besar mendukung peningkatan urusan bidang pelayanan pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar. Secara bersamaan dan bertahap alokasi belanja untuk urusan pemerintahan umum harus semakin mengecil dan pengurangan dana tersebut diarahkan dan dialokasikan untuk peningkatan pelayanan wajib dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar. PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 27 GAMBAR 3.1. ALOKASI BELANJA BEBERAPA URUSAN WAJIB PROVINSI SULUT 2014-2015 Sumber: Kajian Fiskal Regional KFR, 2015. Kanwil Perbendaharaan Kemenkeu Sulawesi Utara Penambahan alokasi belanja untuk meningkatkan pelayanan dasar wajib publik bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, perlu dilakukan. Tindakan tersebut, selain menjalankan amanat Undang Undang Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan otonomi daerah, pada hakikinya untuk mewujudkan pelayanan dasar berdasarkan standar pelayanan nasional kepada masyarakat sampai ke daerah terpencil, terisolasi, kepulauan, dan perbatasan. Pelayanan dasar wajib publik yang semakin merata penyebarannya sampai menjangkau daerah-daerah pinggiran dan terpencil, dalam jangka menengah dan panjang akan dapat meningkatkan tingkat kecerdasan dan kesehatan masyarakat, serta bersamaan dapat mewujudkan kehidupan masyarakat semakin baik dan sejahtera. Ratio belanja pegawai dan belanja modal Sulawesi Utara tahun 2015 ditunjukkan pada Gambar 3.2. Ratio belanja pegawai dan belanja modal dapat menjelaskan seberapa besar proporsi APBD yang digunakan untuk membayar gaji pegawai dan digunakan untuk membiayai belanja modal khususnya infrastruktur dasar. PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 28 GAMBAR 3.2. RATIO BELANJA PEGAWAI DAN BELANJA MODAL SULAWESI UTARA, 2015 Sumber: KFR Sulut, 2015 Data pada Tabel 3.2.5 menjelaskan proporsi alokasi untuk membiayai belanja modal lebih besar dibandingkan dengan proporsi untuk membayar gaji pegawai. Semakin besar proporsi belanja modal dan semakin kecil proporsi belanja pegawai menjelaskan arah alokasi belanja pemerintah provinsi Sulawesi Utara struktur belanja pemerintah daerah semakin baik. Proporsi alokasi belanja modal lebih besar dari alokasi belanja pegawai pada tahun 2015, dan diharapkan alokasi belanja modal semakin besar dan dapat mencapai lebih dari 30 persen total belanja pemerintah pada tahun 2019, seperti diharapkan dalam dokumen RPJMN 2015-2019.

3.1.2 Neraca Daerah

Perkembangan neraca daerah, analisis rasio likuiditas, analisis rasio solvabilitas dan analisis rasio aktivitas. PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 29 Tabel 3.7. Neraca Daerah Provinsi Sulawesi Utara per 31 Desember tahun 2014-2015 URAIAN 2014 2015 ASET ASET LANCAR Kas di Kas Daerah 105.779.061.331,00 289.952.169.506,00 Kas di Bendahara Penerimaan 14.164.568,00 258.646.398,00 Kas di Bendahara Pengeluaran 124.030.574,00 1.297.569.751,00 Kas di BLUD 0,00 0,00 Kas Lainnya 0,00 0,00 Setara Kas 0,00 0,00 Investasi Jangka Pendek 0,00 0,00 Piutang Pendapatan 107.438.036.756,85 77.874.572.765,00 Piutang Lainnya 226.269.700,00 7.472.461.358,00 Penyisihan Piutang 16.507.390.160,93 0,00 Beban Dibayar Dimuka 0,00 0,00 Persediaan 8.109.778.627,68 11.941.240.396,11 JUMLAH ASET LANCAR 205.183.951.396,60 388.795.660.174,11 PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 30 INVESTASI JANGKA PANJANG Investasi Jangka Panjang Non Permanen Investasi Jangka Panjang Kepada Entitas Lainnya 0,00 0,00 Investasi dalam Obligasi 0,00 0,00 Investasi dalam Proyek Pembangunan 0,00 0,00 Dana Bergulir 0,00 0,00 Deposito Jangka Panjang 0,00 0,00 Investasi Non Permanen Lainnya 944.147.700,00 944.147.700,00 JUMLAH Investasi Jangka Panjang Non Permanen 944.147.700,00 944.147.700,00 Investasi Jangka Panjang Permanen Penyertaaan Modal Pemerintah Daerah 441.246.145.214,22 309.998.809.442,41 Investasi Permanen Lainnya 0,00 0,00 JUMLAH Investasi Jangka Panjang Permanen 441.246.145.214,22 309.998.809.442,41 ASET TETAP Tanah 1.912.807.806.041,00 1.249.651.119.407,00 Peralatan Mesin 509.419.482.669,69 436.174.808.164,19 Gedung dan Bangunan 747.904.683.678,76 606.321.804.649,76 Jalan, Irigasi dan Jaringan 1.303.657.977.382,70 826.937.616.911,70 PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 31 Aset Tetap Lainnya 43.286.607.827,00 20.209.128.862,22 Konstruksi Dalam Pengerjaan 123.570.678.419,00 89.004.948.226,00 Akumulasi Penyusutan 1.018.287.110.995,00 0,00 JUMLAH ASET TETAP 3.622.360.125.023,15 3.228.299.462.220,65 DANA CADANGAN Dana Cadangan 0,00 0,00 JUMLAH DANA CADANGAN 0,00 0,00 ASET LAINNYA Tagihan Jangka Panjang 12.505.426.277,98 12.553.922.624,74 Kemitraan dengan Pihak Ketiga 45.613.510.000,00 45.613.510.000,00 Aset Tidak Berwujud 0,00 0,00 Aset Lain-lain 580.139.816.946,25 590.489.176.937,25 JUMLAH ASET LAINNYA 638.258.793.224,23 648.656.649.561,99 JUMLAH ASET 4.907.993.162.558,20 4.576.695.729.099,16 KEWAJIBAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Utang Perhitungan Pihak Ketiga PFK 5.327.952.853,00 541.079.318,00 Utang Bunga 0,00 0,00 PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 32 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 0,00 0,00 Pendapatan Diterima Dimuka 0,00 0,00 Utang Beban 123.613.801.997,00 0,00 Utang Jangka Pendek Lainnya 13.374.943.550.15 135.977.769,881,75 JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 142.316.698.400,15 136.518.849.199,75 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Utang Dalam Negeri 0,00 0,00 Utang Jangka Panjang Lainnya 0,00 0,00 JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 0,00 0,00 JUMLAH KEWAJIBAN 142.316.698.400,15 136.518.849.199,75 EKUITAS EKUITAS 4.765.676.646.158,05 4.440.176.879.899,41 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 4.907.993.162.558,20 4.576.695.729.099,16 PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB III |GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 33 Tabel 3.8. Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah No. Uraian Rata-Rata Pertumbuhan 1 ASET 1.1. ASET LANCAR 9,07 1.1.1. Kas 11,20 1.1.2. Piutang 12,54 1.1.3. Persediaan 141,05 INVESTASI JANGKA PANJANG 18,35 1.2. ASET TETAP 15,08 1.2.1. Tanah 29,61 1.2.2. Peralatan dan mesin 15,22 1.2.3. Gedung dan bangunan 16,85 1.2.4. Jalan, irigasi, dan jaringan 18,59 1.2.5. Aset tetap lainnya 34,76 1.2.6. Konstruksi Dalam Pengerjaan KDP 74,57 1.3. ASET LAINNYA 155,13 1.3.1. Tagihan penjualan angsuran - 1.3.2. Tagihan tuntutan ganti kerugian daerah 78,64 1.3.3. Kemitraan dengan pihak kedua - Kemitraan dengan pihak ketiga -0,41 1.3.4. Aset tak berwujud - Aset Lain-lain 672,27 JUMLAH ASET DAERAH 17 2 KEWAJIBAN

2.1. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

42,10 2.1.1. Utang perhitungan pihak ketiga 178,91 2.1.2. Uang muka dari kas daerah - 2.1.3. Pendapatan diterima dimuka - Utang Jangka Pendek Lainnya 32,69 3 EKUITAS DANA