PENGARUH PERKEMBANGAN USAHA BATU BATA TERHADAP DESA SIDODADI

BAB V PENGARUH PERKEMBANGAN USAHA BATU BATA TERHADAP DESA SIDODADI

BATU 8 KECAMATAN PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI SERDANG 5.1. Ekologi Perkembangan teknologi pengolahan usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 menjadikan usaha ini sebagai industri rumah tangga yang berskala besar. Komersialisasi usaha batu bata menjadi industri kerajinan batu bata dengan skala besar disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah karena kemajuan pembangunan di sekitar wilayah Desa Sidodadi Batu 8 yang mengakibatkan tingginya permintaan untuk konsumsi barang material, seperti batu bata. Faktor lain, yakni karena lokasi usaha kerajinan batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 yang tidak jauh dari lokasi pemasaran, juga menyebabkan usaha ini semakin berkembang. Teknologi pengolahan batu bata yang terus berkembang semakin maju, dimana teknologi pengolahan konvensional berkembang sampai pada penggunaan mesin, semakin mempermudah para pengusaha batu bata semakin mengembangkan usahanya untuk memenuhi permintaan masyarakat dengan memproduksi batu bata dalam jumlah yang besar. Usaha batu bata adalah usaha yang bahan bakunya mengandalakan ketersediaan Sumber Daya Alam. Sumber Daya Alam yang dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk usaha ini adalah tanah. Tanah merupakan Sumber Daya Alam yang tidak dapat diperbaharui. Pada awal usaha kerajinan batu bata ini dikembangkan di Desa Sidodadi Batu 8, penggunaan bahan baku batu bata ialah tanah galong yang berasal dari Desa Sidodadi Batu 8 itu Universitas Sumatera Utara sendiri. Penggunaan bahan baku tanah galong ini menghasilkan batu bata dengan kualitas yang bagus. Dalam kurun waktu 1970-1998, usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 terus mengalami perkembangan. Pada sekitar tahun 1980-an ,seluruh kepala keluarga mengusahakan usaha batu bata sebagai mata pencaharian utama. Dalam kurun waktu 1970-1990, penggunaan bahan baku batu bata masih menggunakan tanah dari Desa Sidodadi Batu 8, sehingga pada awal 1990-an, wilayah Desa Sidodadi Batu 8 memiliki banyak lubang-lubang, atau cekungan- cekungan bekas galian hasil dari eksploitasi tanah secara terus menerus oleh warga Desa Sidodadi Batu 8 yang mengusahakan usaha kerajinan batubata. Hal ini menunjukkan dampak negatif dari perkembangan usaha kerajinan batu bata di Desa Sidodadi Batu 8, perkembangan usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 merusakkan ekosistem tanah dengan mengeksploitasi Sumber Daya Tanah secara terus menerus dalam kurun waktu 1970-1990, dibuktikan dengan banyaknya lubang hasil penggalian tanah untuk bahan baku usaha batu bata. Usaha batu bata yang telah tumbuh menjadi industri rakyat kiranya telah meningkatkan permintaan demand akan sumber daya alam yang tak terbaharui. 22 Perkembangan perekonomian akibat pengolahan alam, disamping untuk mengembangkan lingkungan hidup juga merusakkan sebahagian lingkungan hidup. Pengerukan ataupun 22 Ir. Philip Kristanto, Ekologi Industri, Surabaya: Penerbit Andi, 2000, hlm.5. Universitas Sumatera Utara penggalian tanah secara terus menerus akan menyebabkan kerusakan lingkungan seperti tanah longsor, banjir dan lainnya. 23 5.2. Perekonomian. Pada awal Desa Sidodadi Batu 8 dibuka tahun 1945 sampai sekitar tahun 1970-an, masyarakat desa ini dilanda masalah perekonomian yang cukup pelik. Masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 hanya mengandalakan perekonomina subsisten untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Keadaan ekonomi yang tidak baik diperburuk lagi dengan adanya bencana-bencana yang menghancurkan usaha perekonomian mereka sehingga masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 dilanda kemiskinan, terbukti dengan masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 tidak dapat lagi mengkonsumsi beras, tetapi mereka hanya makan beras jagung. Kesulitan perekonomian yang mereka hadapi kemudian dapat teratasi setelah dimulainya usaha batu bata di desa ini oleh warga pendatang. Usaha kerajinan batu bata yang dirintis oleh warga pendatang ini kemudian berhasil karena penggunaan tanah di desa ini yang cocok dengan usaha batu bata. Batu bata yang dihasilkan juga berkualitas tinggi. Seiring perkembangan pembangunan di sekitar Desa Sidodadi Batu 8, permintaan batu bata di desa ini juga meningkat. Hal ini menumbuhkan keinginan masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 untuk memulai usaha batu bata ini sendiri dengan menggunakan tanah yang ada di lahan mereka masing-masing berbekal pengalaman menjadi buruh batu bata pada kilang batu bata yang terlebih dahulu didirikan oleh warga pendatang. 23 Ibid, hlm. 7. Universitas Sumatera Utara Pada awal tahun 1980-an, setiap kepala rumah tangga di Desa Sidodadi Batu 8 telah memiliki usaha kerajinan batu bata masing-masing. Usaha batu bata kian berkembang hingga dapat menaikkan taraf perekonomian hidup masyarakat. Perkembangan usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 berdampak positif yakni menjadi jalan keluar bagi masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 untuk mengatasi permasalahan perekonomian yang mereka alami sebelum usaha batu bata ini berkembang di Desa Sidodadi Batu 8. Usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 berkembang menjadi mata pencaharian utama di desa ini, walaupun perbaikan perekonomian masyarakat tidak sampai pada tingkat konsumsi yang tinggi, yakni terhadap barang-barang mewah, tetapi setidaknya usaha kerajinan batu bata manfaatnya terasa begitu berarti untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan sebagai tambahan untuk dana pendidikan anak sampai kepada tingkat Sekolah Menegah Atas. 24 Hal ini berbanding terbalik dengan situasi perekonomian dan pendidikan sebelum muncul usaha batu bata di desa ini. Pada saat itu masyarakat sangat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat juga tidak mementingkan pendidikan, kebanyakan dari anak-anak Desa Sidodadi Batu 8 ketika itu hanya menamatkan pendidikan sebatas tingkat Sekolah Dasar. Masyarakat tidak begitu perduli dengan pendidikan, karena hanya fokus untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 25 Dampak positif usaha batu bata terhadap peningkatan taraf perekonomian masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 dalam kurun waktu 1970-1998, terlihat dengan semakin meningkatnya taraf kesejahteraan rakyat. Dalam kurun waktu ini tidak ada lagi masyarakat Desa Sidodadi Batu 24 Wawancara dengan Abdul Kadir pengusaha batu bata, tanggal 22 September 2013. 25 Wawancara dengan Jumadi mantan pengusaha batu bata, pada tanggal 25 Agustus 2013. Universitas Sumatera Utara 8 yang menganggur, dan mereka dapat memenuhi kehidupan sehari-hari mereka tanpa kesulitan, walaupun yang mereka capai hanya tingkat kesejahteraan hidup yang sederhana. Kesjahteraan hidup masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 yang terus meningkat terlihat dari segi tempat tinggal mereka. Pada sekitar tahun 1990-an tempat tinggal mereka sudah terlihat lebih baik, rumah-rumah telah berdiri dengan bangunan batu bangunan permanen.Walaupun tidak seluruh rumah di desa ini bangunannya permanen. Ada juga sebahagian yang masih dengan separoh batu, tetapi kondisi ini sudah lebih baik dibanding kondisi rumah sebelum kemunculan usaha batu bata yang hanya dibangun dengan nipah, tepas atau papan. 26 Untuk pendidikan, minat para orang tua di Desa Sidodadi Batu 8 untuk menyekolahkan anaknya sudah mulai bertambah sejak usaha batu bata di desa ini kian berkembang. Penghasilan yang cukup juga mendukung minat untuk orang tua memberikan pendidkan yang baik untuk anaknya. Dengan demikian jumlah anak-anak usia sekolah sudah banyak. Pada tahun 1998, hampir semua anak-anak di desa ini mengecam pendidikan sampai taraf SLTA. Maka dengan melihat kondisi rumah yang telah membaik dapat disimpulkan bahwa terdapat perkembangan perekonomian penduduk setelah kemunculan usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8. Dalam hal konsumsi transportasi, masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 juga mengalami perkembangan. Pada tahun 1998, sebahagian dari masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 telah memiliki alat transportasi sepeda motor dan satu sampai tiga warga Desa Sidodadi Batu 8 sudah ada yang memiliki transportasi mobil, ataupun truk sebagai alat angkut hasil produksi batu bata. Tentu saja, warga yang memiliki alat transportasi tersebut ialah warga yang memiliki kilang batu bata yang telah mapan. Hal ini sangat bertolak belakang dengan kondisi sebelum muncul usaha 26 Wawancara dengan Basiran mantan pengusaha batu bata, pada tanggal 26 Agustus 2013. Universitas Sumatera Utara batu bata di desa ini, dimana masyarakat hanya memiliki sepeda sebagai alat transportasi. Adapun hanya sebahagian masyarakat yang memilikinya. Dalam hal konsumsi terhadap barang-barang elektronik, pada tahun 1998, hampir seluruh masyarakat memiliki Televisi dan Radio. Hal ini juga menunjukkan perkembangan perekonomian rakyat ke arah yang lebih baik seiring perkembangan usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8. Perkembangan tingkat konsumsi masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 menggambarkan adanya perkembangan kesejahteraan hidup.Usaha batu bata di desa Sidodadi Batu 8 berdampak meningkatkan taraf perekonomian masyarakat Desa Sidodadi Batu 8, walau masih dalam tingkat yang sederhana. Setidaknya lebih baik dibanding keadaan ekonomi masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 saat awal desa ini dibuka sampai sekitar tahun 1970-an. 5.3. Sarana dan Prasarana Usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8, selain memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat Desa Sidodadi Batu 8, tetapi juga memberikan konstribusi kepada pembangunan sarana dan prasaranan di Desa Sidodadi Batu 8. Salah satu prasarana desa yang mendapatkan bantuan perbaikan bangunan melalui konstribusi usaha kerajinan batubata ialah perbaikan jalan beraspal yang telah berlubang-lubang di Desa Sidodadi Batu 8. Perbaikan jalan aspal yang berlubang di Desa Sidodadi Batu 8 terlaksana pada tahun 1998. Dana yang dialokasikan untuk perbaikan jalan beraspal yang berlubang di desa ini ialah dari retribusi kepada truk-truk yang mengangkut bahan baku atau Universitas Sumatera Utara hasil produksi batu bata di desa ini. Kewajiban retribusi ini mulai diberlakukan sekitar tahun 1970-an dimana usaha batu bata mulai mengalami perkembangan di desa ini. Retribusi dikenakan sebesar Rp 250,00 per satu truk yang melintasi Desa Sidodadi Batu 8 untuk sekali lintas. Konstribusi usaha batu bata terhadap pembangunan Desa Sidodadi Batu 8 juga tampak pada pembangunan sarana fasilitas keagamaan di desa ini. Pada tahun 1984 dilaksanakan pemugaran Mesjid Sirajul Huda dari semi permanen menjadi permanen. Dana yang digunakan untuk pemugaran Mesjid Sirajul Huda ini ialah sebahagian dari dana Bangdes pembangunan desa dan sebahagian lagi ditambah dengan swadaya masyarakat. Bantuan swadaya dari masyarakat tersebut dibebankan terhadap bahan bangunan, yaitu batu bata. Caranya tiap-tiap kepala rumah tangga ditentukan jumlahnya sesuai dengan perembukan musyawarah mereka. Pada tahun 1984 ini juga diadakan pembuatan Tugu Selamat Datang Desa Sidodadi Batu 8 yang dipelopori mahasiswa USU Medan. Para pengusaha batu bata juga membantu pembangunan ini dengan menyumbangkan bahan bangunan yakni batu bata. 5.4. Komersialisasi dan Kesempatan Kerja. Usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 pada awal usaha ini berkembang sekitar tahun 1970-an adalah mata pencaharian berskala rumah tangga, tetapi karena beberapa faktor, usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 ini dikomersialisasikan menjadi industri rumah tangga dengan skala besar. Universitas Sumatera Utara Faktor yang pertama ialah perkembangan pembangunan di sekitar wilayah Desa Sidodadi Batu 8 yang mengakibatkan tingginya permintaan akan barang-barang material, seperti batu bata. Faktor yang kedua ialah lokasi Desa Sidodadi Batu 8 yang dekat dengan lokasi pemasaran. Pemasaran pada hasil produksi batu bata Desa Sidodadi Batu 8 terutama ialah pada wilayah Lubuk Pakam. Oleh karena lokasi yang dekat dengan pemasaran, maka usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 ini semakin mudah untuk berkembang. Faktor yang ketiga ialah perkembangan terhadap teknologi pengolahan batu bata. Kemunculan usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 telah memperbaiki taraf kehidupan masyarakat Desa Sidodadi Batu 8, baik dalam segi perekonomian maupun pendidikan. Perkembangan perekonomian secara tidak langsung memperbaiki tingkat pendidikan masyarakat Desa Sidodadi Batu 8. Perkembangan tingkat pendidikan menyebabkan daya fikir yang lebih maju, dimana masyarakat lebih terbuka dan berusaha memanfaatkan perkembangan teknologi. Termasuk dalam perkembangan teknologi pengolahan batu bata. Perkembangan pembangunan dan peningkatan masyarakat meningkatkan kebutuhan akan barang material seperti batu bata, tingginya permintaan harus dibandingi hasil produksi yang seimbang. Untuk memperbanyak hasil produksi dibutuhkan sistem teknologi yang lebih canggih, karena jika hanya mengandalkan teknologi konvensional akan membutuhkan waktu yang lama untuk mengimbangi jumlah produksi dengan permintaan akan batu bata. Atas dasar permintaan yang banyak akan batu bata, lokasi pemasaran yang dekat dengan lokasi usaha batu bata, serta perkembangan teknologi batu bata yang kian berkembang maka usaha batu bata yang ssemula Universitas Sumatera Utara hanya untuk menambah mencukupi kebutuhan sehari-hari teruis berkembang menjadi usaha yang dikomersialisasikan menjadi industri rakyat yang berskala besar. Komersialisasi terhadap usaha batu bata secara otomatis akan menyerap tenaga kerja. Pada awal usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 sekitar tahun 1970-an, usaha yang didirikan oleh penduduk pendatang memang telah menjual hasil produksi batu bata kepada konsumen, tetapi usaha kerajinan yang mereka dirikan tidak terlalu banyak menyerap tenaga kerja, karena usaha kerajinan masih menggunakan teknologi pengolahan manual. Usaha batu bata pada waktu itu hanya membutuhkan maksimal empat orang tenaga kerja. Sedangkan pada tahun 1995, dimana usaha kerajinan batu bata telah dikomersialisasikan menjadi industri rakyat, menyerap tenaga kerja berkisar 15-20 orang per satu kilang batu bata. Pada tahun ini teknologi pengolahan batu bata telah maju, yakni dengan menggunakan mesin pencetak, maka hasil produksi dapat berimbang dengan permintaan pasar. Perkembangan usaha batu bata berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja di Desa Sidodadi Batu 8, secara tidak langsung perkembangan usaha batu bata membuka lapangan pekerjaan, mengurangi pengangguran, sehingga mengurangi tingkat kriminalitas di Desa Sidodadi Batu 8. Seperti yang telah diuraikan bahwa sebelum muncul usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8, situasi perekonomian desa ini tidak stabil. Terjadi kemiskinan yang menyebabkan situasi di dalam Desa Sidodadi Batu 8 menjadi kurang aman. Banyak terjadi pencurian hewan-hewan ternak di Desa Sidodadi Batu 8 maupun di luar Desa Sidodadi Batu 8. Keadaan desa yang tidak aman ini dapat diatasi dengan perkembangan usaha batu bata. Universitas Sumatera Utara Pada kilang-kilang batu bata yang besar memperkerjakan para penganggur dan preman- preman di desa ini. Biasanya mereka diperkerjakan untuk menjaga kilang pada malam hari, agar kilang tersebut aman, dan mereka yang menganggur mendapatkan pekerjaan untuk memperoleh penghasilan. Selain membuka kesempatan kerja kepada pengangguran di Desa Sidodadi Batu 8, komersialisasi usaha batu bata di desa ini memberikan peluang kerja juga bagi ibu-ibu rumah tangga untuk menambah penghasilan keluarga dan membantu suami. Daripada hanya menganggur dan berdiam diri di rumah, lebih baik mereka bekerja di kilang-kilang batu bata untuk menambah penghasilan keluiarga. Upah yang mereka terima kebanyakan dipergunakan untuk kebutuhan sekolah anak. Pekerjaan yang biasa dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga pada kilang-kilang batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 ialah mendinding, yaitu menyusun hasil cetakan batu bata, untuk kemudian di jemur. Dengan demikian, usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 berdampak positif yakni membuka lapangan pekerjaan di Desa Sidodadi Batu 8. 5.5. Polarisasi Kekayaan. Usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 telah mempengaruhi perkembangan taraf kehidupan masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 ke arah yang lebih baik. Perkembangan kesejahteraan hidup menggambarkan perkembangan perekonomian masyarakat Desa Sidodadi Batu 8, walau masih dalam tingkat kesejahteraan hidup yang sederhana untuk keseluruhan masyarakat Desa Sidodadi Batu 8. Universitas Sumatera Utara Usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 memperbaiki taraf kehidupan masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 dalam tingkat kesejahteraan hidup yang sederhana, dimana mereka dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan juga memberikan pendidikan bagi anak-anak mereka pendidikan hingga tingkat SLTA. Tetapi untuk konsumsi terhadap barang-barang mewah belum dapat mereka capai. Secara umum, usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 meningkatkan pendapatan rakyat, tetapi hanya sebagian pengusaha batu bata yang tergolong kaya ataupun sukses. Hanya sebahagian pengusaha batu bata di desa Sidodadi Batu 8 tergolong kaya atau sukses terlihat dengan ketimpangan perbedaan jumlah kilang mesin dengan usaha batu bata cetak tangan. Menurut hasil wawancara bahwa pada tahun 1998, kilang batu bata mesin di Desa Sidodadi Batu 8 ada empat sampai enam kilang, sedang selebihnya ialah kilang batu bata cetak tangan. Hal ini disebabkan karena perbedaan modal pada setiap pengusaha batu bata. Modal yang dimiliki oleh pengusaha batu bata mesin tentu lebih besar pada kilang batu bata cetak tangan. Pengusaha yang memiliki modal besar akan lebih mendominasi pemasaran produksi batu bata di Desa Sidodadi Batu 8. Secara rata-rata, para pengusaha kilang batu bata mesin memilik transportasi sendiri untuk langsung memasarkan produksinya ke panglong- panglong yang akan menampung batu bata, dan mereka tidak terikat kepada agen ataupun ijon, maka harga pada produksi batu bata yang mereka produksi juga cenderung lebih tinggi. Tidak sedikit dari mereka yang memiliki modal pengusaha batu bata mesin juga menjadi agen pengumpul pada kilang-kilang batu bata yang kecil di Desa Sidodadi Batu 8, sehingga keuntungan yang mereka terima dapat berlipat ganda. Universitas Sumatera Utara Berbanding terbalik dengan pengusaha batu bata yang memiliki modal lebih pengusaha batu bata mesin, pengusaha batu bata dengan cetak tangan biasanya cenderung susah dalam mendapatkan modal. Mereka kebanyakan meminjam kepada ijon agen untuk keperluan biaya produksi mereka. Dengan teknologi konvensional, jumlah produksi yang mereka hasilkan juga lebih sedikit dibanding kilang-kilang batu bata mesin. Dalam hal pemasaran juga pengusaha batu bata cetak tangan kalah bersaing dengan kilang batu bata mesin. Kilang batu bata mesin biasanya telah memiliki penampung tetap dan dapat menjual langsung produksinya ke tempat pemasaran, sedangkan bagi kilang batu bata cetak tangan, mereka hanya menunggu agen terikat mereka memasarkan produksi yang mereka hasilkan dengan harga yang sudah ditentukan oleh ijon mereka. Dalam hal memperoleh keuntungan, kilang batu bata mesin memperoleh keuntungan yang lebih besar dibanding kilang batu bata cetak tangan, karena harga pada produksi kilang batu bata mesin, harganya tidak tergantung pada harga yang ditetapkan ijon, tidak seperti usaha kilang batu cetak tangan yang kebanyakan bergantung kepada harga yang ditetapkan oleh ijon. Kesulitan mendapatkan modal untuk mengembangkan usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8, membuat kekayaan hanya terpusat kepada mereka yang memiliki modal yang banyak. Karena bagi pengusaha batu bata yang memiliki modal banyak bisa mendominasi produksi maupun pemasaran batu bata di Desa Sidodadi Batu 8. Keadaan ini menyebabkan pengusaha batu bata yang kaya semakin kaya dan usahanya semakin berkembang, sedangkan pengusaha batu bata dengan skala rumah tangga yang kekurangan modal, kondisi perekonomiannya akan tetap pada taraf yang sama, begitu juga dengan usaha batu bata yang mereka usahakan, hanya begitu-begitu saja. Kesulitan untuk mengembangkan usaha batu bata pada pengusaha batu bata dengan modal kecil disebabkan karena ijon-ijon agen yang terlalu menekan. Pada sekitar tahun 1970- Universitas Sumatera Utara an agen atau ijon didominasi oleh Warga Negara Indonesia suku Tiong Hoa. Selain sebagai pembeli dan pemberi pinjaman modal usaha, tengkulak yang merupakan WNI suku Tiong Hoa juga memberikan pinjaman untuk membeli barang-barang mewah, hal ini kemudian dimanfaatkan oleh penduduk Desa Sidodadi Batu 8. Pada sekitar tahun 1990-an, agen-agen dari WNI suku Tiong Hoa ini tidak lagi menjadi agen di desa ini karena mereka menderita kerugian, sebab pengusaha batu bata yang meminjam modal kepada mereka tidak membayar hutangnya. Selanjutnya agen ijon didominasi pada penduduk setempat Desa Sidodadi Batu 8, baik untuk agen pengumpul atau agen terikat. Agen dari penduduk setempat dirasakan lebih menekan harga pada pengusaha batu bata yang meminjam modal kepada mereka. Tetapi para pengrajin yang kekurangan modal tidak memiliki jalan lain untuk memperoleh modal, karena tidak ada bantuan khusus dari pemerintah untuk mengembangkan usaha mereka. Begitu juga dengan meminjam kepada Bank, kebanyakan dari pengusaha batu bata yang berskala rumah tangga tidak diberi pinjaman karena tidak memenuhi kriteria survey Bank untuk mendapat pinjaman modal. Keadaan yang demikian membuat kekayaan pada pengusaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 ini terpolarisasi kepada mereka yang memiliki modal besar. Terpusatnya kekayaan pada pengusaha batu bata mesin dengan modal besar dapat jelas terlihat apabila kita mengklasifikasikan tingkat kekayaan atau kesejahteraan hidup pengusaha batu bata yang besar dengan pengusaha batu bata dengan skala rumah tangga. Pengusaha batu bata dengan skala rumah tangga memperoleh perbaikan kesejahteraan hidup dalam tingkat yang sederhana. Mereka dapat membangun rumah atau tempat tinggal mereka dengan bangunan yang permanen walau tidak terlalu mewah dan besar. Untuk konsumsi alat transportasi, mereka telah dapat memiliki setidaknya sepeda motor dalam tingkat sederhana. Universitas Sumatera Utara Untuk konsumsi alat-alat elektronik, mereka telah memiliki setidaknya televisi dan radio, sebagai sarana hiburan. Yang paling jelas terlihat perbaikan taraf hidup mereka ialah dalam bidang pendidikan, mereka pengusaha batu bata dengan skala rumah tangga telah dapat memperbaiki tingkat pendidikan dengan melaksanakan pendidikan wajib belajar sembilan tahun. Perbaikan taraf hidup yang mereka dapat hanya sebatas itu saja, tetapi untuk mengembangkan usaha batu bata cetak tangan yang mereka miliki kea rah yang lebih maju lagi cenderung sulit untuk mereka lakukan. Berbanding terbalik dengan kekayaan yang dimiliki oleh pengusaha batu bata dengan skala besar, mereka telah memiliki mesin-mesin yang dapat membantu kelancaran usaha batu bata mereka. Secara rata-rata mereka yang memiliki kilang batu bata mesin telah memiliki truk pengangkut batu-bata dan mobil pribadi yang dapat mempermudah mereka memasarkan batu bata produksi mereka. Mereka para pengusaha batu bata kilang mesin memiliki banyak modal untuk mendominasi pemasaran batu bata di Desa Sidodadi Batu 8, mereka juga berlaku sebagai agen sehingga dapat menguasai pasar batu bata di desa ini sehingga usaha batu bata mereka dapat semakin maju dan terus memusatkan kekayaan kepada mereka dengan menguasai kilang- kilang yang lebih kecil. Hal ini memungkinkan pada suatu saat nanti terjadi konflik antara pengusaha batu bata skala rumah tangga dengan pengusaha batu bata yang lebih besar. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN